Anda di halaman 1dari 4

Sepi, ya itulah suasana yang terlihat dari halaman sebuah rumah mewah di tengah kota bogor ini.

Rumah luas 4 lantai ini hanya di tinggali 3 orang, seorang ayah, ibu, dan anak. Anak ini namanya Lina.
Lina adalah siswa kelas 8 sekolah menengah pertama di kawasan elit kota bogor ini. Terlihat lina sedang
duduk di balkon rumahnya, menatap langit nanar pikirannya menerawang jauh. Hatinya kembali teriris,
setiap hari hanya sedih yang dirasakannya. Rasa sakit hati yang selalu mengiang di pikirannya selama 14
tahun hidup. Ingin dia membalas perlakuan yang ia dapatkan namun ia tak tahu harus melakukan apa.
Ketika langit mulai kehilangan cahaya mentarinya, lina masuk ke dalam kamar.

Lina sebenarnya tidak kekurangan apapun. Semua barang barang yang dimintanya akan selalu dituruti
oleh orang tuanya. Bisa dilihat dari kamarnya yang sangat luas, semua terlihat mewah dengan barang
barang dari brand ternama di dunia. Dikalangan teman temannya pun ia tergolong di tingkat elit. Bisa
dipastikan bahwa apapun yang diharapkan hingga dia dewasa nanti akan terpenuhi, semahal apapun
gaya hidupnya, setinggi apapun pendidikan yang ia akan capai. Tapi hanya ada 2 hal yang ia tidak bisa
capai dan itu membuat seluruh hidupnya terasa hampa.

“krrriiiingg” bunyi bel menandakan jam sudah selesai. Semua teman lina menghampirinya.

“lin, hangout di mana kita hari ini?” Tanya salma.

“nggak tau nih kemana ya enaknya?” jawab lina

“eh ada satu café baru di ujung jalan ini, coba yuk” ajak siska

“emang tempatnya asik buat nongkrong?” Tanya lina

“kayaknya sih asik, desain café nya minimalis gitu” jawab rani

“okedeh jam 4 aja ya kesana, ayahku pulang hari ini” kata lina

“oke, emang ayah mu habis dari mana?” Tanya rani

“dia habis kunjungan ke kantor singapura” jawab lina, sambil mengemasi barang barangnya dan
bersiap untuk pulang karena supirnya sudah menunggu di luar.

“asiiik ada oleh oleh nih” kata salma

“hahaha, semoga aja sih biasanya dia nggak pernah beli apa apa kalau ke luar kota” jawab lina

“kasian banget kamu nggak pernah dibeliin, kemarin papa ku ke jepang lho, dia bawain aku
kimono tau, baguuus banget. Nanti aku pake ah” kata siska

“haahaha iya kasian banget ih lina” sahut rani

Lina hanya tersenyum kecut. Sambil menyusuri lorong kelas dia melihat kembali isi hatinya. Tak lama
airmata menetes dari pelupuk matanya. Hatinya teriris kembali untuk kesekian kalinya. Kenapa dia harus
ada di antara lingkungan pergaulan yang sangat tidak menyenangkan baginya.
Sampai di rumah ia mencari ayahnya yang baru pulang, untuk menagih sesuatu yang dijanjikan ayahnya
kepadanya. Kemarnya ia mencari ayahnya, namun tidak ada. Di ruang kerjanya ia menemukan
ayahnaya.

“ ayah, ayah masih ingat janji ayah ke aku” Tanya lina

“iya ayah ingat lina, tapi jangan sekarang. Ayah masih banyak kerjaan yang harus diselesaikan”
jawab ayah lina.

Lina kembali ke kamarnya dengan muka masam, hatinya hancur kembali. Untuk mengobati rasa hatinya
yang hancur, ia menangis sekencangnya di kamar. Hanya dengan cara ini ia bisa menenangkan diri. Dia
tidak akan pernah cerita hal ini ke teman temannya. Terakhir kali ia cerita ia malah diolok-olok
temannya. Itu hanya akan menambah beban hatinya.

Sampai di café tempatnya berjanjian dengan temannya. Lina datang paling awal dan memilih duduk di
dekat jendela dan memesan 1 cangkir latte panas. Diantara lamunannya ia melihat seorang bapak dan
anaknya sedang bermain bersama. Angannya sudah mengambil alih perasaannya, tak terasa air mata
mulai membasahi pipinya. Seseorang menepuk pundaknya, ternyata siska. Dengan cepat ia menghapus
air matanya. Sebenarnya ia tidak suka jika harus pergi dengan temannya ini. Minimal ada 2 hal yang
tidak ia sukai. Ingin rasanya ia mencari teman baru namun itu tidak mungkin karena ini adalah temnnya
sejak SD. Hal yang tidak lina sukai saat pergi dengan temannya adalah semua temannya akan
memamerkan barang baru yang ia miliki dan menyombongkannya. Sedangkan lina ia tidak suka belanja
dan tidak suka memiliki barang barang yang berlebihan. Dan yang satu lagi adalah,

“eh lin, kamu bayarinn kita kan? Kan tadi kamu yang ngajak kami tadi.”

Lina hanya tersenyum masam, setiap ia keluar dengan temnnya akan seperti ini.

“iya, aku traktir”

Lina merasa hanya dimanfaatkan untuk menraktir temannya. Lina sudah muak dengan semua ini. Dia
ingin keluar saja dari lingkaran pergaulannya.

Di hari hari selanjutnya, ia akan selalu menolak ajakan temannya saat diajak untuk pergi dengan mereka.
Semakin lama temannya semakin kesal dengan lina. Mereka menyusun rencana untuk menyakiti lina.
Dengan laga sok baik mereka meminta lina untuk ikut jalan jalan ke taman dengan mereka. Karena rasa
sedikit bersalah ia mengiyakan ajakan temannya. Lina tidak tau bahwa ancaman berbahaya menantinya.
Di kursi taman lina ditinggalkan sendirian oleh temannya. Kemudian temannya datang dengan wajah
yang tidak lagi bersahabat. Lina di pukul, dijambak, disiram air kolam dan diinjak oleh temnnya.
Kemudian ia ditinggalkan sendirian di taman yang gelap. Ia hanya bisa menangis mengapa semua ini
terjadi mengapa tidak ada seorangpun yang sayang padanya. Tiba tiba ada seseorang anak perempuan
mendatanginya.

“ hai, kenapa kamu menangis? Dan ada apa dengan kamu, kenapa kondisimu buruk sekali?”

Tanya anak itu, namun lina hanya menangis terisak.

“hei tak apa, ceritalah padaku mungkin kamu akan terbantu. Oh iy aperkenalkan anama ku
renan aku dari wonosobo, aku baru pindah ke bogor.” Anak itu mengenalkan dirinya
“aku lina”

“hai lina, kamu kenapa. Ada orang jahat yang menyakitimu?” renan memberikan jaket pada lina
dan mengobati luka ditubuh lina.

“semua orang di dunia ini jahat ren, tida ada yang baik”

“kenapa kamu berpikir seperti itu”

“lihat saja aku aku sekarang. Aku begini karena teman temanku. Aku dipukuli, padahal sudah
lama aku berteman dengan mereka namun mereka hanya memanfaatkan aku, supaya bisa
ditraktir saja. Aku sudah muak dengan perilaku mereka. Saat aku menghindar agar tidak
berteman lagi aku malah jadi seperti ini. Setelah ini pun, aku tidak akan mendapat perlakuan
hangat oleh siapapun. Ayah ibu ku tidak akan punya waktu untuk aku mereka hanya sibuk
dengan urusannya sendiri. Kerja kerja kerja kerja hanya itu yang mereka pikirkan. Aku tidak
pernah mengharapkan mereka bekerja. Aku lebih baik menjadi orang yang sederhana saja
namun kasih sayang mereka hanya untuk aku bukan untuk pekerjaannya. Ayahku dan ibuku
pernah berjannji padaku untuk pergi ke taman bersama untuk berjalan jalan dan menghabiskan
waktu bersama. Namun hingga sekaran semua ini, harapan yang kecil seperti ini pun belum
terjadi.”

Lina menangis sekencang kencangnya kemudian ia pingsan. renan meminta tolong pada siapapun yang
melintas di kawasan itu untuk membawa lina ke rumah sakit.

Sudah 3 hari lina dirawat di rumah sakit. Dia mengalami depresi cukup berat. Dan selama 3 hari ini lina
belum juga sadar dari pingsannya. Di hari ke 2 ayah ibunya datang ke rumah sakit untuk melihat lina. Di
ruangan lina dirawat hanya ada renan yang menjaganya sejak lina masuk ke rumah sakit. Renan
mengungkapkan semua yang lina ceritakan kepadanya.

Ayah ibunya sangat terpukul, mengetahui bahwa semua yang menimpa kepada putri sematawayangnya
ini disebabkan oleh mereka. Ibunya menangis keras lalu memeluk lina yang masih juga belum bangun
dari tidurnya. Ayahnya berencana untuk melaporkan perbuatan teman lina ke sekolah agar di hokum.
Namun renan menyarankan supaya menunggu lina sadar dulu baru mengambil keputusan. Selama lina
di rumah sakit, ayah ibu dan renan bergantian menjaga lina.

Tepat di hari kelima lina dirawat, lina bangun dari tidur panjangnya. Semua orang sangat senang. Ayah
dan ibunya memeluk lina, lina terkejut kenapa ayah ibu nya tiba tiba memberi kasih sayang yang selama
ini ia harapkan.

“maafkan ayah dan ibu lina, ayah dan ibu terlalu sibuk bekerja. Ayah dan ibu tidak pernah punya
waktu untuk kamu.” Kata ibu lina

“tidak apa apa ayah ibu, yang penting sekarang lina bisa mendapatkan itu.” Jawab lina

“terimakasih renan kamu sudah menolong lina” kata ayah lina

Lina yang tidak menyadari kehadiran renan di ruangan langsung memanggil renan dan memeluknya
dengan erat.
Sudah 2 minggu lina menjalani masa pemulihan, dan hari ini lina siap untuk sekolah kembali. Lina
memilih untuk pindah sekolah saja daripada teman teman lamanya harus dikeluarkan dari sekolah
lamanya. Lina pindah ke sekolah internasional di pusat kota bogor. Selama 2 minggu ini pula ia tidak
pernah bertemu dengan renan. Ia sangat rindu dengan renan, saat berpisah dengan renan di rumah
sakit, lina lupa untuk menanyakan alamat rumahnya, nomor telfonnya bahkan social medianya.

Lina berangkat sekolah degan perasaan bahagia. Di perjalanan ia membayangkan bagaimana teman
teman barunya di sana. Pasti bule bule dan benar memang sampai disana sangat jarang anak Indonesia
di sekolah itu. Saat masuk ke kelas, lina terkejut ternyata ia berada satu sekolah dengan renan dan kini ia
ada dalam satu kelas. Lina duduk satu bangku dengan renan. Ternyata ini semua dilakukan oleh ayah
lina. Ayah lina sengaja menyekolahkan lina satu sekolah dengan renan agar ia mendapat teman yang
baik. Ayahnya tidak mau lina mendapat teman yang salah seperti sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai