Inflasi Di Indonesia: Seleksi Model Ekonometrika: Imamudin Yuliadi
Inflasi Di Indonesia: Seleksi Model Ekonometrika: Imamudin Yuliadi
Imamudin Yuliadi
Fakultas Ekonomi, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,
Jalan Lingkar Selatan, Bantul, Yogyakarta 55183 Indonesia, Phone +62 274 387656
E-mail korespondensi: imamudin2006@yahoo.co.id
Abstrak: Inflasi berdampak terhadap kinerja ekonomi makro lainnya seperti nilai tukar rupiah
(kurs), pertumbuhan ekonomi, tingkat bunga, ekspor, impor, tingkat upah dan indeks harga
saham dan surat berharga di pasar modal. Dalam studi ini dirumuskan model penelitian
mengenai inflasi dan implikasinya pada fundamental perekonomian Indonesia dengan menggu-
nakan model pendekatan persamaan berganda, semi logaritma, error correction model (ECM),
dan persamaan berganda, partial adjustment model (PAM). Fenomena ini menunjukkan bahwa
kenaikan tingkat SBI akan meningkatkan efisiensi sektor keuangan untuk lebih mendorong
peningkatan jumlah penyaluran kredit dan mengurangi jumlah kredit macet. Sedangkan nilai
regresi pada variabel jumlah uang kartal beredar sebesar –132,7688 artinya apabila jumlah uang
kartal beredar naik satu persen akan mendorong penurunan inflasi sebesar -132,76 persen.
Keadaan menunjukkan bahwa kenaikan jumlah uang kartal akan mendorong sektor riil untuk
menyerap jumlah uang beredar dalam kegiatan ekonomi seperti peningkatan konsumsi,
investasi, produksi, dan sebagainya, sehingga akan menurunkan tingkat inflasi.
Kata kunci: demand pull inflation; cost push inflation; distorsi ekonomi; kurs mata uang
Klasifikasi JEL: E31, E52, C1
Tahun
Indikator Ekonomi
2009 2010 2011 2012 2013
Produk Domestik Bruto 4,6 6,2 6,5 6,2 5,8
- Konsumsi RT 4,9 4,7 4,7 5,3 5,3
- Konsumsi Pemerintah 15,7 0,3 3,2 1,2 4,9
- PMTB 3,3 8,5 8,8 9,8 4,7
- Ekspor -9,7 15,3 13,6 2,0 5,3
- Impor -15 17,3 13,3 6,6 1,2
Inflasi 2,8 7,0 3,8 4,3 8,4
- Inti 4,3 4,3 4,3 4,4 5,0
- Diatur Pemerintah -3,3 5,4 2,8 2,7 16,7
- Bergejolak 3,9 17,7 3,4 5,7 11,8
Sumber: Bank Indonesia, 2014
Tahun
Indikator Ekonomi
2009 2010 2011 1012 2013
Transaksi Berjalan 10.628 5.144 1.685 -24.418 -28.450
- Ekspor Barang 119.646 158.074 200.788 188.496 183.548
- Impor Barang -88.714 -127.447 -166.005 -179.878 -177.399
- Jasa + Pendapatan + Transfer -20.303 -25.484 -33.097 -33.036 -34.599
Transaksi Modal dan finansial 4.852 26.620 13.567 24.896 22.731
- Investasi langsung 2.628 11.106 11.528 13.716 14.767
- Investasi Portfolio 10.336 13.202 3.806 9.206 9.848
- Investasi Lainnya -8.208 2.262 -1.801 1.922 -1.906
Overall Balance 12.506 30.285 11.857 215 -7.325
pendapatan nasional atau perekonomian meng- masalah dan didukung oleh kajian baik secara
alami kontraksi. Hal ini terlihat pada kurva di teoritis maupun empiris, maka dapat disusun
atas Fenomena inflasi karena dorongan biaya suatu diagram alur kerangka pemikiran peneli-
produksi juga terjadi manakala komponen pro- tian seperti pada gambar 1.
duksi ada yang diimpor sementara nilai kurs Kerangka penelitian pada gambar 1 juga
mengalami depresiasi sehingga mengakibatkan juga menjelaskan mengenai bagaimana inflasi
kenaikan biaya produksi sebagai akibat kenaik- dipengaruhi oleh faktor-faktor non ekonomi
an biaya produksi dari barang yang diimpor. seperti stabilitas sosial dan politik, resiko dan
Kejadian inflasi seperti juga disebut dengan ekspektasi pasar. Di samping itu inflasi juga
inflasi dari pengaruh impor barang (imported dipengaruhi faktor-faktor ekonomi seperti nilai
inflation). fundamental ekonomi seperti posisi neraca
Inflasi juga bisa ditimbulkan karena ke- transaksi berjalan, tingkat inflasi, jumlah hutang
naikan permintaan agregat (agregate demand) luar negeri dan rasio tingkat bunga domestik
suatu barang seperti yang terjadi pada setiap terhadap tingkat bunga internasional. Inflasi
menjelang hari raya untuk permintaan barang- juga dipengaruhi oleh kebijakan ekonomi pe-
barang kebutuhan pokok. Pada tulisan ini akan merintah baik menyangkut kebijakan moneter,
dibahas bagaimana hubungan antara besarnya fiskal maupun kebijakan nilai tukar. Kemudian
pendapatan nasional (PDB), suku bunga sertifi- pada sisi lain inflasi juga berpengaruh terhadap
kat Bank Indonesia (SBI), nilai tukar rupiah pasar barang yaitu menentukan jumlah dan
terhadap dollar AS (Kurs), dan jumlah uang volume ekspor serta impor. Juga berpengaruh
beredar (uang kartal) terhadap inflasi dalam terhadap pasar uang melalui keputusan masya-
jangka pendek dan jangka panjang dengan rakat dalam memegang jenis dan jumlah mata
menggunakan model ekononometrika Partial uang. Inflasi juga berpengaruh terhadap posisi
Ajustment Model (PAM) dan Error Correction neraca pembayaran melalui kinerja neraca tran-
Model (ECM). saksi berjalan dan arah serta jumlah aliran modal
(capital flow).
Dalam studi ini dirumuskan model peneli-
METODE PENELITIAN
tian mengenai inflasi dan implikasinya pada
Inflasi merupakan fenomena ekonomi yang fundamental perekonomian Indonesia dengan
multi aspek artinya bahwa yang inflasi dipe- menggunakan model pendekatan regresi ber-
ngaruhi oleh faktor-faktor ekonomi dan non ganda, semi logaritma, error correction model
ekonomi. Penjelasan mengenai latar belakang (ECM), dan partial adjustment model (PAM).
28 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 14, Nomor 1, April 2013: 26-34
Gambar 1. Kerangka Penelitian mengenai Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter di Indonesia
dengan Inflasi sebagai Sasaran Tunggal (Haryono, Nugroho dan Pratomo, 2000: 114)
Data yang dipergunakan dalam studi ini hubungan keseimbangan jangka panjang. Uji
adalah data sekunder time series yang diperoleh kointegrasi dilakukan ktika data yang
melalui publikasi BPS dan Bank Indonesia. digunakan dalam penelitian berintegrasi pada
Analisis time series yang digunakan dalam studi tingkat derajat yang sama. Nilai residual
ini menggunakan beberapa model regresi, yaitu dikatakan stasioner jika nilai absolut statistik
regresi berganda, semi logarithma, error correc- ADF lebih negatif/ lebih kecil dari nilai kritis
tion model (ECM), dan partial adjustment model MacKinnon.
(PAM).
Analisis dengan pendekatan error correction Uji Asumsi Klasik
model (ECM), menggunakan alur penyelesaian Untuk mendapatkan hasil regresi yang
dengan beberapa urutan langkah pengujian memenuhi kaidah BLUE, dilakukan pengujian
sebagai berikut: asumsi klasik sebagai berikut:
(1) Normalitas: Uji Jarque-Bera digunakan untuk
Uji Stasionaritas mengetahui normalitas dari suatu distribusi data.
Pengujian ini terdiri dari uji akar unit dan (2) Autokorelasi: Uji Durbin-Watson diguna-
uji derajat integrasi. Pada uji akar unit, data kan untuk menguji autokorelasi. Autokorelasi
dikatakan stasioner jika nilai absolut statistik adalah korelasi yang terjadi antara anggota seri
Augmented Diskey-Fuller (ADF) lebih negatif/ observasi yang disusun menurut urutan waktu
lebih kecil dari nilai kritis MacKinnon. Untuk atau ruang.
uji derajat integrasi mentransformasi data (3) Heteroskedastisitas: Uji Park digunakan
nonstasioner menjadi data stasioner melalui untuk menguji heteroskedastisitas dalam model.
proses diferensi data pada tingkat pertama atau Heteroskedastisitas berarti terdapat kesalahan
kedua. Data dikatakan stasioner jika nilai pengganggu t dari variabel independen yang
mempunyai varian yang tidak sama.
absolut stastistik ADF lebih negatif/lebih kecil
(4) Multikolinearitas: Pengujian korelasi par-
dari nilai kritis MacKinnon.
sial antarvariabel independen dapat dilakukan
Uji Kointegrasi untuk mengetahui adanya multikolinearitas.
Hubungan yang kuat antarvariabel independen
Pengujian terhadap variabel gangguan et dalam model regresi menunjukkan adanya
yang stasioner atau tidak dilakukan dengan mulikolinearitas.
menggunakan uji kointegrasi. Jika kondisinya Model yang digunakan dalam studi adalah
stasioner, maka semua variabel mempunyai sebagai berikut:
30 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 14, Nomor 1, April 2013: 26-34
Tabel 4. Analisis estimasi inflasi dengan model semilogarithma
barang atau sektor riil karena tingkat moneti- koefisien determinasi (R2) sebesar 0,371002 arti-
sasi perekonomian Indonesia relatif masih kecil. nya bahwa variabel independen pada model
Seperti telah disinggung di muka bahwa penelitian PAM ini hanya dapat menjelaskan
melalui pembentukan model dinamik seperti 37,10 persen pengaruh perubahan terhadap
model PAM, peneliti tidak saja terhindar dari inflasi sebagai variabel dependen.
permasalahan regresi lancung, tetapi juga Hasil uji stasioneritas menjelaskan bahwa
memungkinkan memperoleh besaran simpang- variabel yang stasioner hanyalah variabel infla-
an baku koefisien regresi jangka panjang. Kedua si pada kondisi level sedangkan variabel PDB
skala tersebut dapat digunakan atau dipakai dan jumlah uang kartal yang beredar stasioner
mengamati hubungan jangka panjang antar pada kondisi second difference sementara varia-
vektor variabel ekonomi seperti yang dikehen- bel kurs dan SBI stasioner pada kondisi first
daki oleh teori ekonomi yang terkait. difference.
Hasil estimasi menggunakan model PAM Untuk itu kemudian dilakukan uji kointe-
menunjukkan nilai yang relatif cukup menarik grasi dengan hasil Augmented Dickey-Fuller (D-
karena ada beberapa variabel independen yang F) test statistik menunjukkan angka -6,736109
tidak signifikan yaitu pendapatan nasional dan dengan nilai probabilitas sebesar 0,000 artinya
jumlah uang kartal yang beredar. Variabel kurs menunjukkan nilainya telah terintegrasi. Karena
menunjukkan nilai koefisien sebesar 0,002252 variabel telah kointegrasi maka kemudian dapat
artinya bahwa perubahan variabel kurs rupiah dilakukan estimasi dengan ECM dengan hasil
terhadap dollar AS yang mengalami depresiasi regresi pada tabel 6.
sebesar 1 persen akan meningkatkan inflasi Hasil estimasi di atas menunjukkan hasil
sebesar 0,002252 persen. Demikian juga variabel yang memuaskan namun menghadapi persoal-
tingka bunga SBI jika mengalami kenaikan sebe- an adanya variabel yang tidak stasioner yaitu
sar 1 persen akan meningkatkan inflasi sebesar PDB dan jumlah uang kartal yang beredar
2,385590 persen. Inflasi pada tahun ini juga (UKAR). Sehingga perlu dilakukan uji stasione-
dipengaruhi oleh tingkat inflasi pada tahun ritas dan memperoleh hasil yang lebih bagus
sebelumnya sebesar: -0,614032 persen. Namun dimana semua variabel stasioner pada kondisi
ada hal yang kurang memuaskan bahwa nilai first difference. Kemudian dilakukan uji kointe-
grasi dan menunjukkan nilai yang signifikan macet. Sedangkan nilai regresi pada variabel
sebesar -5,446678 lebih besar dari pada nilai D-F jumlah uang kartal beredar sebesar: -132,7688
Statistik. Setelah melalui uji kointegrasi kemu- artinya apabila jumlah uang kartal beredar naik
dian dilakukan estimasi dengan menggunakan 1 persen akan mendorong penurunan inflasi
metode ECM dengan modifikasi dan diperoleh sebesar -132,76 persen. Keadaan menunjukkan
hasil estimasi pada tabel 7. bahwa kenaikan jumlah uang kartal akan men-
Hasil estimasi menunjukkan bahwa semua dorong sektor riil untuk menyerap jumlah uang
variabel yang telah stasioner dan lolos uji beredar dalam kegiatan ekonomi seperti
kointegrasi menunjukkan nilai yang signifikan peningkatan konsumsi, investasi, produksi, dan
secara statistik. Variabel kurs nilai koefisiennya sebagainya, sehingga akan menurunkan tingkat
sebesar 35,99900 artinya jika kurs mengalami inflasi.
depresiasi sebesar 1 persen akan berakibat ke- SIMPULAN
naikan inflasi sebesar 35,99 persen. Sedangkan
variabel PDB nilai koefisiennya sebesar 111,3327 Hasil estimasi dengan beberapa model
artinya jika PDB naik 1 persen akan mendorong analisis menjelaskan fenomena inflasi di
kenaikan inflasi sebesar 111,33 persen. Kondisi Indonesia dan diperoleh beberapa kesimpulan
ini menyiratkan kenaikan yang didorong dari sebagai berikut: Pertama, Variabel kurs nilai
peningkatan agregat demand (demand pull infla- koefisiennya sebesar 35,99900 artinya jika kurs
tion). Sedangkan variabel tingkat bunga SBI dan mengalami depresiasi sebesar 1 persen akan ber
jumlah uang kartal beredar masing-masing nilai akibat kenaikan inflasi sebesar 35,9 persen.
koefisiennya sebesar: -2,090450 dan -132,7688 Kedua, Variabel PDB nilai koefisiennya sebesar
artinya jika SBI naik 1 persen akan mengurangi 111,3327 artinya jika PDB naik 1 persen akan
inflasi sebesar: -2,09 persen. Fenomena ini mendorong kenaikan inflasi sebesar 111,33 per-
menunjukkan bahwa kenaikan tingkat SBI akan sen. Kondisi ini menyiratkan kenaikan yang
meningkatkan efisiensi sektor keuangan untuk didorong dari peningkatan agregat demand
lebih mendorong peningkatan jumlah penya- (demand pull inflation). Sedangkan variabel ting-
luran kredit dan mengurangi jumlah kredit kat bunga SBI dan jumlah uang kartal beredar
32 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 14, Nomor 1, April 2013: 26-34
masing-masing nilai koefisiennya sebesar: - Chiang, Alpha C. (2002). Fundamental methods of
2,090450. Ketiga, Variabel tingkat bunga SBI mathematical economics, third edition,
nilai koefisiennya -132,7688 artinya jika SBI naik International Student Edition. London:
1 persen akan mengurangi inflasi sebesar -2,09 McGraw Hill Inc.
persen. Fenomena ini menunjukkan bahwa Geanakoplos, John and Dimitrios Tsomocos,
kenaikan tingkat SBI akan meningkatkan (2001). International finance in general
efisiensi sektor keuangan untuk lebih men- equilibrium. Cowles Foundation Discussion
dorong peningkatan jumlah penyaluran kredit Paper No. 1313, July 2001.
dan mengurangi jumlah kredit macet.
Griffin, John and Rene Stulz. (2001). Interna-
Sedangkan nilai regresi pada variabel jumlah
tional competition and exchange rate
uang kartal beredar sebesar: -132,7688 artinya
Shocks A Cross Country Industry Analy-
apabila jumlah uang kartal beredar naik 1
sis of Stock Returns. Review of Financial
persen akan mendorong penurunan inflasi
Studies, Spring 2001: 215-241.
sebesar -132,76 persen. Keadaan menunjukkan
bahwa kenaikan jumlah uang kartal akan men- Groosman, Gene M. (1992). Imperfect competition
dorong sektor riil untuk menyerap jumlah uang and international trade, The MIT Press.
beredar dalam kegiatan ekonomi seperti Grauwe, Paul de and Isabel Vansteenkiste.
peningkatan konsumsi, investasi, produksi, dan (2001). Exchange rates and fundamentals
sebagainya, sehingga akan menurunkan tingkat A non linear relationship?, CESifo Working
inflasi. Keempat, Fenomena inflasi menunjukan Paper No. 577, October 2001.
adanya distorsi dalam perekonomian Indonesia Grubel, Herbert G. (1981). International econom-
baik pada pasar barang, pasar uang maupun ics, Richard D Irwin Inc.
pasar tenaga kerja. Inflasi merupakan fenomena Gujarati, Damodar N. (2002). Basic econometrics,
bersifat multi aspek sehingga penanganannya fifth edition. London: McGraw-Hill.
juga harus lintas bidang untuk dapat menye-
Havrilesky T and Boorman J. (1976). Current
lesaikan permasalahannya secara komprehensif.
issues in monetary theory and policy, AHM
Publishing Corporation.
DAFTAR PUSTAKA Henderson, James M, Quandt Richard E. (1980).
Microeconomic theory a mathematical ap-
Aghevli, BB. (1976). A Model of the monetary
proach, third edition. International Student
sector for Indonesia 1968-1973. Bulletin of
Edition. London: McGraw-Hill Interna-
Indonesian Economic Studies, vol. 12/3: 50-
tional Book Company.
60.
Soewardi, Herman. (2000). Roda berputar dunia
Aghevli, BB. (1977). Money, price and the bal-
bergulir kognisi baru tentang timbul-
ance of payment: Indonesia, 1968-1973.
tenggelamnya sivilisasi, edisi I. Bandung:
Journal of Development Studies, vol. 13/2:
Bakti Mandiri.
35-57.
Aghevli, BB. (1999). An Econometric model of Hill, Hall. (1996). The Indonesian economic since
monetary sector for Indonesia. Journal of 1966 Southeast Asia’s Emerging Giant. Lon-
Development Studies. don: Cambridge University Press.
Anwar, Arsyad. (1985). Prospek dan permasalahan Yuliadi, Imamudin. (2001). Analisis makro-
ekonomi Indonesia 1985-1986, edisi pertama. ekonomi Indonesia pendekatan IS-LM. Tesis.
Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Indonesia dan Sinar Harapan. Insukendro. (1990). Komponen koefisien regresi
Branson, William H. (2000). Macroeconomic theory jangka panjang model ekonomi studi
and policy, third edition, Harper and Row kasus impor barang di Indonesia. Journal
Publisher. Ekonomi dan Bisnis Indonesia, No. 2 tahun V.
Chacholiades, Miltiades. (1973). The pure theory Insukendro. (1992). Pembentukan model dalam
of international trade. London: The Mac penelitian ekonomi. Jurnal Ekonomi dan
millan Press. Bisnis Indonesia, tahun VII, No. 1.
34 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 14, Nomor 1, April 2013: 26-34