Anda di halaman 1dari 7

I.

  PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ketidak beresan pemerintah dalam mengatur sektor pertanian, khususnya terkait
dengan kebijakan impor sektor pangan, semakin nyata. Belum lama ini kenaikan harga
komoditas bawang merah dan bawang putih dalam dua pekan terakhir membuat ibu-ibu
rumah tangga menjerit hampir di seluruh kota di Tanah Air. Kenaikan harga pada tingkat
tertentu sebenarnya tidak menjadi masalah, sepanjang terkendali. Namun akan menjadi
masalah jika kenaikan harga sudah tidak terkendali, sehingga menyengsarakan kehidupan
masyarakat dengan ekonomi tingkat bawah. Apalagi bila kenaikan tersebut mengakibatkan
angka inflasi yang tinggi.
Dampaknya adalah menurunnya kesejahteraan dan daya beli masyarakat. Para ibu
rumah tangga pun mengeluh saat harga meningkat menjelang tahun politik ini. Karena itu,
upaya menangani sumber-sumber kenaikan harga menjadi strategis untuk dilakukan.
Seperti yang terjadi akhir-akhir yaitu melonjaknya harga bawang yang disebabka oleh
beberapa hal. Kenaikan harga bawang yang begitu drastis ini tentu saja menimbulkan
berbagai masalah baik itu bagi konsumen mauun Negara. Bag konsumen, kenaikan harga
bawang ini terasa begitu menyiksa terutama bagi kalangan masyarakat bawah. Kebutuhan
akan komoditi bawang sebagai bumbu dapur ini sangat sulit untuk dikurangi mengingat
bawang sendiri sudah menjadi bumbu wajib.
Selain itu, dampak ini juga dirasakan bagi Negara karena kenaikan harga bawang ini
merupakan penyumbang kenaikan inflasi terbesar. Maka dari itu perlu dibahas mengenai
masalah kenaikan harga bawang ini. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai masalah
kenaikan harga bawang, hal-hal yang menyebabkannya dan beberapa solusi yang bisa
dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut.

1.2    Rumusan Masalah
1)      Bagaimana masalah kenaikan harga bawang yang terjadi di Indonesia?
2)      Apa saja yang menyebabkan terjadinya kenaikan harga bawang?
3)      Solusi apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah kenaikan harga bawang
tersebut?

1.3    Tujuan
1)      Mengetahui masalah kenaikan harga bawang yang terjadi di Indonesia
2)      Megetahui hal-hal yang menyebabkan terjadinya kenaikan harga bawang
3)      Mengetahui solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah kenaikan harga
bawang tersebut?
II. PEMBAHASAN
2.1 Masalah Kenaikan Harga Bawang
Kenaikan harga produk hortikultura yang bervariasi memicu ketidakstabilan harga,
khususnya bawang merah dan putih. Sebelumnya, harga bawang merah dan bawang putih
berada di kisaran Rp 16-18 ribu per kilogram. Saat ini harga bawang putih melonjak menjadi
Rp 72 ribu per kg, sedangkan bawang merah Rp 48 ribu per kg. Kenaikan harga dinilai tidak
wajar, per hari bahkan bisa naik sampai Rp 5.000. Gejolak kenaikan harga yang bervariasi,
jika tidak diantisipasi, dapat berubah menjadi krisis pangan.
Secara teknis, gejolak kenaikan harga pangan disebabkan oleh lemahnya infrastruktur
distribusi, nilai tukar mata uang, dan harga input pertanian. Namun ada yang jauh lebih
bersifat sistemik, yaitu terjadinya lonjakan harga karena faktor ulah manusia. Yang termasuk
faktor ulah manusia adalah peran dominan kaum kapitalis, spekulasi di bursa berjangka,
melemahnya peran negara, kebijakan impor yang salah, serta permainan swasta nasional
dalam perdagangan.
Kenaikan harga pangan, khususnya bawang merah dan bawang putih, tentu membuat
pedagang kecil tidak nyaman berusaha. Konsumen berkurang dan mengeluh. Lonjakan harga
pangan hortikultura tak menguntungkan petani kecil, pedagang, dan konsumen. Dengan
demikian, pengawasan stok bawang dan komoditas pangan hortikultura lainnya mutlak
dilakukan. Payung hukum yang melarang penimbunan perlu diefektifkan. Jaringan informasi
distribusi dan harga bawang harus transparan.
Data Kementerian Perdagangan (12/3) menyebutkan, pada Februari  dan minggu pertama
Maret 2013, harga bawang putih dan bawang rata-rata naik 31,38 persen. Harga itu  berawal
dari  Rp 15.000 lalu meningkat menjadi Rp 60.000 per kilogram (kg). Sementara itu, bawang
merah rata-rata naik 11,36 persen. Pada 4 Maret 2013 harganya Rp 21.000 kg, tetapi pada 12
Maret menjadi Rp 40.000 per kg. Dikhawatirkan kenaikan harga bawang putih dan bawang
merah akan menyumbang inflasi terbesar untuk bulan Maret 2013. Pada Februari 2013 inflasi
terbesar disumbang oleh kenaikan harga bawang putih dan bawang merah sekitar 16% .

2.2 Penyebab Kenaikan Harga Bawang


            Ada beberapa hal yang disinyalir menjadi penyebab naiknya harga bawang yang
sedang terjdi akhir-akhir ini, diantaranya adalah sebagai berikut:
a.       Cuaca
Akibat cuaca kurang mendukung dan curah hujan cukup tinggi di berbagai belahan
dunia akhir 2012 dan berlanjut pada Januari sampai Maret 2013, produksi beberapa
komoditas hortikultura menurun, terutama komoditas bawang putih dan bawang merah di
sejumlah Negara termasuk sentra-sentra produksi di wilayah Indonesia. Dampaknya, gagal
panen dan terganggunya pasokan untuk pasar-pasar konsumsi di dalam negeri. Harga kedua
komoditas tersebut dalam kurun waktu yang relatif singkat telah beberapa kali meroket
akibat makin berkurangnya pasokan.
b.      Kurangnya pasokan dan naiknya harga bawang di China
Faktor lain pemicu kenaikan harga bawang adalah kurangnya  pasokan dan naiknya
harga dari negara asalnya yaitu China, yang merupakan eksportir terbesar bawang putih ke
Indonesia, 95 persen kebutuhan nasional. Di China sendiri harga bawang putih naik dari Rp
13.000 per kg menjadi Rp 18.000 per kg akibat  gagal panen dan makin tingginya permintaan
dalam negeri.
c.       Pelanggaran aturan importir
Krisis bawang di Indonesia diperkeruh ulah pemodal dan pengusaha besar ataupun
importir, dengan melanggar aturan impor. Beberapa peti kemas dari 599 peti kemas bawang
putih impor dari China, tertahan di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya. Diduga ada unsur
kesengajaan pihak importir untuk menahan peti kemas dengan mengulur waktu pengurusan
surat persetujuan impor (SPI) dan dokumen rekomendasi impor produk hortikultura (RIPH).
Harapannya,  terjadi kelangkaan bawang di pasar sehingga akan mendongkrak harga. Komisi
Perdagangan dan Persaingan Usaha (KPPU)  mensinyalir 11 importir bawang putih
melakukan praktik kartel dengan cara mengulur waktu pengurusan ijinnya bagi ke 394 peti
kemas produk bawang putih.

d.      Kebijakan Pembatasan importasi


Secara umum, dinamika dan kompleksitas suatu masalah akibat pergerakan harga
komoditas tertentu, telah menimbulkan berbagai persoalan sekaligus sebuah tantangan dan
peluang yang perlu dicermati dan di antisipasi oleh kalangan stakeholder melalui sejumlah
langkah kebijakan dan penerapan strategi yang tepat sasaran, guna mengendalikan dengan
menjadikannya lebih bernilai dan bermanfaat (riant nugroho, 2009).
Akibat penerapan kebijakan tentang pembatasan importasi pada 13 produk
hortikultura melalui Peraturan Menteri Pertanian Nomor 66 Tahun 2012, salah satunya
komoditas bawang putih telah menimbulkan terjadinya kenaikan harga yang cukup tinggi
pada sejumlah pasar konsumsi di daerah-daerah. Pada awalnya kebijakan tersebut dibuat
dengan mempertimbangkan berbagai alasan, antara lain untuk melindungi hasil
produksi/panen para petani lokal yang akan memasuki panen raya, agar terserap hasil
panennya di pasaran dan dapat menjamin tingkat harga yang lebih menguntungkan agar tidak
jatuh pada tingkat yang rendah, seperti yang dialami pada tahun sebelumnya, serta dapat
mengendalikan jumlah yang ideal atas pasokan yang akan memasuki pasar konsumen dalam
negeri, antara perbandingan jumlah produksi dalam negeri dengan tingkat kebutuhan
impornya.
Berdasarkan data dan angka pemerintah, produksi bawang putih lokal yang dihasilkan
para petani menunjukan rata-rata produksinya sebesar 14.200 ton per tahun, sementara untuk
kebutuhan konsumsi masyarakat Indonesia, rata-rata per tahun sebesar 400.000 ton. Terlihat
cukup besar angka perbandingannya, antara angka jumlah produksi dan angka jumlah
kebutuhan permintaan dalam negeri, yaitu angkanya sebesar 385.800 ton per tahun.
Sekitar awal tahun antara Januari sampai dengan Maret 2013, panen raya diperkirakan
akan segera dialami oleh para petani lokal penghasil komoditas hortikultura terutama bawang
putih dan bawang merah. Dengan alasan dasar itulah pemberlakuan dan penetapan oleh
stakeholder mengenai pembatasan impor produk hortikultura terutama komoditas bawang
putih diberlakukan.
Pergerakan harga bagi ke dua komoditas tersebut, saat ini telah menjadi perhatian dan
fokus utama bagi pemerintah khususnya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Akibat
kenaikan harga-harga pangan yang terjadi belakangan ini, dampak yang ditimbulkan sudah
cukup meluas bagi hajat hidup orang banyak, dan harus segera dikendalikan kestabilan
harganya sehingga tidak akan menggerus daya beli masyarakat Indonesia.
Berdasarkan kenyataan tersebut diatas, semestinya perlu segera dilakukan perbaikan regulasi
terhadap kebijakan Permentan Nomor 66/2012 mengenai pembatasan impor hortikultura
terutama komoditas bawang putih dan kebijakan terkait bawang putih lokal, bukan dengan
cara menutup rapat keran impornya, akan tetapi lebih kepada pengendalian pasokannya di
dalam negeri dikarenakan hasil produksi bawang putih kita (lokal) tidak akan mencukupi
untuk penyediaan kebutuhan konsumsi masyarakat.

2.3 Solusi Kenaikan Harga Bawang


Penyebab kenaikan harga kebutuhan pangan, khususnya komoditas bawang, bila
dicermati bisa diakibatkan oleh tiga faktor. Pertama, kelangkaan barang; kedua, penurunan
nilai mata uang yang dipegang masyarakat; dan ketiga, tingginya permintaan. Dari ketiga
faktor tersebut, faktor kedua adalah problem kenaikan harga (inflasi) pada barang-barang
kebutuhan pokok yang biasa terjadi dalam skala tahunan secara agregat (merata pada suatu
masyarakat), dan hal ini terjadi bukan lantaran kelangkaan barang-barang kebutuhan pokok
tersebut.
Setidaknya ada beberapa langkah yang perlu dilakukan oleh pemerintah untuk
mengatasi kenaikan harga, terutama komoditas bawang, agar menjadi stabil.
a.       Mengawasi harga agar terkendali
Pemerintah seharusnya mampu mengawasi harga agar terkendali, tidak boleh
membiarkan harga melambung tinggi yang dinaikkan sepihak oleh penjual perusahaan
swasta, sementara masyarakat menjerit. Praktek-praktek yang terlarang, seperti penipuan,
penimbunan, monopoli, menetapkan harga, dan menaikkan harga, perlu ditindak dengan
sanksi yang tegas.
Di samping itu, pemerintah perlu mendorong berkembangnya sektor riil saja
(pertanian, perikanan, perkebunan, perindustrian, transportasi, dll). Regulasi yang mengatur
barang dan jasa yang boleh atau tidak boleh dilakukan secara berkelanjutan perlu dibuat
secara berkeadilan. Aktivitas perdagangan produk pangan perlu dijaga agar berjalan
sewajarnya, sehat dan adil, tidak merugikan antara penjual dan pembeli dengan menaikkan
harga seperti yang terjadi sekarang ini.
b.      Penurunan biaya sarana produksi
Pemerintah mesti menurunkan biaya sarana produksi pertanian dan memperbaiki
infrastruktur distribusi hasil pertanian. Tingginya biaya produksi dan biaya angkut saat ini
dinilai sebagai pemicu utama meningkatnya harga pangan, khususnya bawang. Diperlukan
penerapan sanksi yang tegas bagi pelaku peredaran produk illegal serta pengawasan aturan
yang diberlakukan terhadap terjadinya kenaikan permintaan makanan dan minuman
c.       Edukasi terhadap konsumen lokal
Faktor komponen yang perlu serius diperhatikan oleh para pemangku pembuat
kebijakan jika akan dilakukan perbaikan pada regulasi, adalah berupaya agar dapat
menciptakan kegairahan para petani kembali untuk meningkatkan produktivitas dan produksi
bawang putih local, serta upaya yang lebih intensitas pelaksanaan edukasi kepada para
konsumen di dalam negeri agar dapat beralih (diversifikasi) yang tadinya terbiasa mengolah
makanan dengan bawang putih impor kepada jenis bawang putih lokal yang saat ini masih
kurang diminati penggunaannya.
Dengan demikian, jika kebijakan tersebut dapat mendiversifikasi permintaan mereka,
tentunya akan mempunyai dua keuntungan sekaligus, yaitu pertama: Para petani akan lebih
bergairah untuk menanam kembali sehingga terjadi peningkatan hasil/panen produksi bawang
putih lokal yang impaknya dapat meningkatkan pendapatan para petani, dan secara tidak
langsung akan terjadi pengurangan jumlah kuota impor produk bawang putih di dalam negeri,
akibat telah tingginya permintaan konsumen yang sudah beralih dan mengemari penggunaan
produk bawang putih lokal sehari-hari.
Dalam jangka panjang, pemerintah perlu menghentikan impor pangan pada produk
yang bisa dihasilkan di dalam negeri seperti bawang, buah-buahan, sayur-sayuran dan
sebagainya. Sebab, impor bahan pangan, selain menghamburkan devisa, dapat membunuh
produsen pangan dalam negeri dan mengancam kedaulatan pangan nasional. Selain itu, impor
pangan hanya akan memakmurkan para spekulan dan komprador penjual. Di sisi lain, negara
dengan penduduk lebih dari 100 juta orang, tidak mungkin bisa maju, jika kebutuhan
pangannya bergantung pada impor (FAO, 1998). Negara perlu segera menjadikan sektor
pertanian sebagai sumber kekuatan ekonomi nasional. Akhirnya, seluruh kebijakan politik-
ekonomi menjelang tahun politik ini harus kondusif untuk bisa mengendalikan kenaikan
harga pangan.
d.      Pemanfaatan Teknologi
Pertimbangan tambahan yang harus menjadi perhatian  bersama adalah dengan
menggalakkan bidang penelitian dan pengembangan dalam pertanian. Dengan masih
lemahnya diseminasi teknologi dan pemanfaatan teknologi tersebut kepada masyarakat secara
luas menjadi salah satu kendala juga bagi adopsi penerapan teknologi dalam usaha
meningkatkan produksi, di tambah lagi mekanisme investasi dan pembiayaan pertanian yang
saat ini masih belum semua bisa dijangkau oleh masyarakat terutama para petani.
Meningkatkan kemampuan produksi dan menciptakan daya saing yang tinggi bagi
komoditas pertanian dalam negeri terutama komoditas hortikultura menjelang era
perdagangan bebas, menjadi salah satu dasar kekuatan ekonomi bangsa dan kunci untuk
mengulang kesuksesan kembali Indonesia sebagai negara agraris (swasembada) yang
mendukung perekonomian dunia.

                           
III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1)      Kenaikan harga produk hortikultura yang bervariasi memicu ketidakstabilan harga,
khususnya bawang merah dan putih. Sebelumnya, harga bawang merah dan bawang putih
berada di kisaran Rp 16-18 ribu per kilogram. Saat ini harga bawang putih melonjak menjadi
Rp 72 ribu per kg, sedangkan bawang merah Rp 48 ribu per kg.
2)      Ada beberapa hal yang disinyalir menjadi penyebab naiknya harga bawang yang sedang
terjdi akhir-akhir ini, diantaranya adalah sebagai berikut: Cuaca, Kurangnya pasokan dan
naiknya harga bawang di China, Pelanggaran aturan importer daan Kebijakan Pembatasan
importasi.
3)      ada beberapa langkah yang perlu dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi kenaikan
harga, terutama komoditas bawang, agar menjadi stabil yaitu Mengawasi harga agar
terkendali, Penurunan biaya sarana produksi, Edukasi terhadap konsumen lokal dan
Pemanfaatan Teknologi

3.2 Saran
            Perlu ditambah lag kebijkan pemerintah mengenai impor bahan pangan sehingga tidak
terjadi kenaikan harga seperti ini lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Gumilang, andi perdana. 2013. Mengatasi kenaikan harga bawang. http://www.tem


po.co/read/kolom/2013/03/20/660/Mengatasi-Kenaikan-Harga-Bawang.diakses pada
tanggal 24 Maret 2013
Hatta. 2013. Harga bawang putih ikut terkerek kenaikan di
china. http://wartaekonomi.co.id/berita8376/harga-bawang-putih-ikut-terkerek-
kenaikan-dichina.htmldiakses pada tanggal 24 Maret 2013
Nugrayasa, oktavio. 2013. Evaluasi dan edukasi kunci pengendalian harga bawang
putih. http://www.setkab.go.id/artikel-7947-evaluasi-dan-edukasi-kunci-pengendalian-harga
bawang-putih.html. diakses pada tanggal 24 Maret 2013

Anda mungkin juga menyukai