TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Fisiografi
kecenderungan arah kira-kira N300°E. Panjang pulau ini kurang lebih 1700 km dengan
lebar kurang lebih 200 km di bagian Utara dan 350 km di bagian Selatan. Perlu
diketahui daerah penelitian terdapat pada Lembar Lubuk Sikaping dengan skala
1 : 250.000.
fisiografi yang terdapat Peta Fisiografi Lembar Lubuk Sikaping dibagi menjadi
6 (enam) zona (Rock dkk., 1983, op. cit. Syukri, 2010), yaitu:
teras 2,6 m pada lembah Batang Natal. Umumnya daerah ini disusun oleh tufa
dengan pola aliran dendritik. Dataran ini dikelilingi oleh sederetan perbukitan
dengan puncak tertinggi mencapai 400 meter dari permukaan laut, disusun oleh
yang memanjang, dipisahkan oleh graben. Bagian barat graben disusun oleh meta-
Analisis Perencanaan Trase Jalan Raya dari Daerah Hapung Kabupaten Padang Lawas hingga Daerah Pagur
Kabupaten Mandailing Natal Sumatera Utara Berdasarkan Aspek Geologi Teknik
Alif Yanuar Aviansyah
kemudian ditutupi oleh sedimen dan vulkanik berumur Miosen dan selanjutnya
3. Zona Graben yang cenderung berarah barat laut – tenggara seperti terlihat
Sikaping (Sumpur Graben), oleh Vestappen (1973, op. cit. Syukri, 2010), disebut
sebagai Sistem Sesar Sumatera. Sesar ini diperkirakan telah aktif sejak Oligosen
4. Zona Pegunungan Bukit Barisan Bagian Timur yang berbeda dengan zona
bagian barat dari segi umur, terutama jika dilihat berdasarkan batuan dasar
Kuarter.
membentuk lipatan pada lapisan Tersier, dengan batas berupa sesar yang berarah
mengikuti sayap lipatan. Daerah horst disusun oleh lapisan Tersier Tua (Formasi
Sihapas) dibagian Timur zona Bukit Barisan, umumnya tidak datar, namun
mempunyai relief rendah. Torehan sungai sangat dalam dengan jurang yang terjal.
Daerah ini juga disusun oleh metasedimen Pra-Tersier dan umumnya berarah
yang memotong perbukitan yang disusun oleh dataran aluvial. Perbukitan ini
6
Analisis Perencanaan Trase Jalan Raya dari Daerah Hapung Kabupaten Padang Lawas hingga Daerah Pagur
Kabupaten Mandailing Natal Sumatera Utara Berdasarkan Aspek Geologi Teknik
Alif Yanuar Aviansyah
2.1.2 Geologi Regional
formasi geologi yang terlewati, yaitu Formasi Kuantan (Pukul), Formasi Kuantan
inti Pegunungan Barisan, dibatasi oleh Padangsidempuan di ujung utara dan sejajar
dengan Padang di ujung selatan. Batuan yang terdapat pada formasi ini yaitu
(Gambar 2.1).
Formasi Kuantan (Puku) terdiri dari filit, batusabak, meta-batupasir arenit dan
meta wacke. Struktur, ketebalan dan sebaran fasies tidak diketahui secara jelas
meskipun fakta di lapangan ditemukan banyak singkapan batuan dengan kondisi yang
sangat baik. Formasi ini tersebar di bagian utara dan tenggara, yang ditunjukkan
Formasi Sihapas (Tms) yang tersebar di bagian timur dan barat Lubuksikaping
didominasi oleh endapan flysch. Batuan yang terdapat pada formasi ini yaitu batupasir
7
Analisis Perencanaan Trase Jalan Raya dari Daerah Hapung Kabupaten Padang Lawas hingga Daerah Pagur
Kabupaten Mandailing Natal Sumatera Utara Berdasarkan Aspek Geologi Teknik
Alif Yanuar Aviansyah
Gambar 2.1 Peta Geologi Lembar Lubuksikaping Skala 1 : 250.000
(Rock dkk., 1983 op. cit. Hidayat dkk., 2008) dan daerah penelitian yang diberi kotak
merah Skala 1 : 100.000
merupakan percabangan dari Sesar Utama Sumatera, yaitu Sesar Lubuksikaping dan
pergeseran menganan sejauh 42 km. Hal ini ditunjukkan dengan keberadaan Granit
Sopan di bagian timur sesar dan Granit Air Mabara di sebelah barat sesar (Hahn &
Weber, 1981 op. cit. Barber dkk., 2005). Pada saat ini, Sesar Lubuksikaping
diperkirakan sudah tidak aktif lagi (Sieh & Natawijaya, 2000). Sedangkan Sesar
Pungkus-Barilas ditandai dengan zona sesar selebar 20 meter yang terdiri dari zona
lempung berupa lempung kaya sulfida dan breksi tersilikakan dengan gipsum (Rock
8
Analisis Perencanaan Trase Jalan Raya dari Daerah Hapung Kabupaten Padang Lawas hingga Daerah Pagur
Kabupaten Mandailing Natal Sumatera Utara Berdasarkan Aspek Geologi Teknik
Alif Yanuar Aviansyah
Tatanan struktur regional daerah ini dimodelkan oleh Rock dkk. (1983 op. cit.
Barber dkk., 2005) sebagai sebuah Pull Apart Bassin dengan elipsoid berarah
sebagai graben, yang me rupakan ekstensi akibat pergerakan menganan dari Sesar
ekstentsi dari Sesar Normal Gadis. Sedangkan di bagian yang berlawanan, terbentuk
Graben Rau. Graben ini terbentuk karena adanya pergerakan ekstensi yang diakibatkan
pergerakan menganan dari Sesar Lubuk Sikaping dan Sesar Pungkut-Barilas. Daerah
penelitian terletak di sekitar Air Mabara Granite dan sedikit terlewati Sesar Lubuk
Gambar 2.2 Model struktur regional daerah Lubuk Sikaping dan sekitarnya. Daerah
penelitian ditunjukkan dengan kotak merah.
9
Analisis Perencanaan Trase Jalan Raya dari Daerah Hapung Kabupaten Padang Lawas hingga Daerah Pagur
Kabupaten Mandailing Natal Sumatera Utara Berdasarkan Aspek Geologi Teknik
Alif Yanuar Aviansyah
2.2 Teori Dasar
permukaan bumi hingga inti bumi dengan fokus kajian mengenai material penyusun,
komposisi, serta proses-proses yang berlangsung pada masa lampau yang dapat
diamati pada masa sekarang. Ilmu geologi ini dapat dimanfaatkan untuk membantu
manusia dalam menganalisis berbagai fenomena kebumian yang ada seperti gempa,
tanah longsor, serta dapat membantu mengetahui potensi sumber daya alam. Dalam
mempelajari geologi didasarkan pada fenomena yang terekam dalam batuan / litologi
diantaranya: a). Warna; b). Tekstur batuan; c). Struktur batuan; dan d). Komposisi
mineral.
bahasa Yunani, yang terdiri dari tiga kata yaitu: Geos (earth/bumi), morphos
Obyek kajian dari geomorfologi adalah bentuk lahan, bukan hanya sekedar
bentuk-bentuk tersebut bisa terjadi, proses apa yang mengakibatkan pembentukan dan
atau bentukan-bentukan lain yang ada di permukaan bumi, bukan hanya mempelajari
mendeskripsikan dan menganalisis bagaimana bentukan itu terjadi. Dalam hal ini
10
Analisis Perencanaan Trase Jalan Raya dari Daerah Hapung Kabupaten Padang Lawas hingga Daerah Pagur
Kabupaten Mandailing Natal Sumatera Utara Berdasarkan Aspek Geologi Teknik
Alif Yanuar Aviansyah
adanya bentukan yang tampak sama, ada kemungkinan latar belakang
pembentukan dan kejadiannya tidak sama, bahkan sangat berbeda sekali. Umpamanya
suatu deretan pegunungan, mungkin terjadi karena pelipatan kulit bumi, patahan,
mungkin juga karena hasil pengerjaan erosi yang demikian hebat, sehingga
menyebabkan pembentukan dan perubahan yang dialami oleh setiap bentuk lahan
serta mencari hubungan antara bentuk lahan dengan proses-proses dalam tatanan
keruangan dan kaitannya dengan lingkungan. Di samping itu, juga menelaah dan
alamiah dan ulah manusia yang berlangsung, pengkelasan dari bentuk lahan serta cara
breaking up of anything into its constituent elements). Batuan dapat dianalisis menjadi
dari pengamatan lapangan, pengukuran lapangan, peta topografi, foto udara, dan
11
Analisis Perencanaan Trase Jalan Raya dari Daerah Hapung Kabupaten Padang Lawas hingga Daerah Pagur
Kabupaten Mandailing Natal Sumatera Utara Berdasarkan Aspek Geologi Teknik
Alif Yanuar Aviansyah
sebagainya. Berbagai data selanjutnya perlu diolah dengan berbagai cara, baik
dengan tangan atau dengan alat. Keluaran (output) yang dihasilkan dapat berbentuk
atau peta. Macam analisis yang bagaimana yang akan digunakan tergantung dari sifat
dan tujuan penelitian itu sendiri. Pada dasarnya analisis merupakan usaha penguraian
lebih lanjut daripada data agar dapat diperbandingkan, maka dari itu pada analisis perlu
Berikut ini digambarkan matriks antara tujuan analisis dan variable yang
mungkin mempengaruhinya.
Tabel 2.1. Matrix Hubungan Antara Macam-Macam Analisis dan Tujuan Analisis
Dalam Perencanaan Jalan (Ludiro, dkk, 1985)
12
Analisis Perencanaan Trase Jalan Raya dari Daerah Hapung Kabupaten Padang Lawas hingga Daerah Pagur
Kabupaten Mandailing Natal Sumatera Utara Berdasarkan Aspek Geologi Teknik
Alif Yanuar Aviansyah
Analisis Morfologi dilakukan dengan pemisahan-pemisahan unsur-unsur
tujuan aplikasi dalam hal ini difokuskan pengaplikasian analisis trase jalan raya (Tabel
2.1). Analisis morfologi yang digunakan adalah: elevasi, sudut lereng, dan tekuk
a. Elevasi.
Elevasi diukur dalam meter di atas muka laut. Data mengenai elevasi
hidup baik pada elevasi antara sekian dan sekian meter di atas muka laut; salju
b. Sudut Lereng.
penggunaan lahan memerlukan sudut lereng yang mutlak datar seperti lapangan
terbang, dan penggunaan lahan lain dapat tidak terlalu terpengaruh sudut lereng
c. Satuan Morfologi.
Daerah di muka bumi yang mempunyai kesamaan dalam bentuk – bentuk dan
pola aliran sungai dimasukkan ke dalam satuan yang sama. Tujuan utama adalah
13
Analisis Perencanaan Trase Jalan Raya dari Daerah Hapung Kabupaten Padang Lawas hingga Daerah Pagur
Kabupaten Mandailing Natal Sumatera Utara Berdasarkan Aspek Geologi Teknik
Alif Yanuar Aviansyah
memisahkan mana daerah konstruksional dan daerah destruksional. Di dalam peta
Kelas lereng yang menunjukkan kesamaan lahan kritis disertai dengan proses-
proses pada lereng tertentu yang menonjol. Kegiatan konservasi tertentu dapat juga
dilakukan terhadap satuan bentuk lahan tertentu yang memiliki proses yang
menonjol atau nilai kelas konservasi. Jika batas satuan bentuk lahan digambar
dengan garis tebal, maka nama singkatan dari bentuk lahan perlu dicantumkan
dengan huruf kapital. Simbol-simbol lain yang digambar dengan garis hitam dapat
diberikan untuk proses geomorfologi yang sudah tidak aktif tapi masih baru, garis
merah untuk erosi yang aktif dan biru gelap untuk gerakan tanah yang aktif.
Vegetasi alami, semi alami dan pertanian sangat mempengaruhi proses erosi dan
gerakan tanah, sehingga simbol - simbol vegetasi digambar dengan warna hijau.
Kelas lereng, proses, karakteristik, kondisi lahan, dan warna tercantum pada
14
Analisis Perencanaan Trase Jalan Raya dari Daerah Hapung Kabupaten Padang Lawas hingga Daerah Pagur
Kabupaten Mandailing Natal Sumatera Utara Berdasarkan Aspek Geologi Teknik
Alif Yanuar Aviansyah
Tabel 2.2 Klasifikasi Kelas Lereng oleh Van Zuidam (1983)
Simbol Warna
Kelas
Proses, Karakteristik, dan Kondisi Lahan Yang
Lereng
Disarankan
Datar atau hampir datar, tidka ada erosi yang besar,
0-2% Hijau Tua
dapat diolah dengan mudah dalam kondisi kering
Laham memiliki kemiringan lereng landai, bila
terjadi longsor bergerak dengan kecepatan rendah,
2-7% Hijau Muda
pengikisan dan erosi akan meninggalkan bekas yang
sangat dalam
Lahan memiliki kemiringan lereng landai samai
7-15% curam, bila terjadi longsor bergerak dengan Kuning Muda
kecepatan rendah, sangat rawan terhadap erosi
Lahan memiliki kemiringan leeng yang curam,
15-30% rawan terhadap bahaya longsor, erosi permukaan, Kuning Tua
dan erosi alur
Lahan memiliki kemiringan lereng yang curam,
sampai terjal, sering terjadi erosi dan gerakan tanah
30-70% Merah Muda
dengan kecepatan yang perlahan-lahan. Daerah
rawan erosi dan longsor.
Lahan memiliki kemiringan lereng yang terjalm
70-
sering ditemukan sngkapan batuan, rawan terhadap Merah Tua
140%
erosi
Lahan memiliki kemiringan lereng yang terjal,
>140% singkapan batuan muncul di permukaan, rawan Ungu Tua
terhadap longsor batuan.
Attewell dan Farmer (1976) adalah penerapan ilmu geologi pada praktek rekayasa
rekayasa sipil. Ahli geologi teknik atau geologi rekayasa menyelidiki dan memberikan
pertimbangan, analisis, dan desain dari sudut pandang geologi dan geologi teknik.
Pekerjaan yang dilakukan oleh ahli geologi rekayasa, yaitu: a). Penyelidikan bahaya
15
Analisis Perencanaan Trase Jalan Raya dari Daerah Hapung Kabupaten Padang Lawas hingga Daerah Pagur
Kabupaten Mandailing Natal Sumatera Utara Berdasarkan Aspek Geologi Teknik
Alif Yanuar Aviansyah
geologi; b). Penyelidikan geologi teknik seperti mekanika tanah dan batuan; c). Teknik
pondasi; d). Struktur bawah tanah; e). Sifat-sifat materi; dan f). Bencana geologi
Peristilahan material bangunan seorang ahli teknik sipil, sering terjadi masalah,
oleh karena itu sebagai seorang ahli dalam bidang geologi teknik harus memahami
istilah-istilah atau batasan-batasan yang benar menurut teknik sipil. Ada perbedaan
pengertian dalam bidang geologi maupun bidang teknik sipil tentang tanah dan batuan
(Tabel 2.3)
Tabel 2.3 Beberapa Perbedaan Pengertian Menurut Teknik Sipil dan Teknik Geologi
(Agung, 2010)
Istilah Teknik Sipil Teknik Geologi
Hasil pelapukan batuan yang
Tanah Semua bagian dari bumi yang menghasilkan material dengan
(Soil) dapat digali tanpa alat peledak sifat sesuai dengan batuan
induknya
Bagian dari kulit bumi yang Susunan kulit bumi yang
Batuan
hanya diambil dengan alat terdiri dari satu atau beberapa
(Rock)
peledak jenis mineral
Batu Masa fragmen yang lepas dari
Merupakan bagian dari batu
(Stone) batuan aslinya untuk konstruksi
Tanah yang terisi oleh semen
Padas Sama dengan batu
sehingga menjadi satu kesaruan
daya dukung tanah dalam menerima beban. Daya dukung tanah perlu diketahui untuk
menghitung dan merencanakan dimensi podasi yang dapat mendukung beban struktur
yang akan dibangun. Apabila daya dukung tanah tidak mampu menerima beban dari
struktur yang direncanakan, maka dengan data daya dukung tanah yang telah diketahui
kita dapat melakukan perlakuan tertentu agar nilai daya dukung tanah dapat mencapai
16
Analisis Perencanaan Trase Jalan Raya dari Daerah Hapung Kabupaten Padang Lawas hingga Daerah Pagur
Kabupaten Mandailing Natal Sumatera Utara Berdasarkan Aspek Geologi Teknik
Alif Yanuar Aviansyah
nilai yang diinginkan. Penimbunan dan pemadatan merupakan salah satu perlakuan
Definisi daya dukung tanah menurut Terzaghi (1943) dalam Das (2004) adalah
kemampuan tanah untuk mendukung beban baik berupa beban pondasi sendiri dan
beban yang lain, yaitu berupa beban tetap, beban bergerak, beban angin dan beban
gempa. Daya dukung batas (ultimate bearing cap) adalah tekanan minimum yang
menyebabkan keruntuhan geser (shear failure) pada tanah pendukung secara cepat ke
bawah.
gengam (Gambar 2.4). Alat ini dibuat untuk mengetahui daya ikat atau konsistensi
tanah-tanah yang bertekstur halus. Penetrometer saku dapat digunakan dalam berbagai
Penetrometer saku mempunyai berat 170 hingga 200 gram, panjang 160 hingga
180 mm, diameter ujung penetrometer 19,1 mm, dan diameter tongkat 6,4mm. Hasil
pengukuran penetrasi dengan alat ini dapat dibaca langsung pada alat, dinyatakan
dalam kg/cm2. Selanjutnya dicocokkan ke dalam konsistensi tanah yang terdapat pada
Tabel 2.4
17
Analisis Perencanaan Trase Jalan Raya dari Daerah Hapung Kabupaten Padang Lawas hingga Daerah Pagur
Kabupaten Mandailing Natal Sumatera Utara Berdasarkan Aspek Geologi Teknik
Alif Yanuar Aviansyah
Tabel 2.4 Konsistensi Tanah Terhadap Nilai Daya Dukung Tanah
Nilai Daya
Konsistensi Tanah Dukung
Tanah
Very Soft (Sangat Lunak) < 2,5
Soft (Lunak) 2,5 - 5,0
Medium Stiff (Sedikit
5,0 - 10,0
Keras)
Stiff (Keras) 10,0 - 20,0
Very Stiff (Sangat Keras) 20,0 - 40,0
meliputi:
kepentingan umum yang sesuai dengan rencana tata ruang dapat dilaksanakan
umum yang dilaksanakan Pemerintah atau pemerintah daerah meliputi: a). Jalan
umum dan jalan tol, rel kereta api, (di atas tanah, di ruang atas tanah, ataupun di
ruang bawah tanah), saluran air minum/air bersih, saluran pembuangan air dan
lainnya; c). Pelabuhan, bandar udara, stasiun kereta api, dan terminal; d). fasilitas
keselamatan umum, seperti tanggul penanggulangan bahaya banjir, lahar, dan lain-
18
Analisis Perencanaan Trase Jalan Raya dari Daerah Hapung Kabupaten Padang Lawas hingga Daerah Pagur
Kabupaten Mandailing Natal Sumatera Utara Berdasarkan Aspek Geologi Teknik
Alif Yanuar Aviansyah
lain bencana; e). Tempat pembuangan sampah; f). cagar alam dan cagar budaya;
air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.”
teknis yang harus dipenuhi oleh suatu ruas jalan agar jalan dapat berfungsi secara
optimal memenuhi Standar Pelayanan Minimal Jalan dalam melayani lalu lintas
ketentuan teknis jalan yang harus dipenuhi dalam suatu perencanaan teknis jalan.”
dibangun;dan
19
Analisis Perencanaan Trase Jalan Raya dari Daerah Hapung Kabupaten Padang Lawas hingga Daerah Pagur
Kabupaten Mandailing Natal Sumatera Utara Berdasarkan Aspek Geologi Teknik
Alif Yanuar Aviansyah
2) pertimbangan teknis, ekonomis, lingkungan, dan keselamatan yang
alinemen jalan yang final untuk alternatif alinemen terpilih hasil kajian
kelayakan jalan;
kesatuan jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder yang terjalin
20
Analisis Perencanaan Trase Jalan Raya dari Daerah Hapung Kabupaten Padang Lawas hingga Daerah Pagur
Kabupaten Mandailing Natal Sumatera Utara Berdasarkan Aspek Geologi Teknik
Alif Yanuar Aviansyah
keterhubungan antarkawasan dan/atau dalam kawasan perkotaan, dan kawasan
perdesaan.”
kecepatan rencana paling rendah 60 (enam puluh) kilometer per jam dengan lebar
Pasal 13 ayat 3 menyebutkan bahwa “Pada jalan arteri primer lalu lintas jarak
jauh tidak boleh terganggu oleh lalu lintas ulang alik, lalu lintas lokal, dan kegiatan
lokal.”
berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 30 (tiga puluh) kilometer per jam
Pasal 17 ayat 3 menyebutkan bahwa “Pada jalan arteri sekunder lalu lintas
kerjasama.
a. religi antara lain tempat ibadah, tempat pemakaman umum dan wisata rohani;
21
Analisis Perencanaan Trase Jalan Raya dari Daerah Hapung Kabupaten Padang Lawas hingga Daerah Pagur
Kabupaten Mandailing Natal Sumatera Utara Berdasarkan Aspek Geologi Teknik
Alif Yanuar Aviansyah
c. penanaman/pemasangan pipa atau kabel;
pembuatan tanggul;
produksi;
laut, lalu lintas udara, lalu lintas darat dan sarana meteorologi, klimatologi dan
j. pembangunan embung;
rehabilitasi hutan;
dan ukuran yang nyata dari suatu jalan yang direncanakan beserta bagian-bagiannya
22
Analisis Perencanaan Trase Jalan Raya dari Daerah Hapung Kabupaten Padang Lawas hingga Daerah Pagur
Kabupaten Mandailing Natal Sumatera Utara Berdasarkan Aspek Geologi Teknik
Alif Yanuar Aviansyah
disesuaikan dengan kebutuhan serta sifat lalu lintas yang ada. Dalam perencanaan jalan
bersangkutan dapat memberikan pelayanan yang optimal kepada lalu lintas sesuai
dalam merencanakan geometrik jalan antar kota, guna menghasilkan geometrik jalan
fungsinya, dimana peraturan ini mencakup tiga golongan penting, yaitu jalan utama,
1) Jalan utama merupakan jalan raya yang melayani lalu lintas yang tinggi antara
kota-kota yang penting atau antara pusat-pusat produksi dan pusat-pusat eksport.
Jalan-jalan dalam golongan ini harus direncanakan untuk dapat melayani lalu lintas
2) Jalan sekunder merupakan jalan raya yang melayani lalu lintas yang cukup tinggi
antara kota-kota penting dan kota-kota penting dan kota-kota kecil, serta melayani
daerah-daerah di sekitarnya.
3) Jalan penghubung merupakan jalan untuk keperluan aktivitas daerah yang juga
dipakai sebagai jalan penghubung antara jalan-jalan dari golongan yang sama atau
yang berlainan.
1) Jalan Arteri
23
Analisis Perencanaan Trase Jalan Raya dari Daerah Hapung Kabupaten Padang Lawas hingga Daerah Pagur
Kabupaten Mandailing Natal Sumatera Utara Berdasarkan Aspek Geologi Teknik
Alif Yanuar Aviansyah
Jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan jarak jauh,
kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien.
2) Jalan Kolektor
jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi.
3) Jalan Lokal
Jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri perjalanan jarak dekat,
menerima beban lalu lintas, dinyatakan dalam muatan sumbu terberat (MST) dalam
satuan ton.
2) Klasifikasi menurut kelas jalan dan ketentuannya serta kaitannya dengan kasifikasi
24
Analisis Perencanaan Trase Jalan Raya dari Daerah Hapung Kabupaten Padang Lawas hingga Daerah Pagur
Kabupaten Mandailing Natal Sumatera Utara Berdasarkan Aspek Geologi Teknik
Alif Yanuar Aviansyah
medan yang diukur tegak lurus garis kontur.
jalan Nasional, Jalan Propinsi, Jalan Kabupaten/Kotamadya, Jalan Desa, dan Jalan
Khusus.
1) Jalan nasional merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan
jalan primer yang menghubungkan antar ibu kota provinsi dan jalan strategis
2) Jalan provinsi adalah jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang
3) Jalan kabupaten adalah jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang
menghubungkan ibu kota kabupaten dengan ibu kota kecamatan serta jalan
25
Analisis Perencanaan Trase Jalan Raya dari Daerah Hapung Kabupaten Padang Lawas hingga Daerah Pagur
Kabupaten Mandailing Natal Sumatera Utara Berdasarkan Aspek Geologi Teknik
Alif Yanuar Aviansyah
4) Jalan kota merupakan jalan umum dalam sistem jaringan sekunder yang
6) Jalan khusus adalah jalan yang dibangun oleh instansi, badan usaha,
(Tabel 2.7) adalah hal pertama yang dilakukan sebelum menarik trase jalan. Trase jalan
raya atau sering disebut sumbu jalan yaitu berupa garis-garus lurus saling berhubungan
yang terdapat pada peta topografi suatu muka tanah dalam perencanaan jalan baru.
Biasanya terdapat bebrapa trase jalan yang dibuat, sehingga pada akhirnya dipilih salah
satu trase yang dapat memenuhi syarat suatu perencanaan jalan. Trase jalan digunakan
Tabel 2.7 Ketentuan Klasifikasi Fungsi, Kelas Beban, dan Medan Berdasarkan Tata
Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota No 038/T/BM/1997
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih trase yang dapat
memenuhi syarat bahwa suatu jalan layak digunakan, terutama jalan yang dibangun di
26
Analisis Perencanaan Trase Jalan Raya dari Daerah Hapung Kabupaten Padang Lawas hingga Daerah Pagur
Kabupaten Mandailing Natal Sumatera Utara Berdasarkan Aspek Geologi Teknik
Alif Yanuar Aviansyah
a) Trase diusahakan jalur terpendek
Hal yang paling diutamakan perencana adalah jalan yang ekonomis. Ekonomis
yang dimaksud yaitu suatu jalan dapat dibangun dengan kualitas bagus dan harga
yang terjangkau maka dengan merencanakan trase yang terpendek, biaya dalam
bagi pengguna jalan. Jalan yang terlalu curam akan membuat kendaraan menjadi
berat akibat adanya gaya sentrifugal sehingga pengguna jalan tidak lagi
Sudut luar dalam menarik trase jalan akan sangat mempengaruhi keadaan jalan
tikungan yang kurang dari 90 derajat agar tikungan yang terbentuk tidak terlalu
Galian (cut) dan timbunan (fill) merupakan hal yang juga sangat diperhatikan
dan galian telah ditentukan terlabih dahulu, agar biaya yang dikeluarkan untuk
melaksanakan suatu bangunan jalan tidak lebih besar dari yang tersedia. Perencana
jalan harus merencanakan trase jalan sedemikian rupa sehingga tidak terjadi galian
27
Analisis Perencanaan Trase Jalan Raya dari Daerah Hapung Kabupaten Padang Lawas hingga Daerah Pagur
Kabupaten Mandailing Natal Sumatera Utara Berdasarkan Aspek Geologi Teknik
Alif Yanuar Aviansyah