Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA

PADA PASIEN DENGAN HARGA DIRI RENDAH DI RUMAH


BERDAYA PADA TANGGAL 15 – 19 FEBRUARI 2021

OLEH
KADEK DESI FAJAR YANTI
C1116146
VC

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BINA USADA BALI

2021
1. Konsep Dasar Harga Diri Rendah
a. Definisi
Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak
berharga, tidak berarti, rendah diri, yang menjadikan evaluasi negatif
terhadap diri sendiri dan kemampuan diri (Keliat, 2011).
Harga diri rendah merupakan evaluasi diri dan perasaan tentang diri
atau kemampuan diri yang negatif terhadap diri sendiri, hilangnya percaya
diri dan harga diri, merasa gagal dalam mencapai keinginan (Direja, 2011)
Harga diri rendah merupakan keadaan dimana individu
mengalami evaluasi diri negatif tentang kemampuan dirinya (Fitria, 2012).
Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa harga diri rendah yaitu
dimana individu mengalami gangguan dalam penilaian terhadap dirinya
sendiri dan kemampuan yang dimiliki, yang menjadikan hilangnya rasa
kepercayaan diri akibat evaluasi negatif yang berlangsung dalam waktu
yang lama karena merasa gagal dalam mencapai keinginan.

b. Etiologi
1) Faktor Predisposisi Harga Diri Rendah Kronis
a. Faktor biologis
Pengaruh faktor biologis meliputi adanya faktor herediter
anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, riwayat
penyaakit atau trauma kepala.
b. Faktor psikologis
Pada pasien yang mengalami harga diri rendah, dapat
ditemukan adanya pengalaman masa lalu yang tidak
menyenangkan, seperti penolakan dan harapan orang tua yang
tidak realisitis, kegagalan berulang, kurang mempunyai tanggung
jawab personal, ketergantungan pada orang lain, penilaian
negatif pasien terhadap gambaran diri, krisis identitas, peran
yang terganggu, ideal diri yang tidak realisitis, dan pengaruh
penilaian internal individu.
c. Faktor social budaya
Pengaruh sosial budaya meliputi penilaian negatif dari
lingkungan terhadap pasien yang mempengaruhi penilaian pasien,
sosial ekonomi rendah, riwayat penolakan lingkungan pada tahap
tumbuh kembang anak, dan tingkat pendidikan rendah.

2) Faktor Presipitasi Harga Diri Rendah Kronis


Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah biasanya adalah
kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh,
kegagalan atau produktifitas yang menurun. Secara umum gangguan
konsep diri harga diri rendah ini dapat terjadi secara situasional atau
kronik. Secara situsional misalnya karena trauma yang muncul tiba-
tiba, sedangkan yang kronik biasanya dirasakan klien sebelum sakit
atau sebelum dirawat klien sudah memiliki pikiran negatif dan
memingkat saat dirawat (yosep, 2009)
Faktor presipitasi menurut Stuart & Sundeen (2007) dapat berasal
dari sumber internal dan eksternal yaitu :
a. Trauma Seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan
peristiwa yang mengancam kehidupan.
b. Ketegangan peran Berhubungan dengan peran atau posisi yang
diharapkan dan individu mengalaminya sebagai frustasi. Ada tiga jenis
transisi peran, yaitu :
a) Transisi peran perkembangan adalah perubahan normative yang
berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap
perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan
norma-norma budaya, nilai-nilai serta tekanan untuk menyesuaikan
diri.
b) Transisi peran situasi Terjadi dengan bertambah atau berkurangnya
anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian.
c) Transisi peran sehat-sakit Terjadi akibat pergeseran dari keadaan
sehat kekeadaan sakit, transisi ini dicetuskan oleh :
1. Kehilangan anggota tubuh.
2. Perubahan ukuran, bentuk, penampilan atau fungsi
tubuh.
3. Perubahan fisik yang berhubungan dengan tumbuh
kembang.
4. Prosedur medis dan keperawatan.

c. Proses Terjadinya Masalah


Rentang Respon

Keterangan:
1. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri positif tentang latar belakang
pengalaman nyata yang sukses diterima.
2. Konsep diri positif adalah individu mempunyai pengalaman yang
positif dalam beraktualisasi.
3. Harga diri rendah adalah transisi antara respon diri adaptif dengan
konsep diri maladaptif.
4. Kerancuan identitas adalah kegagalan individu dalam kemalangan
aspek psikososial dan kepribadian dewasa yang harmonis.
5. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis terhadap diri
sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak
dapat membedakan dirinya dengan orang lain

d. Klasifikasi

Klasifikasi harga diri rendah dalam diagnosa keperawatan NANDA


2010 adalah:
1. Harga diri rendah situasional
Harga diri rendah situasional adalah persepsi negatif tentang diri
sendiri karena adanya situasi yang terjadi seperti, karena adanya
trauma yang muncul secara tiba-tiba misalnya, harus dioperasi,
kecelakaan, perkosaan atau dipenjara termasuk dirawat di rumah sakit
bisa menyebabkan harga diri rendah karena penyakit fisik atau
pemasangan alat bantu yang membuat lingkungan klien tidak nyaman,
kegagalan yang dialami, perubahan peran sosial dan adanya penolakan
dari lingkungan. Tanda dan gejala adalah merasa tidak mampu
menghadapi suatu peristiwa, merasa bimbang, merasa tidak berguna,
bicara lambat, dan perilaku tidak asertif (tidak mampu
mengkomunikasikan keinginannya)
2. Harga diri rendah kronik
Perasaan negatif tentang diri sendiri yang berlangsung lama.
Individu dengan harga diri rendah kronik sebelum sakit atau sebelum
dirawat klien sudah memiliki pikiran negatif dan meningkat saat
dirawat. Faktor pendukung peyebab harga diri rendah kronik yaitu
tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan, kurang kasih sayang,
kurang mengambil bagian dalam suatu masyarakat, tidak dianggap di
lingkungan, ketidaksesuaian perilaku dengan norma yang ada, tidak
melakukan aturan norma spiritual, merasa tidak dihargai orang lain,
gangguan psikiatrik, mengalami kegagalan yang berulang, berpikir
negatif, adanya peristiwa yang mengakibatkan trauma. Tanda dan
gejala adalah bergantung dengan orang lain, merasa tidak mampu
mengahadapi suatu peristiwa, berpikir negatif yang berlebihan tentang
diri sendiri, merasa bersalah, merasa malu, sering kurang berhasil
dalam suatu kegiatan, tidak mau mencoba situasi baru, merasa ragu,
kontak mata kurang, perilaku tidak asertif, mengkritik diri sendiri dan
menolak hal positif yang ada pada dirinya (menolak diri sendiri)

e. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis harga diri rendah menurut Trimellia (2011), sebagai
berikut:
1. Mengejek dan mengkritik diri.
2. Merasa bersalah dan khawatir, menghukum atau menolak diri sendiri.
3. Mengalami gejala fisik, misal: tekanan darah tinggi, gangguan
penggunaan zat.
4. Menunda keputusan.
5. Sulit bergaul.
6. Menghindari kesenangan yang dapat memberi rasa puas.
7. Menarik diri dari realitas, cemas, panic, cemburu, curiga dan
halusinasi.
8. Merusak diri: harga diri rendah menyokong klieb untuk mengakhiri
hidup.
9. Merusak atau melukai orang lain.
10. Perasaan tidak mampu.
11. Pandangan hidup yang pesimitis.
12. Tidak menerima pujian.
13. Penurunan produktivitas.
14. Penolakan tehadap kemampuan diri.
15. Kurang memperhatikan perawatan diri.
16. Berpakaian tidak rapi.
17. Berkurang selera makan.
18. Tidak berani menatap lawan bicara.
19. Lebih banyak menunduk.
20. Bicara lambat dengan nada suara lemah.
f. Pohon Masalah

Isolasi sosial berhubungan dengan harga diri rendah

Effect

Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah


Core Problem

Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

Resiko perubahan persepsi sensori: Halusnasi berhubungan dengan menarik diri


Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
Causa

Sumber: Keliat (2006)

g. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada halusinasi di bagi menjadi dua yaitu
penatalaksanaan medis dan penatalaksanaan keperawatan (Kusumawati,
2011) , yaitu :
1) Penatalaksanaan Medis
a. Farmakologi
1) Obat anti psikosis: Penotizin
2) Obat anti depresi: Amitripilin
3) Obat Anti ansietas: Diasepam, bromozepam, clobozam
4) Obat anti insomnia: Phneobarbital
2) Penatalaksanaan Keperawatan
a) Terapi keluargaBerfokus pada keluarga dimana keluarga
membantu mengatasi masalah klien dengan memberikan perhatian
1) BHSP
2) Jangan memancing emosi klien
3) Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan
keluarga
4) Berikan kesempatan klien mengemukaan pendapat
5) Dengarkan, bantu dan anjurkan pasien untuk mengemukakan
masalah yang dialaminya
b) Terapi Kelompok
Berfokus pada dukungan dan perkembangan, keterampilan
sosial, atau aktivitas lain dengan berdiskusi dan bermain untuk
mengembalikan keadaan klien karena masalah sebagian orang
merupakan persaan dan tingkah laku pada orang lain.
c) Terapi musik Dengan musik klien terhibur,rileks dan bermain
untuk mengebalikan kesadaran klien

2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Jiwa


a. Pengkajian
Proses keperawatan merupakan wahana/ sarana kerjasama dengan
klien, yang umumnya pada tahap awal peeran perawat lebih besar dari
pada peran klien, namun pada proses akhirnya diharapkan peran klien
lebih besar dari peran perawat, sehingga kemandirian klien dapat dicapai.
Proses keperawatan bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan
sesuai dengan kebutuhan dan masalah klien sehingga mutu pelayanan
keperawatan menjadi optimal. Kebutuhan dan masalah klien dapat
diidentifikasi, diprioritaskan untuk dipenuhi, serta diselesaikan. Dengan
menggunakan proses keperawatan, perawat dapat terhindar dari tindakan
keperawatan yang bersifat rutin, intuisi, dan tidak unik bagi individu klien
(Direja, 2015). Untuk dapat menjaring data yang diperlukan umumnya,
dikembangkan formulir pengkajian dan petunjuk teknis pengkajian agar
memudahkan dalam pengkajian. Isi pengkajian meliputi:
1) Identitas klien
2) Keluhan utama atau alasan masuk
3) Faktor predisposisi
4) Aspek fisik atau biologis
5) Aspek psikososial
6) Status mental
7) Kebutuhan persiapan pulang
8) Mekanisme koping
9) Masalah psikososial dan lingkungan
10) Pengetahuan
11) Aspek medik
Kemudian data yang diperoleh dapat dikelompokkan menjadi dua
macam sebagai berikut:
1) Data objektif ialah data yang ditemukan secara nyata. Data ini
didapatkan melalui observasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat.
2) Data subjektif ialah data yang disampaikan secara lisan oleh klien dan
keluarga. Data ini diperoleh melalui wawancara perawat kepada klien
dan keluarga. Data yang langsung didapat oleh perawat disebut sebagai
data perimer, dan data yang diambil dari hasil catatan tim kesehatan lain
sebagai data sekunder.

b. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan klien yang muncul klien dengan gangguan
persepsi sensori: halusinasi (Damaiyanti. 2012), sebagai berikut:
a. Gangguan persepsi sensori: halusinasi
b. Isolasi sosial
c. Resiko perilaku kekerasan (diri sendiri, orang lain, lingkungan, dan
verbal)

c. Rencana Tindakan Keperawatan (Strategi Pelaksanaannya)


1. Gangguan konsep diri: harga diri rendah.

Diagnosa Tujuan Kriteria evaluasi Intervensi


Keperawata
n
Gangguan Klien mampu Setelah dilakukan SP : 1
konsep diri membina asuhan keperawatan 1. Identifikasi
Hara diri hubungan saling selama 3x pertemuan kemampuan
rendah percaya dan klien mampu melakukan
mengidentifikasi menunjukkan : kegiatan dan
penyebab hdr. 1. ekspresi wajah aspek positif
bersahabat, pasien (buat
2. menunjukkan rasa daftar
senang kegiatan)
3. ada kontak mata 2. Bantu pasien
4. mau berjabat menilai
tangan,mau kegiatan yang
5. mau menyebutkan dapat
nama dilakukan saat
6. mau menjawab ini (pilih dari
salam daftar
kegiatan) : buat
daftar kegiatan
yang dapat
dilakukan saat
ini
3. Bantu pasien
memilih salah
satu kegiatan
yang dapat
dilakukan saat
ini untuk
dilatih
4. Latih kegiatan
yang dipilih
(alat dan cara
melakukannya)
5. Masukkan
pada jadual
kegiatan untuk
latihan dua kali
per hari
Klien dapat Setelah dilakukan SP : 2
mengidentifiksi asuhan keperawatan 1. Evaluasi
prasaan yang selama 3x pertemuan kegiatan
muncul secara klien mampu : pertama yang
berulang 1. menceritakan ide- dipilih dan
ide dan perasaan yang berikan pujian.
muncul secara 2. Bantu pasien
berulang dalam memilih
pikirannya. kegiatan kedua
yang akan
dilatih
3. Latih kegiatan
kedua (alat dan
cara)
4. Masukkan pada
jadual kegiatan
untuk latihan:
dua kegiatan
masing-masing
dua kali per
hari

Klien dapat Setelah dilakukan SP : 3


mengidentifikasi asuhan keperawatan 1. Evaluasi
stressor/pencetus selama 3x pertemuan kegiatan
hdr. klien mampu pertama dan
menyebutkan kedua yang
kejadian-kejadian telah dilatih
sesuai dengan urutan dan berikan
waktu serta pujian.
harapan/kebutuhan
2. Bantu pasien
dasar yang tidak
memilih
terpenuhi, seperti : 1.
kegiatan ketiga
harga diri
yang akan
2. rasa aman dan
dilatih
sebagainya.
3.Dapat menyebutkan 3. Latih kegiatan
hubungan antara ketiga (alat dan
kejadian traumatis cara)
atau kebutuhan tidak
4. Masukkan
terpenuhi dengan
pada jadual
wahamnya.
kegiatan untuk
latihan: tiga
kegiatan,
masing-masing
dua kali per
hari
Klien dapat Setelah dilakukan SP : 4
mengidentifikasi asuhan keperawatan 1. Evaluasi
hdr, selama 3x pertemuan kegiatan
klien mampu : pertama,
1. menyebutkan kedua, dan
perbedaan ketiga yang
pengalaman nyata telah dilatih
dengan pengalaman dan berikan
hdr pujian.
2. Bantu pasien
memilih
kegiatan
keempat yang
akan dilatih
3. Latih kegiatan
keempat (alat
dan cara)
4. Masukkan
pada jadual
kegiatan untuk
latihan: empat
kegiatan,
masing-masing
dua kali per
hari

Klien dapat Setelah dilakukan SP : 5


mengidentifikasi asuhan keperawatan 1. Evaluasi
konsekuensi dari selama 3x pertemuan kegiatan
hdr. klien mampu : latihan dan
1. menjelaskan berikan pujian.
gangguan 2. Latih kegiatan
fungsi hidup dilanjutkan
sehari-hari sampai tak
yang terhingga.
diakibatkan 3. Nilai
ide- kemampuan
ide/pikirannya yang telah
yang tidak mandiri.
sesuai dengan 4. Nilai apakah
kenyataan. harga diri
pasien
meningkat.

Rencana Keperawatan Klien Gangguan:

Harga Diri Rendah dalam bentuk Strategi Pelaksanaan

STRATEGI PELAKSANAAN
SP1P SP1K
1. Mendiskusikan kemampuan dan 1. Mendiskusikan masalah yang
aspek positif yang dimiliki dihadapi keluarga dalam merawat
pasien. pasien di rumah.
2. Membantu pasien menilai 2. Menjelaskan tentang pengertianm
kemampuan yang masih dapat tanda dan gejala harga diri
digunakan. rendah.
3. Membantu pasien memilih atau 3. Mendemontrasikan cara merawat
menetapkan kemampuan yang pasien dengan harga diri rendah
akan dilatih. dan member kesempatan keopada
4. Melatih kemampuan yang sudah keluarga untuk mempraktekan
dipilih dan menyusun jadwal cara merawat.
pelaksanaan kemampuan yang
telah dilatih dalam rencana
harian.
SP2P SP2K
1. Melatih pasien melakukan 1. Melatih keluarga mempraktikkan
kegiatan lain yang sesuai dengan cara merawat pasien dengan
kemampuan pasien. masalah harga diri rendah
langsung kepada pasien

d. Evaluasi
Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada klien. evaluasi dibagi dua yaitu, evaluasi proses atau
formatif yang dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan, evaluasi hasil
atau sumatif yang dilakukan dengan membandingkan antara respon klien dan
tujuan khusus serta umum yang telah ditentukan (Direja, 2015).
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP
sebagai pola pikir:
S : Respon subyektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan. Dapat dilakukan dengan menanyakan langsung kepada
klien tentang tindakan yang telah dilakukan.
O : Respon obyektif klien terhadap tindakankeperawatan yang telah
dilakukan. Dapat diukur dengan mengobservasi prilaku klien pada saat
tindakan dilakukan, atau menanyakan kembali apa yang telah
dilaksanakan atau member umpan balik sesuai dengan hasil observasi.
A : Analisis ulang atas data subyektif dan obyektif untuk menyimpulkan
apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data
kontra indikasi dengan masalah yang ada, dapat juga membandingkan
hasil dengan tujuan.
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis pada respon
klien yang terdiri dari tindak lanjut klien dan perawat.
DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : PT Refika Aditama

Hamid, Achir Yani. 2013. Buku Pedoman Askep Jiwa-1 Keperawatan Jiwa Teori dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Keliat, Budi Anna. 2015. Proses keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

S. N. Ade Herma Direja. (2015). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha


Medika.
Yosep, Iyus. 2011.Keperawatan Jiwa, Bandung : Refika Aditama

Herman S. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika

Keliat, B.A. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN (basic course).
Buku Kedokteran. Jakarta: EGC

Stuart, (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa.Edisi : Lima. Jakarta : EGC

Wilkinson A. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Buku Kedokteran : EGC

Yosep, Iyus., 2011, Keperawatan Jiwa, Bandung : Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai