OLEH
KADEK DESI FAJAR YANTI
C1116146
VC
2021
1. Konsep Dasar Harga Diri Rendah
a. Definisi
Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak
berharga, tidak berarti, rendah diri, yang menjadikan evaluasi negatif
terhadap diri sendiri dan kemampuan diri (Keliat, 2011).
Harga diri rendah merupakan evaluasi diri dan perasaan tentang diri
atau kemampuan diri yang negatif terhadap diri sendiri, hilangnya percaya
diri dan harga diri, merasa gagal dalam mencapai keinginan (Direja, 2011)
Harga diri rendah merupakan keadaan dimana individu
mengalami evaluasi diri negatif tentang kemampuan dirinya (Fitria, 2012).
Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa harga diri rendah yaitu
dimana individu mengalami gangguan dalam penilaian terhadap dirinya
sendiri dan kemampuan yang dimiliki, yang menjadikan hilangnya rasa
kepercayaan diri akibat evaluasi negatif yang berlangsung dalam waktu
yang lama karena merasa gagal dalam mencapai keinginan.
b. Etiologi
1) Faktor Predisposisi Harga Diri Rendah Kronis
a. Faktor biologis
Pengaruh faktor biologis meliputi adanya faktor herediter
anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, riwayat
penyaakit atau trauma kepala.
b. Faktor psikologis
Pada pasien yang mengalami harga diri rendah, dapat
ditemukan adanya pengalaman masa lalu yang tidak
menyenangkan, seperti penolakan dan harapan orang tua yang
tidak realisitis, kegagalan berulang, kurang mempunyai tanggung
jawab personal, ketergantungan pada orang lain, penilaian
negatif pasien terhadap gambaran diri, krisis identitas, peran
yang terganggu, ideal diri yang tidak realisitis, dan pengaruh
penilaian internal individu.
c. Faktor social budaya
Pengaruh sosial budaya meliputi penilaian negatif dari
lingkungan terhadap pasien yang mempengaruhi penilaian pasien,
sosial ekonomi rendah, riwayat penolakan lingkungan pada tahap
tumbuh kembang anak, dan tingkat pendidikan rendah.
Keterangan:
1. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri positif tentang latar belakang
pengalaman nyata yang sukses diterima.
2. Konsep diri positif adalah individu mempunyai pengalaman yang
positif dalam beraktualisasi.
3. Harga diri rendah adalah transisi antara respon diri adaptif dengan
konsep diri maladaptif.
4. Kerancuan identitas adalah kegagalan individu dalam kemalangan
aspek psikososial dan kepribadian dewasa yang harmonis.
5. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis terhadap diri
sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak
dapat membedakan dirinya dengan orang lain
d. Klasifikasi
e. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis harga diri rendah menurut Trimellia (2011), sebagai
berikut:
1. Mengejek dan mengkritik diri.
2. Merasa bersalah dan khawatir, menghukum atau menolak diri sendiri.
3. Mengalami gejala fisik, misal: tekanan darah tinggi, gangguan
penggunaan zat.
4. Menunda keputusan.
5. Sulit bergaul.
6. Menghindari kesenangan yang dapat memberi rasa puas.
7. Menarik diri dari realitas, cemas, panic, cemburu, curiga dan
halusinasi.
8. Merusak diri: harga diri rendah menyokong klieb untuk mengakhiri
hidup.
9. Merusak atau melukai orang lain.
10. Perasaan tidak mampu.
11. Pandangan hidup yang pesimitis.
12. Tidak menerima pujian.
13. Penurunan produktivitas.
14. Penolakan tehadap kemampuan diri.
15. Kurang memperhatikan perawatan diri.
16. Berpakaian tidak rapi.
17. Berkurang selera makan.
18. Tidak berani menatap lawan bicara.
19. Lebih banyak menunduk.
20. Bicara lambat dengan nada suara lemah.
f. Pohon Masalah
Effect
g. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada halusinasi di bagi menjadi dua yaitu
penatalaksanaan medis dan penatalaksanaan keperawatan (Kusumawati,
2011) , yaitu :
1) Penatalaksanaan Medis
a. Farmakologi
1) Obat anti psikosis: Penotizin
2) Obat anti depresi: Amitripilin
3) Obat Anti ansietas: Diasepam, bromozepam, clobozam
4) Obat anti insomnia: Phneobarbital
2) Penatalaksanaan Keperawatan
a) Terapi keluargaBerfokus pada keluarga dimana keluarga
membantu mengatasi masalah klien dengan memberikan perhatian
1) BHSP
2) Jangan memancing emosi klien
3) Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan
keluarga
4) Berikan kesempatan klien mengemukaan pendapat
5) Dengarkan, bantu dan anjurkan pasien untuk mengemukakan
masalah yang dialaminya
b) Terapi Kelompok
Berfokus pada dukungan dan perkembangan, keterampilan
sosial, atau aktivitas lain dengan berdiskusi dan bermain untuk
mengembalikan keadaan klien karena masalah sebagian orang
merupakan persaan dan tingkah laku pada orang lain.
c) Terapi musik Dengan musik klien terhibur,rileks dan bermain
untuk mengebalikan kesadaran klien
b. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan klien yang muncul klien dengan gangguan
persepsi sensori: halusinasi (Damaiyanti. 2012), sebagai berikut:
a. Gangguan persepsi sensori: halusinasi
b. Isolasi sosial
c. Resiko perilaku kekerasan (diri sendiri, orang lain, lingkungan, dan
verbal)
STRATEGI PELAKSANAAN
SP1P SP1K
1. Mendiskusikan kemampuan dan 1. Mendiskusikan masalah yang
aspek positif yang dimiliki dihadapi keluarga dalam merawat
pasien. pasien di rumah.
2. Membantu pasien menilai 2. Menjelaskan tentang pengertianm
kemampuan yang masih dapat tanda dan gejala harga diri
digunakan. rendah.
3. Membantu pasien memilih atau 3. Mendemontrasikan cara merawat
menetapkan kemampuan yang pasien dengan harga diri rendah
akan dilatih. dan member kesempatan keopada
4. Melatih kemampuan yang sudah keluarga untuk mempraktekan
dipilih dan menyusun jadwal cara merawat.
pelaksanaan kemampuan yang
telah dilatih dalam rencana
harian.
SP2P SP2K
1. Melatih pasien melakukan 1. Melatih keluarga mempraktikkan
kegiatan lain yang sesuai dengan cara merawat pasien dengan
kemampuan pasien. masalah harga diri rendah
langsung kepada pasien
d. Evaluasi
Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada klien. evaluasi dibagi dua yaitu, evaluasi proses atau
formatif yang dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan, evaluasi hasil
atau sumatif yang dilakukan dengan membandingkan antara respon klien dan
tujuan khusus serta umum yang telah ditentukan (Direja, 2015).
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP
sebagai pola pikir:
S : Respon subyektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan. Dapat dilakukan dengan menanyakan langsung kepada
klien tentang tindakan yang telah dilakukan.
O : Respon obyektif klien terhadap tindakankeperawatan yang telah
dilakukan. Dapat diukur dengan mengobservasi prilaku klien pada saat
tindakan dilakukan, atau menanyakan kembali apa yang telah
dilaksanakan atau member umpan balik sesuai dengan hasil observasi.
A : Analisis ulang atas data subyektif dan obyektif untuk menyimpulkan
apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data
kontra indikasi dengan masalah yang ada, dapat juga membandingkan
hasil dengan tujuan.
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis pada respon
klien yang terdiri dari tindak lanjut klien dan perawat.
DAFTAR PUSTAKA
Hamid, Achir Yani. 2013. Buku Pedoman Askep Jiwa-1 Keperawatan Jiwa Teori dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Keliat, Budi Anna. 2015. Proses keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Herman S. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika
Keliat, B.A. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN (basic course).
Buku Kedokteran. Jakarta: EGC