Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PENDAHULUAN

DERMATITIS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Profesi Ners Keperawatan Gerontik

Dosen pembimbing: Ahmad Guntur A, S.,kep., Ners., M.Kep

Di susun oleh :

Umi Kulsum

2007.14901.316

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


STIKES WIDYAGAMA HUSADA
MALANG
2021

1
A. Definisi Dermatitis

Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai

respons terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen, menimbulkan

kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel,

skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal. Dermatitis cenderung residif dan cenderung

kronis. (Djuanda Adhi, 2010).

Dermatitis atau lebih dikenal sebagai eksim merupakan penyakit kulit yang

mengalami peradangan kerena bermacam sebab dan timbul dalam berbagai jenis,

terutama kulit yang kering, umumnya berupa pembengkakan, memerah, dan gatal

pada kulit (Widhya, 2011).

B. Etiologi Dermatitis

Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan

kimia (contoh: detergen, asam, basa, oli, semen), fisik (contoh: sinar, suhu), mikro-

organisme (bakteri, jamur); dapat pula dari dalam (endogen), misalnya dermatitis

atopik.

Klasifikasi dermatitis (Djuanda Adhi, 2010), yaitu :

a) Dermatitis Kontak

Dermatitis kontak ialah dermatitis karena kontaktan eksternal, yang

menimbulkan fenomen sensitisasi (alergik) atau toksik (iritan).


2
(1) Dermatitis Kontak Iritan

DKI ialah erupsi yang timbul bila kulit terpajan bahan-bahan

yang bersifat iritan primer melalui jalur kerusakan yang non-imunologis.

Bahan iritan antara lain deterjen, bahan pembersih peralatan rumah

tangga, dan sebagainya.

(2) Dermatitis Kontak Alergik

DKA ialah respons alergik yang didapat bila berkontak dengan

bahan-bahan yang bersifat sensitiser/alergen. Contoh bahan yang dapat

memicu DKA antara lain adalah beberapa jenis pewangi, pewarna, nikel,

obat obatan, dan sebagainya.

3
b) Dermatitis Atopik

Dermatitis Atopik (DA) adalah kelainan kulit kronis yang sangat gatal,

umum dijumpai, ditandai oleh kulit yang kering, inflamasi dan eksudasi, yang

kambuh-kambuhan. Dermatitis atopik disebabkan oleh rinitis alergik, asma

bronkial, reaksi abnormal terhadap perubahan suhu (hawa udara panas, dingin)

dan ketegangan (stress), resistensi menurun terhadap infeksi virus dan bakteri,

lebih sensitif terhadap serum dan obat.

c) Neurodermatitis Sirkumskripta = Lichen Simplex Chronicus (LSC)

Istilah LSC diambil dari kata likenifikasi yang berarti penebalan kulit

disertai gambaran relief kulit yang semakin nyata. Penyebabnya belum

diketahui secara pasti, tetapi kelainan sering diawali oleh cetusan gatal yang

hebat, misalnya pada inse,,Mct bite.

4
d) Dermatitis Numularis

Dermatitis Numularis terlihat sebesar uang logam, terdiri atas eritema,

edema, kadang-kadang ada vesikel, krusta atau papul. Tempat predileksi ialah

ekstensor ekstremitas (terutama tungkai bawah), bahu dan bokong. Penyakit

mempunyai kecenderungan residif.

e) Dermatitis Statis

Dermatitis statis atau dermatitis hipostatis merupakan salah satu jenis

dermatitis sirkulatorius. Biasanya dermatitis statis merupakan dermatitis

varikosum, sebab kausa utamanya ialah insufisiensi vena. Di sebabkan oleh

semua keadaan yang menyebabkan statis peredaran darah di tungkai bawah.

5
f) Dermatitis Autosensitisasi

Merupakan dermatitis akut yang timbul pada tempat jauh dari fokus

inflamasi lokal, sedangkan penyebabnya tidak berhubungan langsung dengan

penyebab fokus inflamasi tersebut. Manifestasi klinisnya umumnya dalam

bentuk erupsi vesikular akut dan luas, sering berhubungan dengan ekzem

kronis ditungkai bawah(dermatitis statis) dengan atau tanpa ulkus.

C. Patofisiologi

Dermatitis merupakan peradangan pada kulit, baik pada bagian dermis

ataupun epidermis yang disebabkan oleh beberapa zat alergen ataupun zat iritan.

Zat tersebut masuk kedalam kulit yang kemudian menyebabkan hipersensitifitas

pada kulit yang terkena tersebut. Masa inkubasi sesudah terjadi sensitisasi

permulaan terhadap suatu antigen adalah 5-12 hari, sedangkan masa reaksi setelah

terkena yang berikutnya adalah 12-48 jam. Bahan iritan ataupun allergen yang

masuk ke dalam kulit merusak lapisan tanduk, denaturasi keratin, menyingkirkan

6
lemak lapisan tanduk, dan mengubah daya ikat air kulit. Keadaan ini akan merusak

sel dermis maupun sel epidermis sehingga menimbulkan kelainan kulit atau

dermatitis.

7
D. WOC

Dari luar (eksogen): Fisik (sinar, suhu) Mikroorganisme Dari dalam (endogen):
bahan kimia (bakteri, jamur) dermatitis atopik

Terjadi penebalan kulit Masuk kedalam


dan hiperpigmentasi kulit

hipersensitifitas

Dermatitis

Iritan primer

Mengiritasi kulit
Dolor, kalor, rubor, edema,
fungsio lesa Inflamasi pada kulit

MK. Resiko Infeksi


MK. Kerusakan MK. Gangguan citra MK. Nyeri
integritas kulit tubuh

8
E. Manifestasi Klinis

Menurut (Djuanda Adhi, 2010)

1. Dermatitis kontak

a. Lesi kemerahan yang muncul pada bagian kulit yang terjadi kontak

b. Untuk dermaititis kontak alergi, gejala tidak muncul sebulum 24-48 jam bahkan

sampai 72 jam

c. Utuk dematitis kontak iritan, gejala terbagi menjadi 2 : Akut dan Kronis. saat akut

dapat terjadi perubahan warna kulit menjadi kemerahan, terasa perih bahkan lecet.

saat kronis gejala di mulai dengan kulit yang mengering dan sedikit meradang yang

akhirnya menebal.

d. Pada kasuus berat, dapat terjadi bula (vesikel) pada lesi kemerahan tersebut.

e. Kulit tersa gatal bahkan terasa terbakar

f. Dermatitits kontak iriatan, gatal dan rasa terbakarnya lebih terasa di bandingan

dengan tipe alergi

2. Dermatitis Autopik

ada 3 fase klinis Autopik yaitu

a. DA infantil (2 bulan – 2 tahun)

DA paling sering muncul tahun pertama kehidupan yaitu pad bulan kedua.

Lesi mulamula tampak di daerah muka (Dahi sampai pipi). Berupa eritema, Papul-

Vesikel pecah karena garukan sehingga lesi menjadi Eksudatif dan akhirnya

terbentuk krusta, Lesi bisa meluas ke kepala, leher, Pergelangan tangan dan tungkai.

bila anak mulai merangkak, Lesi bisa ditemukan di daerah ekstensor ekstremitas.

seahunbagian besar penderita sembuh setelah 2 tahun dan sebagian lagi berlanjut ke

fase anak.

b. DA Anak (2- 10 tahun)

9
Dapat merupakan lanjuttan bentuk DA infantil ataupun timbul sendiri (Denovo).

Lokasi lesi dilipatan siku/lutut, bagian fleksor pergelangan tangan, kelopak mata

dan leher. ruam berupa papul likenifikasi, sedikit skuama, erosi, hiperkeratosis

dan mungkin infeksi skunder. DA berat yang lebih 50% permukaan tubuh dapat

mengganggu pertumbuhan.

c. DA pada Remaja dan dewasa

Lokasi Lesi pada reamaja adalah lipatan siku/ lutut, samping leher, dahi, sekitar

mata.pada dewasa, distribusi lesi kurang karakteristik, sering mengenai tangan

dan pergelangan tangan, dapat pula berlokasi ssetempat misalnya pada

bibir(kering,pecah,bersisik) Vulva,Puting susu/skalp. Kadang-kadang lesi meluas

dan paling parah didaerah lipatan, mengalami likenifikasi. Lesi kering, agak

menimbul, papul datar cenderung berkonfluens menjadi plak. likenifikasi dan

sedikit skuama.bisa d dapati ekskoriasi dan eksudasi akibat garukan dan

akhirnya menjadi hiperpigmentasi.umum DA remaja dan dewasa berlangsung

lama kemudian cenderung membaik setelah seusia 30 tahun, jarang smpai usia

pertengahan dan sebagia kecil sampai tua

3. Neurodermatitis Sirkumskripta

a. Kulit sangat gatal

b. Muncul tunggal di daerah leher, pergelangan tangan, lengan bawah, paha atau

mata kaki kadang muncul pada alat kelamin

c. Rasa gatal sering hilang timbul. sering timbul pada saat santai atau sedang tidur

akan berkurang saat beraktivitas. rasa gatal yang di garuk akan menambah berat

rasa gatal tersebut

d. Terjadi perubahan warna kulit yang gatal, kulit yang bersisisk akibat garukan

atau penggosokan yang sudah terjadi bertahun

10
4. Dermatitis Numularis

a. Gatal yang kadang sangat hebat, sehingga dapat menggagu

b. lesi akut berupa vesikel dan papulo vesikel (0,3-1,0 Cm) ,kemudian memmbesar

dengan cara berkonfluensi atau meluas kesamping membentuk 1 lesi

karakteristik seperti uang logam (koin) Eritematosa. sedikit edimatosa, dan

berbatas tegas

c. Lambat laun vesikel pecah terjadi eksudasi, kemudian mengering menjadi krusta

kekuningan

d. Ukuran lesi bisa mencapai garis tengah berukuran 5 cm atau lebih, jumlah lesi

dapat hanya satu, dapat pula banyak dan tersebar, bilateral/simetris dengan

ukuran berfariasi dar milliar sampai numular, bahkan plakat

e. Tempat predileksi biasnya terdapat di tungakai bawah, badan lengantermasuk

punggung tangan

5. Dermatitis Statis

a. Bercak-bercak berwarna merah dan bersisisik

b. bintik-bintitk berwarna merah dan bersisik

c. borok atau bisul pada kulit

d. kulit yang tipis pada tangan dan kaki

e. luka (lesi kulit)

f. pembengkakakn pada tungkai kaki

g. rasa gatal di sekitar dareah yang terkena

h. rasa kesemutan pada daerah yang terkena

11
6. Pemeriksaan Diagnostik

Pada penderita dermatitis, ada beberapa tes diagnostic yang dilakukan. Untuk

mengetahui seseorang apakah menderita penyakit dermatitis akibat alergi dapat kita periksa

kadar IgE dalam darah, maka nilainya lebih besar dari nilai normal (0,1-0,4 ug/ml dalam

serum) atau ambang batas tinggi. Lalu pasien tersebut harus melakukan tes alergi untuk

mengetahui bahan/zat apa yang menyebabkan penyakit alergi (alergen). Ada beberapa

macam tes alergi, yaitu :

1. Skin Prick Test (Tes tusuk kulit).

Tes ini untuk memeriksa alergi terhadap alergen hirup dan makanan, misalnya debu,

tungau debu, serpih kulit binatang, udang, kepiting dan lain-lain. Tes ini dilakukan di kulit

lengan bawah sisi dalam, lalu alergen yang diuji ditusukkan pada kulit dengan

menggunakan jarum khusus (panjang mata jarum 2 mm), jadi tidak menimbulkan luka,

berdarah di kulit. Hasilnya dapat segera diketahui dalam waktu 30 menit Bila positif alergi

terhadap alergen tertentu akan timbul bentol merah gatal. Syarat tes ini :

 Pasien harus dalam keadaan sehat dan bebas obat yang mengandung antihistamin

(obat anti alergi) selama 3 – 7 hari, tergantung jenis obatnya.

 Umur yang di anjurkan 4 – 50 tahun.

12
2. Patch Tes (Tes Tempel).

Tes ini untuk mengetahui alergi kontak terhadap bahan kimia, pada penyakit dermatitis

atau eksim. Tes ini dilakukan di kulit punggung. Hasil tes ini baru dapat dibaca setelah 48

jam. Bila positif terhadap bahan kimia tertentu, akan timbul bercak kemerahan dan

melenting pada kulit.

3. RAST (Radio Allergo Sorbent Test).

Tes ini untuk mengetahui alergi terhadap alergen hirup dan makanan. Tes ini memerlukan

sampel serum darah sebanyak 2 cc. Lalu serum darah tersebut diproses dengan mesin

komputerisasi khusus, hasilnya dapat diketahui setelah 4 jam. Kelebihan tes ini : dapat

dilakukan pada usia berapapun, tidak dipengaruhi oleh obat-obatan.

13
4. Skin Test (Tes kulit).

Tes ini digunakan untuk mengetahui alergi terhadap obat yang disuntikkan. Dilakukan di

kulit lengan bawah dengan cara menyuntikkan obat yang akan di tes di lapisan bawah

kulit. Hasil tes baru dapat dibaca setelah 15 menit. Bila positif akan timbul bentol, merah,

gatal.

5. Tes Provokasi.

Tes ini digunakan untuk mengetahui alergi terhadap obat yang diminum, makanan, dapat

juga untuk alergen hirup, contohnya debu. Tes provokasi untuk alergen hirup dinamakan

tes provokasi bronkial. Tes ini digunakan untuk penyakit asma dan pilek alergi. Tes

14
provokasi bronkial dan makanan sudah jarang dipakai, karena tidak nyaman untuk pasien

dan berisiko tinggi terjadinya serangan asma dan syok. tes provokasi bronkial dan tes

provokasi makanan sudah digantikan oleh Skin Prick Test dan IgE spesifik metode RAST.

7. Penatalaksanaan

1. Sistemik

Pada kasus dermatitis ringan diberi antihistamin, atau kombinasi antihistamin-

antiserotonin, antibradikinin, anti-SRS-A, dan sebagainya. Pada kasus berat dapat

dipertimbangkan pemberian kortikosteroid.

2. Topikal

Prinsip umum terapi topikal diuraikan di bawah ini :

a) Dermatitis basah (madidans) harus diobati dengan kompres terbuka. Dermatitis kering

(sika) diobati dengan krim atau salep.

b) Makin berat atau akut penyakitnya, makin rendah presentase obat spesifik.

c) Bila dermatitis akut, diberi kompres. Bila subakut, diberi losio (bedak kocok), pasta,

krim, atau linimentum (pasta pendingin). Bila kronik, diberi salep.

15
d) Pada dermatitis sika, bila superfisial, diberikan bedak, losio, krim, atau pasta; bila

kronik diberikan salep. Krim diberikan pada daerah berambut, sedangkan pasta pada

daerah yang tidak berambut. Penetrasi salep lebih besar dari pada krim.

Penatalaksanaan

1. Dermatitis Kontak

a. Hindari kontak lebih lanjut dengan zat atau benda penyebab dermatitis kontak.

b. Pada tipe iritan, basuhlah bagian yang terkena dengan air mengalir sesegera

mungkin.

c. Jika sampai terjadi lecet, tanganilah seperti menangani luka bakar.

d. Obat anti histamin oral untuk mengurangi rasa gatal dan perih yang dirasakan.

e. Kortikosteroid dapat diberikan secara topikal, oral, atau intravena sesuai dengan

tingkat keparahnnya.

2. Dermatitis Atopik

a. Menghindari dari agen pencetus seperti makanan, udara panas/dingin, bahan –

bahan berbulu.

b. Hindari kulit dengan berbagai jenis pelembab anatara lain krim hidrofilik urea

10% atau pelembab yang mengandung asam laktat dengan konsentrasi kurang

dari 5%

c. Kortikosteroid topikal potensi rendah diberi pada bayi, daerah intertriginosa dan

daerah genitalia. Kortikosteroid potensi menengah dapat diberi pada anak dan

dewasa. Bila aktifitas penyakit telah terkontrol. Kortikosteroid diaplikasikan

intermiten, umumnya dua kali seminggu. Kortikosteroid oral hanya dipakai

untuk mengendalikan DA eksaserbasi akut. Digunakan dalam waktu singkat,

dosis rendah, diberi selang – seling. Dosis diturunkan secara tapering.

16
Pemakaian jangka panjang akan menimbulkan efek samping dan bila tiba – tiba

dihentikan akan timbul rebound phenomen.

d. Antihistamin topikal tidak dianjurkan pada DA karena berpotensi kuat

menimbulkan sensitisasi pada kulit. Pemakaian krim doxepin 5% dalam jangka

pendek (1 minggu) dapat mengurangi gatal tanpa sensitifitas, tapi pemakaian

pada area luas akan menimbulkan efek samping sedatif.

e. Pemberian antibiotika berkaitan dengan ditemukannya peningkatan koloni S.

Aureus pada kulit penderita DA. Dapat diberi eritromisin, asitromisin atau

kaltromisin. Bila ada infeksi virus dapat diberi asiklovir 3 x 400 mg/hri selama 10

hari atau 4 x 200mg/hari untuk 10 hari.

3. Neurodermatitis Sirkumskripta

a. Pemberian kortikosteroid dan antihistamin oral bertujuan untuk mengurangi

reaksi inflamasi yang menimbulkan rasa gatal. Pemberian steroid topical juga

membantu mengurangi hyperkeratosis. Pemberian steroid mid-potent diberikan

pada reaksi radang yang akut, tidak direkomendasikan untuk daerah kulit yang

tipis (vulva, scrotum, axilla dan wajah). Pada pengobatan jangka panjang

digunakan steroid yang low-proten, pemakaina high-potent steroid hanya dipakai

kurang dari 3 minggu pada kulit yang tebal.

b. Anti-depresan atau anti anxiety sangat membantu pada sebagian orang dan

perlu pertimbangan untuk pemberiannya.

c. Jika terdapat suatu infeksi sekunder dapat diberikan antibiotik topikal ataupun

oral.

d. Perlu diberikan nasehat untuk mengatur emosi dan perilaku yang dapat

mencegah gatal dan garukan

17
4. Dermatitis Numularis

a. Bila kulit kering, diberi pelembab atau emolien

b. Secara topikal lesi dapat diobati dengan obat antiinflamasi, misalnya preparat

ter, glukokortikoid, takrolimus, atau pimekrolimus.

c. Bila lesi masih eksudatif sebaiknya dikompes dahulu misalnya dengan larutan

permanganas kalikus 1 : 10.000.

d. Kalau ditemukan infeksi bakterial, diberikan antibiotik secara sistemik.

e. Kortikosteroid sistemik hanya diberikan pada kasus yang berat dan refrakter,

dalam jangka pendek.

f. Pruritus dapat diobati dengan antihistamin golongan H1, Misalnya hidroksisilin

HCL

5. Dermatitis statis

a. Cahaya berdenyut intens

b. Diuretik

c. Imunosupresan

d. Istirahat

e. Kortikosteroid

f. Ligasi Vaskuler

g. Pelembab

h. Terapi Kompresi

18
KONSEP TEORI ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Identitas:

Umur (biasanya mengenai anak yang berumur diatas 2 tahun), jenis kelamin, ras/ suku,

pekerjaan.

2. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan Utama: klien mengeluh nyeri, gatal- gatal, eritema, edema, kenaikan suhu

tubuh.

b. Riwayat Penyakit Sekarang: pruritus (gatal), kenaikan suhu tubuh, kemerahan,

edema misalnya pada muka (terutama palpebra dan bibir), gangguan fungsi kulit,

eritema, papula (lesi teraba kecil), vesikel (lepuhan kecil berisi cairan) , skuama (kulit

yang bersisik), dan likenifikasi (penebalan kulit).

c. Riwayat Kesehatan masa lalu:

1) Penyakit yang pernah di derita:

Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada keluhan

utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk menanggulanginya.

2) Riwayat penyakit dahulu

Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit

lainnya.

3) Riwayat penyakit keluarga

Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit

kulit lainnya.

4) Riwayat psikososial

19
Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah sedang

mengalami stress yang berkepanjangan.

5) Riwayat pemakaian obat

Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yang dipakai pada kulit, atau

pernahkah pasien tidak tahan (alergi) terhadap sesuatu obat

3. Pemeriksaan Fisik

a. Head to toe

1) Kepala

a) Kepala

Inspeksi: Bentuk kepala simetris

Palpasi: Tidak ada lesi, tidak ada benjolan

b) Rambut

Inspeksi: Kondisi rambut bersih, tidak ada ketombe, warna rambut hitam,

rambut lurus tidak rontok.

c) Mata

Inspeksi: Warna sklera putih, tidak konjungtivis, pupil: Normal isokor,kedua

bentuk pupilnya simetris, tidak ada sekret pada mata, kelopak mata normal

warna merah muda, pergerakan mata klien normal, serta lapang pandang

normal.

Palpasi: Tidak adanya edema dan tidak ada benjolan disekitar mata.

d) Hidung

Inspeksi: Tidak ada deformitas pada hidung, tidak ada cuping hidung, tidak

ada sekret, tidak ada polip atau benjolan didalam hidung, fungsi

penciuman baik, kedua lubang hidung simetris dan tidak terjadi pendarahan

pada lubang hidung (epistaksis).

20
e) Mulut

Inspeksi: Tidak ada perdarahan rahang gigi, warna mukosa mulut pucat,

membran mukosa kering, tidak ada lesi, tidak terdapat benjolan pada lidah,

tidak ada karies pada gigi.

f) Telinga

Inpeksi: Kedua telinga simetris, tidak ada lesi pada telinga, tidak ada

serumen berlebih, tidak adanya edema, ketika diperiksa dengan otoskop

tidak adanya peradangan, dan tidak terdapat cairan pada membran

timpani.

Palpasi: tidak ada nyeri tekan pada aurikula dan membran timpani normal.

Auskultasi: Tes rinne (+), tes wibber (+).

2) Leher

Inspeksi: Bentuk simetris, warna kulit rata sama dengan tubuh, tidak ada lesi,

tidak ada pembesaran kelenjar limfe.

Palpasi: Tidak ada deformitas pada trakea, tidak ada benjolan pada leher, tidak

ada nyeri tekan dan tidak ada peradangan.

3) Dada

a) Paru

Inspeksi: Bentuk dada bidang, simetris antara kiri dan kanan, pola napas

pendek pada istirahat dan aktivitas, frekuensi napas pasien reguler,

pergerakan otot bantu pernafasan normal.

b) Jantung

TD: peningkatan sistolik dengan diastolic stabil.

Inspeksi: denyutan jantung normal

Palpasi: Ictus cordis normal di IC ke 5

21
Auskultasi: Bunyi jantung normal, tidak ada pembesaran jantung atau tidak

ada kardiomegali.

Perkusi: pekak

4) Abdomen

Inspeksi: warna kulit abdomen normal seperti warna kulit disekitarnya, tidak ada

distensi, tidak adanya bekas operasi, tidak terdapat kolostomi.

Auskultasi: peristaltik usus normal 5-30 x/ menit

Perkusi: timpani

Palpasi: adanya nyeri tekan, tidak ada hematomegali, tidak ada pembesaran

lien (ginjal)

5) Otot

Inspeksi: Kelemahan otot dan penurunan kekuatan

6) Integumen

Inspeksi: Terdapat kemerahan, edema misalnya pada muka ( terutama

palpebra dan bibir ), gangguan fungsi kulit, eritema, papula (lesi teraba kecil),

vesikel (lepuhan kecil berisi cairan), skuama (kulit yang bersisik), dan

likenifikasi (penebalan kulit).

7) Persyarafan

a) Tingkat kesadaran: composmentis

b) GCS:

(1) Eye: Membuka secara spontan 4

(2) Verbal: Orientasi baik, nilai 5

(3) Motorik: Mengikuti perintah, nilai 6

c) Total GCS: Nilai 15

22
(1) Reflek: Normal

(2) Tidak ada riwayat kejang

(3) Koordinasi gerak normal

b. ADL (Activitas Daily Living)

1) Pola Persepsi Kesehatan

a) Adanya riwayat infeksi sebelumya

b) Pengobatan sebelumnya tidak berhasil.

c) Riwayat mengonsumsi obat-obatan tertentu, misalnya, vitamin; jamu,

antibiotik.

d) Adakah konsultasi rutin ke Dokter.

e) Hygiene personal yang kurang.

f) Lingkungan yang kurang sehat, tinggal berdesak-desakan.

2) Pola Nutrisi Metabolik

a) Pola makan sehari-hari: jumlah makanan, waktu makan, berapa kali sehari

makan.

b) Kebiasaan mengonsumsi makanan tertentu: berminyak, pedas.

c) Jenis makanan yang disukai.

d) Nafsu makan menurun.

e) Muntah-muntah.

f) Penurunan berat badan.

g) Turgor kulit buruk, kering, bersisik, pecah-pecah, benjolan.

h) Perubahan warna kulit, terdapat bercak-bercak, gatal-gatal, rasa terbakar

atau perih.

3) Pola Eliminasi

a) Sering berkeringat.

23
b) Tanyakan pola berkemih dan bowel.

4) Pola Aktivitas dan Latihan

a) Pemenuhan sehari-hari terganggu.

b) Kelemahan umum, malaise.

c) Toleransi terhadap aktivitas rendah.

d) Mudah berkeringat saat melakukan aktivitas ringan

e) Perubahan pola napas saat melakukan aktivitas.

5) Pola Tidur dan Istirahat

a) Kesulitan tidur pada malam hari karena stres.

6) Pola Persepsi Kognitif

a) Perubahan dalam konsentrasi dan daya ingat.

b) Pengetahuan akan penyakitnya.

7) Pola Persepsi dan Konsep Diri

a) Perasaan tidak percaya diri atau minder.

b) Perasaan terisolasi.

8) Pola Hubungan dengan Sesama

a) Hidup sendiri atau berkeluarga

b) Frekuensi interaksi berkurang

c) Perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran

9) Pola Reproduksi Seksualitas

a) Gangguan pemenuhan kebutuhan biologis dengan pasangan.

b) Penggunaan obat KB mempengaruhi hormon.

10) Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stress

a) Emosi tidak stabil

b) Ansietas, takut akan penyakitnya

24
c) Disorientasi, gelisah

11) Pola Sistem Kepercayaan

a) Perubahan dalam diri klien dalam melakukan ibadah

b) Agama yang dianut

B. Tindakan Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional
keperawatan hasil
1. Nyeri b.d Tujuan : 1. kaji jenis dan 1. Dapat
adanya lesi Setelah dilakukan tingkat nyeri mengetahui
kulit tindakan keperawatan pasien. tentukan kriteria nyeri
selama 2x60 menit, apakah nyerinya pasien
diharapkan nyeri kronis atau akut.
berkurang atau Selain itu, kaji
teradaptasi factor yang dapat
Kriteria hasil : mengurangi atau
1. Pasien melaporkan memperberat;
nyeri berkurang lokasi, durasi,
2. Nyeri dapat intensitas dan
diadaptasi karakteristik
3. Dapat nyeri; dan tanda-
mengidentifikasi tanda dan gejala
aktifitas yang psikologis.
meningkatkan atau 2. Pengkajian 2. Untuk
menurunkan nyeri berkelanjutan memfasilitasi
4. Pasien tidak gelisah membantu pengkajian
dan skala nyeri 0-1 meyakinkan yang akurat
atau teradaptasi bahwa tentang
penanganan tingkat nyeri
dapat memenuhi pasien
kebutuhan pasien
dalam
mengurangi nyeri.

25
3. Berikan obat 3. Untuk
yang dianjurkan menentukan
untuk mengurangi keefektifan
nyeri, bergantung obat
pada gambaran
nyeri pasien.
pantau adanya
reaksi yang tidak
diinginkan
terhadap obat.
Sekitar 30 sampai
40 menit setelah
pemberian obat,
minta pasien
untuk menilai
kembali nyerinya
dengan skala 1
sampai 10
4. Atur periode 4. Tindakan ini
istirahat tanpa meningkatkan
terganggu kesehatan,
kesejahteraan
, dan
peningkatan
tingkat
energy, yang
penting untuk
pengurangan
nyeri
5. Bantu pasien 5. Untuk
untuk mendapat menurunkan
posisi yang ketegangan
nyaman, dan atau spasme

26
gunakan bantal otot dan untuk
untuk membebat mendistribusi
atau menyokong kan kembali
daerah yang sakit tekanan pada
bila perlu. bagian tubuh

Kolaborasi: Kolaborasi:
1. Gunakan terapi 1. Tindakan ini
topical seperti membantu
yang meredakan
dipreskripsikan. gejala.
2. Anjurkan pasien 2. Masalah
untuk menghindari pasien dapat
pemakaian salep disebabkan
atau lotion yang oleh iritasi
dibeli tanpa resep atau
dokter. sensitisasi
karena
pengobatan
3. Jaga agar kuku sendiri.
selalu terpangkas. 3. Pemotongan
kuku akan
mengurangi
kerusakan
kulit karena
garukan.
2. Kerusakan Tujuan : 1. Inspeksi kulit 1. Untuk
integritas kulit Setelah dilakukan pasien setiap menentukan
b.d inflamasi tindakan keperawatan pergantian tugas keefektifan
dermatitis, selama 2x60 menit jaga, jelaskan dan regimen
respon diharapkan kerusakan dokumentasikan perawatan
menggaruk integritas kulit dapat kondisi kulit dan kulit
membaik laporkan

27
Kriteria hasil : perubahan
1. Pasien menunjukkan 2. Bantu pasien 2. Untuk
tidak adanya dalam melakukan meningkatkan
kerusakan kulit tindakan hygiene kenyamanan
2. Pasien menunjukkan dan kenyamanan dan
turgor kulit yang kesejahteraan
normal 3. Berikan obat nyeri 3. Pengurangan
sesuai program nyeri
dan pantau diperlukan
keefektifannya untuk
mempertahan
kan
4. Pertahankan kesehatan
lingkungan yang 4. Untuk
nyaman meningkatkan
rasa sejahtera
5. Peringatkan agar pasien
tidak menyentuh 5. Untuk
luka atau balutan mencegah
kerusakan
kulit dan
mencegah
kemungkinan
6. Atur posisi pasien infeksi
supaya nyaman 6. Tindakan
dan tersebut
meminimalkan mengurangi
tekanan pada tekanan,
penonjolan tulang. meningkatkan
Ubah posisi sirkulasi dan
pasien minimal mencegah
setiap 2 jam. kerusakan
Pantau frekuensi kulit

28
pengubahan
posisi pasien dan
kondisi kulitnya
7. Berikan
kesempatan 7. Tindakan ini
pasien untuk membantu
mengungkapkan mengurangi
perasaan tentang ansietas dan
masalah kulitnya meningkatkan
ketrampilan
8. Berikan koping
pengarahan pada 8. Untuk
pasien dan mendorong
anggota keluarga kepatuhan
atau pasangan
dalam
program perawat
an kulit
3. Gangguan Tujuan : 1. Terima persepsi 1. Untuk
citra tubuh b.d Dalam waktu 1x60 menit diri pasien dan memvalidasi
penampakan pasien menerima berikan jaminan perasaannya
kulit yang perubahan citra tubuh bahwa ia dapat
tidak baik Kriteria hasil : mengatasi krisis
1. Pasien berpartisipasi ini
dalam berbagai 2. Ketika 2. Untuk
aspek perawatan membantu mendapat
dan dalam pasien yang nilai dasar
pemgambilan sedang pada
keputusan tentang melakukan pengukuran
perawatan perawatan diri, kemajuan
2. Pasien menyatakan kaji pola koping psikologisnya
perasaan positif dan tingkat harga
terhadap dirinya dirinya 3. Untuk

29
sendiri 3. Dorong pasien meningkatkan
3. Pasien berpartisipasi melakukan rasa
dalam program perawatan diri kemandiriann
rehabilitasi dan ya
konseling 4. Agar pasien
4. Berikan dapat
kesempatan mengungkap
kepada pasien kan
untuk keluhannya
menyatakan dan
perasaan memperbaiki
tentang citra kesalahpaha
tubuhnya dan man
hospitalisasi 5. Untuk
mendukung
5. Bimbing dan adaptasi dan
kuatkan focus kemajuan
pasien pada yang
aspek-aspek berkelanjutan
positif dari
penampilannya
dan upayanya
dalam
menyesuaikan
diri dengan
perubahan citra
tubuhnya
5. Resiko infeksi Tujuan : 1. Minimalkan resiko1.
b.d kerusakan Setelah melakukan infeksi pasien
perlindungan tindakan keperawatan dengan :
kulit selama 1x60 menit, a. Mencuci a. Mencuci
infeksi dapat dihindari tangan tangan adalah
Kriteria hasil : sebelum dan satu-satunya

30
1. Tanda-tanda vital setelah cara terbaik
dalam batas normal memberikan untuk
2. Tidak adanya tanda- perawatan mencegah
tanda infeksi penularan
pathogen
b. Sarung tangan
b. Menggunakan dapat
sarung tangan melindungi
untuk tangan pada
mempertahank saat
an asepsis memegang
pada saat luka yang
memberikan dibalut atau
perawatan melakukan
langsung berbagai
tindakan
2. Pantau suhu dan 2. Suhu yang
catat pada kertas terus
grafik. Laporkan meningkat
evaluasi segera setelah
pembedahan
dapat
merupakan
tanda awitan
komplikasi
pulmonal,
infeksi luka
atau
dehisens,
infeksi
saluran kemih
atau
3. Bantu pasien tromboflebitis

31
mencuci tangan 3. Mencuci
sebelum dan tangan
sesudah makan mencegah
dan setelah dari penyebaran
kamar mandi pathogen
terhadap
objek dan
4. Beri pendidikan makanan lain
kepada pasien 4. Tindakan
mengenai : tersebut
a. Teknik mencuci memungkinka
tangan yang n pasien
baik untuk
b. Factor-faktor berpartisipasi
yang dalam
meningkatkan perawatan
resiko infeksi, dan
tanda-tanda membantu
dan gejala pasien
infeksi memodifikasi
gaya hidup
untuk
mempertahan
kan tingkat
kesehatan
yang
optimum

32
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius.

Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. NANDA (North American Nursing Diagnosis

Association) NIC-NOC Jilid 1. Yogyakarta : Media Action.

Universitas Muhammadiyah Semarang . (2013). < BAB II Tinjauan Pustaka Dermatitis [Internet].

Bersumber dari http://digilib.unimus.ac.id/72982/babII.pdf > [Diakses tanggal 17

Februari 2015. Jam 11.09]

Syaifuddin, H. 2002. Struktur dan Komponen Tubuh Manusia. Jakarta : Widya Medika.

33

Anda mungkin juga menyukai