Anda di halaman 1dari 17

Aku mengabdi kepada Tuhan

bukan karena takut neraka

Bukan pula karena mengharap masuk surga

Tetapi aku mengabdi,

Karena cintaku pada-Nya

Ya Allah, jika aku menyembah-Mu

karena takut neraka, bakarlah aku di dalamnya

Dan jika aku menyembah-Mu

karena mengharap surga, campakkanlah aku darinya

Tetapi, jika aku menyembah-Mu demi Engkau semata,

Janganlah Engkau enggan memperlihatkan keindahan wajah-Mu

yang abadi padaku

Syair Sayidatina Rabi'ah Al Adawiyah menggugah kesadaran spiritualitas manusia,


ia menyadarkan dan mengetuk nurani keimanan, bahwa yang harus dikejar dan di
damba adalah cinta kepada Sang Maha Pecinta. Hal ini bertolak belakang pada
pandangan umum yang menjadikan surga dan neraka sebagai tujuan final sebuah
kehidupan.

Rabi'ah al-Adawiyah adalah seorang sufi wanita yang nama dan ajaran-ajarannya


telah memberi inspirasi bagi para pecinta Ilahi. Rabi'ah adalah seorang sufi
legendaries. Sejarah hidupnya banyak diungkap oleh berbagai kalangan, baik di
dunia sufi maupun akademisi. Rabi'ah adalah sufi pertama yang memperkenalkan
ajaran Mahabbah (Cinta) Ilahi, sebuah jenjang (maqam) atau tingkatan yang dilalui
oleh seorang salik (penempuh jalan Ilahi). Selain Rabi'ah al-Adawiyah, sufi lain
yang memperkenalkan ajaran mahabbah adalah Maulana Jalaluddin Rumi, sufi
penyair yang lahir di Persia tahun 604 H/1207 M dan wafat tahun 672 H/1273 M.
Jalaluddin Rumi banyak mengenalkan konsep Mahabbah melalui syai'ir-sya'irnya,
terutama dalam Matsnawi dan Diwan-i Syam-I Tabriz.

Dalam syairnya itu tersirat pesan sipritual yang mendalam, dimana surga bukanlah
tujuan akhir yang harus dicapai manusia, akan tetapi cinta Tuhan dan keridhaan
Tuhan adalah sesuatu yang patut di damba, karena dengan cinta dan keridhaanNya
apapaun yang manusia inginkan akan di kabulkan apalagi hanya sekedar surga dan
kenikmatannya yang itu jua termasuk hak preogratif Tuhan dalam menentukan
siapa yang pantas menjadi penghuninya.

Fenomena beragama kekinian yang hanya memburu pahala dan surga sebagai
imbalannya semakin menjadi-jadi. Mereka tak lebih seperti seorang pedagang yang
perhitungan akan apa yang dijual dan berapa keuntungan yang telah di dapat,
mereka perhitungan dengan amal-amal yang pernah dilakukan ketika didunia dan
akan meminta imbalan surga atas amalan-amalan mereka itu, padahal siapa yang
sesungguhnya beramal?

Konsep ini juga secara tidak langsung sesungguhnya berelasi dengan


konsep Wahdat al Wujud  yang dikemukakan oleh Ibnu 'Araby atau
konsep Manunggaling Kawulo Lan Gusti yang mengaskan bahwa manusia tak lain
adalah manifestasi wujud Sang Maha Wujud. Jadi jika masih ada manusia yang
masih merasa angkuh atas amalan ibadah yang diperbuatnya di dunia, maka tak
lain mereka telah menyombongkan diri bahwa akulah dengan kekuatanku sendiri
yang beribadah. Lantas, apa beda dengan menyembah shalat?

Berusaha mengenal eksistensi Tuhan sebagai landasan beragama dan beribadah


menjadi sebuah keharusan untuk menggugah hati dan mengenal diri sebaik-
baiknya hingga sampai mengenal Tuhannya "man arafa nafsahu faqad arafa
rabbahu" barangsiapa yang mengenal dirinya, sesungguhnya ia mengenal
Tuhannya.

Alangkah buruknya,
Orang yang menyembah Allah
Lantaran mengharap surga
Dan ingin diselamatkan dari api neraka

Seandainya surga dan neraka tak ada


Apakah engkau tidak akan menyembah-Nya?

Aku menyembah Allah


Lantaran mengharap ridha-Nya
Nikmat dan anugerah yang diberikan-Nya
Sudah cukup menggerakkan hatiku
Untuk menyembah-Mu...

Bekasi, 4 November 2018.

Jamaah Thariqah Syatariyah

Mahasiswa Ahlit Thariqah Al Mu'tabarah An-Nahdliyah Jakarta Timur.


3 Tingkatan Ibadah
Danu Wijaya 07/04/2018 Artikel, Dakwah
Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra berkata: ada tiga tingkatan kualitas Ibadah
seseorang,

1. Ibadah at-Tujjar : Orang yang beribadah kepada Allah karena ingin


sesuatu, itu adalah cara ibadahnya pedagang.

Jika kita berpikir akan dapat pahala apa atau dapat untung berapa ketika
hendak bersedekah, itu artinya kita beribadah dengan cara pedagang.

2. Ibadah al-‘Abid : Orang yang beribadah kepada Allah karena takut, itu
cara ibadahnya budak atau hamba sahaya.

Jika kita baru terpanggil untuk beribadah karena takut masuk neraka, itu
berarti kita termasuk kelompok kedua, beribadah cara budak.

3. Ibadah al-Arifin : Orang yang beribadah kepada Allah karena rasa


syukur, itulah cara ibadahnya orang-orang yang merdeka.

Yang ketiga ini, adalah cara beribadahnya orang-orang yang berjiwa


merdeka, tulus karena Allah. Orang seperti ini melaksanakan shalat bukan
lantaran takut neraka, tetapi semata-mata karena sadar Allah satu-satunya
yang patut disembah.

Ibaratnya, ada atau tidak ada polisi, orang seperti ini akan tetap
menggunakan helm demi menghindari bahaya.

Orang-orang seperti ini akan lebih konsisten dalam beribadah karena


merasa sudah teramat banyak nikmat Allah yang mereka terima dan patut
mereka syukuri.

Sebesar apa pun derita yang dialami, mereka lebih memandang


kenikmatan yang ada di balik itu. Sesuatu yang patut mereka syukuri
sehingga terdorong untuk terus beribadah.

Orang yang beribadah dengan cara pedagang dan budak, biasanya


bersikap itung-itungan. Dia cenderung hanya mengerjakan ibadah wajib.
Sudah merasa cukup kalau sudah melaksanakan shalat lima waktu. Sudah
merasa cukup kalau sudah puasa Ramadhan.

Tetapi, orang yang beribadah dengan jiwa bebas akan selalu terdorong
untuk beribadah sebanyak-banyaknya. Sebab, orang seperti ini yakin
sekali, nikmat Allah yang harus disyukuri pun begitu amat banyak, bahkan
tak terhitung.

Dari sinilah kita bisa memahami,  mengapa Rasulullah selalu bangun


malam, shalat tahajud, dan witir sampai kaki beliau bengkak.
Ketika ditanya Aisyah mengapa masih saja berpayah-payah bangun
malam, padahal Allah SWT sudah mengampuni dosanya,

Beliau saw menjawab, “Tidak bolehkah aku menjadi hamba yang banyak
bersyukur?”

Rasa ingin bersyukur itulah yang mendorong beliau melakukan banyak


sekali ibadah. Dengan kata lain, ibadah yang beliau lakukan itu merupakan
wujud dari kesyukuran kepada Allah atas berbagai karunia-Nya.

Dari sini pula kita bisa memahami ungkapan Sayyidina Ali  yang lain ketika
beliau bermunajat kepada Allah. “Ya Allah! Aku menyembah-Mu bukan
karena takut siksa-Mu, juga bukan karena aku ingin pahala-Mu, tetapi aku
menyembah-Mu semata-mata karena Engkau memang layak dan patut
untuk disembah.”

Beribadah karena mengharap balasan (at-Tujjar) dan karena takut siksa (al
Abid) tidaklah dilarang, hanya kualitasnya yang perlu di tingkatkan
sehingga sampai pada tingkatan al-Arifin.

APA NIAT IBADAH KITA?

Ada tiga tingkatan manusia dalam beribadah kepada Allah.

     Yang pertama Ibadahnya seorang budak. Seorang budak


lazimnya sangat takut kepada Tuannya. Sehingga ia berkerja
keras untuk menghindari diri dari amarah atau amukan sang
majikan. Segala yang ia lakukan adalah semata-mata karena
kewajiban yang ia lakukan adalah harus di selesaikan. Jika tidak
selesai pekerjaan itu, maka bersiaplah untuk menerima siksa dari
sang majikan. Budak selalu akan memaksakan diri untuk
melakukan pekerjaanya itu demi keselamatan dirinya sendiri.
Andaikan saja ia mengetahui bahwa majikannya adalah orang
yang tidak pernah marah dan penyiksa, maka mungkin budak
tersebut akan enggan bekerja keras atau bahkan mungkin malah
menyepelekan pekerjaannya atau tugas yang diberikan
kepadanya.

      Demikian pula seorang hamba yang menganggap bahwa


ibadah itu adalah kewajiban seorang hamba kepada Tuhannya. Ia
akan memaksakan diri terus melakukan ibadah. Cenderung orang
seperti ini hanya akan melakukan hal-hal atau ibadah yang wajib
saja. Karena ia akan berfikir bahwa jika ia telah ibadah maka
kewajibannya kepada Allah telah diselesaikan. Dan ia telah
merasa lepas dari siksaan Allah karena telah menjalankan
kewajiban tersebut. Seorang hamba yang beribadah karena takut
azab Allah, Karena ia berfikir bahwa Allah adalah tuhan yang
suka menyakiti Hamba-Nya. Tuhan yang suka dendam atas
tidakan hamba yang meremehkan-Nya. Tuhan yang senangnya
memberikan hukuman atas kesahan manusia.

       Tidak ……! Itu salah kaprah …! Allah adalah Tuhan yang
Maha Esa pengasih lagi Maha Penyayang yang tak mungkin kasih
sayang-Nya akan ternoda dengan siksaan yang Ia lakukan sendiri
terhadap hamba-Nya. Allah tidak suka menyiksa karena Allah
begitu menyayangi hamba-Nya. Dan buat seorang hamba yang
ibadah lantaran takut kepada Allah, andaikan Ia tahu bahwa
mustahil bagi Allah menyiksa hambanya, mungkin Ia bahkan
akan berhenti beribadah. Ia lupa atau bahkan mungkin belum
tahu bahwa ibadah yang dilakukannya adalah untuk dirinya
sendiri. Yang manfaatnya pun akan dirasakan sendiri, baik
manfaat dalam kehidupan di dunia ini bahkan kelak di akhirat. Ia
menganggap bahwa ibadah bukanlah suatu kebutuhan, tapi
kewajiban.

     Oleh karena itu, sering didapati orang seperti ini akan merasa
bangga ketika Ia telah melakukan ibadah tertentu. Ironisnya,
terkadang Ia memperolok orang yang tidak beribadah,
menyebutnya kafir, munafik dengan penuh kebencian, bukan
malah menasehati atau mendekati agar ikut beribadah
bersamanya. Tapi daripada tidak ibadah sama sekali, masih
mending ibadah meskipun ibadahnya hanya karena takut kepada
Allah. Bukankah dalam kitab nashoihul ‘ibad dikatakan bahwa
orang yang beribadah karena takut kepada Allah, maka Allah
akan menjauhkan api neraka darinya.

     Yang Kedua, ada orang yang beribadah karena


mengharapkan pahala. Ini adalah ibadahnya dagang, bisnisman.
Yang di harapkan adalah imbalan atau balasan yang berbentuk
pahala agar ia bisa masuk ke Syurga. Ibadahnya pamrih. Butuh
bayaran berupa pahala. Bila tidak dibayar dengan pahala, Ia tidak
akan Ibadah. Komersil. Ibadah yang dilakukannya mengharap
upah. Apalagi ketika Ia bersedekah Ia akan berharap Allah
menggantinya dengan berlipat ganda, jika tidak dibalas dengan
rezeki yang banyak, Ia akan mengumpat dan mencela Allah.
Orang ini memilikki ciri, jika Ia bersedekah, ia akan meminta do’a
dari orang yang disedekahi.

      Padahal andaikan saja ia tidak meminta do’a , maka Allah


akan membalasnya dengan segala yang baik buatnya, bukan
hanya apa yang ia inginkan. Umpamanya, ketika ia bersedekah
kemudian meminta do’a kepada yang disedekahi agar Allah lekas
memberinya jodoh, maka jika Allah ingin mengabulkan, ya hanya
sekedar jodoh yang ia dapatkan. Tapi ketika ia menyembunyikan
sedekahnya kepada yang menerima, hingga yang menerima tidak
tahu darimana sedekah itu, maka Allah tidak hanya memberikan
jodoh yang tampan / cantik, dari keturunan baik-baik, sholeh
atau sholehah. Kaya raya dan segala kebaikan lainnya.

      Orang yang beribadah karena berharap mendapatkan pahala


dan bisa masuk syurga akan berhenti ibadah jika syurga dan
neraka itu tidak ada.

      Memang tepat, jika pahala dijadikan iming-iming buat


manusia yang berwatak selalu mencari keuntungan. Oleh
karenanya Rasulullah banyak memberikan gambaran pahala yang
besar atas suatu ibadah yang di lakukan oleh hamba. Sebab
kebanyakan manusia yang bersifat pedagang, “ ndak mau rugi “
bila ia melakukan sesuatu yang harus menguntungkan bagi
dirinya, Orang yang begini , ia akan hanya melakukan ibadah
sunnah yang pahalanya besar. Yang kecil seperti menyelamatkan
nyamuk dari kematian, atau membiarkan lalat untuk meneguk
kopinya, tidak akan ia lakukan Nyamuk sedang cari makan, di
gaplok…! Lalat yang ikut nimbrung di gelas kopinya, ditangkep
terus diplenet. Sadis …!!!.

       Intinya, baik ibadah sang budak maupun ibadah sang


pedagang adalah ibadah yang saama-sama mengharapkan
pamrih atau imbalan. Lalu apa dong niat kita dalam beribadah?
Ridho Allah ? hemm …

       Ibadah yang kita lakukan meskipun hanya berharap


mendapatkan ridho Allah, namanya tetap saja berharap . butuh
imbalan pamrih …! Meskipun yang di harapkan adalah ridho.
Judulnya, ia masih berharap atas ibadahnya kan?

      Bukankah Allah berfirman, wamaa umiruu illa liya”budullaha


mukhlishiina la huddiin …? Bahwa Allah tidak akan
memerintahkan seseorang untuk ibadah kecuali ibadah yang
dilakukan dengan ikhlas? Ikhlas itu adalah senang. Cinta Demen.
Jadi ibadah yang dilakukan manusia hendaknya berangkat dari
rasa senang kepada Allah. Ia beribadah karena semata-mata
senang kepada Allah SWT. dan inilah macam ketiga dari jenis
ibadah manusia.

Jadi yang Ketiga adalah Beribadah bukan karena takut kepada


Allah, Bukan juga karena mengharap ridho atau pahala Allah, tapi
beribadah karena ia sangat mencintai Allah. Ia tidak akan
berharap apaun dari Allah. Pokoknya ia telah melakukan apa
yang disenangi Allah, maka ia sudah merasa senang
melakukannya. Mau dapat pahala kek, atau nggak kek. Mau
dikasih syurga kek, atau neraka kek bodo amat. Toh, ketika Allah
sudah meraa senang kepada hamba lantaran hamba-Nya terus
melakukan yang disenangi Allah, kemudian hamba itu tetap
dimasukkan Allah kedalam neraka, maka yang rugi ya neraka itu
sendiri, panas dan siksaanya jadi hilang karena ada orang yang
dicintai Allah terselip disana.

       Neraka jadi tidak berfungsi karena ada hamba kekasih Allah.
Ingatkah saudara akan kisah Malaikat Jibril yang numpang lewat
neraka sambil membawa ember yang berisikan airmata hamba
yang menangis karena ridu kepada Allah? Setetes dari airmata itu
tumpah ke neraka, maka spontan api neraka yang begitu
berkobar dan membara, surut dan padam. Dengan sendirinya
Allah akan menjadi ridho dan cinta kepada hamba, ketika hamba
tersebut terus saja melakukan hal-hal yang dicintai Allah. Itu
sudah rumus. Tanpa kita berharap ridho Allah pun. Jika kita
melakukan sesuatu yang diridhoi Allah, Maka Allah pasti ridho.

     Ada pepatah bilang, kalau sudah cinta, maka gunung kudaki
dan lautan kan ku sebrangi. Jika anda adalah wanita, bayangkan
dan renungkanlah, ketika anda sangat-sangat mencintai lelaki
pujaan, anda akan melakukan perbuatan apapun yang ia sukai.
Lah, kalau anda terus saja melakukan perbuatan yang disukai
oleh lelaki idaman anda, maka lelaki itu akan jatuh cinta kepada
anda. Itu pasti. Apakah anda merasa berat saat melakukan
perbuatan yang disukai oleh lelaki pujaan itu? Tentu tidak. Anda
akan melakukannya dengan senang hati . Inilah yang dibilang,
tidak ada pengorbanan dalam cinta. Sebab apa yang dilakukan
oelh seseorang yang sedang jatuh cinta, akan terasa nikmat.

     Namun, jika anda mengaku cinta kepada seseorang, tapi


enggan melakukan sesuatu yang disukai oleh orang itu, ini harus
dipertanyakan cintanya. Jangan-jangan itu bukan cinta tapi
nafsu. Nafsu hanya membuat seseorang tersiksa. Begitu pula
kaitannya dengan Allah. Ketika anda mengaku cinta kepada Allah,
tapi enggan melakukan perbuatan yang dicintai Allah, maka perlu
dipertanyakan keimanan anda. Jangan-jangan anda hanya
memanfaatkan Allah untuk menutupi nasfu atau keinginan anda.
Jika Allah tidak memberikan keinginan anda, maka anda akan
sakit hati an gelisah luar biasa. Itu sangat
menyakitkan. Wallahua’lam.
Apa hikmah melakukan ziarah kubur?
Mengingatkan kepada kita bahwasanya hidup di dunia
sesungguhnya hanya sementara, tidak abadi, serta
kesenangannya hanyalah semu.
Mendongkrak motivasi kita untuk senantiasa menambah
pundi-pundi amal perbekalan guna melanjutkan ke
kehidupan yang selanjutnya.
Menambah keimanan dan ketakwaan kita terhadap Allah
SWT.
Mengurangi bahkan menghilangkan sikap sombong yang
ada di diri kita, sebab harta, tahta, keluarga, dsb tidak
akan dibawa mati.
Memperoleh ganjaran pahala dari Allah SWT karena
telah menjalankan salah satu sunnah Rasulullah SAW.
Syekh Nawawi Banten dalam kitabnya Nashâihul ‘Ibâd menuturkan ada 4 (empat)
macam motivasi orang melakukan ziarah kubur: Pertama, ziarah kubur dengan
tujuan untuk mengingat mati dan akhirat. Ziarah dengan motivasi ini bisa hanya
dengan melihat kuburan atau komplek pemakaman saja tanpa harus tahu siapa
yang bersemayam di dalam kuburan. Tidak harus kuburan orang muslim, bahkan
kuburan orang kafir sekalipun bisa menjadi sarana untuk menjadikan seorang
muslim mengingat kematian dan kehidupan akhirat yang pada saatnya nanti akan
ia lakoni. Kedua, ziarah kubur dengan tujuan untuk mendoakan orang yang ada di
dalam kuburan. Menurut Syekh Nawawi ziarah dengan tujuan ini disunahkan bagi
setiap orang muslim. Tentunya kuburan yang dikunjungi juga kuburan yang di
dalamnya bersemayam jenazah orang muslim, pun tidak harus kuburan keluarga
sendiri. Di Indonesia ada beberapa daerah yang memiliki budaya di mana pada
waktu-waktu tertentu—biasanya menjelang puasa Ramadhan—masyarakat
kampung berkumpul di satu komplek pemakaman untuk bersama-sama
mendo’akan ahli kubur yang ada di komplek tersebut, baik ahli kubur itu keluarga
sendiri maupun orang lain. Kegiatan semacam ini lazim disebut dengan nyadran.
Ketiga, ziarah kubur dengan motivasi untuk tabarruk atau mendapatkan
keberkahan. Ziarah dengan tujuan ini disunahkan dengan mengunjungi kuburnya
orang-orang yang dikenal baik pada waktu hidupnya. Ziarah dengan motivasi ini
juga sangat sering dilakukan oleh masyarakat muslim di Indonesia khususnya
warga Nahdliyin. Pada waktu-waktu tertentu mereka secara berombongan
berziarah ke makam para wali dan para kiai yang dipandang memiliki kedekatan
dengan Allah dan berjasa dalam berdakwah menebarkan agama Islam di
masyarakat. Keempat, ziarah kubur dengan motivasi untuk memenuhi hak ahli
kubur yang diziarahi, seperti ziarah ke makam orang tua. Di daerah tertentu ada
budaya di mana setiap hari Jumat Kliwon, atau di sore hari Kamis sebelum Jumat
Kliwon masyarakat menziarahi makam orang tuanya. Ini dilakukan sebagai tanda
bakti seorang anak bagi orang tuanya. Meski mendo’akan orang tua bisa
dilakukan di mana saja dan kapan saja namun dengan menziarahi kuburnya di
waktu tertentu diharapkan akan menjadikan si anak akan selalu ingat dan tidak
dengan mudah melupakan akan jasa orang tua. Dari pembahasan singkat di atas,
berziarah dengan motivasi yang manapun, ada yang perlu diperhatikan oleh
mereka yang melakukan ziarah kubur. Semestinya ziarah kubur dilakukan sesuai
tuntunan syari’at tanpa ada motivasi-motivasi lain yang bertentangan dengan apa
yang diajarkan oleh agama melalui para ulama. Wallâhu a’lam. (Yazid Muttaqin)

Hadapkan diri pada kaca besar, pandanglah wajahmu sendiri. Apakah di


umurmu yang sekarang, kamu harus memilih menyerah?
1. "Belajar tanpa berpikir itu tidaklah berguna, tapi berpikir tanpa belajar itu
sangatlah berbahaya!."
2. "Barangsiapa ingin mutiara, harus berani terjun di lautan yang dalam.”
3. "Cintai dirimu terlebih dahulu, maka yang lainnya akan jatuh cinta padamu.
Kau harus benar-benar mencintai dirimu sendiri untuk mendapatkan apa saja
yang ada di dunia ini.”
4. "Lakukan sesuatu. Memimpin, menjadi pengikut, atau menyingkir."
5. "Jalani setiap hari seakan itu adalah hari terakhirmu. Kerjakan setiap
pekerjaan seakan kamu adalah bosnya. Perlakukan semua orang seakan
mereka adalah dirimu.”
6. "Pikirkan hal-hal yang paling hebat, dan engkau akan menjadi yang
terhebat. Tetapkan akal pada hal tertinggi, dan engkau akan mencapai yang
tertinggi.”
7. "Kita selalu lupa atau jarang mengingat apa yang kita miliki, tetapi kita
seringkali ingat apa yang ada pada orang lain.”
8. "Yang benar-benar milik kita adalah waktu; bahkan dia yang tidak memiliki
apa pun memiliki itu."
9. "Memilih untuk bersikap positif dan memiliki sikap bersyukur akan
menentukan bagaimana kamu akan menjalani hidupmu."
10. "Tersenyumlah di cermin. Lakukan itu setiap pagi dan Anda akan mulai
melihat perbedaan besar dalam hidup Anda."
Kata-kata mutiara bijak bahasa Jawa.
View Image

foto: Instagram/@bramasetya
Banyak tulisan Jawa yang diadaptasi dari orangtua. Kata-kata tersebut pun
punya makna dalam yang bisa meningkatkan semangatmu menjalani hidup.
11. "Sesomo manungso iku kudu urip kanthi guyup lan rukun." (sesama
manusia itu harus hidup rukun dengan akur dan rukun)
12. "Dadi anak kuwi kudu seng bekti marang wong tuwo." (Jadi anak harus
berbakti kepada orangtua)
13. "Sabeja-bejane wong kang lali, luwih becik wong kang eling lan waspodo."
(Seberuntung-beruntungnya orang yang lupa atau tersesat masih lebih baik
keadaannya orang yang selalu mawas diri dan waspada)
14. "Alon-alon penting klakon." (Pelan-pelan asalkan terlaksana)
15. "Memayu hayuning bawana, ambrasta dur hangkara." (Manusia hidup di
dunia harus mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan;
serta memberantas sifat angkara murka, serakah dan tamak)
16. "Aja gumunan, aja getunan, aja kagetan, aja aleman." (Jangan mudah
terheran-heran, jangan mudah menyesal, jangan mudah terkejut- kejut,
jangan mudah kolokan atau manja)
17. "Gusti iku cedhak tanpa senggolan, adoh tanpa wangenan." (Tuhan itu
dekat meski tubuh kita tidak dapat menyentuhnya dan akal kita dapat
menjangkaunya)
18. "Urip iku terus mlaku, bebarengan karo wektu,sing bisa gawa lakumu,
supaya apik nasibmu." (Hidup itu terus berjalan,bersamaan dengan
waktu,yang bisa membawa tingkah lakumu, biar baik nasibmu)
19. "Sing sopo wonge nandur bakal ngunduh." (siapa saja yang menanam
akan menuai)
20. "Ampun mbedakaken marang lintune." (jangan membeda-bedakan antara
sesama manusia. Di suruh menghargailah perbedaan)
Kata-kata mutiara bijak cinta penuh arti.
View Image
foto: Instagram/@kata.din
Saat jalinan cinta sedang tidak baik, kamu juga butuh nih suntikan kata-kata
mutiara bijak cinta. Agar kamu makin bergairah dalam membina hubungan
cinta dengan baik sama doi.
21. "Meramal masa depan yang paling jitu adalah menciptakan masa depan
itu sendiri."
22. "Jadilah lebih lembut, jangan biarkan dunia membuat kita menjadi keras,
jangan biaskan rasa sakit membuat kita menjadi pembenci."
23. "Orang yang memiliki hati paling baik ialah mereka yang menelan rasa
sakit dan mencegah orang lain untuk merasakannya."
24. "Tanda sejati dari kecerdasan bukanlah pengetahuan, tapi imajinasi."
25. "Langit boleh saja berhiaskan bintang-bintang bercahaya indah di sisi
sang rembulan. Tetapi cahaya terindah yang pernah aku lihat, hanya ada di
sinar matamu."
26. "Ketika kau meminta cahaya, Tuhan memberiku matahari. Ketika aku
meminta air, Tuhan memberi aku hujan. Dan saat aku meminta kebahagiaan,
Tuhan memberikan dirimu."
27. "Tadi malam aku melihat bintang-bintang dan menuliskan alasan aku cinta
kamu di setiap bintangnya."
28. "Jika kamu mencintai seseorang, maka lepaskan dia. Jika seseorang itu
kembali, dia milikmu. Namun jika tidak, dia memang bukan untukmu.”
(Richard Bach)
29. "Setiap orang akan menyakitimu, kamu hanya harus mencari seseorang
yang pantas membuat kamu memikul rasa tersebut.” (Bob Marley)
30. "Semakin lama hidup di dunia, semakin saya menyadari bahwa hal yang
paling memberikan makna kehidupan adalah hubungan dengan orang lain.”
(William Shatner)
Kata-kata mutiara bijak Islam.
View Image

foto: Instagram/@benefit_word
Agama menjadi landasan utama seseorang untuk tetap bertahan hidup.
Karena setelah kesusahan pasti ada kebahagiaan.
31. "Untuk mendapatkan apa yang diinginkan, kau harus bersabar dengan
apa yang kau benci." (Imam Ghazali)
32. "Jangan pernah risaukan soal rejekimu, karena rejekimu sudah pasti
dijamin oleh Allah."
33. "Bersyukurlah atas apa yg kamu miliki, perbaiki kesalahan masa lalu, dan
belajarlah tuk hidup saat ini dan selanjutnya."
34. "Allah menguji seseorang di titik terlemahnya sebab dengan begitu ia
hendak menjadikan kita kuat di titik itu."
35. "Jangan pernah kamu malu untuk meminta maaf dan memaafkan orang
lain, karena dua hal ini akan menjadi kunci untuk perdamaian."
36. "Lidahmu jangan kamu biarkan menyebut kekurangan orang lain, sebab
kamu pun punya kekurangan dan orang lain pun punya lidah.” (Imam Syafii)
37. "Tetap saling menjaga satu sama lain untuk selalu dekat dengan Allah.
Semoga kelak bersama-sama masuk surga."
38. "Hari ini, sebelum kamu mengatakan kata-kata yang tidak baik, pikirkan
tentang seseorang yang tidak dapat berbicara sama sekali."
39. "Mencintai Allah baik dari segi yang sederhana ke yang tidak sederhana."
40. "Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah selalu bersama kita.”
(QS At Taubah 40)

Anda mungkin juga menyukai