Kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang yang diarahkan ke arah organisasi.
Sutisna (1993) merumuskan kepemimpinan sebagai proses mempengaruhi kegiatan atau kelompok
dalam usaha ke arah seseorang dalam situasi tertentu.
Manajemen pelayanan keperawatan merupakan suatu proses perubahan atau transformasi dari sumber
daya yang dimiliki untuk mencapai pelayanan keperawatan melalui pelaksanaan fungsi perencanaan,
pengorganisasian, pengaturan ketenagaan, pengarahan, evaluasi dan pengendali mutu keperawatan.
2. Program kesehatan komunitas untuk tujuan promosi dan pencegahan masalah kesehatan.
4. Sumber daya manusia, sarana dan prasarana, dan finansial untuk pelayanan keperawatan
bermutu.
Manajemen Keperawatan yakni salah satu tugas khusus yang harus dilaksanakan oleh
pengelola keperawatan untuk merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan serta
mengawasi sumber – sumber yang ada, baik sumber daya maupun dana sehingga dapat
memberikan suatu pelayanan keperawatan yang efektif kepada pasien, keluarga dan
masyarakat.
Input dari proses manajemen keperawatan antara lain sebuah informasi, personel, peralatan
dan fasilitas.
2. Proses
Proses adalah jumlah kelompok manajer atau dari tingkat pengelola keperawatan tertinggi
sampai ke perawat pelaksana yang mempunyai tugas dan wewenang untuk dapat melakukan
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan
keperawatan.
3. Output
Dari proses manajemen keperawatan adalah suatu asuhan keperawatan, pengembangan staf
dan riset.
4. Kontrol
5. Umpan Balik
Proses manajemen keperawatan berupa laporan finansial dan suatu hasil audit keperawatan.
1. Gaya Kepemimpinan
Berbagai gaya kepemimpinan tersebut jika disederhanakan dapat dibedakan atas empat
macam, yaitu :
Pada gaya kepemimpinan diktator ( dictatorial leadership style ) ini upaya mencapai tujuan
dilakukan dengan menimbulkan ketakutanserta ancaman hukuman. Tidak ada hubungan
dengan bawahan, karena mereka dianggap hanya sebagai pelaksana dan pekerja saja.
Pada gaya kepemimpinan ini ( autocratic leadership style ) segala keputusan berada di
tangan pemimpin. Pendapat atau kritik dari bawahan tidak pernah dibenarkan. Pada
dasarnya sifat yang dimiliki sama dengan gaya kepemimpinan dictator tetapi dalam bobot
yang agak kurang.
Pada gaya kepemimpinan demokratis ( democratic leadership style ) ditemukan peran serta
bawahan dalam pengambilan keputusan yang dilakukan secara musyawarah. Hubungan
dengan bawahan dibangun dengan baik.
Pada gaya kepemimpinan santai ( laissez – faire leadership style ) ini peranan pimpinan
hampir tidak terlihat karena segala keputusan diserahkan kepada bawahan, jadi setiap
anggota organisasi dapat melakukan kegiatan masing – masing sesuai dengan kehendak
masing – masing pula.
Keseimbangan dini adalah antara tanggung jawab terhadap pekerjaan yang dilakukan dan
tanggung jawab terhadap orang yang harus mengerjakan pekerjaan tersebut.
Seorang pemimpin yang baik harus dapat dijadikan panutan dan contoh oleh bawahannya.
Misalnya ia mengharapkan bawahannya untuk tepat waktu.
Pemimpin harus dapat menyampaikan ide-idenya secara singkat dan jelas, serta dengan
cara yang tepat.
4. Memiliki Pengaruh yang Positif.
Seorang pemimpin yang baik memiliki pengaruh terhadap bawahannya dan menggunakan
pengaruh tersebut untuk hal hal yang positif.
Peminpin yang sukses adalah pemimpin yang dapat menggunakan keterampilan komunikasi
dan pengaruhnya untuk meyakinkan orang lain terhadap ide-idenya / sudut pandangnya
serta mengarahkan mereka pada tanggung jawab terhadap ide / sudut pandangnya
tersebut.
Case management merupakan proses kolaboratif dari penilaian, perencanaan, fasilitasidan advokasi
untuk memilih dan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan seseorang individu melalui komunikasi dan
sumber daya yang tersedia guna meningkatkan hasil yang berkualitas dan efektif biaya (Case
Management Society of America, 2010, p.6). Case managemenangani setiap kasus secara tersendiri,
dengan mengidentifikasi penyedia, terapi, dan suasana perawatan yang paling efektif biaya untuk
individu yang memiliki asuransi (Marquis & Huston, 2010, p.251).
Pengetahuan, nilai-nilai, kepercayaan, latar belakang kultural pasien dan keluarga dimasukkan
dalam perencanaan pelayanan dan pemberian pelayanan kesehatan
2. Berbagi informasi.
Pasien dan keluarga menerima informasi tepat waktu, lengkap, dan akurat
Pasien dan keluarga didorong dan didukung untuk berpartisipasi dalam asuhan dan
pengambilan keputusan serta pilihan mereka
3. Kolaborasi / kerjasama.
Pasien dan keluarga adalah mitra pemberi pelayanan kesehatan. Pemberi pelayanan kesehatan
bekerjasama dengan pasien dan keluarga dalam pengembangan, implementasi dan evaluasi
kebijakan dan program.
TUJUAN UMUM
A. Mewujudkan pelayanan berfokus pada pasien dalam kerangkat meningkatkan mutu rumah sakit.
TUJUAN KHUSUS
Mendorong menajemen untuk bertindak proaktif mengurangi risiko kerugian, menjadikan pengelolaan
risiko sebagai sumber keunggulan bersaing, dan keunggulan kinerja perusahaan.
1. Lingkungan Internal.
2. Penentuan Sasaran.
3. Identifikasi Peristiwa.
4. Penilaian Risiko.
5. Tanggapan Risiko.
6. Aktivitas Pengendalian.
8. Pemantauan.
2. Menilai Risiko. Setelah melakukan tahap identifikasi risiko, maka proses selanjutnya adalah
assesment (penilaian) terhadap setiap kemungkinan risiko.
3. Pengelolaan
4. Implementasi.
5. Evaluasi.
E. Manajemen mutu
Manajemen mutu yang dikenal total management quality atau TQM dapat diartikan sebagai sebuah
sistem yang membantu sebuah organisasi, perusahaan, atau badan usaha untuk mengawasi setiap
kegiatan serta tugas dan tanggung jawab yang diperlukan dalam mempertahankan kualitas atau mutu
dari perusahaan tersebut.
2. Karyawan meliputi Kebanggan, kendali terhadap waktu, karyawan dapat mengerjakan pekerjaan
dengan benar dan mengurahi terjadinya kesalahan
Manajemen mutu sendiri memiliki beberapa tujuan yang diharapkan dapat tercapai di dalam prosesnya.
Yaitu
1. Menetapkan Visi dan Standar kerja bagi para anggota suatu organisasi atau badan usaha
2. Membangun motivasi dan budaya kerja di dalam organisasi maupun badan usaha
3. Membantu meningkatkan kepercayaan terhadap produk yang dihasilkan perusahaan baik dari
anggota maupun pelanggan atau klien.
4 Memberikan inovasi atau pengembangan lebih lanjut dari perusahaan atau organisasi itu sendiri.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, manajemen mutu memiliki fungsi sebagai sebuah acuan atau
tolak ukur dalam mengelola kualitas yang diberikan oleh suatu perusahaan, organisasi maupun badan
usaha. Hal ini akan sangat mempengaruhi kualitas dan kinerja seluruh anggota perusahaan dalam
menjalankan tugasnya masing-masing guna mencapai tujuan dan visi dari perusahaan tersebut.
Di dalam manajemen mutu, ada beberapa tahapan maupun proses yang perlu dilakukan yaitu :
c. Evaluasi Mutu