Anda di halaman 1dari 13

4.

2 PUSKESMAS KECAMATAN PASAR MINGGU


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 43 tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat, yang dimaksud dengan Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan pererorangan tingkat
pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif di wilayah kerja.
4.2.1 Penyelenggaraan Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
Kegiatan pelayanan kefarmasian perlu adanya dukungan baik dari sumber daya
manusia dan saranan dan prasarana yang baik, sehingga di perlukan suatu standar dalam
pelayanan kefarmasian untuk mencapai mutu pelayanan yang baik. Berikut ini merupakan
persyaratan yang ada pada Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 26 Tahun 2020 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas.
a. Pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
1. Perencanaan
Perencanaan adalah kegiatan seleksi obat dan bahan medis habs pakai seeta
menentukan jenis dan jumlah obat dalam rangka pemenuhan kebutuhan Puskesmas.
Cara seleksi obat dan bahan medis habis pakai adalah dengan mempertimbangkan pola
penyakit,pola konsumsi obat pada periode sebelumnya,dan mutasi obat dan rencana
pengembangan. Proses ini mengacu pada Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) dan
Formularium Nasional (FORNAS). Data pemakaian obat di sediakan oleh puskesmas
dengan menggunakan Laporan Pemakaian dan Lembar Pemakaian dan Lembar
Pemakaian dan Lembar permintaan obat (LPLPO). Kemudian Instalasi Farmasi
Kabupaten/Kota akan melakukan kompilasi dan analisa terhadap kebutuhan obat
Puskesmas dii wilayah kerjanya, menyusuaikan pada anggaran yang tersedia dan
memperhitungkan waktu kekosongan obat, buffer stock, serta menghindari stok
berlebih. Proses seleksi obat harus melibatkan tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas
tersebut seperti dokter,dokter gigi, bidan, perawat dan apoteker, serta pengelola program
yang berkaitan dengan pengobatan. Tujuan dar perncanaan adalah untuk
memperkirakan jenis dan jumlah obat dan BMHP yang mendekati kebutuhan,
meningkatkan penggunaan obat secara rasional,dan meningkatkan efesiensi
penggunaan obat.
2. Permintaan

Permintaan obat dan BMHP diajukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/kota,


sesuai dengan ketentuan perundangan-undangan dan kebijakan pemerintah daerah
setempat. Tujuan permintaan obat dan BMHP adalah memenuhi kebutuhan obat dan
bahan medis habis pakai di puskesmas,sesuai dengan perencanaan kebutuhan yang telah
di buat.
3. Penerimaan

Penerimaan obat dan Bahan Medis Habis Pakai adalah suatu kegiatan dalam
menerima obat dan bahan medis habis pakai dari instalasi farmasi Kabupaten/Kota
Sesuai dengan permintaan yang telah diajukan. Tujuannya adalah agar oabat yang
diterima sesuai dengan kebutuhan berdasarkan permintaan yang diajukan oleh
Puskesmas. Petugas penerimaan wajib melakukan pengecekan terhadap obat dan Bahan
Medis Habis Pakai yang di terima, mencakup jumlah kemasan/peti, jenis dan jumlah
obat,bentuk obat sesuai dengan isi dokumen (LPLPO) dtandatangani oleh petugas
penerima, dan di ketahui oleh kepala Puskesmas.
4. Penyimpanan

Penyimpanan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan suatu kegiatan
pengeturan terhadap obat yang di terima agar aman (tidak hilang), terhindar dari
kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin, sesuai dengan persyaratan
yang di tetapkan. Penyimpanan obat dan Bahan Medis Habis Pakai Mempertimbangkan
hal-hal sebagai berikut:
a. Bentuk dan Jenis sediaan
b. Stabilitas ( suhu,cahaya,kelembapan)
c. Mudah atau tidaknya m eledak/terbakar dan
d. Narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari khusus
5. Pendistribusian
Pendistribusian obat dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan kegiatan
pengeluaran dan penyerahan obat dan Bahan Medis Habis Pakai secara merata dan
teratur untuk memenuhi kebutuhan sub unit/seksi farmasi puskesmas dan jaringanya.
Tujuannya adalah untuk memenuhi.
Kebutuhan obat sub unit pelayanan kesehatan yang ada diwilayah kerja
Puskesmas dengan jenis, mutu, jumlah dan waktu yang tepat. Pendistribusian ke sub
unit (ruang rawat inap, UGD, dan lain-lain). Dilakukan dengan cara pemberian obat
sesuai resep yang diterima (floor stock), pemberian obat per sekali minum (dispensing
dosis unit) atau kombinasi, sedangkan pendistribusian kejaringan Puskesmas dengan
cara penyerahan obat sesuai dengan kebutuhan (floor stock).
6. Pengendalian
Pengendalian obat dan BMHP adalah suatu kegiatan untuk memastikan
tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang telah
ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan/kekosongan obat di unit
pelayanan kesehatan dasar. Pengendalian obat terdiri dari pengendalian persediaan,
pengendalian penggunaan, dan penanganan obat hilang, rusak, dan expired.
7. Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan, pelaporan dan pengarsipan merupakan rangkaian kegiatan dalam
rangka penatalaksanaan obat dan Bahan Medis Habis Pakai secara tertib, baik obat dan
Bahan Medis Habis Pakai yang diterima, disimpan, didistribusikan, dan digunakan di
Puskesmas atau unit pelayanan lainnya. Tujuan pencatatan, pelaporan dan pengarsipan
adalah:
a. Bukti bahwa pengelolaan obat dan Bahan Medis Habis Pakai telah dilakukan;
b. Sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian;
c. Sumber data untuk pembuatan laporan.

8. Pemantauan dan Evaluasi Pengelolaan


Pemantauan dan Evaluasi Pengelolaan obat dan Bahan Medis Habis Pakai
dilakukan secara periodic dengan tujuan untuk:
a. Mengendalikan dan menghindari terjadinya kesalahan dalam pengelolaan
obat dan Bahan Medis Habis Pakai sehingga dapat menjaga kualitas maupun
pemerataan pelayanan;
b. Memperbaiki secara terus menerus pengelolaan obat dan Bahan Medis Habis
Pakai dan;
c. Memberikan penilaian terhadap capaian kinerja pengelolaan BMHP serta
memberikan penilaian terhadap pencapaian kinerja pengelolaan
Pelayanan farmasi klinik yang dapat dilakukan oleh Apoteker di Puskesmas
berdasarkan Standar Pelayanan Kefarmasian meliputi :
1) Pelayanan Informasi Obat (PIO)

Kegiatan ini dilakukan untuk memberikan informasi secara akurat, jelas dan
terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien. PIO
juga bertujuan untuk menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang
berhubungan dengan obat seta untuk menunjang pengobatan yang rasional. Kegiatan
Pelayanan Informasi Obat (PIO) antara lain :
a) Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara pro aktif dan
pasif.
b) Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui telepon, surat
atau tatp muka.
c) Membuat bulletin, leaflet, label, obt, poster, majalah dinding dan lain-lain
d) Melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap, serta
masyarakat.
e) Melakukan pendidikan dan/atau pelatihan bagi tenaga kefamasian dan tenaga
kesehatan lainnya terkait dengan obat dan Bahan Medis Habis Pakai.
f) Mengoordinasikan penelitian terkait obat dan kegiatan pelayanan kefarmasian
2) Konseling

Konseling dilakukan untuk memberikan pemahaman yang benar mengenai


obat kepada pasien yang berkaitan dengan penggunaan obat pasien rawat jalan dan
rawat inap serta keluarga pasien. Pasien yang memiliki kemungkinan mendapatkan
resiko maslah terkait selanjutnya perlu diberikan pelayanan kefarmasian di rumah (
Home Pharmacy Care) yang bertujuan untuk mencapai keberhasilan terapi obat.
3) Ronde/Visite pasien (khusus Puskesmas rawat inap)

Kegiatan ini dilakukan secara mandiri atau bersama tim profesi kesehatan
lainnya.tujuan dilakukannya ronde adalah untuk memeriksa obat pasien, memberikan
rekomendasi kepada dokter dalam hal pemilihan obat, memantau perkembangan
klinis pasien terkait dengan penggunaan obat dan untuk berperan aktif dalam
pengambilan keputusan tim profesi kesehatan dalam terapi pasien.
4) Pemantauan dan Pelaporan Efek Samping Obat (ESO)

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menemukan Efek Samping Obat sedini
mungkin terutama efek smping yang berat, tidak dikenal atau jaran terjadi, dan untuk
menentukan insidensi efek samping obat yang sudah dikenal atau baru saja
ditemukan. Hasil Pemantauan ini kemudian dicatat di lembar formulir Monitoring
Efek Samping Obat (MESO) yang kemudian dilaporakan ke Pusat Monitoring Efek
Samping Obat Nasional.
5) Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Pemantauan Terapi Obat dilakukan untuk memastikan bahwa seseorang
pasien mendapatkan terapi obat yang efektif, terjangkau dengan memaksimalkan
efikasi dan meminimalkan efek samping. Tujuann dilaksanakannya Pemantauan
Terapi Obat (PTO) untuk mendeteksi masalah yang terkait dengan obat, memberikan
rekomendasi penyelesaian masalah yang terkait dengan obat. Kegiatan yang
dilakukan pada Pemantauan Terapi Obat (PTO) meliputi memilih pasien yang
memenuhi kriteria, membuat catatan awak, mempekenalkan diri pada pasien ,
memberikan penjelasan pada pasien, mengabil data yang dibutuhkan, melakukan
evaluasi, dan memberikan rekomendasi
6) Evaluasi Penggunaan Obat
Kegiatan ini bertujuan untuk menjamin obat yang digunkan telah sesuai
indikasi, efektif, aman, dan t Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No.74
tahun 2016 erjangkau (rasional) dengan mendapatkan gambaran pola penggunaan
obat pada kasus tertentu dan melakukan evaluasi secara berkala untuk penggunaan
obat tertentu.

Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) Institur Sains dan Teknologi Nasional di
Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan Periode Januari 2021, Mahasiswa
diberi kesempatan untuk melaksanakan kegiatan di Puskesmas Kecamatan Kota
Administrasi Jakarta Selatan. Kami (Julika Pattimukay dan Mayasari) berkesempatan
melaksanakan PKPA di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu pada tanggal 11 Januari
2021 hingga 27 Januari 2021.
4.2.2 Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
1. Perencanaan

Sistem pengelolaan sediaan farmasi yang terdapat di puskesmas kecamatan Pasar


Minggu dimulai dari sistem perencanaan kebutuhan obat dengan menggunakan metode
pola kebutuhan/konsumsi, metode pola penyakit dan LPLPO dengan memperhitungkan
waktu kekosongan obat, buffer stock, serta masa kadaluarsa masing-masing obat. Obat-
obat yang direncanakan untuk diadakan ini adalah obat-obatan yang termasuk dalam
Formularium puskesmas. Setiap puskesmas kelurahan yang dibawahi harus membuat dan
mengirimkan LPLPO kepuskesmas kecamatan Setiabudi setiap bulannya. Selanjutnya, PJ
farmasi menyusun rencana permintaan obat, dan bahan medis habis pakai dengan mengacu
pada LPLPO tersebut dalam bentuk Rencana Kebutuhan Obat (RKO) yang dibuat setiap
tahunnya. Data RKO yang telah disetujui oleh kepala puskesmas kemudian
diinput/diupload melalui aplikasi e-monev catalog lalu di verifikasi oleh pihak Suku Dinas
Kesehatan kemudian dilanjutkan ke Dinas Kesehatan lalalu kemudian ke Kementrian
Kesehatan. Khusus untuk obat-obatan yang termasuk dalam obat-obat program
perencanaan dilakukan oleh pemegang program puskesmas dengan ditebuskan kepada
Suku Dinas Kesehatan dam Kementrian Kesehatan.

2. Permintaan

Permintaan obat dilakukan agar dapat mendukung berjalannya pelayanan farmasi di


puskesmas kecamatan Pasar Minggu dengan baik. Permintaan obat ataupun alat kesehatan
harus disertai dengan Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan Rencana Anggaran Biaya (RAB)
yang dibuat berdasarkan RKO. Bagian pengadaan bertugas memproses pengadaan obat
yang dibutuhkan di unit pelayanan kesehatan puskesmas.
Sumber anggaran Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) digunakan untuk
operasional puskesmas kecamatan dan kelurahan termasuk untuk perbekalan farmasi.
Pengadaan obat dilakukan dengan beberapa cara yaitu, pembelian (e-purchasing, tender
>200 jt dan pengadaan langsung) dan dropping obat program. Untuk pengadaan secara e-
purchasing dilakukan untuk obat-obat yang terdapat pada e-catalog yang telah memiliki
harga satuan standar untuk obat. Sedangkan untuk obat yang pengadaan diatas 200jt
pengadaan dilakukan dengan pembelian kepada pemenang lelang kontrak yang disetujui
oleh Badan Pelayanan Pengadaan Barang dan Jasa (BPPBJ) Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta.
Selain cara diatas terdapat pula pembelian langsung untuk obat-obat tertentu yang
pengadaannya tidak terdapat pada e-catalogue. Pengadaan dilakukan bertahap tiap
tahunnya dengan menyerahkan Kerangka Acuan Kerja (KAK). Terdapat obat program di
Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu yaitu, TB dan ARV. Obat TB didapat melalui
permintaan langsung kepada Sudinkes sedangkan untuk obat ARV permintaan dilakukan
melalui online ke web.

3. Penerimaan

Barang dari distributor/PBF diterima oleh tim teknis pengadaan barang yang
kemudian melakukan pemeriksaan dan pengecekan kesesuaian antara barang yang datang
dengan yang dipesan. Hal-hal yang perlu dicek adalah jumlah, jenis, spesifikasi, tanggal
kadaluarsa, serta nomor batch. Jika telah sesuai faktur pembelian ditanda tangani oleh
petugas, penulisan tanggal penerimaan barang, dan stempel sebagai alat bukti. Selanjutnya
dilakukan serah terima dari tim teknis pegadaan barang kepada tim teknis penyimpan
barang yang kemudian diserahkan kepada penanggung jawab obat, alat kesehatan dan
bahan, medis habis pakai di puskesmas.
4. Penyimpanan

Penyimpanan merupakan suatu kegiatan menyimpanan dan memeliharaan dengan


cara menempatkan obat-obatan, reagen, alat kesehatan yang ada pada tempat yang dinilai
aman dari pencurian serta terhindar dari gangguan kerusakan fisik maupun kimia yang
dapat merusak mutu produk tersebut. Pada puskesmas kecamatan Pasar Minggu,
penyimpanan sediaan farmasi dan alat kesehatan serta vaksin dilakukan digudang yang
terpisah dengan menggunakan sistem FEFO dan FIFO serta diberi penandaan berupa stiker
berbeda warna yaitu warna hijau untuk 12 bulanatau 1 tahun keatas, warna kuning untuk6-
12 bulan, warna merah untuk 0-6 bulan, untuk menunjukkan masa kadaluarsa sehingga
mudah untuk mengetahui mana obat-obat yang memiliki masa kadaluarsa paling dekat,
untuk obat yang berpotensi membahayakan.
Penyimpanan di gudang sediaan farmasi dilakukan dengan menggolongkan obat
berdasarkan bentuk sediaan sedangkan untuk gudang alat kesehatan tidak
mengelompokkan berdasarkan abjad. Terdapat kondisi penyimpanan khusus seperti vaksin
yang disimpan dalam lemari pendingin, psikotropika di lemari dengan kunci ganda serta
alat kesehatan yang biayanya mahal disimpan dilemari terkunci juga terdapat pengatur
suhu ruangan untuk memastikas stabilitas penyimpanan obat di gudang obat.. Untuk obat
ARV dan OAT diletakkan dalam lemari tersendiri, terpisah dari lemari obat lainnya. Untuk
obat golongan psikotropika disimpan dalam lemari obat dengan kunci ganda. Untuk obat-
obatan yang memiliki kemasan ataupun nama yang mirip ditempelkan sticker LASA (Look
Alike and Sound Alike) pada laci penyimpanan. Setiap penyimpanan juga disertakan
dengan kartu stok. Stok opname dilakukan setiap bulannya untuk menghindari kehilangan
dan kerusakan fisik.

5. Pendistribusian

Pendistribusian obat dari gudang obat kekamar obat serta unit layanan terkait baik
ke puskesmas kecamatan itu sendiri ataupun puskesmas kelurahan dilakukan oleh
penanggung jawab gudang. Puskesmas Kelurahan yang berada di wilayah Kecamatan
Pasar Minggu, yang meminta obat dan bahan medis habis pakai ke gudang farmasi di
Puskesmas Kecamatan harus menggunakan Surat Permintaan Barang dan gudang akan
mengeluarkan Surat Bukti Barang Keluar (SBBK). Surat Bukti Barang Keluar dibuat 3
rangkap, surat yang asli dan satu lagi untuk petugas gudang dan satu lagi untuk petugas
Puskesmas Kelurahan yang meminta obat dan bahan medis habis pakai sehingga dapat
menyesuaikan barang yang datang.
Petugas gudang akan menyiapkan obat dan bahan medis habis pakai yang dipesan
oleh masing-masing Puskesmas Kelurahan. Namun tidak semua barang yang dipesan akan
diberikan, karena akan disesuaikan dengan sisa stok yang ada di gudang farmasi. Setelah
barang disiapkan oleh petugas gudang, petugas dari masing-masing Puskesmas Kelurahan
akan datang langsung mengambil dan memeriksa kesesuaian item dan jumlah obat dan
bahan medis habis pakai yang telah dipesan dan ada berita acara serah terima barang.
Pendistribusian Obat dan bahan medis habis pakai sesuai dengan permintaan dari tiap
puskesmas kelurahan di kecamatan Pasar Minggu, di lakukan tiap bulan pada akhir bulan.

6. Pemusnahan dan Penarikan

Kegiatan pemusnahan obat kadaluwarsa di Puskesmas Kecamatan Setiabudi dicatat


dalam Berita Acara Pemusnahan (BAP) obat. Secara teknis pemusnahan dilakukan dengan
cara, unit farmasi mengumpulkan sediaan obat dan bahan medis habis pakai yang telah
kadaluwarsa lalu di pisahkan dari kemasan primernya dan dalam keadaan rusak, obat-obat
tersebut diserahkan ke pihak kesehatan lingkungan di sertai dengan penandatanganan
berita acara pemusnahan obat untuk kemudian diserahkan ke pihak ke tiga (transporter)
lalu dibawa ketempat pemusnahan (pembawa limbah) untuk di musnahkan. Untuk obat-
obatan psikotropika dan yang kadaluwarsa, pemusnahan dilakukan dengan cara unit
farmasi mengajukan permohonan pemusnahan ke Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan
sehingga dalam pemusnahannya menghadirkan saksi dari pihak Suku Dinas Kesehatan.
Pemusnahan Resep umum akan dimusnahkan dalam jangka waktu 5 tahun, sedangkan
untuk resep obat psikotropika dimusnahkan dalam jangka waktu 5 tahun.

7. Pengendalian
a) Pengendalian Persediaan
Pengendalian persediaan dilakukan dengan mencatat setiap penambahan dan
pengeluaran barang di kartu stok. Stok opname dilakukan setiap akhir bulan.
b) Pengendalian Penggunaan
Pengendalian penggunaan obat dilakukan dengan membuat Laporan Pemakaian
dan Lembar Permintaan Obat. Form LPLPO ini dapat digunakan untuk melaporkan
penggunaan obat setiap bulannya dan dapat juga digunakan untuk melakukan
permintaan obat ke gudang farmasi di Puskesmas Kecamatan. Selain itu juga selalu di
lakukan edukasi ke dokter berkaitan dengan penggunaan obat-obatan misalkan obat-
obatan yang jarang di resepkan atau obat-obatan yang mendekati tahun kadaluarsa.
Penggunaan obat psikotropika secara khusus dilaporkan melalui Sistem Pelaporan
Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP).
c) Penanganan Obat Rusak dan Kaduluarsa
Obat yang telah rusak dan kadaluarsa harus dibuang karena dapat menjadi racun
bagi tubuh bila obat-obatan tersebut dikonsumsi. Tujuan penanganan obat rusak dan
kadaluarsa ialah untuk melindungi pasien dari efek samping penggunaan obat
rusak/kadaluwarsa. Penanganan obat rusak dan kadaluarsa tidak dilakukan oleh
Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu sendiri, tetapi menggunakan jasa dari pihak
ketiga.

8. Pencatatan, Pelaporan dan Pengarsipan

Dokumen yang termasuk dalam bagian pencatatan dan pelaporan yaitu laporan
pemakaian dan lembar permintaan obat, kartu stok dan laporan penggunaan narkotika dan
psikotropika. Dokumen lainnya yaitu diantaranya berita acara pemusnahan obat kadaluarsa
dan rusak. Kartu stok diletakkan di dekat obat (di dalam lemari apotek). Kolom yang diisi
dalam kartu stok meliputi tanggal, jumlah penambahan (sisa stok), jumlah pengeluaran,
nama fasilitas yang mengeluarkan, sisa persediaan, asal pabrik obat, no.batch, dan
kadaluarsa. Kartu stok dibuat untuk tiap obat. Untuk obat-obat Anti Retro Viral terdapat
pelaporan khusus yang disebut SIHA. Pelaporan ini berguna untuk analisa penggunaan
obat ARV dan pengendalian persediaan. Stok opname dilakukan oleh Apoteker dan TTK
satu kali dalam sebulan atau pada akhir bulan. Formulir LPLPO diisi dengan benar dengan
keterlibatan Apoteker. Untuk obat yang kadaluarsa dipisahkan dan dilaporkan dan disertai
berita acara pemusnahan obat.

9. Pemantauan dan Evaluasi Pengelolaan


Tujuan dilakukannnya pemantauan dan evaluasi pengelolaan obat yaitu untuk
mengetahui pola peresepan obat sesuai dengan indikasi, kesesuaian penggunaan obat
dengan pedoman pengobatan, dan upaya intervensi apa yang harus dilakukan jika terjadi
ketidakrasionalan. Salah satu manfaat yang dirasakan dalam hal manajerial yaitu dalam
perencanaan obat dapat digunakan sebagai acuan untuk merencanakan obat dan
memperkirakan kebutuhan obat agar lebih efektif dan efisien. Pemantauan dan evaluasi
terhadap sediaan farmasi di puskesmas kecamatan Pasar Minggu di laporkan kepada kepala
puskesmas. Pelaksanaan pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai
dievaluasi dan di monitoring berdasarkan SPO (Standar Prosedur Operasional). Sedangkan
evaluasi dan monitoring kesesuaian sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai
dilakukan berdasarkan fornas.

4.2.2 Pelayanan Farmasi Klinik


1. Pengkajian dan Pelayanan Resep

Pengkajian resep dilakukan oleh apoteker atau Asisten Apoteker sebelum


melakukan penyiapan obat. Pengkajian resep dilakukan dengan menyeleksi persyaratan
administrasi, farmasetik, dan persyaratan klinis.
Jika terjadi ketidaksesuaian pada persyaratan tersebut, maka Apoteker atau Asisten
Apoteker melakukan klarifikasi dengan cara menghubungi langsung dokter yang
meresepkan. Selanjutnya resep dan etiket diurutkan sesuai nomor urut kemudian diambil
atau diserahkan pada petugas yang bertugas di bagian peracikan.
Resep kemudian disiapkan sesuai yang tertera dan yang telah dianalisis. Setelah itu
dilakukan penulisan etiket, etiket ditulis lengkap berisi nama pasien, tanggal, aturan
penggunaan obat, kegunaan obat, tanggal kadaluarsa serta informasi khusus masing-
masing obat. Setiap obat yang telah selesai disiapkan dilengkapi dengan etiket. Kemudian
resep dan obat diurutkan sesuai nomor antrian resep, nomor antrian resep dipanggil dan
dilakukan identifikasi pasien sesuai resep oleh bagian penyerahan obat. Obat kemudian
diberikan dan disertai dengan informasi cara dan aturan penggunaanya.
Setelah obat diserahkan, resep kemudian diparaf oleh bagian penyerahan obat dan
pasien. Resep lalu disimpan.

2. Pemberian Informasi Obat


Kegiatan pelayanan informasi obat dilaksanakan ketika penyerahan resep kepada
pasien. Terkait penjelasan cara penggunaan obat, efek samping dan, indikasi,
kontraindikasi dan dosis obat sehingga diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan
masyarakat akan penggunaan obat yang bijak sehingga masyarakat semakin mengerti
bagaimana cara menggunakan obat yang baik dan benar untuk peningkatan kesehatan
pasien.

3. Konseling

Konseling di puskesmas kecamatan Pasar Minggu dilakukan oleh seorang


Apoteker, Konseling dilakukan untuk pasien yang baru pertama kali meminum obat HIV,
TBC ataupun obat-obat untuk pasien kronis. Akan tetapi konseling yang dilakukan belum
maksimal karena tempat konseling yang belum tersedia dan waktu dan hanya ditujukan
untuk pasien dengan penyakit menahun yang perlu kepatuhan meminum obat seperti TBC,
HIV.

4. Ronde/Visite

Visite tidak dilakukan pada Puskesmas Pasar Mingu dikarenakan tidak adanya
Rawat Inap.

5. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

Dalam pelayanan Monitoring Efek Samping Obat (MESO) tidak berjalan dan
apabila ada kasus tersebut dapat dilaporkan dengan mengisi fomulir MESO.

6. Pemantauan Terapi Obat

Pemantauan terapi obat dilakukan pada pasien yang dikonselingkan. Belum


terlaksana maksimal padapasien yang mengidap HIV dan TB. Pasien datang ketika obat
sudah habis dan ketika persediaan obat masih pasien datang unuk meminta obat sehingga
obat menumpuk yang hingga menyebabkan ketidakteraturan dalam terapi pengobatan.

7. Evaluasi Pengggunaan Obat

Evaluasi penggunaan obat pada puskesmas kecamatan pasar minggu belum


terlaksana dikarenakan masa pandemi Covid 19 pasien jarang berobat sehingga jumlah
pasien menurun serta Rencana Kebutuhan Obat yang sudah dibuat dengan metode
konsumsi tidak berjalan mengakibatkan banyak obat tidak digunakan dan masa kadarluarsa
obat sudah habis

Anda mungkin juga menyukai