Anda di halaman 1dari 15

BAB IV

PEMBAHASAN

4. SUKU DINAS KESEHATAN DAN PUSKESMAS

4.1 SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA


SELATAN
Suku dinas kesehatan dalam pelaksanaan pembinaan dan pengembangan
masyarakat, dipimpin oleh seorang kepala suku dinas yang secara teknis
dan administrasi dibawah kepala dinas kesehatan dan bertanggung jawab
kepada kepala dinas kesehatan, serta secara operasional berkedudukan
dibawah walikota dan bertanggung jawab kepada walikota. Suku dinas
kesehatan mempunyai tugas melaksanakan perencanaan, pengendalian,
dan penilaian program kesehatan masyarakat. Dalam melaksanakan tugas,
apoteker sebagai koordinator farmasi makanan dan minuman di suku dinas
kesehatan mempunyai tugas pokok dalam melaksanakan pekerjaan
kefarmasian yaitu :
a) Pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap fasilitas layanan
kesehatan
b) Membuat kerangka acuan dalam rangka penyiapan rencana kegiatan
kefarmasian
c) Menyusun perbekalan farmasi dalam rangka penyimpanan perbekalan
farmasi
d) Melakukan distribusi perbekalan farmasi dan alat kesehatan ke fasilitas
layanan kesehatan
e) Melakukan pengelolaan data dan informasi terkait tenaga kefarmasian
dan fasilitas layanan kesehatan di jakarta selatan
f) Membuat rekomendasi teknis ijin saran
Pelaksanaan PKPA di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta
Selatan pada tanggal 04-29 Januari 2020 dilakukan di subbagian Seksi
Sumber daya Kesehatan (SDK). Pada pelaksanaan PKPA di Suku Dinas
Kesehatan Kota Administrasi Jakarta selatan ini, selain memahami
mengenai suku dinas kesehatan, mahasiswa calon apoteker diharapkan
juga dapat mengetahui, memahami dan menerapkan mengenai tata cara
perizinan tenaga kesehatan khususnya tenaga kefarmasian, sarana
kesehatan, serta bagaimana pengelolaan perbekalan farmasi yang
merupakan bagian dari tugas Seksi Sumber Daya Kesehatan. Pada
pelaksanaan PKPA ini, kegiatan dari seksi sumber daya kesehatan yang
dilakukan langsung oleh mahasiswa diantaranya rekap data temuan hasil
BIMWASDAL apotek, Pengimputan data melalui aplikasi SIMADA,
Kegiatan digudang farmasi suku dinas kesehatan, dan alur perizinan
apotek pada bulan Januari di Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta
selatan.
4.1.1 Kegiatan PKPA Yang Dilakukan Di Suku Dinas Kesehatan Kota
Administrasi Jakarta Selatan

a. Rekap data temuan hasil BIMWASDAL apotek

Dari hasil pembinaan,pengawasan dan pengendalian (BIMWASDAL)


apotek. Temuan-temuan dalam berita acara pemeriksaan dikelompokan dan
dicari temuan tersebut melakukan pelanggaran terhadap UU nomor berapa.
Berdasarkan hasil rekap temuan, didapatkan temuan-temuan yaitu alkes masuk
apotek belum terpisah, Ruang konseling apoteker belum ada penandaan, papan
nama apotek belum terlihat dari luar bangunan, papan jadwal praktek apoteker
belum terlihat dari luar bangun, kartu monitoring suhu lemari pendingin obat,
kartu monitoring suhu dan kelembaban ruangan, pengukur suhu lemari
pendingin obat dan termohigrometer belum terkalibrasi, lemari narkotika dan
psikotropika belum menempel, SOP pencernaan obat sampai dengan
pelayanan farklin dan selama pandemic covid-19 belum ada, lay out khusus
apotek belum ada, apoteker lain belum ada bila penanggung jawab tidak hadir,
struktur organisasi belum sesuai.

b. Kegiatan digudang farmasi suku dinas kesehatan

Gudang farmasi suku dinas Kesehatan kota administrasi berfungsi sebagai


tempat penyimpanan untuk obat program dan buffer stocknya. Obat yang diterima
digudang farmasi suku dinas Kesehatan kota administrasi berasal dari hasil
pengadaan sendiri dan pemberian dari kementrian kesehatan. Obat-obat yang
disimpan ini digunakan sebagai buffer stok bagi puskesmas atau untuk kegiatan
dan program antiretroviral(ARV), infeksi menular seksual (IMS), tuberculosis
(TBC), Vitamin dan lain-lain.

Pengelolaan obat program dilakukan oleh seksi P2P (pengendalian dan


pencegahan penyakit) dengan mengajukan surat permintaan kepada dinas
Kesehatan provinsi. Ketika obat datang ke Gudang suku dinas Kesehatan kota
administrasi obat-obat tersebut dicek masa kadaluarsanya dan nomor batch, lalu
disimpan. Obat disimpan di dalam gudang menggunakan sistem FEFO (First
Expired First Out) dan FIFO (First In First Out) dan tata letak di susun
berdasarkan farmakologinya. Persedian obat yang ada pada bulan ini dicek
Kembali dengan menghitung stok bulan lalu ditambah stok obat baru yang datang
berdasarkan kondisi fisik dan data komputer dalam Microsoft Exel, obat program
tersebut lalu diplotkan untuk di distribusikan kesetiap pelayanan Kesehatan
sesuai dengan permintan masing-masing instansi. Obat yang akan diberikan
keinstansi Kesehatan menyertakan dua rangkap SBBK(surat bukti barang keluar).
Instansi Kesehatan menyerahkan satu lembar surat permintaan obat kesuku dinas
Kesehatan melalui perwakilan tenaga kefarmasian yang memiliki nomor surat izin
praktik. Tiap instansi kehatan mendapatkan satu lembar SBBK. SBBK memuat
tanda tangan perwakilan tenaga kefarmasian yang mengambil obat program,
disetujui oleh penanggung jawab yang menyerahkan obat program disuku dinas
dan disetujui oleh kepala seksi sumber daya Kesehatan.

Dan melakukan stock opname pada obat Program ARV dan IMS (Infeksi
Menular Sex), obat Program ARV terdiri dari Abacavir, Dolutegravir, Lamivudin,
Efavirenz, Lopinavir + Ritonavir, Nevirapine, Rilpivirint, TLD, Tenofovir +
Emtricitabine, Tenofovir, TLE, Zidovudin dan Zidovudin + Lamivudin dan untuk
obat program IMS terdiri dari Primet tab, Fluconazole caps, dan DBS Collection.
Untuk pendistribusian obat program ke faskes meliputi : RS Jakarta, RSPP, Rs
Muhammadiyah Taman Puring, RSUP Fatmawati, RS Medistra, RS MMC, RSAL
Marinir Cilandak, RSUD Pasar minggu, RSUD Jati padang, RSUD Kebayoran
Baru, RSUD Kebayoran Lama, RSUD Jagakarsa, RSUD Tebet, RSUD Mampang
Prapatan, RSUD Pesanggrahan, PKC Cilandak, PKC Pesanggrahan, PKC
Mampang Prapatan, PKC Pasar Minggu, PKC Kebayoran Baru, PKC Kebayoran
Lama, PKC Tebet, dan PKC Jagakarsa. Permintaan obat Program ARV dan IMS
periode Januari yang terbanyak adalah RSUP Fatmawati.

c. Pengimputan data melalui aplikasi SIMADA

Sistem manajemen informasi data kefarmasian(SIMADA) merupakan aplikasi


berbasis online milik Ditjen Farmalkes RI yang digunakan oleh suku dinas
Kesehatan Jakarta selatan dengan tujuan untuk pengelolaan data dan informasi
terkait kefarmasian dan alat Kesehatan. Aplikasi SIMADA mencangkup data
sarana mencakup data sarana produksi dan distribusi kefarmasian dan alat
kesehatan seperti pedagang besar farmasi(PBF), penyalur alat kesehatan (PAK),
usaha mikro obat tradisional (UMOT), dan usaha kecil obat tradisional (UKOT),
pangan industri rumah tangga (PIRT), pedagang ecerang obat (PEO), apotek, toko
alat kesehatan, dan jumlah tenaga kefarmasian di wilayah jakarta selatan. Disini
kita menginput update tentang kepemilikan sarana apotek meliputi : Nama Sarana,
Nama Apoteker, No.KTP, Alamat sarana, NPWP, dan No.Hp.

d. Alur Proses Perizinan Apotek

Proses perizinan apotek terlebih dahulu apoteker atau pemilik modal harus
mengajukan permohonan tertulis kepada Pemerintah Daerah (PTSP). Kemudian
pemohon akan mendapatkan formulir yang berisi daftar persyaratan dokumen
yang harus dilengkapi sebagai persyaratan.

Berikut dokumen yang harus dilengkapi sebagai berikut :

1. Surat permohonan yang didalamnya terdapat pernyataan kebenaran dan


keabsahan dokumen dan data diatas kertas bermatrai Rp 6.000
2. Identitas pemohon atau penanggung jawab Kartu tanda penduduk (KTP)
dan Kartu Keluarga (KK) (fotokopi)
3. Surat Kuasa
4. Nomor Induk Berusaha (NIB )
5. dokumen lingkungan ( AMDAL/UKI-UPL/SPPL) atau izin lingkungan
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
6. Izin praktek apoteker (SIPA) penanggung jawab SIP tenaga kefarmasian
lainnya ( jika belum memiliki SIPA atau SIP lainnya maka melampirkan
fotokopi STR dan fotokopi rekomdasi asosiasi tenaga kefarmasian
7. Surat pernyataan permohonan diatas kertas Rp 6.000 yang menyatakan:
a. Bahwa Apoteker Pengelola Apotek (APA) tidak bekerja sebagai
APA di tempat lain dan tidak bekerja pada bidang farmasi lain
b. Tidak akan melakukan penjualan narkotika dan obat keras tertentu
(OKT) tanpa resep dokter
c. Akan melaporkan pengelolaan obat narkotika dan psikotropika
sesuai peraturan perundang-undangan
8. Akta Notaris perjanjian Kerjasama APA dan Pemilik Sarana Apotek
(PSA)
9. Surat keterangan dari pimpinan, jika PNS atau TNI atau POLRI yang aktif
10. Proposal teknis yang dilengkapi dengan :
- Peta lokasih dan denah bangunan
- Struktur organisasi dan tata kerja atau tata laksana (dalam bentuk
organogram)
- Daftar ketenagaan berdasarkan Pendidikan
- Rencana jadwal buka apotek
- Daftar peralatan peracikan obat
- Daftar buku wajib peraturan perundang-undangan dibidang farmasi
11. Bukti kepemilikan tanah dan bangunan
Jika milik pribadi :
- Sertifikat tanah/ Akte hibah/ Akte jual beli (AJB), bila bukan atas
nama pemohon lampirkan data pendukung
- Perjanjian sewa menyewa tanah atau bangunan dan pemilik tanah
dan bangunan

Setelah dokumen sudah dilengkapi oleh pemohon maka pemohon akan


menyerahkan seluruh persyaratan tersebut ke PTSP, maka petugas PTSP akan
memeriksa Kembali kelengkapan dokumen. Apabila terdapat berkas yang kurang
sesuai maka pemohon diminta untuk memperbaiki atau melengkapi Kembali
dokumen yang kurang.
Berkas yang telah diserahkan kepada PTSP dan telah memenuhi syarat maka dari
pihak PTSP akan memberikan surat rekomendasi kepada Suku Dinas Kesehatan
Kota Administrasi Jakarta Selatan untuk melakukan tindak lanjut kelokasi usaha .
Peninjauan kelokasi bertujuan untuk menilai apakah di lokasi tersebut layak
didirikan atau diadakan pelayanan Kesehatan apotek tersebut. Pemeriksaan
tersebut meliputi persayaran fisik dan bangunan, kelengkapan ketenagaan,
kelengkapan peralatan lain baik yang khusus maupun umum yang diperlukan
untuk peracikan dan lainya kemudain di laporkan dalam bentuk berita acara
pemeriksaan (BAP), suku dinas kesehatan akan meminta pemohon untuk
melengkapi persyaratan sebagaimana dimaksud maksimal dalam jangka waktu
satu bulan. pabila seluruh persyaratan sudah dilengkapi serta dilakukan
peninjauan ulang, maka Surat Keputusan Kepala Suku Dinas Kesehatan tentang
perizinan (SIA dan SIPA) penyelenggaraan sarana kesehatan dapat diberikan
kepada pemohon dan dapat diambil oleh pemohon di PTSP.

Namun apabila kelengkapan berkas tidak dapat dipenuhi dalam kurun waktu satu
bulan, pemohon dianggap mengundurkan diri. Untuk melanjutkan perizinan,
pemohon harus mengulang tahapan-tahapan perizinan dari awal dengan
mengajukan kembali permohonan ke PTSP seperti yang telah dijelaskan di atas.

4.2 PUSKESMAS KECAMATAN PASAR MINGGU

Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) Institur Sains dan Teknologi Nasional
di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan Periode Januari 2021,
Mahasiswa diberi kesempatan untuk melaksanakan kegiatan di Puskesmas
Kecamatan Kota Administrasi Jakarta Selatan. Kami (Julika Pattimukay dan
Mayasari) berkesempatan melaksanakan PKPA di Puskesmas Kecamatan Pasar
Minggu pada tanggal 11 Januari 2021 hingga 27 Januari 2021.

4.2.1 Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai


1. Perencanaan
Sistem pengelolaan sediaan farmasi yang terdapat di puskesmas
kecamatan Pasar Minggu dimulai dari sistem perencanaan kebutuhan obat
dengan menggunakan metode pola kebutuhan/konsumsi, metode pola
penyakit dan LPLPO dengan memperhitungkan waktu kekosongan obat,
buffer stock, serta masa kadaluarsa masing-masing obat. Obat- obat yang
direncanakan untuk diadakan ini adalah obat-obatan yang termasuk dalam
Formularium puskesmas. Setiap puskesmas kelurahan yang dibawahi
harus membuat dan mengirimkan LPLPO kepuskesmas kecamatan
Setiabudi setiap bulannya. Selanjutnya, PJ farmasi menyusun rencana
permintaan obat, dan bahan medis habis pakai dengan mengacu pada
LPLPO tersebut dalam bentuk Rencana Kebutuhan Obat (RKO) yang
dibuat setiap tahunnya. Data RKO yang telah disetujui oleh kepala
puskesmas kemudian diinput/diupload melalui aplikasi e-monev catalog
lalu di verifikasi oleh pihak Suku Dinas Kesehatan kemudian dilanjutkan
ke Dinas Kesehatan lalalu kemudian ke Kementrian Kesehatan. Khusus
untuk obat-obatan yang termasuk dalam obat-obat program perencanaan
dilakukan oleh pemegang program puskesmas dengan ditebuskan kepada
Suku Dinas Kesehatan dam Kementrian Kesehatan.
2. Permintaan
Permintaan obat dilakukan agar dapat mendukung berjalannya
pelayanan farmasi di puskesmas kecamatan Pasar Minggu dengan baik.
Permintaan obat ataupun alat kesehatan harus disertai dengan Kerangka
Acuan Kerja (KAK) dan Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang dibuat
berdasarkan RKO. Bagian pengadaan bertugas memproses pengadaan obat
yang dibutuhkan di unit pelayanan kesehatan puskesmas.
Sumber anggaran Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)
digunakan untuk operasional puskesmas kecamatan dan kelurahan
termasuk untuk perbekalan farmasi. Pengadaan obat dilakukan dengan
beberapa cara yaitu, pembelian (e-purchasing, tender >200 jt dan
pengadaan langsung) dan dropping obat program. Untuk pengadaan
secara e-purchasing dilakukan untuk obat-obat yang terdapat pada e-
catalog yang telah memiliki harga satuan standar untuk obat. Sedangkan
untuk obat yang pengadaan diatas 200jt pengadaan dilakukan dengan
pembelian kepada pemenang lelang kontrak yang disetujui oleh Badan
Pelayanan Pengadaan Barang dan Jasa (BPPBJ) Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta.
Selain cara diatas terdapat pula pembelian langsung untuk obat-
obat tertentu yang pengadaannya tidak terdapat pada e-catalogue.
Pengadaan dilakukan bertahap tiap tahunnya dengan menyerahkan
Kerangka Acuan Kerja (KAK). Terdapat obat program di Puskesmas
Kecamatan Pasar Minggu yaitu, TB dan ARV. Obat TB didapat melalui
permintaan langsung kepada Sudinkes sedangkan untuk obat ARV
permintaan dilakukan melalui online ke web.
3. Penerimaan
Barang dari distributor/PBF diterima oleh tim teknis pengadaan
barang yang kemudian melakukan pemeriksaan dan pengecekan
kesesuaian antara barang yang datang dengan yang dipesan. Hal-hal yang
perlu dicek adalah jumlah, jenis, spesifikasi, tanggal kadaluarsa, serta
nomor batch. Jika telah sesuai faktur pembelian ditanda tangani oleh
petugas, penulisan tanggal penerimaan barang, dan stempel sebagai alat
bukti. Selanjutnya dilakukan serah terima dari tim teknis pegadaan barang
kepada tim teknis penyimpan barang yang kemudian diserahkan kepada
penanggung jawab obat, alat kesehatan dan bahan, medis habis pakai di
puskesmas.
4. Penyimpanan
Penyimpanan merupakan suatu kegiatan menyimpanan dan
memeliharaan dengan cara menempatkan obat-obatan, reagen, alat
kesehatan yang ada pada tempat yang dinilai aman dari pencurian serta
terhindar dari gangguan kerusakan fisik maupun kimia yang dapat
merusak mutu produk tersebut. Pada puskesmas kecamatan Pasar Minggu,
penyimpanan sediaan farmasi dan alat kesehatan serta vaksin dilakukan
digudang yang terpisah dengan menggunakan sistem FEFO dan FIFO
serta diberi penandaan berupa stiker berbeda warna yaitu warna hijau
untuk 12 bulanatau 1 tahun keatas, warna kuning untuk6-12 bulan, warna
merah untuk 0-6 bulan, untuk menunjukkan masa kadaluarsa sehingga
mudah untuk mengetahui mana obat-obat yang memiliki masa kadaluarsa
paling dekat, untuk obat yang berpotensi membahayakan.
Penyimpanan di gudang sediaan farmasi dilakukan dengan
menggolongkan obat berdasarkan bentuk sediaan sedangkan untuk gudang
alat kesehatan tidak mengelompokkan berdasarkan abjad. Terdapat kondisi
penyimpanan khusus seperti vaksin yang disimpan dalam lemari
pendingin, psikotropika di lemari dengan kunci ganda serta alat kesehatan
yang biayanya mahal disimpan dilemari terkunci juga terdapat pengatur
suhu ruangan untuk memastikas stabilitas penyimpanan obat di gudang
obat.. Untuk obat ARV dan OAT diletakkan dalam lemari tersendiri,
terpisah dari lemari obat lainnya. Untuk obat golongan psikotropika
disimpan dalam lemari obat dengan kunci ganda. Untuk obat-obatan yang
memiliki kemasan ataupun nama yang mirip ditempelkan sticker LASA
(Look Alike and Sound Alike) pada laci penyimpanan. Setiap
penyimpanan juga disertakan dengan kartu stok. Stok opname dilakukan
setiap bulannya untuk menghindari kehilangan dan kerusakan fisik.
5. Pendistribusian
Pendistribusian obat dari gudang obat kekamar obat serta unit
layanan terkait baik ke puskesmas kecamatan itu sendiri ataupun
puskesmas kelurahan dilakukan oleh penanggung jawab gudang.
Puskesmas Kelurahan yang berada di wilayah Kecamatan Pasar Minggu,
yang meminta obat dan bahan medis habis pakai ke gudang farmasi di
Puskesmas Kecamatan harus menggunakan Surat Permintaan Barang dan
gudang akan mengeluarkan Surat Bukti Barang Keluar (SBBK). Surat
Bukti Barang Keluar dibuat 3 rangkap, surat yang asli dan satu lagi untuk
petugas gudang dan satu lagi untuk petugas Puskesmas Kelurahan yang
meminta obat dan bahan medis habis pakai sehingga dapat menyesuaikan
barang yang datang.
Petugas gudang akan menyiapkan obat dan bahan medis habis
pakai yang dipesan oleh masing-masing Puskesmas Kelurahan. Namun
tidak semua barang yang dipesan akan diberikan, karena akan disesuaikan
dengan sisa stok yang ada di gudang farmasi. Setelah barang disiapkan
oleh petugas gudang, petugas dari masing-masing Puskesmas Kelurahan
akan datang langsung mengambil dan memeriksa kesesuaian item dan
jumlah obat dan bahan medis habis pakai yang telah dipesan dan ada berita
acara serah terima barang. Pendistribusian Obat dan bahan medis habis
pakai sesuai dengan permintaan dari tiap puskesmas kelurahan di
kecamatan Pasar Minggu, di lakukan tiap bulan pada akhir bulan.
6. Pemusnahan dan Penarikan
Kegiatan pemusnahan obat kadaluwarsa di Puskesmas Kecamatan
Setiabudi dicatat dalam Berita Acara Pemusnahan (BAP) obat. Secara
teknis pemusnahan dilakukan dengan cara, unit farmasi mengumpulkan
sediaan obat dan bahan medis habis pakai yang telah kadaluwarsa lalu di
pisahkan dari kemasan primernya dan dalam keadaan rusak, obat-obat
tersebut diserahkan ke pihak kesehatan lingkungan di sertai dengan
penandatanganan berita acara pemusnahan obat untuk kemudian
diserahkan ke pihak ke tiga (transporter) lalu dibawa ketempat
pemusnahan (pembawa limbah) untuk di musnahkan. Untuk obat-obatan
psikotropika dan yang kadaluwarsa, pemusnahan dilakukan dengan cara
unit farmasi mengajukan permohonan pemusnahan ke Suku Dinas
Kesehatan Jakarta Selatan sehingga dalam pemusnahannya menghadirkan
saksi dari pihak Suku Dinas Kesehatan. Pemusnahan Resep umum akan
dimusnahkan dalam jangka waktu 5 tahun, sedangkan untuk resep obat
psikotropika dimusnahkan dalam jangka waktu 5 tahun.
7. Pengendalian
a) Pengendalian Persediaan
Pengendalian persediaan dilakukan dengan mencatat setiap
penambahan dan pengeluaran barang di kartu stok. Stok opname
dilakukan setiap akhir bulan.
b) Pengendalian Penggunaan
Pengendalian penggunaan obat dilakukan dengan membuat
Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat. Form LPLPO
ini dapat digunakan untuk melaporkan penggunaan obat setiap
bulannya dan dapat juga digunakan untuk melakukan permintaan
obat ke gudang farmasi di Puskesmas Kecamatan. Selain itu juga
selalu di lakukan edukasi ke dokter berkaitan dengan penggunaan
obat-obatan misalkan obat-obatan yang jarang di resepkan atau
obat-obatan yang mendekati tahun kadaluarsa. Penggunaan obat
psikotropika secara khusus dilaporkan melalui Sistem Pelaporan
Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP).
c) Penanganan Obat Rusak dan Kaduluarsa
Obat yang telah rusak dan kadaluarsa harus dibuang karena dapat
menjadi racun bagi tubuh bila obat-obatan tersebut dikonsumsi.
Tujuan penanganan obat rusak dan kadaluarsa ialah untuk
melindungi pasien dari efek samping penggunaan obat
rusak/kadaluwarsa. Penanganan obat rusak dan kadaluarsa tidak
dilakukan oleh Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu sendiri, tetapi
menggunakan jasa dari pihak ketiga
8. Pencatatan, Pelaporan dan Pengarsipan
Dokumen yang termasuk dalam bagian pencatatan dan pelaporan
yaitu laporan pemakaian dan lembar permintaan obat, kartu stok dan
laporan penggunaan narkotika dan psikotropika. Dokumen lainnya yaitu
diantaranya berita acara pemusnahan obat kadaluarsa dan rusak. Kartu
stok diletakkan di dekat obat (di dalam lemari apotek). Kolom yang diisi
dalam kartu stok meliputi tanggal, jumlah penambahan (sisa stok), jumlah
pengeluaran, nama fasilitas yang mengeluarkan, sisa persediaan, asal
pabrik obat, no.batch, dan kadaluarsa. Kartu stok dibuat untuk tiap obat.
Untuk obat-obat Anti Retro Viral terdapat pelaporan khusus yang disebut
SIHA. Pelaporan ini berguna untuk analisa penggunaan obat ARV dan
pengendalian persediaan. Stok opname dilakukan oleh Apoteker dan TTK
satu kali dalam sebulan atau pada akhir bulan. Formulir LPLPO diisi
dengan benar dengan keterlibatan Apoteker. Untuk obat yang kadaluarsa
dipisahkan dan dilaporkan dan disertai berita acara pemusnahan obat.
9. Pemantauan dan Evaluasi Pengelolaan
Tujuan dilakukannnya pemantauan dan evaluasi pengelolaan obat
yaitu untuk mengetahui pola peresepan obat sesuai dengan indikasi,
kesesuaian penggunaan obat dengan pedoman pengobatan, dan upaya
intervensi apa yang harus dilakukan jika terjadi ketidakrasionalan. Salah
satu manfaat yang dirasakan dalam hal manajerial yaitu dalam
perencanaan obat dapat digunakan sebagai acuan untuk merencanakan
obat dan memperkirakan kebutuhan obat agar lebih efektif dan efisien.
Pemantauan dan evaluasi terhadap sediaan farmasi di puskesmas
kecamatan Pasar Minggu di laporkan kepada kepala puskesmas.
Pelaksanaan pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai
dievaluasi dan di monitoring berdasarkan SPO (Standar Prosedur
Operasional). Sedangkan evaluasi dan monitoring kesesuaian sediaan
farmasi dan bahan medis habis pakai dilakukan berdasarkan fornas.
4.2.2 Pelayanan Farmasi Klinik
1. Pengkajian dan Pelayanan Resep
Pengkajian resep dilakukan oleh apoteker atau Asisten Apoteker
sebelum melakukan penyiapan obat. Pengkajian resep dilakukan dengan
menyeleksi persyaratan administrasi, farmasetik, dan persyaratan klinis.
Jika terjadi ketidaksesuaian pada persyaratan tersebut, maka
Apoteker atau Asisten Apoteker melakukan klarifikasi dengan cara
menghubungi langsung dokter yang meresepkan. Selanjutnya resep dan
etiket diurutkan sesuai nomor urut kemudian diambil atau diserahkan pada
petugas yang bertugas di bagian peracikan.
Resep kemudian disiapkan sesuai yang tertera dan yang telah
dianalisis. Setelah itu dilakukan penulisan etiket, etiket ditulis lengkap
berisi nama pasien, tanggal, aturan penggunaan obat, kegunaan obat,
tanggal kadaluarsa serta informasi khusus masing-masing obat. Setiap obat
yang telah selesai disiapkan dilengkapi dengan etiket. Kemudian resep dan
obat diurutkan sesuai nomor antrian resep, nomor antrian resep dipanggil
dan dilakukan identifikasi pasien sesuai resep oleh bagian penyerahan
obat. Obat kemudian diberikan dan disertai dengan informasi cara dan
aturan penggunaanya.
Setelah obat diserahkan, resep kemudian diparaf oleh bagian
penyerahan obat dan pasien. Resep lalu disimpan.
2. Pemberian Informasi Obat
Kegiatan pelayanan informasi obat dilaksanakan ketika penyerahan
resep kepada pasien. Terkait penjelasan cara penggunaan obat, efek
samping dan, indikasi, kontraindikasi dan dosis obat sehingga diharapkan
dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat akan penggunaan obat yang
bijak sehingga masyarakat semakin mengerti bagaimana cara
menggunakan obat yang baik dan benar untuk peningkatan kesehatan
pasien.
3. Konseling
Konseling di puskesmas kecamatan Pasar Minggu dilakukan oleh
seorang Apoteker, Konseling dilakukan untuk pasien yang baru pertama
kali meminum obat HIV, TBC ataupun obat-obat untuk pasien kronis.
Akan tetapi konseling yang dilakukan belum maksimal karena tempat
konseling yang belum tersedia dan waktu dan hanya ditujukan untuk
pasien dengan penyakit menahun yang perlu kepatuhan meminum obat
seperti TBC, HIV.
4. Ronde/Visite
Visite tidak dilakukan pada Puskesmas Pasar Mingu dikarenakan
tidak adanya Rawat Inap.
5. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

Dalam pelayanan Monitoring Efek Samping Obat (MESO) tidak


berjalan dan apabila ada kasus tersebut dapat dilaporkan dengan mengisi
fomulir MESO.

6. Pemantauan Terapi Obat


Pemantauan terapi obat dilakukan pada pasien yang
dikonselingkan. Belum terlaksana maksimal padapasien yang mengidap
HIV dan TB. Pasien datang ketika obat sudah habis dan ketika persediaan
obat masih pasien datang unuk meminta obat sehingga obat menumpuk
yang hingga menyebabkan ketidakteraturan dalam terapi pengobatan.
7. Evaluasi Pengggunaan Obat
Evaluasi penggunaan obat pada puskesmas kecamatan pasar
minggu belum terlaksana dikarenakan masa pandemi Covid 19 pasien
jarang berobat sehingga jumlah pasien menurun serta Rencana Kebutuhan
Obat yang sudah dibuat dengan metode konsumsi tidak berjalan
mengakibatkan banyak obat tidak digunakan dan masa kadarluarsa obat
sudah habis

Anda mungkin juga menyukai