Anda di halaman 1dari 10

RINGKASAN USULAN PENELITIAN Wilayah ini juga dapat dikatakan sebagai wilayah yang sangat

dinamis, karena selalu terjadi proses dan perubahan baik


Judul : Analisis Komunitas Makrozoobentos Pada lingkungan fisik maupun biologis. Bercampurnya masa air laut
Sedimen Bar Di Estuari Bunati Kecamatan
dengan air tawar menjadikan wilayah estuaria memiliki
Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu
Nama : Helma Yanti Kira keunikan tersendiri, baik pada bentuk geomorfologi maupun
NIM : 1610716120001 pada fluktuasi airnya (Supriadi, 2001).
Pembimbing : Hamdani., S.Pi, M.Si (Ketua)
Daerah estuari yang merupakan penghubung air laut
Putri Mudhlika Lestarina., S.Pi, M.Si
(Anggota) dan air tawar rentan terjadi perubahan pada geomorfologi yang
Penguji : Dafiuddin Salim, S.Kel., M.Si disebabkan oleh arus dari daerah hulu sungai maupun pasang
Hari/Tanggal : Rabu / 19 Agustus 2020 surut gelombang dari laut. Adanya proses tersebut
Waktu : 10.00 WITA – Selesai
Tempat : Rumah masing-masing (online) mengakibatkan adanya penumpukan sedimen pada daerah
estuari yang sering disebut dengan sedimen bar. Menurut
Morisawa (1968) dalam Wibowo (2016), sedimen bar terdiri
PENDAHULUAN
dari partikel yang telah tersortir dengan baik dan pada biasanya
Latar Belakang
mencerminkan kapasitas keseluruhan sungai. Sedimen bar pada
Wilayah estuaria merupakan pesisir semi tertutup
umumnya ditemukan pada daerah estuari. Daerah estuari itu
(semi-enclosed coastal) dengan badan air mempunyai
sendiri merupakan ekosistem produktif yang setara dengan
hubungan bebas dengan laut terbuka (open sea) dan kadar air
hutan hujan tropik dan terumbu karang, karena perannya adalah
laut terlarut dalam air tawar dari sungai. Pada wilayah tersebut
sebagai sumber zat hara, memiliki komposisi tumbuhan yang
terjadi percampuran antara masa air laut dengan air tawar dari
beragam sehingga proses fotosintesis dapat berlangsung
daratan, sehingga air menjadi payau (brackish). Wilayah ini
sepanjang tahun, serta sebagai tempat terjadinya fluktuasi
meliputi muara sungai dan delta-delta besar, hutan mangrove
permukaan air akibat aksi pasang surut. Tingginya produktifitas
dekat estuaria dan hamparan lumpur dan pasir yang luas.
di wilayah estuaria di dukung juga oleh tersedianya kandungan Kondisi tersebut menjadikan biota makrozoobentos memiliki
nutrien yang cukup bagi organisme di perairan tersebut, salah fungsi sebagai penyeimbang kondisi nutrisi lingkungan dan
satunya adanya makrozoobentos. dapat digunakan sebagai biota indikator akan kondisi
Menurut Yeanny (2007) Makrozoobentos merupakan lingkungan diwilayah perairan (Lind, 1979 dalam Yasir, 2017)
kelompok organisme yang hidup di dalam atau di permukaan Makrozoobentos dapat hidup dan ditemukan pada
sedimen dasar perairan serta memiliki ukuran panjang lebih berbagai jenis substrat, sedimen maupun berdasarkan bentuk
dari 1 mm. Makrozoobentos merupakan organisme yang hidup sedimentasi. Wilayah pesisir Bunati merupakan wilayah yang
pada lumpur, pasir, batu, kerikil, maupun sampah organic baik memiliki daerah estuari pada sebelah barat pesisirnya, pada
di dasar laut, danau, kolam ataupun sungai. Organisme ini daerah estuari ini terdapat sedimen bar yang terjadi akibat
hidupnya menempel pada substrat, merayap maupun menggali adanya berbagai macam aktifitas yang dilakukan disekitar
lubang di dasar perairan. daerah estuari tersebut. Kegiatan yang dilakukan yaitu kegiatan
Makrozoobentos berkontribusi besar terhadap fungsi perikanan, aktivitas rumah tangga dan aktivitas terminal khusus
ekosistem perairan dan mempunyai peranan penting dalam batu bara. Berbagai macam aktivitas yang ada akhirnya
siklus nutrient di dasar perairan. Dalam ekosistem perairan, berdampak terhadap kondisi perairan Bunati, yaitu terjadinya
makrozoobentos berperan dalam proses mineralisasi dan daur penurunan kualitas lingkungan dan penumpukan endapan
ulang bahan organik. Makrozoobentos memegang peranan sedimen yang terangkut oleh arus, baik arus sungai maupun
penting dalam ekosistem perairan, sehingga apabila komunitas arus dari laut. Hal ini kemudian menyebabkan penumpukan
makrozoobentos terganggu maka akan menyebabkan kerusakan sedimen pada daerah estuari (Putri, 2018).
pada ekosistem tersebut. Makrozoobentos merupakan salah Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini
satu kelompok terpenting dalam ekosistem perairan hal ini difokuskan untuk menganalisis struktur komunitas
berkaitan dengan perannya sebagai biota kunci dalam jaring makrozoobentos pada sedimen bar di daerah estuari Bunati.
makanan, dan berfungsi sebagai degradator bahan organic. Sejauh ini, informasi mengenai struktur komunitas
makrozoobentos pada sedimen bar di daerah estuari Bunati Penelitian ini mencoba mengungkapkan keberadaan jenis dan
masih belum ada. Jika informasi ini tersedia tentunya akan kepadatan makrozoobentos pada sedimen bar yang berbeda,
sangat bermanfaat sebagai bahan masukan untuk pengelolaan memahami keberadaan makrozoobentos dan hubungannya
keberlanjutan wilayah estuari. Dari argumentasi tersebut dapat dengan faktor lingkungan. Selain itu menilai tingkat similiritas
dilihat urgensi dan kebutuhan akan penelitian komunitas komunitas makrozoobentos pada sedimen bar yang berbeda di
makrozoobentos di daerah estuari Bunati. estuari Desa Bunati, Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah
Bumbu.
Perumusan Masalah
Estuari merupakan habitat bagi berbagai macam biota, Tujuan dan Manfaat Penelitian
akan tetapi daerah estuari merupakan wilayah perairan yang Tujuan dari penelitian ini adalah:
rentan terhadap perubahan. Salah satu perubahan yang sering 1. Mengetahui jenis dan kepadatan makrozoobentos pada
terjadi pada daerah estuari adalah sedimentasi. Sedimentasi sedimen bar yang berbeda di estuari Desa Bunati.
merupakan suatu proses penumpukan sedimen yang terbawa 2. Mengetahui faktor lingkungan seperti kualitas air, jenis
oleh arus, penumpukan sedimen ini dapat mengakibatkan sedimen dan komposisinya pada sedimen bar.
terbentuknya sedimen bar pada daerah estuari. Di dalam 3. Mengetahui hubungan makrozoobentos dengan faktor
sedimen bar umumnya terdapat berbagai macam organisme, lingkungan
khususnya makrozoobentos. Pada kondisi tertentu beberapa 4. Menilai tingkat similiritas komunitas makrozoobentos
jenis makrozoobentos dapat beradaptasi terhadap perubahan pada sedimen bar yang berbeda.
komposisi sedimen, sementara yang lainnya tidak. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
Berdasarkan uraian diatas perlu untuk memahami berikut:
fenomena terbentuknya sedimen bar yang berbeda posisi, baik 1. Tersedianya informasi mengenai tingkat kepadatan
yang berlokasi di dalam sungai dan di daerah muara. Demikian komunitas makrozoobentos yang terdapat pada sedimen
juga dengan keberadaan jenis dan kepadatan makrozoobentos. bar di estuari Bunati.
2. Tersedianya informasi mengenai profil lingkungan b. Parameter kimia perairan antara lain salinitas, pH dan
dengan faktor pembatas komunitas makrozoobentos oksigen terlarut.
pada sedimen bar estuari Bunati
3. Sebagai bahan masukan bagi semua pihak yang
berkepentingan di daerah tersebut agar selalu
melakukan pemantauan, pemeliharaan, serta
pemanfaatan perairan wilayah estuari dengan lebih baik
sehingga dapat berlangsung secara berkelanjutan.
Ruang Lingkup
1. Ruang Lingkup Wilayah
Wilayah penelitian ini dibatasi pada daerah estuari di
Perairan Bunati, kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah
Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan.

2. Ruang Lingkup Materi


Penelitian ini dibatasi :
1. Identifikasi jenis makrozoobentos dan menentukan
kepadatan makrozoobentos.
2. Identifikasi tipe substrat pada sedimen bar
3. Pengukuran parameter lingkungan yaitu :
a. Parameter fisik perairan antara lain suhu, arus dan
kedalaman;
METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Lokasi Penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan agustus
2020 yang bertempat di daerah Estuari Bunati Kecamatan
Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu yang dapat dilihat pada
Gambar 1. Penelitian ini meliputi pengambilan data secara
insitu dan analisis sampel data akan dilakukan di Laboratorium
Bio-Ekologi Laut dan Oseanografi Fakultas Perikanan dan
Kelautan, Universitas Lambung Mangkurat.

Road Maps Penelitian

Gambar 1. Lokasi Penelitian


.
Alat dan Bahan 1. Alkohol 70% Untuk mengawetkan sampel

Peralatan survei/pengambilan data dan bahan yang Makrozoobentos


2. Aquades Untuk mengkalibrasi alat pengukur
digunakan dalam penelitian ini meliputi:
Tabel 1. Alat yang digunakan dalam penelitian Perolehan Data
No Nama Alat Kegunaan 1. Penentuan Lokasi Stasiun Pengamatan
1. Grab Sampler Mengambil sampel
2. Kantong sampel Menyimpan sampel Penentuan stasiun pengambilan data di lapangan
3. Buku identifikasi Mengidentifikasi sampel dilakukan pada Sedimen Bar di daerah estuari Bunati dengan
4. Alat tulis Mencatat data
pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive
5. GPS Mengetahui posisi koordinat
6. Hand Mengukur salinitas sampling yaitu penentuan titik stasiun yang dianggap mewakili
refractometer wilayah penelitian. Dalam konteks penelitian ini titik sampling
7. Pipet tetes Mengambil sampel air
8. Batu duga Mengetahui Kedalaman diambil berdasarkan posisi sedimen bar yang berbeda pada
9. Thermometer Mengukur suhu perairan wilayah estuari.
10. Layang-Layang Mengetahui arah arus
arus
11. Water checker Mengukur pH dan DO Tahap Pengambilan Data
12. Kamera Dokumentasi - Pengambilan Sampel Makrozoobentos
Pengambilan sampel makrozoobentos dilakukan dengan
menggunakan grab sampler yang dijatuhkan dari atas perahu,
pengambilan sampel makrozoobentos bersamaan dengan
pengambilan sampel sedimen dasar. Pengambilan sampel
dilakukan pada siang hari. Substrat yang terambil kemudian
Tabel 2. Bahan yang digunakan dalam penelitian
No Nama Bahan Kegunaan
dimasukan ke dalam kantong sampel dan dipisahkan tiap mencelupkan thermometer ke dalam badan air, kemudian nilai
stasiun. skala yang tertera pada thermometer di catat.
Sampel yang telah diambil kemudian disaring dengan 2. Kedalaman
menggunakan saringan berukuran 1 mm. Organisme Pengukuran kedalaman dilakukan dengan menggunakan
makrozoobentos yang tersaring diambil dan dimasukan batu duga yang telah terikat pada tali tambang yang telah diberi
kedalam kantong sampel, diberi label stasiun kemudian diberi skala per satu meter. Setiap stasius diukur kedalaman nya
pengawet berupa alcohol 70% agar sampel bisa awet sebelum dengan cara menurunkan tambang berskala yang sudah diberi
dilakukan penanganan di laboratorium. pemberat (batu duga) hingga ke dasar perairan kemudian
diangkat dan dicatat data kedalaman perairan tersebut.
- Pengukuran Parameter Lingkungan
3. Arus
Pengukuran untuk parameter lingkungan dibagi menjadi
Kecepatan arus diukur dengan menggunakan layang-
dua yakni parameter fisik dan kimia perairan. Parameter fisik
layang arus, dengan terlebih dahulu menentukan arah arus
perairan yang diukur adalah pengukuran suhu, arus dan
dengan menggunakan kompas, yakni menentukan posisi titik
kedalaman. Sedangkan untuk pengukuran parameter kimia
awal layang-layang arus ketika dilepas sampai jarak
perairan antara lain salinitas, pH, dan DO. Metode pengukuran
terakhirnya.
parameter lingkungan sebagai berikut:
4. Sedimen
Sedimen diambil bersamaan dengan pengambilan
a. Parameter Fisik Perairan
sampel makrozoobentos yaitu dengan menggunakan grab
1. Suhu
sampler dengan luas bukaan 25 x 15 cm 2, kemudian sampel
Suhu diukur langsung di lapangan dengan
sedimen dianalisis di laboratorium oseanografi dengan
menggunakan thermometer. Pengukuran suhu dilakukan pada
menggunakan metode dry sieving berdasarkan skala
permukaan suhu perairan pada setiap stasiun dengan cara
Wentworth.
b. Parameter Kimia Perairan Analisis Data
1. Salinitas 1. Makrozoobentos
Pengukuran salinitas dilakukan dengan menggunakan Kepadatan makrozoobentos didefinisikan sebagai
handrefraktometer dan dilakukan langsung pada stasiun jumlah individu makrozoobentos per satuan luas (m2). Contoh
pengamatan. Sampel air di ambil, kemudian handrefraktometer makrozoobentos yang telah diidentifikasi kemudian dihitung
di tetesi air dan mencatat nilai salinitas yang terlihat pada kepadatannya dengan formula Odum (1993) sebagai berikut :
handrefraktometer. 10000
𝐊= xa
bxn
2. pH
Pengukuran pH dengan menggunakan pH meter. Dimana ; K = Kepadatan makrozoobentos (individu/m2)

Caranya dengan mencelupkan alat tersebut ke dalam air, maka a = Jumlah individu makrozoobentos jenis

akan diperoleh pH perairan tersebut dari angka yang ke-i yang diperoleh

ditunjukkan. b = Luas bukaan/mulut alat sampling yang

3. DO digunakan (cm2)

Pengambilan parameter DO dengan menggunakan DO 10000 = Nilai konversi cm2 menjadi m2

meter. Caranya dengan memasukkan alat tersebut kedalam n = Jumlah ulangan pengambilan (cuplikan)

kolom air yang tersedia pada botol sampel, kemudian alat


tersebut akan menunjukkan kandungan DO pada perairan Selain menghitung kepadatan makrozoobentos,

tersebut. kelimpahan relative makrozoobentos juga dihitung dengan


menggunakan rumus Shannon-Wiener (Odum, 1993).
R= ¿
N
Dimana: R = Kelimpahan relatif
ni = Jumlah individu setiap jenis (ekor) dengan metode pengayakan kering untuk mengetahui ukuran
N = Jumlah seluruh individu butir sedimen. Adapun prosedur pengayakan adalah sebagai

2. Indeks similaritas berikut:

Indeks similiritas digunakan untuk melihat kesamaan 1. Sampel sedimen, dibersihkan kemudian dikeringkan agar

antar stasiun dihitung berdasarkan rumus indeks similiritas dapat disaring.

Odum (1993). 2. Sebanyak 100 gram sampel sedimen ditimbang sebagai

2C berat awal, selanjutnya dimasukkan ke dalam sieve net


S= [ ]
A+ B
x 100 %
yang telah tersusun secara berurutan dengan ukuran >2
mm, 2-1 mm, 1-0,5 mm, 0,5-0,25 mm, 0,25- 0,125 mm,
Keterangan: A = Jumlah jenis pada lokasi 1
0,125-0,625 mm, < 0,0625 mm. Kemudian mengayak
B = Jumlah jenis pada lokasi 2
sampel sehingga didapatkan pemisahan masing-masing
C = Jumlah jenis yang sama pada
partikel sedimen.
kedua lokasi
3. Sampel sedimen dipisahkan dari ayakan, selanjutnya
S = Indeks similiritas antar kedua stasiun
dimasukkan ke dalam cawan petri untuk ditimbang.
3. Sedimen
4. Sampel kemudian diklasifikasi berdasarkan skala
Analisis tekstrut sedimen dilakukan di laboratorium
Wentworth (Tabel 3).
oseanografi fakultas perikanan dan kelautan universitas
lambung mangkurat. analisis sedimen dilakukan dengan
metode Dry Sieving berdasarkan skala Wentworth (Hutabarat
dan Evans, 2000). Metode pengayakan digunakan untuk
menentukan distribusi ukuran butiran sedimen. Skala
Wentworth (Tabel 3) digunakan untuk mengklasifikasikan
sedimen menurut ukuran butirannya. Analisa sampel sedimen
Tabel 3. Skala Wentworth untuk mengklasifikasi partiket- DAFTAR PUSTAKA
partikel sedimen. (Hutabarat dan Evans, 2000).
Lind, O.T. 1979. Handbook of common Method in Limnology.
The C.V. Mosby Company. St. Louis, Missouri. 199
hlm. [dalam] Yasir, A. H. 2017. Struktur Komunitas
Makrozoobenthos Pada Lokasi Dengan Aktivitas
Berbeda Di Perairan Sungai Tallo Kota Makassar.

Morisawa, M., 1968. Streams: Their Dynamics and


Morphology. London: McGraw Hill Book Company
[dalam] Wibowo, Yeremia Septian Agung, Hariadi,
Marwoto, Jarot. 2016. Pengaruh Arus Laut Dan
Pasang Surut Terhadap Distribusi Sedimen
Tersuspensi Di Perairan Muara Sungai Sembilangan
Kaliprau Pemalang. JURNAL OSEANOGRAFI.
Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016, Halaman 490 – 497.

Putri, R. P. N. 2018. Studi Komunitas Makrozoobentos Dan


Hubungannya Dengan Sedimen Di Sekitar Kawasan
Terminal Khusus Batu Bara Pada Perairan Bunati Dan
Sekitarnya Di Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi
Kalimantan Selatan. Banjarbaru: Fakultas Perikanan
Dan Kelautan. Universitas Lambung Mangkurat

Supriadi, I. H. 2001. Dinamika Estuari Tropik. Pusat Penelitian


Oseanografi. LIPI – Jakarta. Oseana; Volume XXVI,
Nomor 4. 1-11.

Anda mungkin juga menyukai