Anda di halaman 1dari 4

Nama : Novrida Yanti

NIM : 1811211038

Soal :

1. Apa saja factor pelindung Kesehatan reproduksi remaja ?


Jawab :
faktor pelindung reproduksi remaja adalah sebagai berikut :
1) Pengetahuan, yaitu hasil dari penginderaan ataupun hasil tahu seseorang
terhadap obbjek melalui indera yang dimiliki (mata, hidung, telinga). Dalam
hal ini hasil penginderaan sampai ke pengetahuan dipengaruhi oleh intensitas
perhatiaan dan persepsi seseorang terhadap suatu objek.
2) Persepsi, yaitu proses pemahaman seseorang dalam memahami informasi
lingkungnya proses pemahaman seseorang dapat dilakukan melalui proses
pengelihatan, pendengaran, perasaan dan penciuman.
3) Kepercayaan, yaitu suatu hal yang penting untuk mengatur kompleksitas,
membantu mengembangkan kapasitas aksi serta meningkatkan kolaborasi dan
meningkatkan kemampuan pembelajaran.
4) Pengawasan orang tua, yaitu peran pengawasan orang tua akan berdampak
positif untuk mencegah meningkatnya masalah remaja.
5) Teman sebaya, yaitu wadah bagi remaja untuk kecakapan sosial karena dalam
kelompok teman sebaya dapat memberikan dapat memberikan bantuan dalam
pengambilan keputusan.
6) Lingkungan sekolah, yaitu memiliki pengaruh yang cukup kuat bagi
perkembangan remaja. Lingkugan sekolah meliputi segala benda hidup dan
mati serta seluruh kondisi yang terdapat dalam lembaga pendidikan formal
yang secara sistematis melaksanakan program pendidikan dan membantu
siswa yang ada didalamnya untuk mengembangkan potensi.
7) Pelayanan Kesehatan, yaitu pemanfaatan pelayanan kesehatan dipengaruhi
oleh tiga faktor yaitu predisposing factors (faktor predisposisi), enabling
factors (faktor peluang), dan faktor kebutuhan remaja.
8) Peraturan Perundangan atau Kebijakan Pemerintah, yaitu program dan
kebijakan kesehatan reproduksi remaja di Indonesia merupakan penjabaran
dari visi program keluarga berencana nasional, yaitu mempersiapkan keluarga
yang berkualitas dimulai sejak pranikah, pembuahan dalam kandungan hingga
usia lanjut.
2. Bagaimana cara orang tua dalam memberikan Pendidikan reproduksi remaja ?
Jawab :
Cara orang tua dalam memberikan pendidikan kesehatan reproduksi remaja dapat
berupa :
1) Memulai sejak dini, yaitu pemberian pendidikan seksual diberikan sejak usia
dini secara tidak langsung bukan merupakan reaksi dari pertanyaan yang
diberikan oleh anak-anak.
2) Memberikan pendidikan kesehatan reproduksi sesuai dengan usia anak, yaitu
saat anak beranjak usia 12-13 tahun, orang tua dapat memperkenalkan tentang
menstruasi karena pada usia tersebut remaja perempuan akan mengalami
proses tersebut sehingga orang tua dapat memberikan edukasi terkait hal-hal
yang dapat harus dilakukan ketika menstruasi datang yangg ditinjau dari sisi
kesehatan.
3) Orang tua sebaiknya menciptakan hubungan yang baik dengan anak, yaitu
pendidikan kesehatan reproduksi yang disampaikan oleh orang tua secara
terbuka dan menyampaikannya dengan cinta.
4) Menjadikan orang tua sebagai contoh suri teladan.
5) Tahu batas pendidikan kesehatan reproduksi.
6) Orang tua sebagai sumber utama pendidikan reproduksi remaja, yaitu orang
tua dapat menempatkan diri sebagai pemberi pendidikan kesehatan reproduksi
kepada anaknya. Selain itu, juga harus terbuka dan siap terhadap berbagai
pertanyaan yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi (Handayani, 2009, p.
47-50).
3. Apa tujuan umum Pendidikan Kesehatan reproduksi remaja melalui metode teman
sebaya ?
Jawab :
Tujuan umum pendidikan kesehatan reproduksi remaja melalui teman sebaya adalah
untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan kesadaran remaja tentang
kesehatan reproduksi yang berperspektif gender secara benar dan proposional melalui
pemberdayaan remaja itu sendiri, sehingga memiliki sikap, perilaku seksual, dan
sosial yang sehat serta bertanggung jawab.
4. Apa saja factor risiko Kesehatan reproduksi remaja ?
Jawab :
Faktor Risiko Kesehatan Reproduksi Remaja :
Keturunan, yaitu akan menrujuk pada faktor genetik seseorang. Karakteristik yang
pada umumnya diturunkan dari orang tua, yaitu tinggi badan, bentuk wajah,
tempramen, komposisi otot dan tingkat energ. Dan secara substansial perilaku seks
yang menyimpang pada orang tua berkemungkinan besar untuk sama dengan
anaknya.
Lingkungan Sosial Ekonomi, yaitu di Indonesia, penilaian status sosial ekonomi
dilakukan menggunakan data pengeluaran yang dipandang lebih tepat karena
berdasarkan survey bahwa data pengeluaran lebh tepat dilapotkan dibandingkan
penghasilan.
Penerimaan lingkungan, yaitu Penerimaan didefinisikan sebagai sikap menerima
orang lain digambarkan dengan sikap seseorang yang tidak memberi cup tertentu pada
orang lain tersebut (Caroline, 1991). Lingkungan adalah dimana seseorang tumbuh
dan dibesarkan, norma dalam keluarga, teman, kelompok sosial, dan pengaruh-
pengaruh lainnya yang dialami seorang individu.
Kepribadian, yaitu adalah sesuatu yang dapat diubah. Sigmund Freud menjelaskn
bahwa kepribadian terdiri dati 3 sistem utama yang diantarannya id, ego, dan
superego. Setiap tindakah yang kita lakukan beraal dari ketiga sistem tersebut.
Perilaku, yaitu faktor kedua terbesar setelah faktor lingkungan yang mempengaruhi
kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat (Blum, 1974 dalam Notoadmojo,
2003).
Asupan seks dari media merupakan suatu kondisi remaja mendapatkan sesuatu secara
terus menerus berupa sajian seksual berbentuk gambar dan tulisan.
Jenis kelamin, yaitu data yang didapatkan dari penelitian di AS, menunjukkan bahwa
faktanya remaja pria cenderung lebih awal melakukan perilaku seksual daripada
remaja perempuan diberbagai kebudayaan termasuk Indonesia sendiri, sikap pria
memang pada umunya lebih permisif dari wanita (Sarwono, 2002).
5. Apa saja perbedaan nilai seksual antara remaja laki-laki dan perempuan ?
Jawab :
Perilaku seks pria maupun wanita berbeda termasuk hormone-hormon yang
terkandung dalam tubuh masing-masing dan fungsi organ seksnya juga berbeda.
Perbedaan nilai seksual antara laki-laki dan wanita adalah :
1) Laki-laki lebih cenderung daripada wanita untuk menyatakan bahwa mereka
sudah berhubungan sseks dan sudah aktif berperilaku seksual.
2) Remaja putri menghubungkan seks dengan cinta, alasan mereka untuk
melakukan seks adlaah cinta. Sementara remaja pria cenderung ini jauh lebih
kecil.
3) Sebagian besar dari hubungan seks remaja diawali dengan agresifitas pada
remaja pria, selanjutnya remaja putrilah yang menentukan sampai batas mana
agresifitas pria itu dapat dipenuhi.
4) Remaja pria cenderung menekan dan memaksa remaja putri mitranya untuk
berhubungan seks, tetapi ia sendiri tidak memaksa.

Anda mungkin juga menyukai