“KALA 2 PERSALINAN”
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BATAM
2019/2020
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang “ Kala 2 Persalinan ”
yang disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Asuhan Persalinan Dan Bayi
Baru Lahir di Universitas Batam.
Makalah ini tidak akan selesai dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu
dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
ikhlas membarikan bantuan.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki kami. Untuk itu
kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini.
Akhir kata, hanya kebenaran datangnya dari Allah SWT, semoga Allah yang maha pengasih
senantiasa memberikan perlindungan dan limpahan karunia kepada kita dan mudah-mudahan
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi yang membaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………...……………………………………………...i
DAFTAR ISI………………………………...………………………………………………..ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………….19
3.2 Saran……………………………………………………………………………………...20
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang dapat
hidup ke dunia luar dari rahim mealui jalan lahir atau jalan lain. Adapun menurut proses
berlangsungnya persalinan dibedakan sebagai berikut :
a. Persalinan Spontan
Bila ppersalinan berlangsung dengan kekuatan Ibu sendiri. Pengertian persalinan,
melalui jalan lahir Ibu tersebut.
b. Persalinan Buatan
Bila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar misalnya ekstraksi forsep atau
dilakukan operasi section caesaria.
c. Persalinan Anjuran
Persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya, tetapi baru berlangsung setelah
pemecahan ketuban, pemberian Pitocin, atau prostaglandin.
Kala II atau kala pengeluaran adalah periode persalinan yang dimulai dari pembukaan
lengkap (10cm) sampai lahirnya bayi. Proses ini berlangsung 2 jam pada primigravida
dan 1 jam pada multigravida. Pada kala ini HIS lebih cepat dan kuat, kurang lebih 2-3
menit sekali. Dalam kondisi normal kepala janin sudah masuk dalam rongga panggul.
(Dianasulis,M.Kes,dkk.2019.AsuhanKebidananPersalinanDanBayiBaruLahir.JawaTeng
ah.PercetakanCVOaseGroup.)
a. Penurunan
Kepala masuk pintu atas panggul dengan Sutura Sagitalis melintang dengan posisi
paling sering adalah ubun – ubun kecil di kiri (dalam keadaan sinklitismus, berarti
diameter biparietal janin sejajar bidang selvis),
Sutura Sagitalis tepat berada ditengah – tengah antara simpisis dengan
promontorium, ke 2 Os parietal sama tinggi dan kedua nya masuk panggul dalam
waktu bersamaan, bisa juga kepala masuk atas panggul dalam keadaan asinklitismus
b. Fleksi
Dagu bayi mendekat kepada bayi, terjadi segera setelah kepala yang terdorong
menemui tahanan baik dari tepi PAP, serviks, dinding atau dasar panggul
c. Putaran Paksi Dalam
Perputaran kepala pada sumbu vertical sehingga occiput berputar ke depan kearah
simfisis pubis. Saat UUK masuk pintu tengah panggul dengan adanya otot dan fasia
dari musculu levator ani, UUk berputar kedepan. Dengan semakin kepala didasar
panggul, kepala akan berputar lagi sehingga Sutura Sagitalis berada dalam posisi
antero-posterior dan UUK dibawah simfisis dengan sub occiput sebagai hypomoklion,
lahirlah berturut – turut dahi, mata, hidung, mulut, dagu, kepala, akan berputar lagi ke
posisi semula.
3
d. Defleksi
Mekanisme lahirnya kepala lewat perineum, terjadi setelah putar paksi dalam selesai
dan kepala mencapai dasar panggul
e. Putar Paksi Luar
Berputarnya kepala pada sumbu vertikal untuk menyesuaikan kembali dengan sumbu
badan
f. Ekspulsi
Pengeluaran bagian demi bagian tubuh janin, mulai dari bahu depan, bahu belakang,
dan akhirnya seluruh tubuh jalan lahir. Pada saat bahu depan dibawah simfisis pubis
acromnion depan bertindak sebagai hypomoklion untuk lahirnya bahu belakang.
b. Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rectum dan vagina
Nilailah kinerja setiap langkah yang diamati menggunakan skala sebagai berikut:
1. Perlu perbaikan : langkah tidak dikerjakan atau tidak sesuai dengan yang
seharusnya atau urutannya tidak sesuai (jika harus berurutan). Masih membutuhkan bantuan
pelatih untuk perbaikan langkah dan cara mengerjakan.
2. Mampu : langkah dikerjakan sesuai dengan yang seharusnya dan urutannya (jika
harus berurutan). Waktu kerja masih dalam batas rata-rata waktu untuk prosedur terkait.
4
3. Mahir: langkah dikerjakan dengan benar, sesuai urutannya dari waktu kerja yang
sangat efisien. T/D Langkah tidak diamati (penilaian menganggap langkah tertentu tidak
perlu diperagakan) PRODI DIII KEBIDANAN UNIVERSITAS BATAM
b. 3 handuk/kain bersih dan kering (termasuk ganjal bahu bayi),alat penghisap lender.
d. Lampu sorot 6o watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi Untuk ibu:
3. Pakai celemek plastic atau dari bahan yang tidak tembus cairan
4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan dengan sabun dan
air bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang
bersih dan kering
5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk periksa dalam
6. Masukkan oksitosin ke dalam tabuung suntik (gunakan tangan yang memakai sarung
tangan DTT atau Steril dan pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik) III.
MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DAN KEADAAN JANIN
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari anterior (depan) ke
posterior (belakang) menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi air DTT
a. Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja,bersihkan dengan seksama
dari arah depan ke belakang
b. Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia
c. Jika terkontaminasi, lakukan dekontaminasi, lepaskan dan rendam sarung tangan tersebut
dalam larutan 0,5%→ langkah # 9 pakai sarung tangan DTT/steril untuk melaksanakan
langkah lanjutkan.
5
8. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap
a. Bila selaput ketuban masih utuh saat pembukaan sudah lengkap maka lakukan amniotomi
9. Dekontaminasi sarung tangan (celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan
kedalam larutan klorin 0,5%, lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik, dan rendam
dalam klorin 0,5% selama 10 menit). Cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepas
10. Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi uterus mereda (relaksasi) untuk
memastikan DJJ masih dalam batas normal (120-160x/ menit)
11. Beritahukan pada ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin cukup baik.
Kemudian bantu ibu menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya.
a. Tunggu hingga timbul kontraksi atau rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi
dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan
dokumentasikan semua temuan yang ada
b. Jelaskan pada anggota keluarga yang tentang peran mereka untuk mendukung dan member
semangat pada ibu dan meneran secara benar
12. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran jika ada rasa ingin meneran atau
kontraksi yang kuat. Pada kondisi itu, ibu diposisikan setengah duduk atau posisi lain yang
diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman.
13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ingin meneran atau timbul
kontraksi yang kuat:
b. Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran apabila caranya
tidak sesuai
c. Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (kecuali posisi berbaring
terlentang dalam waktu lama)
6
f. Berikan cukup asupan cairan per-oral (minum)
h. Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah pembukaan lengkap dan
dipimpin meneran ≥ 60 menit (1 jam) pada multigravida
14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman, jika ibu
belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam selang waktu 60 menit
15. Letakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) diperut bawah ibu, jika kepala bayi
telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm
16. Letakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian sebagai alas bokong ibu
17. Buka tutup partus set dan periksa kembali kelengkapan peralatan dan bahan
19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka lindungi
perincum dengan satu tangan dilapisi kain bersih dan kering, tangan yang lain menahan
belakang kepala untuk mempertahankan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala.
Anjurkan ibu meneran secara efektif atau bernafas cepat dan dangkal
20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat (ambil tindakan yang sesuai jika hal
terjadi), segera lanjutkan proses kelahiran bayi Perhatiakan!
a. Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lilitan lewat bagian atas kepala bayi.
b. Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat dan potong tali pusat
diantara dua klem tersebut
21. Setelah kepala lahir, tunggu putaran paksi luar yang berlangsung secara spontan Lahirnya
Bahu
22. Setelah putaran paksi luar selesai, pegang kepala bayi secara biparental. Anjurkan ibu
untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakan kepala kearah bawah dan distal hingga
bahu depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakan kearah atas dan distal untuk
melahirkan bahu belakang Lahirnya Badan dan Tungkai
23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah untuk menopang kepala dan bahu. Gunakan
tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas
7
24.Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke
punggung,bokong,tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukakan telunjuk diantara
kedua kaki dan pegang kedua kaki dengan melingkarkan ibu jari pada satu sisi dan jari-jari
lainnya pada sisi yang lain agar bertemu dengan jari telunjuk)
c. Apakah bayi bergerak dengan aktif Bila salah satu jawaban “TIDAK”, lanjut ke langkah
resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia (lihat penutupan Belajar Resusitasi Bayi
Asfiksia) Bila semua jawaban adalah “YA”, lanjutkan ke-26
26. Keringkan tubuh bayi Keringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh
lain bagian bawah ibuya (kecuali kedua tangan) tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk
basah dengan handuk/kain yang kering. Pastikan bayi dalam posisi dan kondisi aman diperut
bagian bawah ibu
27. Periksa kembali uterus untuk memastikan hanya satu bayi yang lahir (hamil tunggal) dan
bukan kehamilah ganda (gemelli)
28. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit (intramuscular) di 1/3
distal lateral paha (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin)
30. Setelah 2 menit sejak bayi (cukup bulan) lahir, pegang tali pusat dengan satu tangan pada
sekitar 5cm dari pusar bayi, kemudian jari telunjuk dan jari tengah tangan lain menjepit tali
pusat dan geser hingga 3 cm proksimal dari pusar bayi. Klem tali pusat pada titik tersebut
kemudian tahan klem ini pada posisinya, gunakan jari telunjuk dan tengah tangan lain untuk
mendorong isi tali pusat kearah ibu (sekitar 5cm) dan klem tali pusat pada sekitar 2cm distal
dari klem pertama
a. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi), dan lakukan
pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut.
b. Ikat tali pusat denga benang DTT/ steril pada satu sisi kemudian lingkarkan lagi benang
tersebut dan ikat tali pusat dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
8
32. Letakan bayi tengkurap didada ibu untuk kontak kulit ibubayi. Luruskan bahu bayi
sehingga dada bayi menempel didada ibunya. Usahakan kepala bayi berada diantara payudara
ibu dengan posisi lebih rendah dari putting susu atau areola meme ibu
a. Selimuti ibu-bayi dengan kain kering dan hangat, pasang topi dikepala bayi.
b. Biarkan bayi melakukan kontak kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam
c. Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan insiasi menyusui dinii dalam waktu 20-60
menit. Menyusu untuk pertama kali akan berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup
menyusu dari satu payudara.
d. Biarkan bayi berada didada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil menyusu
33. Pindahkan klem tali pusat hingga berjarak 5-10cm dari vulva
34. Letakan satu tangan diatas kain pada perut bawah ibu (diatas simfisis), untuk untuk
mendeteksi kontraksi. Tangan lain memegang klem untuk mengangkat tali pusat
35. Setelah uterus berkontraksi,tegangkan tali pusat kearah bawah sambil tangan yang lain
mendorong uterus kearah belakang atas (dorsokranial) secara hati-hati (untuk mencegah
inversion uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat
dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi kembali prosedur diatas.
a. Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota keluarga untuk
melakukan stimulasi puting susu Mengeluarkan Plasenta
36. Bila ada penekanan bagian bawah dinding depan uterus kearah dorsal ternyata diikuti
dengan pergesaran tali pusat kearah distal maka lanjutkan dorongan kearah kranial hingga
plasenta dapat dilahirkan.
a. Ibu boleh meneran tetapi tali pusat hanya ditegangkan (jangan ditarik secara kuat terutama
jika uterus tak berkontraksi) sesuai dengan sumbu (kearah bawahsejajar lantai-atas)
b. Jika tali pusat bertambah panjang pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 dari vulva
dan lahirkan plasenta
9
5. Jika plasenta tak lahir dalam 30 menit sejak bayi lahir atau terjadi pendarahan maka
segera lakukan tin dakan plasenta manual
37. saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan .pegang
dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilih kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta
pada wadah yg telah disediakan
a. Jika selaput ketuban robek ,pakai sarung tangan DTT atau steril untuk melakukan
eksplorasi sisa slaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem ovum DTT / steril untuk
mengeluarkan selaput yg tertinggal . Rangsangan Taktil (Masase) Uterus
38. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus, letakan telapak
tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus
berkontraksi (fundus teraba keras)
39. Periksa kedua sisi plasenta (maternal-fetal) pastikan plasenta telah dilahirkan lengkap
.masukan kedalam kantung plastik atau tempat khusus
40. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum . lakukan penjahitan bila terjadi
laserasi yg luas menimbulkan perdarahan aktif ,segera lakukan penjahitan
42. Celupkan tangan yg masih memakai sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5 %,
bersihkan noda darah dan cairan tubuh, lepaskan secara terbalik dan rendam sarung tangan
dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih
mengalir,keringkan tangaan dengan tissue atau handuk pribadi yg bersih dan kering
EVALUASI
44. Ajarkan ibu / keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.
46. Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu baik
47. Pantau keadaan bayi dan pastikan bahwa bayi bernapas dengan baik (40-60 kali / menit).
a. Jika bayi sulit bernapas,merintih, atau retraksi diresusitasi dan segera merujuk ke rumah
sakit.
10
b. Jika bayi napas terlalu cepat atau sesak napas, segera rujukl ke RS rujukan
c. Jika kaki teraba dingin, pastikan ruangan hangat.lakukan kembali kontak kulit ibu-bayi dan
hangatkan ibu-bayi dalam satu selimut
48. tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontimanasi
(10 menit) cuci dan bilas peralatan setelah didekontimanasi
50. bersihkan ibu dari paparan darah dan cairan tubuh dengan menggunakan air DTT.
Bersihkan cairan ketuban, lendir, dan darah diranjang atau di sekitar ibu berbaring. Bantu ibu
memakai pakaian yg bersih dan kering.
51. pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan keluarga untuk
memberi ibu minuman dan makanan yg diinginkanya
53. celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, balikan bagian dalam keluar
dan rfendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
54. cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan tangan dengan
tissue atau handuk pribadi yg bersih dan kering
55. pakai sarung tangan bersih /DTT untuk melakukan pemeriksaan fisik bayi
56. dalam satu jam pertama, beri salep / tetes mata profilaksis infeksi, vitamin Ki 1 mg IM
dipaha kiri bawah lateral, pemeriksaan fisik bayi baru lahir, pernapasan bayi (normal 40-60
kali / menit) dan temperatur tubuh ( normal 36,5-37,5 derajat celcius) setiap 15 menit
57. setelah satu jam pemberian vitamin Ki berikan suntikan imunisasi hepatitis B dipaha
kanan bawah lateral. Letakan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu dapat
disusukan
58. lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendah di dalam larutan klorin 0,5%
selama 10 menit
59. cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan dengan tissue atau
handuk pribadi yg bersih dan kering
DOKUMENTASI
60. lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan asuhan kala IV
persalinan
11
2.2 Manuver Tangan dan Langkah – Langkah Dalam Melahirkan
1. Melahirkan kepala
Saat kepala bayi membuka vulva (5-6 cm), letakkan kain yang bersih dan kering yang dilipat
1/3 nya di bawah bokong ibu dan siapkan kain atau handuk bersih di atas perut ibu (untuk
mengeringkan bayi segera setelah setelah lahir). Lindungi perineum dengan satu tangan (di
bawah kain bersih dan kering), ibu jari pada salah satu sisi perineum dan 4 jari tangan pada
sisi yang lain dan tangan yang lain pada belakang kepala bayi. Tahan belakang kepala bayi
agar posisi kepala tetap fleksi pada saat keluar secara bertahap melewati introitus dan
perineum.
Setelah kepala janin keluar selanjutnya kita melahirkan bahu janin bagian depan dengan cara
kedua telapak tangan pada samping kiri dan kanan kepala janin. Kepala janin ditarik perlahan-
lahan kearah anus sehingga bahu depan lahir. Tidak dibenarkan penarikan yang terlalu keras
dan kasar oleh karena dapat menimbulkan robekan pada muskulus sternokledomastoideus,
kemudian kepala janin diangkat kearah simfisis untuk melahirkan bahu depan.
a. Tahap-Tahap IMD
Ibu hanya cukup berbaring di tempat tidur dengan tidak memakai baju atasan. Bidan akan
menaruh si bayi tepat di dada (perut bagian atas) dengan mulut di sekitar payudara Ibu, tapi
tidak tepat di puting susu Ibu. Secara perlahan, kepala si bayi akan bergerak mencari puting
susu Ibu. Ada 5 tahapan perilaku yang dilakukan bayi sebelum ia berhasil menemukan puting
susu dan menyusu, yaitu :
1. Tahap Penyesuaian
Setelah diletakkan di atas dada si Ibu, bayi akan diam dalam keadan siaga. Proses ini
terjadi selama kurang lebih 30-45 menit. Sesekali matanya membuka lebar dan
melihat Ibunya. Tahap ini merupakan tahap penyesuaian atau peralihan dari dalam
kandungan ke luar kandungan.
12
2. Bayi Mulai Mencium dan Menjilat-Jilat
Pada menit ke-45 sampai menit ke-60, bayi akan menggerakkan mulutnya seperti mau
minum, mencium, kadang mengeluarkan suara dan menjilat tangannya. Dia akan
mencium dan merasakan cairan ketuban yang ada di tangannya. Bau ini sama dengan
bau cairan yang dikeluarkan payudara kita. Inilah yang akan membimbing bayi
menemukan payudara dan puting susu. Itulah sebabnya tidak dianjurkan
mengeringkan kedua tangan bayi pada saat bayi baru lahir.
3. Bayi Akan Mengeluarkan Liur
Menit berikutnya, bayi sudah menyadari adanya makanan di sekitarnya. Dia mulai
mengeluarkan air liur.
4. Bayi Akan Bergerak Ke Arah Payudara
Aerola payudara akan menjadi sasarannya. Dia akan bergerak dengan cara
menekankan kakinya ke perut kita. Bayi akan menjilat kulit kita dan mengentakkan
kepala ke dada kita. Terkadang dia menoleh ke kanan dan ke kiri serta menyentuh dan
meremas daerah puting susu dengan tangannya.
5. Menyusu
Akhirnya si bayi menemukan puting susu Ibu. Mulutnya mulai terbuka lebar dan
melekat dengan baik serta mulai menyusu. Ini merupakan momen yang benar-benar
menakjubkan.
6. Tahap Penutup
Setelah dirasa cukup, bayi akan melepas puting susu Ibu. Kedekatan antara Ibu dan
bayi menjadi semakin erat setelah proses IMD selesai. Setelah IMD, bayi akan
dibersihkan, ditimbang, diukur, diberi suntikan vitamin K dan diberi tetes mata.
Ketika bayi diletakkan di dada Ibu, maka secara alamiah bayi dapat melakukan semua
tahapan-tahapan ini.
b. Manfaat IMD
Ada beberapa manfaat yang didapat dari proses IMD untuk si bayi, antara lain :
1. IMD merupakan langkah awal membentuk ikatan batin antara Ibu dan anak. Sentuhan
antar kulit (skin to skin) saat sedang menyusu mampu memberikan efek psikologis
yang kuat di antara keduanya.
2. IMD membantu melatih motorik bayi.
3. Mengurangi stress pada bayi. Selama proses IMD, kulit sang Ibu akan membuat suhu
tubuh bayi stabil sehingga bayi akan lebih tenang dan denyut jantungnya pun teratur.
4. Kontak kulit saat proses IMD membuat bakteri dari kulit Ibu berpindah ke bayi.
Dengan menjilat kulit Ibu, maka bayi akan menelan bakteri baik sehingga
membuatnya memiliki daya tahan tubuh lebih tinggi.
5. Bayi mendapat kolostrum yang kaya antibodi. Hal ini penting untuk pertumbuhan
usus bayi dan ketahanan terhadap infeksi. Kolostrum adalah ASI pertama yang keluar
dari payudara Ibu, berwarna kekuningan dan sangat bermanfaat bagi daya tahan si
bayi.
13
6. Proses IMD membuat bayi lebih berhasil menyusu secara eksklusif dan lebih lama
disusui.
7. Sentuhan, isapan dan jilatan pada puting susu akan merangasang pengeluaran
hormone oksitosin yang penting untuk meningkatkan kontraksi rahim pasca bersalin.
Hal ini akan mengurangi risiko perdarahan pada Ibu, merangsang hormone lain yang
secara psikologis akan membuat Ibu merasa tenang, rileks, mengurangi nyeri, dan
merangsang keluarnya ASI.
(Adityanana,S.Si.2020.NEWMOM.Yogyakarta.StilettoBook.)
a. Amniotomi
Amniotomi adalah tindakan untuk membuka selaput amnion dengan jalan membuat robekan
kecil yang kemudian akan melebar secara spontan akibat gaya berat cairan dan adanya
tekanan di dalam rongga amnion. Tindakan ini umumnya dilakukan pada saat pembukaan
lengkap agar penyelesaian proses persalinan berlangsung sebagaimana mestinya. Pada
kondisi selektif, amniotomi dilakukan pada fase aktif awal, sebagai upaya akselerasi
persalinan. Pada kondisi demikian, dilakukan penilaian serviks, penurunan bagian terbawah
dan luas panggul, menjadi sangat menentukan keberhasilan proses akselerasi persalinan.
Ada beberapa istilah dalam nomenklatur Kebidanan yang harus diketahui oleh petugas
kesehatan yang berhubungan dengan cairan selaput ketuban, yaitu :
1. Utuh (U)
Membran masih utuh, memberikan sedikit perlindungan kepada bayi uterus, tetapi
tidak memberikan informasi tentang kondisi
2. Jernih (J)
Membran pecah dan tidak ada anoksia
3. Mekonium (M)
Cairan ketuban bercampur mekonium, menunjukkan adanya anoksia / anoksia kronis
pada bayi
4. Darah (D)
Cairan ketuban bercampur dengan darah, bisa menunjukkan pecahnya pembuluh
darah plasenta, trauma pada serviks atau trauma bayi
5. Kering (K)
Kantung ketuban bisa menunjukkan bahwa selaput ketuban sudah lama pecah atau
ppostmaturitas janin
Indikasi Amniotomi :
1. Induksi persalinan
2. Persalinan dengan tindakan
3. Untuk pemantauan internal frekuensi denyut jantung janin secara elektronik apabila
diantisipasi terdapat gangguan pada janin
14
4. Untuk melakukan peniaian kontraksi intra uterus apabila persalinan kurang
memuaskan
5. Amniotomi dilakukan jika ketuban belum pecah dan seviks telah membuka
sepenuhnya
Persiapan Alat :
15
e. Diantara kontraindikasi, lakukan Pemeriksaan Dalam (PD), jari telunjuk dan jari
tengah tangan kanan dimasukkan kedalam jalan lahir sampai sedalam kanalis
servikalis, sentuh ketuban yang menonjol, pastikan kepala telah engaged dan tidak
teraba adanya tali pusat atau bagian – bagian kecil lainnya (bila tali pusat dan bagian
– bagian yang kecil dari bayi teraba, jangan pecahkan selaput ketuban dan rujuk
segera).
f. Pegang ½ klem kocher / Kelly memakai tangan yang lain, dan masukkan kedalam
vagina dengan perlindungan 2 jari tangan kanan yang mengenakan sarung tangan
hingga menyentuh selaput ketuban dengan hati – hati. Setelah kedua jari berada dalam
kanalis servikalis, maka posisi jari diubah sedemikian rupa, sehingga telapak tangan
menghadap keatas
g. Saat kekuatan HIS sedang berkurang tangan kiri kemudian memasukkan pengait
khusus kedalam jalan lahir dengan tuntunan kedua jari yang telah ada didalam.
Tangan yang diluar kemudian memanipulasi pengait khusus tersebut untuk dapat
menusuk dan merobek selaput ketuban 1-2 cm hingga pecah (dengan menggunakan
separuh klem kocher (ujung bergigi tajam, steril, dimasukkan kekanalis servikalis
dengan perlindungan jari tangan)
h. Biarkan cairan ketuban membasahi jari tangan yang digunakan untuk pemeriksaan
i. Tarik keluar dengan tangan kiri ½ klem kocher / Kelly dan rendam dalam larutan
klorin 0,5%. Tetap pertahankan jari – jari tangan kanan di dalam vagina untuk
merasakan turunnnya kepala janin dan memastikan tetap tidak teraba adanya tali
pusat, setelah yakin bahwa kepala turun dan tidak teraba tali pusat, keluarkan jari
tangan kanan dari vagina secara perlahan
j. Evaluasi warna cairan ketuban, periksa apakah ada mekonium atau darah, keluarnya
mekonium atau air ketuban yang bercampur mekonium pervaginam pada presentasi
kepala merupakan gejala gawat janin (fetal distress)
k. Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan kedalam larutan klorin
0,5% lalu lepaskan sarung tangan dalam dalam kondisi terbalik dan biarkan terendam
dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
l. Cuci kedua tangan
m. Periksa kembali Denyut Jantung Janin
n. Catat pada partograf waktu dilakukan pemecahan selaput ketuban, warna air ketuban
dan DJJ
(Yulizawati,SST.,M.Keb.dkk.2019.AsuhanKebidananPadaPersalinan.Sidoarjo.Indom
ediaPustaka.)
16
b. Episiotomi
Episiotomi adalah suatu tindakan insisi pada perineum yang menyebabkan terpotongnya
selaput lender vagina, cincin selaput dara, jaringan pada septum rektovaginal, otot – otot dan
fasia perineum dan kulit sebelah depan perineum. Episiotomi dilakukan untuk memperluas
jalan lahir sehingga bayi lebih mudah untuk dilahirkan. Selain itu, episiotomi juga dilakukan
pada primigravida atau pada wanita dengan perineum yang kaku dan atas indikasi lain.
Tujuan Episiotomi :
Saat ini terdapat banyak kontroversi terhadap tindakan tersebut. Sejumlah penelitian
observasi dan uji coba secara acak menunjukkan bahwa episiotomi rutin menyebabkan
peningkatan insiden robekan sfingter ani dan rektum. Selain itu, penelitian – penelitian lain
juga menunjukkan adanya peningkatan inkontinensia platus, inkontinensia alvi, bahkan
inkontinensia awal jangka panjang. Eason dan Feldmen menyimpulkan bahwa episiotomi
tidak boleh dilakukan secara rutin. Prosedur harus diaplikasikan secara selektif untuk indikasi
yang tepat, beberapa diantaranya termasuk indikasi janin seperti distosia bahu dan lahir
sungsang, ekstraksi forceps atau vakum, dan pada keadaan apabila episiotomi akan
dilakukan, terdapat variabel penting yang meliputi waktu insisi dilakukan, Janis insisi, dan
teknik perbaikan.
Waktu Episiotomi :
Lazimnya episiotomi dilakukan saat kepala terlihat selama kontraksi sampai diameter 3-4 cm
dan bila perineum telah menipis serta kepala janin tidak masuk kembali ke dalam vagina.
Indikasi Episiotomi :
1. Indikasi Janin
a. Sewaktu melahirkan janin prematur, tujuan nya untuk mencegah terjadinya trauma
yang berlebihan pada kepala janin
b. Sewaktu melahirkan janin letak sungsang, melahirkan janin dengan cunam,
ekstraksi vakum, dan janin besar.
2. Indikasi Ibu
Apabila terjadi peregangan perineum yang berlebihan sehingga ditakuti akan terjadi
17
robekan perineum, umpama pada primipara, persalinan sungsang, persalinan dengan
cunam, ekstraksi vakum dan anak besar
Teknik Episiotomi :
a. Episiotomi Mediana
Pada teknis ini insisi dimulai dari ujung terbwah introitus vagina sampai batas atas
otot – otot sfingter ani. Cara anaestesi yang dipakai adalah cara anaestesi infiltrasi
antara lain dengan larutan procaine 1%-2% atau larutan lidonest 1%-2% atau larutan
Xylocaine 1%-2%. Setelah pemberian anaestesi, dilakukan insisi dengan
mempergunakan gunting episiotomi dimulai dari bagian terbawah introitus hingga
kepala dapat dilahirkan.
b. Episiotomi Mediolateral
Pada teknik ini insisi dimulai dari bagian belakang introitus vagina menuju kearah
belakang dan samping. Arah insisi ini dapat dilakukan kea rah kanan ataupun kiri,
tergantung pada kebiasaan orang yang melakukannya. Panjang insisi kira – kira 4 cm.
Insisi ini dapat dipilih untuk melindungi sfingter ani dan rektum dari laserasi derajat
tiga atau empat, terutama apabila perineum pendek, arkus subpublik sempit atau
diantisipasi suatu kelahiran yang sulit.
c. Episiotomi Lateralis
Pada teknik insisi dilakukan kearah lateral mulai dari kira – kira pada jam 3 atau 9 menurut
arah jarum jam. Teknik ini sekarang tidak dilakukan lagi , karena banyak menimbulkan
komplikasi. Luka insisi ini dapat melebar kearah dimana terdapat pembuluh darah pundental
interna, sehingga dapat menimbulkan perdarahan yang banyak. Selain itu parut yang terjadi
dapat menimbulkan rasa nyeri yang mengganggu penderita.
(Yulizawati,SST.,M.Keb.dkk.2019.AsuhanKebidananPadaPersalinan.Sidoarjo.IndomediaPus
taka.)
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang
dapat hidup ke dunia luar dari rahim mealui jalan lahir atau jalan lain. Kala II atau
kala pengeluaran adalah periode persalinan yang dimulai dari pembukaan lengkap
(10cm) sampai lahirnya bayi. Proses ini berlangsung 2 jam pada primigravida dan
1 jam pada multigravida. Pada kala ini HIS lebih cepat dan kuat, kurang lebih 2-3
menit sekali. Mekanisme Persalinan Normal, antara lain Penurunan, Fleksi,
Putaran Paksi Dalam, Defleksi, Putar Paksi Luar, Ekspulsi.
Melakukan Langkah-Langkah IMD (Inisiasi menyusui Dini). Ada 5 tahapan
perilaku yang dilakukan bayi sebelum ia berhasil menemukan puting susu dan
menyusu, yaitu :
1.Tahap Penyesuaian
2. Bayi Mulai Mencium dan Menjilat-Jilat
3.Bayi Akan Mengeluarkan Liur
4.Bayi Akan Bergerak Ke Arah Payudara
5. Menyusu
6.Tahap Penutup
Ada beberapa manfaat yang didapat dari proses IMD untuk si bayi, antara lain :
1. IMD merupakan langkah awal membentuk ikatan batin antara Ibu dan anak.
Sentuhan antar kulit (skin to skin) saat sedang menyusu mampu memberikan efek
psikologis yang kuat di antara keduanya.
2. IMD membantu melatih motorik bayi.
3. Mengurangi stress pada bayi. Selama proses IMD, kulit sang Ibu akan
membuat suhu tubuh bayi stabil sehingga bayi akan lebih tenang dan denyut
jantungnya pun teratur.
4. Kontak kulit saat proses IMD membuat bakteri dari kulit Ibu berpindah ke
bayi. Dengan menjilat kulit Ibu, maka bayi akan menelan bakteri baik sehingga
membuatnya memiliki daya tahan tubuh lebih tinggi.
5. Bayi mendapat kolostrum yang kaya antibodi. Hal ini penting untuk
pertumbuhan usus bayi dan ketahanan terhadap infeksi. Kolostrum adalah ASI
pertama yang keluar dari payudara Ibu, berwarna kekuningan dan sangat
bermanfaat bagi daya tahan si bayi.
Amniotomi adalah tindakan untuk membuka selaput amnion dengan jalan
membuat robekan kecil yang kemudian akan melebar secara spontan akibat gaya
berat cairan dan adanya tekanan di dalam rongga amnion
Episiotomi adalah suatu tindakan insisi pada perineum yang menyebabkan
terpotongnya selaput lender vagina, cincin selaput dara, jaringan pada septum
rektovaginal, otot – otot dan fasia perineum dan kulit sebelah depan perineum.
19
3.2 Saran
Dari makalah yang penulis buat, penulis dapat menyarankan kepada pembaca
apabila ingin mengetahui asuhan kebidanan neonatus,bayi, balita dan anak
prasekolah, pembaca dapat mencari referensi yang lebih banyak lagi untuk
mendapatkan hasil yang lebih baik atau pembaca dapat melanjutkan makalah lain
yang berhubungan dengan promosi kesehatan.
20
DAFTAR PUSTAKA
(Widaryantirahayu.2019.PemberianMakanBayi&Anak.Yogyakarta.Deepublish.)
(Dianasulis,M.Kes,dkk.2019.AsuhanKebidananPersalinanDanBayiBaruLahir.JawaTengah.P
ercetakanCVOaseGroup.)
(Adityanana,S.Si.2020.NEWMOM.Yogyakarta.StilettoBook.)
(Yulizawati,SST.,M.Keb.dkk.2019.AsuhanKebidananPadaPersalinan.Sidoarjo.IndomediaPus
taka.)