Anda di halaman 1dari 41

ASUHAN KEPERAWATAN

KELUARGA

Disusun Oleh:

Nyi Endah P.P.DG


206410039

PENDIDIKAN PROFESI NERS


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Tugas Laporan Pendahuluan, Asuhan Keperawatan Dan Satuan Acara


Penyuluhan Keluarga. Sebagai Syarat Pemenuhan Tugas Stase Komunitas
(Keluarga) Pendidikan Profesi Ners Stikes Icme Jombang oleh :
Nama : Nyi Endah P.P.DG
NIM : 206410039
Prodi : Profesi NERS

Telah disetujui dan disahkan pada


Hari :
Tanggal : -12-2020

Jombang,.....-12-2020
Mahasiswa

(Nyi Endah P.P.DG)

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

( )
LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP KELUARGA
1. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah sekumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu
berinteraksi satu sama lain (Harmoko, 2012).
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang bergabung karena
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga,
saling berinteraksi satu sama lainnya dalam perannya dan menciptakan dan
mempertahankan suatu budaya (Sutanto,2012).
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di
bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah :
1. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,
perkawinan atau adopsi
2. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap
memperhatikan satu sama lain
3. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing
mempunyai peran sosial : suami, istri, anak, kakak dan adik
4. Mempunyai tujuan : menciptakan dan mempertahankan budaya,
meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota.

2. Struktur Keluarga
1. Patrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah.
2. Matrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis
ibu.
3. Matrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
ibu.
4. Patrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
suami.
5. Keluarga kawinan : hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena
adanya hubungan dengan suami atau istri (Harmoko (2012).

3. Ciri-Ciri Struktur Keluarga


1. Terorganisasi : saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota
keluarga
2. Ada keterbatasan : setiap anggota memiliki kebebasan, tetapi mereka juga
mempunyai keterbatasan dalam mejalankan fungsi dan tugasnya masing-
masing
3. Ada perbedaan dan kekhususan : setiap anggota keluarga mempunyai
peranan dan fungsinya masing-masing (Suprajitno,2015).

4. Macam-Macam Struktur / Tipe / Bentuk Keluarga


1. Tradisional :
a. The nuclear family (keluarga inti)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak.
b. The dyad family
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup
bersama dalam satu rumah.
c. Keluarga usila
Keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua dengan anak sudah
memisahkan diri.
d. The childless family
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan
anak terlambat waktunya, yang disebabkan karena mengejar
karir/pendidikan yang terjadi pada wanita.
e. The extended family (keluarga luas/besar)
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu
rumah seperti nuclear family disertai : paman, tante, orang tua (kakak-
nenek), keponakan, dll).
f. The single-parent family (keluarga duda/janda)
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah dan ibu) dengan anak, hal
ini terjadi biasanya melalui proses perceraian, kematian dan ditinggalkan
(menyalahi hukum pernikahan).
g. Commuter family
Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota
tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja diluar kota
bisa berkumpul pada anggota keluarga pada saat akhir pekan (week-end).
h. Multigenerational family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal
bersama dalam satu rumah.
i. Kin-network family
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling
berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan yang
sama. Misalnya : dapur, kamar mandi, televisi, telpon, dll).
j. Blended family
Keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang menikah kembali dan
membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.
k. The single adult living alone / single-adult family
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena
pilihannya atau perpisahan (separasi), seperti : perceraian atau ditinggal
mati.
2. Non-Tradisional
a. The unmarried teenage mother
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari
hubungan tanpa nikah.
b. The stepparent family
Keluarga dengan orangtua tiri.
c. Commune family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan
saudara, yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang
sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan melalui aktivitas
kelompok / membesarkan anak bersama.
d. The nonmarital heterosexual cohabiting family
Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui
pernikahan.
e. Gay and lesbian families
Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama sebagaimana
pasangan suami-istri (marital partners).
f. Cohabitating couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena
beberapa alasan tertentu.
g. Group-marriage family
Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga bersama,
yang merasa telah saling menikah satu dengan yang lainnya, berbagi
sesuatu, termasuk sexual dan membesarkan anaknya.
h. Group network family
Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai, hidup berdekatan satu
sama lain dan saling menggunakan barang-barang rumah tangga bersama,
pelayanan dan bertanggung jawab membesarkan anaknya.
i. Foster family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/saudara dalam
waktu sementara, pada saat orangtua anak tersebut perlu mendapatkan
bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya.

j. Homeless family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang
permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan
ekonomi dan atau problem kesehatan mental.
k.. Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang-orang muda yang
mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian, tetapi
berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.

5. Tahap-Tahap Kehidupan / Perkembangan Keluarga


Meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangannya secara unik, namun
secara umum seluruh keluarga mengikuti pola yang sama (Friedman, 2010):
1. Pasangan baru (keluarga baru)
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki dan
perempuan membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan
meninggalkan (psikologis) keluarga masing-masing :
a. Membina hubungan intim yang memuaskan.
b. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial.
c. Mendiskusikan rencana memiliki anak.
2. Keluarga child-bearing (kelahiran anak pertama)
Keluarga yang menantikan kelahiran, dimulai dari kehamilan samapi
kelahiran anak pertama dan berlanjut damapi anak pertama berusia 30 bulan :
a. Persiapan menjadi orang tua.
b. Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan
sexual dan kegiatan keluarga.
c. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
3. Keluarga dengan anak pra-sekolah
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama (2,5 bulan) dan berakhir
saat anak berusia 5 tahun :
a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan tempat tinggal,
privasi dan rasa aman.
b. Membantu anak untuk bersosialisasi.
c. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang
lain juga harus terpenuhi.
d. Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di luar
keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar).
e. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap yang paling
repot).
f. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
g. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak.
4. Keluarga dengan anak sekolah
Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia enam tahun dan
berakhir pada usia 12 tahun. Umumnya keluarga sudah mencapai jumlah
anggota keluarga maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk :
a. Membantu sosialisasi anak : tetangga, sekolah dan lingkungan.
b. Mempertahankan keintiman pasangan.
c. Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat,
termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga.
5. Keluarga dengan anak remaja
Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya
berakhir sampai 6-7 tahun kemudian, yaitu pada saat anak meninggalkan
rumah orangtuanya. Tujuan keluarga ini adalah melepas anak remaja dan
memberi tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk
mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa :
a. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab, mengingat
remaja sudah bertambah dewasa dan meningkat otonominya.
b. Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga.
c. Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orangtua. Hindari
perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.
d. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.
6. Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan)
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan
berakhir pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini
tergantung dari jumlah anak dalam keluarga, atau jika ada anak yang belum
berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua :
a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
b. Mempertahankan keintiman pasangan.
c. Membantu orangtua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua.
d. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.
e. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.
7. Keluarga usia pertengahan
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah
dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal :
a. Mempertahankan kesehatan.
b. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan
anak-anak.
c. Meningkatkan keakraban pasangan.
8. Keluarga usia lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai pada saat salah satu
pasangan pensiun, berlanjut saat salah satu pasangan meninggal damapi
keduanya meninggal :
a. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
b.Adaptasi dengan peruabahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan
pendapatan.
c. Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat.
d. Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.
e. Melakukan life review (merenungkan hidupnya)
Konsep Dasar Gout
A. Definisi Gout
Gout adalah sebuah penyakit dimana serangan akut arthritis nyeri
terjadi sebagai akibat dari peningkatan kadar serum asam urat. Selama akut
serangan gout, peradangan sendi yang disebabkan oleh natrium urat kristal-
kristal di sendi. Gout diklasifikasikan sebagai gout primer atau diperoleh dan
gout sekunder (Meiner, 2011).
Asam urat atau gout atritis adalah penyakit sistemik pada urat kristal
deposit dalam sendi dan jaringan tubuh lainnya, menyebabkan peradangan.
Penyakit ini adalah yang paling umum terjadi inflamasi atritis pada orang
dewasa yang lebih tua, yang mempengaruhi sekitar 6 juta orang (Ignatavicius,
2013).
Gout adalah penyakit akibat gangguan metabolisme purin dengan
hiperurisemia dan serangan sinovitis akut berulang. Penyakit ini berkaitan
dengan penimbunan kristal urat monohidrat monosodium dan pada tahap
yang lebih lanjut terjadi degenerasi tulang rawan sendi.Gout terjadi sebesar 1-
2 %, terutama pada usia 30 - 40 tahun dan lebih sering pada pria dari pada
wanita (Muttaqin, 2008).
Penyakit ini menyerang sendi tangan dan bagian metatarsofalangeal
kaki. Klasifikasi gout dibagi dua yaitu (Ignatavicius, 2013) :
1. Gout primer
Gout primer jenis yang paling umum dan hasil dari salah satu dari
beberapa kesalahan bawaan metabolisme purin. Produk akhir dari
metabolisme purin adalah asam urat Yang biasanya diekskresikan oleh
ginjal. Di gout primer, produksi asam urat melebihi kemampuan
ekskresi ginjal. Natrium urat diendapkan pada sinovium dan jaringan
lain, yang mengakibatkan peradangan.
Untuk beberapa pasien, gout primer diwariskan sebagai X-linked
trait: laki-laki terpengaruh perempuan melalui operator. Sejumlah pasien
memiliki riwayat dari keluarga pasien.
2. Gout sekunder
Gout sekunder melibatkan hyperuricemia (berlebihan urat asam
dalam darah) yang disebabkan oleh penyakit lain atau faktor. Gout
sekunder mempengaruhi dari segala usia. Insufisiensi ginjal, terapi
diuretik, diet ketat, dan kemoterapi tertentu agen mengurangi normal
ekskresi asam urat dan lain-lain produk-produk limbah. Kelainan seperti
multiple myeloma dan tertentu karsinoma mengakibatkan meningkatnya
produksi asam urat karena omset lebih besar dari sel asam nukleat.
Mengobati melibatkan manajemen dari gangguan yang mendasari.

B. Etiologi
1. Riwayat keluarga atau genetik
Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa lansia yang mempunyai
riwayat keluarga gout dan mengalami/menderita gout sebanyak sebanyak
81.1%, sedangkan lansia yang tidak mengalami gout sebanyak 10.8%. data
tersebut menunjukkan bahwa responden lansia yang mempunyai riwayat
keluarga gout dan mengalami gout lebih besar dibandingkan dengan
responden yang tidak gout. Saat wawancara beberapa responden
mengatakan bahwa didalam keluarganya terdapat riwayat keluarga
(Abiyoga, 2017)
Faktor genetik dapat berkonstribusi terhadap prevalensi
hiperurisemia yang tinggi pada beberapa kelompok etnik tertentu. hal ini
karena faktor gen yang diturunkan dari orang tua yang juga menderita
penyakit gout. Faktor genetis pada penderita gout biasanya berawal dari
gangguan metabolisme purin sehingga menyebabkan gout dalam darah
berlebihan. Gout yang disebabkan oleh genetik disebut dengan gout primer.
Gout ini terjadi akibat ketiadaan enzim hiposantin-guanin fosforibosil
transfarase yang menyebabkan bertambahnya sintesa purin (Abiyoga,
2017)
2. Obesitas
Orang dengan kondisi berat badan lebih berkaitan dengan kenaikan
kadar asam urat dan menurunnya eskresi asam urat melalui ginjal. Hal
tersebut disebabkan karena adanya gangguan proses reabsorpsi asam urat
pada ginjal. pada penelitian ini didapatkan hubungan yang bermakna antara
obesitas dengan hiperurisemia dengan p-value < 0,001. Pada orang obesitas
terjadi peningkatan asam urat terutama karena adanya peningkatan lemak
tubuh, disamping itu juga berhubungan dengan luas permukaan tubuh
sehingga pada orang gemuk akan lebih banyak memproduksi urat dari pada
orang kurus. Hiperurisemia pada obesitas terjadi melalui resistensi insulin
(Abiyoga, 2017)
3. Jenis kelamin
Bahwa Hiperurisemia lebih banyak dialami oleh pria dibandingkan
dengan wanita. Hal ini disebabkan karena pria memiliki kadar asam urat
yang lebih tinggi daripada wanita. Hal ini berkaitan dengan hormon
estrogen. Hormon estrogen pada wanita dapat membantu mengeluarkan
asam urat melalui urin. Pria tidak memiliki hormon estrogen yang tinggi,
sehingga asam urat sulit dieksresikan melalui urin, dan dapat menyebabkan
resiko peningkatan kadar asam urat pada pria lebih tinggi. Presentase
kejadian gout pada wanita lebih rendah daripada pria. Walaupun demikian
kadar asam urat pada wanita meningkat pada saat menopause (Abiyoga,
2017).
Bahwa pada penelitian ini didapatkan hasil analisa yaitu p-value <
0,003 yang artinya ada hubungan signifikan antara jenis kelamin dengan
kejadian asam urat. Pada usia diatas 40 tahun biasanya mulai terdapat
kenaikan kadar asam urat yang terjadi karena penurunan fungsi ginjal
dalam proses ekskresi sisa metabolism dalam tubuh yang ditandai dengan
kadar ureum dan kreatinin yang tinggi tetapi pada penelitian ini tidak
ditemukan adanya gangguan ginjal. Selain gangguan ginjal ada faktor lain
yang menyebabkan kenaikan kadar asam urat pada usia diatas 40 tahun
yaitu obesitas, tekanan darah tinggi, kadar kolesterol darah yang tidak
normal (Abiyoga, 2017)
4. Riwayat pengobatan
Penggunaan obat diuretik merupakan faktor resiko yang signifikan
untuk perkembangan artritis gout. Obat diuretik dapat menyebabkan
peningkatan reabsorpsi asam urat dalam ginjal, sehingga menyebabkan
hiperurisemia (Widiyanto, 2014)
5. Usia
Atritis gout atau asam urat yaitu penyakit yang dapat menyerang
lansia. Gout sering menyerang pada lansia dan jarang didapati pada remaja
atau berusia dibawah 60 tahun dengan usia rata-rata paling banyak didapati
pada usia 65-75 tahun, dan semakin sering didapati dengan bertambahnya
usia. Hal ini kemungkinan disebabkan banyak faktor, seperti peningkatan
kadar asam urat serum (penyebab yang paling sering adalah karena adanya
penurunan fungsi ginjal) (Widiyanto, 2014)
6. Konsumsi purin
Tingginya konsumsi bahan pangan sumber protein, terutama purin.
Dapat meningkatkan kosentrasi asam urat. Asam urat (gout) merupakan
asam yang berbentuk kristal-kristal yang merupakan hasil akhir dari
metabolisme purin. Secara alamiah, purin terdapat dalam tubuh dan
dijumpai pada semua makanan sel hidup, yakni makanan dari tanaman
(sayuran hijau, melinjo, buah, kacang-kacangan) ataupun hewan (daging,
jeroan, ikan sarden). Jadi asam urat adalah hasil metabolisme tubuh, yang
kadarnya tidak boleh berlebihan (Abiyoga,2017)
7. Konsumsi alkohol
Konsumsi alkohol dapat menyebabkan peningkatan terbentuknya
adenosin monofosfat yang menjadi prekursor pembentuk asam urat. Selain
itu alkohol juga bisa meningkatkan asam laktat didalam darah yang dapat
menghambat ekskresi asam urat. Alkohol juga mengandung purin yang
cukup tinggi sehingga dapat mengakibatkan over produksi asam urat dalam
tubuh (Widyanto, 2014)

C. Patofisiologi
Peningkatan asupan makanan yang mengandung purin (peningkatan
produksi atau hambatan ekresi akan meningkatkan kadar asam urat dalam
tubuh. Peningkatan produksi asam urat, misalnya disebabkan oleh tumor
(yang meningkatkan cellular turnover) atau peningkatan sintesisi purin
(karena defek enzim-enzim atau mekanisme umpan balik inhibisi yang
berperan). Penurunan sekresi asam urat secara idiopatik (tidak diketahui
secara pasti penyebabnya) dan sekunder (gagal ginjal). Pembentukan
berlebihan atau penurunan ekskresi asam urat (keduanya). Peningkatan kadar
asam urat serum dapat menyebabkan penimbunan asam urat di sendi dalam
bentuk kristal mononatrium urat, penyumbatan dalam tubulus ginjal , dan
nefropati gout serta Inflamasi (fagositosis terhadap kristal) mengaktifkan
mediator respon peradanga. Mengaktifkan sel sinovium dan sel tulang rawan
pada protease (cedera jaringan). Peradangan kronis terjadi pada ankilosis,
erosi tulamg rawan, fibrosis sinovium , tofus (tendon atau jaringan lunak)
(Muttaqin, 2008)
Pathway Gout Atritis
Sekresi asam urat Produksi asam urat
Genetik
yang berkurang yang berlebihan

Gangguan metabolisme purin

Gout

Hiperurisemia dan serangan


sinovitis akut berulang-ulang

Penimbunan kristal urat


monohidrat monosodium

Penimbunan asam urat di korteks Penimbunan kristal pada membran


dan reaksi inflamasi pada ginjal siovia dan tulang rawan artikular

Terjadi halinisasi dan fibrosis Erosi tulang rawan, proliferasi


pada gromerulus sinovia dan pembentukan panus

Pielonefritis, sklerosis anteriolar


Degenerasi tulang rawan sendi
atau nefritis kronis

Terbentuknya batu asam urat, Terbentuknya tonus serta fibrosis


gagal ginjal kronis, hipertensi dan dan ankilosis pada tulang
sklerosis

Perubahan bentuk tubuh pada


tulang dan sendi

1. Nyeri 2. Hambatan 4. Ansietas 3. Gangguan konsep


mobilitas diri, citra diri
fisik
D. Manifestasi Klinik
Menurut (Helmi, 2013), manifestasi klinik gout dibagi atas dua jenis
yaitu artritis gout tipikal dan artritis gout atipikal.
1. Artritis Gout Tipikal
Gambaran klinis sangat khas dengan sifat-sifat sebagai berikut
a. Beratnya serangan artritis mempunyai sifat tidak bisa berjalan,
tidak dapat memakai sepatu dan mengganggu tidur. Rasa nyeri
digambarkan sebagai excruciating pain dan mencapai puncak dalam
24 jam. Tanpa pengobatan pada serangan permulaan dapat sembuh
dalam 3-4 hari.
b. Seperti merah, bengkak, nyeri, terasa panas dan sakit jika
digerakkan. Predileksi pada metetarsophalangeal pertama (MTP-1)
c. Remisi sempurna antara serangan akut
d. Hiperurisemia. Biasanya berhubungan dengan serangan artritis
gout akut, tetapi diagnosis artritis tidak harus disertai hiperurikemia.
Fluktuasi asam urat serum dapat mempresipitasi serangan gout.
e. Faktor pencetus. Faktor pencetus adalah trauma sendi, alkohol,
obat-obatan dan tindakan pembedahan. Biasanya faktor-faktor ini
sudah diketahui penderita
2. Artritis Gout Atipikal
Gambaran klinis yang khas seperti artritis berat, monoartikuler,
dan remisi sempurna tidak ditemukan. Tofi yang biasanya timbul
beberapa tahun sesudah serangan pertama ternyata ditemukan bersama
dengan serangan akut. Jenis atipikal ini jarang ditemukan. Dalam
menghadapi kasus gout yang atipikal, diagnosis harus dilakukan secara
cermat. Diagnosa dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaasn
fungsi cairan sendi dengan melihat kristal urat secara mikroskopik.
Dalam evolusi artritis gout didapatkan 4 fase, yaitu sebagai berikut
(Helmi, 2013) :
1. Artritis gout akut
Manifestasi serangan akut memberikan gambaran yang khas dan dapat
langsung menegakkan diagnosis. Sendi yang paling sering terkena adalah
sendi metatarsophalangeal pertama (75%). Pada sendi yang terkena jelas
terlihat gejala inflamasi yang lengkap.
2. Artritis gout interkritikal
Fase ini adalah fase antara dua serangan akut tanpa gejala klinik.
Walaupun tanpa gejala, kristal mononsodium dapat ditemukan pada cairan
yang di aspirasi dari sendi. Kristal ini dapat ditemukan pada sel sinovia,
pada vakuola, dan pada vakuola sel mononuklear leukosit.
3. Hiperurikemia asimtomatis
Fase ini tidak identik dengan artritis gout. Pada penderita dengan keadaan
ini sebaiknya diperiksa juga kadar kolesterol darah karena peninggian
asam urat darah hampir selalu disertai peninggian kolesterol.
4. Artritis gout menahun dengan tofi
Penimbunan kristal urat dengan subkutan sendi dan terjadi atritis gout
menahun adalah tofi. Tofi biasanya berlangsung lama yaitu antara 5-10
tahun.

E. Pemeriksaan Penunjang
Radiodiagnostik
1. Radiografi untuk mendeteksi adanya klarifikasi sendi.
2. Radiografi didapatkan adanya erosi pada permukaan sendi dan kapsul
sendi (Muttaqin, 2008)

F. Penatalaksanaan
Tujuan terapi arthritis ialah mempertahankan kadar asam urat dalam
serum dibawah 6 mg/dL, nyeri, mengurangi peradangan dan nyeri sendi yang
disebabkan oleh penumpukan kristal monosodium urat monohidrat (jaringan
kartilago, subkutan, dan jaringan paartikular, tulang, ginjal, dan tendon), dan
tujuan terakhirnya adalah mencegah tingkat keparahan penyakit lebih lanjut
karena penumpukan kristal dalam medulla ginjal akan menyebabkan Chronic
Unit Nephroparity serta meningkatkan risiko terjadinya gagal ginjal
dilanjutkan dengan pengontrolan dan penurunan kadar asam urat dalam serum
darah. Melakukan program pengobatan untuk mencegah serangan berualang
seperti obat atau kolkisin dalam dosis rendah. (Muttaqin, 2008).
Konsep Asuhan Keperawatan

A. Data anggota keluarga

berisikan nama kepala kelurga,alamat rumah saat ini,

pekerjaan,agama dan suku, bahasa yang digunakan, layanan

kesehatan,alat transportasi yang dipergunakan,status ekonomi,

TTV yang didapat pada saat pengkajian,imunisasi yang telah

didapatkan.

B. Tahap dan riwayat perkembangan keluarga

a) Tahap perkembangan keluarga saat ini

Tahap perkembangan keluarga tertinggi saat ini dicapai

oleh keluarga, misalnya anggota keluarga terdiri dari lansia,

remaja, balita, maka tahap perkembangan keluarga saat ini

adalah lansia (bila lansia ikut dengan keluarga) tetapi bila

tidak maka tahapannya adalah keluarga dengan remaja.

b) Struktur keluarga

a) Pola komunikasi

Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota

keluarga.

b) Struktur kekuatan keluarga

Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan

mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku.

c) Struktur peran
Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga

baik secara formal maupun informal.

d) Nilai dan norma keluarga

Meliputi data tentang nilai-nilai, norma yang dianut

keluarga, misalnya keluarga menerapkan aturan agar setiap

anggota keluarga sudah berada dirumah sebelum magrib.

C. Fungsi keluarga

a) Fungsi afektif

Gambarananggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki

dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota

keluarga lainnya,

b) Fungsi sosial

Hal yang perlu dikaji bagaimana interaksi atau hubungan

dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar

disiplin, norma, budaya dan perilaku.

c) Fungsi reproduksi

Fungsi reproduksi keluarga berapa jumlah anak, bagaimana

keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga, metode

apa yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan

jumlah anggota keluarga.

d) Fungsi ekonomi

Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang,

pangan dan papan, sejauh mana keluarga memanfaatkan


sumber yang ada di masyarakat dalam upaya peningkatan

status kesehatan keluarga.

D. Kemampuan keluarga melakukan tugas pemeliharaan kesehatan

anggota keluarga

Berisikan mengenai apakah ada anggota keluarga yang

menderta dakit, masalah kesehatan yang dihadapai, mengetahui

tanda dan gejala jika terkena sakit yang diderita, menggali

informasi kesehatan melalui siapa, tindakan apa yang telah

dilakukan untuk yang menderita sakit, pencegahan yang telah

dilakukan.

E. Pola koping keluarga

Berisikan stessor yang dialami pada saat ini apakah

terdapat masalah yang sedang dihadapi oleh kelurga.

F. Data penunjang kelarga

Berisikan mengenai kondisi rumah yang ditinggali, ventilasi

didalam rumah, saluran limbah untuk pembuangan,

kepemilikan jamban serta sumber air yang dipergunakan, rasio

luas rumah yang dihuni, konsumsi makanan yang setiap hari

dikonsumsi, aktivitas merokok serta pengunan zat adiktif.

G. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota

keluarga.Metode yang digunakan pada pemeriksaan fisik tidak

berbeda dengan pemeriksaan fisik di klinik.


H. Analisa data
No Data Etiologi Masalah
1 Data subjective (DS) Merupakan Masalah
merupakan data yang faktor keperawatan
didapatkan dari klien atau penyebab
keluarga.
Data objective (DO)
merupakan data yang
didapatkan dari
pengamatan perawat.

I. Penilaian (skoring)

Proses skoring dilakukan untuk setiap diagnosis keperawatan :

1. Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang dibuat perawat.

2. Skor dibagi dengan skor tertinggi dan dikalikan dengan bobot.

Skor yangdiperoleh
x Bobot
Skortertinggi

3. Jumlahkan skor untuk semua criteriaskor tertinggi adalah 5.

J. Diagnosa keperawatan

Diperoleh dari penilaian klinis tentang pengalaman atau


tanggapan individu, keluarga atau kominitas terhadap masalah
kesehatan.
K. Intervensi
Suatu tindakan yang dilakukan oleh perawat atau petugas
kesehatan guna memperoleh hasil yang ingin dicapai.
L. Implementasi
Berisikan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu mengatasi masalah kesehatan agar
didapatkan kriteria hasil yang diharapkan.
M. Evaluasi
Berisi catatan perkembangan kondisi pasien selama
dilakukan tindakan keperawatan

Asuhan Keperawatan
PENGALAMAN BELAJAR PRAKTIKA
KEPERAWATAN KELUARGA
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
STIKES ICME JOMBANG

Nama Puskesmas No. Register


Nama Perawat Tanggal Pengkajian
PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

A. DATA KELUARGA
Nama Kepala Keluarga Tn. M Bahasa sehari-hari Jawa

Alamat Rumah & Telp Yankesterdekat, Jarak Puskesmas

Pekerjaan Alat transportasi Sepeda Motor

Agama & Suku Islam, Jawa Status Ekonomi

DATA ANGGOTA KELUARGA

N Nama Hub Umur JK Suku Pendidikan Pekerjaan Status TTV Status


o dgn Terakhir Saat Ini Gizi (TB, (TD, Imunisasi
KK BB, BMI) N, S, Dasar
P)
1 Tn.M KK 62 L Jawa SD Buruh 165,55, 120/8 Lengkap
0, 92,
36,2,
22
2 Ny. P AK 52 P Jawa SD Ibu rumah 150,65, 110/9 Lengkap
tanga 0, 80,
36,7,
22
3 An. B AK 18 L Jawa SMP Buruh 165,50 100/7 Lengkap
0, 80,
36,5,
22

LANJUTAN
Status Kesehatan Riwayat Penyakit/
No Nama Alat Bantu/ Protesa
Saat ini Alergi
1 Tn. M Tidak ada Sehat tidak ada keluhan Tidak ada
2 Ny. P Tidak ada Asam urat Tidak ada
3 An. B Tidak ada Sehat tidak ada keluhan Tidak ada
Analisis Masalah Kesehatan INDIVIDU : ________________________________________
B. TAHAP DAN RIWAYAT PERKEMBANGAN KELUARGA
Tahap Perkembangan Klg Saat Ini
Keluarga Tn. M mengalami tahap perkembangan yang baik karenaTn. M mencukupi
kebutuhan yang dobutuhkan anggota keluarga.

Tugas Perkembangan Keluarga :


Keluarga baru menikah:
√ Membina hubungan intim yang memuaskan
√ Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial
√ Mendiskusikan rencana memiliki anak

Keluarga dengan anak remaja


√ Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab mengingat
remaja yg sudah bertambah dewasa dan meningkat otonominya
√ Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga
√ Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua. Hindari
perdebatan, kecurigaan dan permusuhan
√ Perubahan sistem peran dan peraturan utk tumbang keluarga

STRUKTUR KELUARGA
Komunikasi :

√ Baik ( dua arah) Disfungsional (satu arah)

Peran Dalam Keluarga : Ny.P sebagai ibu rumah tangga dan Tn. M sebagai
kepala rumah tangga yang tinggal bersama satu anaknya dalam satu rumah

Peran Formal sebagai :


PNS TNI Petani Swasta
Lain-lain, sebutkan : Buruh

Peran Informal sebagai :


√ Suami/Istri Kakak/Adik Anak/Menantu Mertua
Lain-lain, sebutkan :................................................................
Nilai/Norma : Keluarga Tn.M menanamkan bahwa kesehatan yang
terdapat dalam diri cerminan dari setiap tindakan.

Pengambilan keputusan dalam keluarga : Semua keputusan diambil oleh kepala


keluarga dengan adanya persetujuan dari anggota keluarga.

C. FUNGSI KELUARGA
Fungsi Afektif :
√ Berfungsi Berfungsi sebagian Tdk Berfungsi
Fungsi Sosial :
√ Berfungsi Berfungsi sebagian Tdk Berfungsi
Fungsi Ekonomi :
√ Baik Cukup Baik Kurang Baik

Fungsi Reproduksi : Ny.p mempunyai 2 orang anak dan setelah mempunyai anak yang
ke dua Ny. p mengatakan ikut KB dengan metode suntik.

KEMAMPUAN KELUARGA MELAKUKAN TUGAS PEMELIHARAAN


KESEHATAN ANGGOTA KELUARGA
1) Adakah perhatian keluarga kepada anggotanya yang menderita sakit:
√ Ada  Tidak
karena: Setiap ada anggota keluarga yang sakit Tn.M mengantarkan ke pelayanan kesehatan
terdekat.

2) Apakah keluarga mengetahui masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya :
√ Ya  Tidak
karena: Keluarga tau dikarenakan setiap berobat Tn.m sendiri yang mengantarkan

3) Apakah keluarga mengetahui penyebab masalah kesehatan yang dialami anggota dalam
keluarganya:
 Ya √ Tidak
karena: Ny. p selalu mengeluh sakit pada telapak kaki

4) Apakah keluarga mengetahui tanda dan gejala masalah kesehatan yang dialami anggota
dalam keluarganya :
 Ya √ Tidak
karena: Ny. P selalu mengeluh kram dan kebas setiap saat tetapi dianggap hal bia
5) Apakah keluarga mengetahui akibat masalah kesehatan yang dialami anggota dalam
keluarganya bila tidak diobati/dirawat :
 Ya √ Tidak
karena: Karena sakit yang dialami dianggap hal biasa karena usia

6) Pada siapa keluarga biasa menggali informasi tentang masalah kesehatan yang dialami
anggota keluarganya:
 Keluarga  Tetangga , ……………………………………………………………
√ Kader  Tenaga kesehatan,
yaitu, Saat diadakannya posyandu lansia
7) Keyakinan keluarga tentang masalah kesehatan yang dialami anggota keluarganya:
√ Tidak perlu ditangani karena akan sembuh sendiri biasanya
 Perlu berobat ke fasilitas yankes
 Tidak terpikir
8) Apakah keluarga melakukan upaya peningkatan kesehatan yang dialami anggota
keluarganya secara aktif : (bagaimana bentuk tindakan upaya peningkatan kesehatan),
√ Ya  Tidak,jelaskan Ny. P biasanya meminum air rebusan daun alpukat

9) Apakah keluarga mengetahui kebutuhan pengobatan masalah kesehatan yang dialami yang
dialami anggota keluarganya :
√ Ya Tidak
Jelaskan. Ny.P biasanya datang ke posyandu untuk memita obat yang sesuai dengan kejala
sakit yang dialami
10) Apakah keluarga dapat melakukan cara merawat anggota keluarga dengan masalah
kesehatan yang dialaminya: √ Ya Tidak
jelaskan, Selalu meningatkan dalam berhati dalam masalah makan
11) Apakah keluarga dapat melakukan pencegahan masalah kesehatan yang dialami anggota
keluarganya:
√ Ya  Tidak,
jelaskan, Melakukan pencegahan secara sederhana dengan meminum air rebusan daun
alpukat

12) Apakah keluarga mampu memelihara atau memodifikasi lingkungan yang mendukung
kesehatan anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan :
 Ya √ Tidak,
jelaskan, Karena setiap anggota keluarga sibuk bekerja
13) Apakah keluargamampumenggali dan memanfaatkansumber di
masyarakatuntukmengatasimasalahkesehatananggotakeluarganya:
√ Ya  Tidak,
jelaskan, Ny.P sering bertanya ketetangga dengan keluhan sakit yang sama

POLA KOPING KELUARGA


Stressor yg dihadapi keluarga : Ny.P Merasa tidak nyaman dengan sakit yang sedang
dialami saat ini
Mekanisme koping : √ adaptif maladaptif
Jelaskan : Ny.P Menyadari bahwa kesehatan adalah halutama dalam
kehidupan

DATA PENUNJANG KELUARGA


Rumah dan Sanitasi Lingkungan PHBS Di Rumah Tangga
 Kondisi Rumah  Jika ada Bunifas, Persalinan ditolong oleh tenaga
Type rumah : permanen/semi permanen* kesehatan :
Lantai : Semen (plester) Ya/
Kepemilikan rumah : sendiri / sewa* Tidak* ............................................................................
 Jika ada bayi, Memberi ASI ekslusif : Ya/ Tidak*
 Ventilasi :  jika ada balita, Menimbang balita tiap bln :
Baik (10-15% dari luas lantai): ya/tidak* Ya/
Jendela setiap hari dibuka: ya/tidak* Tidak* .............................................................................
Jendela rumah selalu dibuka .
 Menggunakan air bersih untuk makan & minum:
PencahayaanRumah : Ya/ Tidak*, Air berasal dari sumur
Baik/ Tidak*  Menggunakan air bersih untuk kebersihan diri:
Pencahayaan baik dibantu dengan genteng Ya/ Tidak* , Air berasal dari sumur
kaca  Mencuci tangan dengan air bersih & sabun :
Ya/ Tidak*, didepan rumah terdapat tempat untuk
 Saluran Buang Limbah : cuci tangan
Tertutup/terbuka*  Melakukan pembuangan sampah pada tempatnya :
Ny.P Mengatakan untuk pembuangan Ya/ Tidak, Mempunyai temapt sampah sendiri di
limbah terdapat selokan kecil belakang rumah
 Menjaga lingkungan rumah tampak bersih
Air Bersih : ya/tidak, setiap hari rumah disapu
Sumber air bersih: sumur/PAM/sungai/lain-
lain*,  Mengkonsumsi lauk dan pauk tiap hari :
sebutkan. Sumur Ya/ Tidak*,menu makanan setiap hari berganti ganti
Kualitas air: Bersih
 Menggunakan jamban sehat :
 Jamban Memenuhi Syarat : Ya/ Tidak*, mengguankan njamban leher angsa
Kepemilikan jamban : ya/tidak*
Jenis jamban : leher angsa/cemplung*  Memberantas jentik di rumah sekali seminggu :
Jarak septic tank dengan sumber air : 10M Ya/ Tidak* (menguras, mengubur, menutup)
Setiap 1 minggu sekali bak mandi dikuras
 Tempat Sampah:
Kepemilikan tempat sampah ;Ya/Tidak*  Makan buah dan sayur setiap hari : Ya/ Tidak*, menu
Jenis : Tertutup/Terbuka * sayur setiap hari selalu terhidang
Tempat sampah berada dibelakang rumah
dan selalu dibakar  Melakukan aktivitas fisik setiap hari : Ya/ Tidak*,
aktivitas yang dilakukan beripa menyapu halaman
 Rasio Luas Bangunan Rumah dengan rumah
Jumlah
Anggota Keluarga (8m2/orang) Ya/Tidak * Tidak merokok di dalam rumah  : Ya/ Tidak*, Tn. M
Rumah yang ditempati sangat sempit merokok didalam rumah setiap hari
sampai tempat tidur didepan tv Penggunaan alkohol dan zat adiktif : ya/tidak
KEMANDIRIAN KELUARGA
Kriteria :
1. Menerima petugas puskesmas Kemandirian I : Jika memenuhi kriteria 1&2
2. Menerima yankes sesuai rencana Kemandirian II : jika memenuhi kriteria 1 s.d 5
3. Menyatakan masalah kesehatan secara benar
Kemandirian III : jika memenuhi kriteria 1 s.d
4. Memanfaatkan faskes sesuai anjuran
5. Melaksanakan perawatan sederhana sesuai 6
anjuran Kemandirian IV : Jika memenuhi kriteria 1 s.d
6. Melaksanakan tindakan pencegahan secara
7
aktif
7. Melaksanakan tindakan promotif secara aktif
Kategori :
Kemandirian I Kemandirian II

Kemandirian III Kemandirian IV


PENGKAJIAN FISIK INDIVIDU SEBAGAI BERIKUT :


AnggotaKeluarg 1 2 3 4 5 Luka Tidak
a Mukosa mulut Tidak
Nyeri spesifik: kering
Lokasi lutut Kapiler refil time Tidak
Tipe 2 lebih 2 detik
Durasi 5-10 Sistem 1 2 3 4 5
Pernafasan
menit Stridor Tidak
Intensitas Hilang Wheezing Tidak
timbul Ronchi Tidak
Status mental: 1 2 3 4 5 Akumulasi Tidak
Bingung Tidak sputum
Cemas Tidak Sistem 1 2 3 4 5
Disorientasi Tidak perkemihan:
Depresi Tidak Disuria Tidak
Menarik diri Hematuria Tidak
Sistem 1 2 3 4 5 Frekuensi Tidak
integumen: Retensi Tidak
Cianosis Tidak Inkontinensia Tidak
Akral Dingin Tidak Sistem 1 2 3 4 5
Diaporesis Tidak muskuloskeletal
Jaundice Tidak Tonus otot kurang Tidak
Paralisis Tidak
Hemiparesis Tidak

ROM kurang Tidak


Gangg.Keseimb Tidak
Sistem 1 2 3 4 5
pencernaan:
Intake cairan Tidak
kurang
Mual/muntah Tidak
Nyeri perut Tidak
Muntah darah Tidak
Flatus Tidak
Distensi abdomen Tidak
Colostomy Tidak
Diare Tidak
Konstipasi Tidak
Bising usus Tidak
Terpasang Sonde Tidak
Sistem 1 2 3 4 5
persyarafan:
Nyeri kepala Tidak
Pusing Tidak
Tremor Tidak
Reflek pupil Tidak
anisokor
Paralisis : Lengan Lutut
kiri/ Lengan kaki
kanan/ Kaki kiri/ kanan
Kaki kanan terasa
nyeri dan
ksemuta
n
Anestesi daerah Tidak
perifer
Riwayat 1 2 3 4 5
pengobatan
Alergi Obat Tidak
Jenis obat yang Tidak
dikonsumsi

Pemeriksaan
1 2 3 4 5
Laboratorium
GDP/2JPP/acak
Asam Urat 6,9
Cholesterol
Hb
PEMERIKSAAN PENUNJANG
B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN KELUARGA
I. Analisis dan sistesis data
NO DATA DIAGNOSIS
1. DS : Nyeri akut
Ny. P mengatakan terkadang kakinya nyeri di bagian kaki
dan terkadang hilang timbul skala nyeri 4, seperti
kesemutan, dengan durasi 5-6 menit

DO :
1. Menunjukkan kaki yang sakit
2. Ekspresi wajah meringis

2. DO : Hambatan Mobilitas Fisik


Ny. P mengatakan terkadang susah untuk melakukan
aktivitas jika nyeri datang. Dan susah untuk bergerak

DO :
Ny.P mengatakan dengan ekspresi meringis memegang
kaki

II. Penilaian (scoring) diagnosis keperawatan


a) Nyeri Akut
Kriteria Bobot Total Pembenaran

Sifat masalah: Ny.P mengatakan merasa nyeri pada kaki

Aktual (3)
3x 1
1 =1
3
Risiko (2)

Potensial (1)

Kemungkinan diubah: Ny. P merasa dan meyakinkan bahwa


kemungkinan untuk mengubah hidupnya
Mudah (2) itu bisa dan mudah asal tahu bagaimana
2x 2 caranya.
2 =2
2
Sebagian (1)

Tidak dapat (0)

Potensial dicegah : 1 3x 1 Ny.P mengatakan penyakitnya dapat


=1 dicegah jika mengurangi makanan yang
3
Tinggi (3)
Cukup (2) dapat meningkatkan rasa nyeri.

Rendah (1)

Menonjolnya masalah : Ny.P merasa tidak terlalu menjadi prioritas


jika sakit masih bisa di tangani dan dapat
Membutuhkan dicegah.

perhatian segera (2)


1x 1 1
Tidak membutuhkan 1 =
2 2
perhatian (1)

Masalah tidak
dirasakan (0)

Total Skor 1
4
2

b) Hambatan Mobilitas Fisik


Kriteria Bobot Total Pembenaran

Sifat masalah: Ny.P mengatakan terkadang susah untuk


melakukan aktivitas jika nyeri datang
Aktual (3)
2x 1 2
1 =
3 3
Risiko (2)

Potensial (1)

Kemungkinan diubah : Ny.P mengatakan sedikit susah mengubah


perilakunya karena belum tau apa penyebab
Mudah (2) nyerinya.
1x 2
2 =1
2
Sebagian (1)

Tidak dapat (0)

Potensial dicegah : Ny.P mengatakan kemungkinan di cegah


sangat besar jika nyeri dapat di atasi
Tinggi (3)
3x 1
1 =1
3
Cukup (2)

Rendah (1)

Menonjolnya 1 2x 1 Ny.P mengatakan ingin segera dapat


=1 beraktivitas fisik secara normal.
masalah : 2

Membutuhkan
perhatian segera (2)

Tidak membutuhkan
perhatian (1)

Masalah tidak
dirasakan (0)

Total 2
3
3

III. Prioritas diagnosis keperawatan


No. Diagnosa Skor
1. Nyeri Akut 1
4
2
2. Hambatan Mobilitas Fisik 2
3
3
C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI
KEPERAWATAN HASIL
Nyeri Akut Berhubungan Setelah dilakukan tindakan Pain Management
dengan agen cidera biologis keperawatan selama .......x24 1. Kaji tingkat nyeri,meliputi :
jam, diharapakan nyeri lokasi, karakteristik, dan
berkurang dengan kriteria: onset, durasi, frekuensi,
Kontrol Nyeri kualitas, intensitas beratnya
a. Mengenal faktor nyeri, faktor-faktor
penyebab presipitasi
b. Mengenal reaksi 2. Kontrol faktor-faktor
serangan nyeri lingkungan yang dapat
c. Mengenali gejala nyeri mempengaruhi respon
d. Melaporkan nyeri pasien terhadap
terkontrol ketidaknyamanan
3. Berikan informasi tentang
nyeri
4. Ajarkan teknik relaksasi
5. Tingkatkan tidur/istirahat
yang cukup
6. Turunkan dan hilangkan
faktor yang dapat
meningkatkan nyeri
7. Lakukan teknik variasi
untuk mengurangi nyeri.

Hambatan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan


b.d nyeri persendian keperawatan selama .......x24 1. Kaji perubahan persepsi dan
jam, diharapakan tingkat hubungannya dengan derajat
aktivitas dapat bertambah ketidakmampuan
dengan kriteria: 2. Ingatkan kembali realitas
Tingkat Aktivitas bahwa masih dapat
1. Klien ikut dalam program menggunakan sisi yang sakit
latihan. dan belajar mengontrol sisi
2. Tidak mengalami yang sehat
kontraktur sendi. 3. Bantu dan anjurkan perawatan
3. Kekuatan otot bertambah. yang baik dan memperbaiki
4. Klien menunjukkan kebiasaan
tindakan untuk 4. Anjurkan orang terdekat
meningkatkan mobilitas. untuk mengizinkan klien
5. Mempertahankan melakukan sebanyak mungkin
koordinasi optimal. hal yang dirinya sendiri
5. Bersama klien mencari
alternatif koping yang positif
6. Dukung perilaku atau usaha
peningkatan minat atau
partisipasi dalam aktivitas
rehabilitasi
7. Kolaborasi dengan ahli
neuropsikologi dan konseling
bila ada indikasi

D. IMPLEMENTASI
HARI, DIAGNOSIS IMPLEMENTASI PARAF
TANGGAL KEPERAWATAN
DAN WAKTU
Kamis, 3 Nyeri Akut 1. Mengobservasi tanda tanda
Desember 2020 yang menyebabkan nyeri
pada lutut
2. Mengajarkan teknik
relaksasi nafas dalam
3. Mengajarkan kompres
hangat untuk mengurangi
rasa nyeri

Jum’at, 4 Nyeri Akut 1. Mengevaluasi tindakan yang


Desember 2020 telah diajarkan
2. mengobservasi nyeri yang
dirasakan berkurang atau
bertambah.

E. EVALUASI

HARI, TANGGAL NO. DIAGNOSIS EVALUASI


DAN WAKTU KEPERAWATAN
Kamis, 3 Desember Nyeri Akut S : Ny. P mengatakan terkadang
2020 kakinya nyeri di bagian kaki dan
terkadang hilang timbul skala nyeri
4, seperti kesemutan, dengan durasi
5-6 menit.
O: Pasien meringis, menahan sakit
TD : 95/100 mmHg
N : 80 x/menit
S: 36,6C
P : 24 x/menit
A : Masalah belum teratasi
P:
1. Mengajarkan teknik relaksasi dan
kompres hangat pada pasien

2. Kolaborasi dengan tim medis


lainnya

Nyeri Akut

Jum’at, 4 Desember S : Melakukan hubungan bina saling


2020 percaya ke pasien atau keluarga
pasien
O : Melakukan pemeriksaan tanda tanda
vital:
TD : 120/80 mmHg
S : 36,5C
N : 80 x/menit
RR : 24 x/menit
A: Masalah teratasi
P:
1.Beri edukasi mengenai nyeri dan cara
penangannanya
2.ntervensi dihentikan
DAFTAR PUSTAKA

Abiyoga, Aries. 2017. Faktor-Faktor Berhubungan Dengan Kejadian Gout Pada Lansia Di
Wilayah Kerja Puskesmas Situraja. Jurnal Darul Azhar. 2(1). 47-56
Diantari, E dan Aryu Candra. 2013. Pengaruh Asupan Purin Dan Cairan Terhadap Kadar
Asam Urat Wanita Usia 50-60 Tahun Di Kecamatan Gajah Mungkur,
Semarang. Journal Of Nutrition College. 2(1). 44-49
Friedman, M. 2010. Buku Ajar Keperawatan keluarga : Riset, Teori, dan Praktek. Edisi ke-5.

Harmoko. (2012 ). Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogjakarta: Pustaka Pelajar.

Ignatavicius, Donna D & M. Linda Workman. 2013. Medical Surgical Nursing Patient
Centered Collaborative Care : 7th Edition. St. Louis: Elevesier
Ilkafah. 2017. Efektivitas Daun Sirsak Dalam Menurunkan Nilai Asam Urat Dan Keluhan
Nyeri Pada Penderita Gout Di Kelurahan Tamalanrea Makassar. Jurnal Ilmiah
Farmasi. 6(2).22-29
Indasari, R. N. 2016. Pengetahuan Penderita Gout Atritis Tentang Terapi Olahraga Gout
Atritis. Jurnal AKP. 7 (2). 22-29
Meiner, Sue.E. 2011. Gerontologic Nursing Fourth Edition. St.Louis : Elesevier
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta : EGC.
Putra, Tjokorda Raka. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta : EGC
Risnanto dan Uswatun Insani. 2014. Buku Ajar Asuhan Medikal Bedah ; Sistem
Muskuloskeletal. Yogyakarta : Deepublish
Susanto, T. (2012). Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Aplikasi Teori Pada Praktik asuhan
keperawatan Keluarga. Jakarta: Trans Info Media.

Suharto, (2007). Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan Keperawatan


Transkurtural. Jakarta : EGC

Suprajitno, (2015). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC

Widyanto, F. W., dkk. 2014. Atritis Gout dan perkembangannya. Journal e-Biomedik. 10(2).
145 - 152

Anda mungkin juga menyukai