Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTEK KONSELING GIZI

(KASUS HIPERTENSI)

OLEH
Gita Pratiwi Basar
K211 16 006

PROGRAM STUDI ILMU GIZI


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahanrahmat dan kasih‐Nya, atasanugerah hidup dan kesehatan yang telah kita
terima, serta petunjuk‐Nya sehingga memberikan kemampuandan kemudahan
bagi penulis dalam penyusunan Laporan ini.
Didalam Laporan ini penulis mengangkat pelaksanaan konseling untuk
kasus hipertensi yangdilakukan oleh seorang konselor mahasiswa gizi dengan
didampingi seorang mahasiswa gizi.Dalam pelaksanaan konseling, konselor
memberikan input kepadaklien sementara pendamping memberikan masukan
kepada konselor untuk meningkatkan kualitas konselingpada sesi-sesi selanjutnya.
Konseling dilaksanakan selama empat sesi di tempat dan waktu yang
disepakatiantara konselor dan klien.
Harapan kami, semoga laporan ini membawa manfaat bagi kita, setidaknya
untuk memberikangambaran proses konseling yang diberikan kepada masyarakat
yang mengalami suatu masalah giziPengalaman yang diperoleh selama proses
konseling berlangsung juga memberikan pelajaran yang sangatberharga untuk
meningkatkan kompetensi konselor di masa akan datang. Tidak lupa penulis
ucapkan terimakasih kepada semua pihak atas kerjasama dan dukungannya.

Makassar , Desember 2018

Penulis
1.1 Latar Belakang
Hipertensi adalah penyakit yang didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah
secara menetap (Dipiro, dkk., 2011). Umumnya, seseorang dikatakan mengalami
hipertensi jika tekanan darah berada di atas 140/90 mmHg. Hipertensi dibedakan
menjadi dua macam, yakni hipertensi primer (esensial) dan hipertensi sekunder.
Hipertensi dipicu oleh beberapa faktor risiko, seperti faktor genetik, obesitas,
kelebihan asupan natrium, dislipidemia, kurangnya aktivitas fisik, dan defisiensi
vitamin D (Dharmeizar, 2012). Prevalensi hipertensi yang terdiagnosis dokter di
Indonesia mencapai 25,8% dan Yogyakarta menduduki peringkat ketiga prevalensi
hipertensi terbesar di Indonesia. Tingkat prevalensi hipertensi diketahui meningkat
seiring dengan peningkatan usia dan prevalensi tersebut cenderung lebih tinggi pada
masyarakat dengan tingkat pendidikan rendah atau masyarakat yang tidak bekerja
(Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013).
Hipertensi merupakan salah satu faktor resiko utama yang menyebabkan
serangan jantung dan stroke, yang menyerang sebagian besar penduduk dunia.
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana dijumpai tekanan darah 140/90 mmHg atau
lebih untuk usia 13 – 50 tahun dan tekanan darah mencapai 160/95 mmHg untuk usia
di atas 50 tahun. Pengukuran tekanan darah minimal sebanyak dua kali untuk lebih
memastikan keadaan tersebut (WHO, 2005). Menu rut American Heart Association
{AHA}, penduduk Amerika yang berusia diatas 20 tahun menderita hipertensi telah
mencapai angka hingga 74,5 juta jiwa, namun hampir sekitar 90-95% kasus tidak
diketahui penyebabnya. Hipertensi dapat dikelompokan menjadi dua jenis, yaitu:
Hipertensi primer atau essensial dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer adalah
hipertensi yang tidak atau belum diketahui penyebabnya. Hipertensi primer
menyebabkan perubahan pada jantung dan pembuluh darah. Sedangkan hipertensi
sekunder adalah hipertensi yang disebabkan atau sebagai akibat dari adanya penyakit
lain dan biasanya penyebabnya sudah diketahui, seperti penyakit ginjal dan kelainan
hormonal atau pemakaian obat tertentu (Anggraini, 2009).
Prevalensi hipertensi pada penderita perempuan lebih tinggi, yaitu 37%,
sedangkan pria 28%. Prevalensi hipertensi di negara-negara maju cukup tinggi, yaitu
mencapai 37%. Sementara di negara-negara berkembang 29,9% (WHO, 2005). Di
Indonesia prevalensi hipertensi tahun 2007 mencapai 31,7% dari total jumlah
penduduk dewasa, lebih tinggi jika dibandingkan dengan Singapura yang mencapai
27,3%, Thailand dengan 22,7% dan Malaysia mencapai 20% (Riskesdas, 2007).
Prevalensi di daerah Jawa dan Bali sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan kawasan
Sumatra dan kawasan Indonesia timur (SKRT, 2001).
Di Indonesia hasil riset kesehatan dasar melaporkan bahwa hipertensi berada
pada peringkat tertinggi dari 5 penyakit tidak menular di Indonesia dengan prevalensi
sebesar 31,7% pada riskesda tahun 2007, kemudian menurun pada tahun 2013
menjadi 25,8% (Balitangkes RI,2013). Ada beberaa klasifikasi dan pedoman
penanganan hipertensi yaitu menurut World Healt Organization (WHO) dan
International Society of Hypertension (ISH), dari European Society of Hypertension
(ESH), bersama European Society of Cardiology, British Hypertension Society
(BSH) serta Canadian Hypertension Education Programme (CHEP), tetapi yang
umum digunakan adalah Joint Committee (JNC).
Klasifikasi tekanan darah untuk orang dewasa menurut Jnc-7

Klasifikasi Tekanan Tekanan Sistolik Tekanan Diastolik


Darah (Mmhg) (Mmhg)
Normal <120 Dan <80
Prehipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi stadium I 140-159 Atau 90-99
Hipertensi stadium II ≥160 Atau ≥100

Hipertensi adalah suatu kondisi ketika terjadi peningkatan tekanan darah secara
kronis, dan dalam jangka panjang yang menyebabkan kerusakan organ serta
akhirnya meningkatkan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian
(mortalitas). Penyebab hipertensi yang dapat diubah ,antara lain : berat badan,
aktivitas fisik, stress, kebiasaan merokok, minm alkohol, dan asupan makan tidak
sehat seperti makanan tinggi garam tetapi kurang sayuran dan buah-buahan.
Kebiasaan merokok dan keadaan sering terpapar asap rokok terbukti berpengaruh
terhadap peningkatan tekanan darah. Warga yang merokok memiliki risiko
peningkatan tekanan darah tujuh kali lebih besar daripada warga yang tidak merokok
atau terpapar asap rokok. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang
menyebutkan adanya hubungan bermakna antara merokok dengan peningkatan
tekanan darah (Anggara dan Prayitno, 2013). Konsumsi makanan tinggi garam dan
lemak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan tekanan darah.
Warga yang mengonsumsi makanan tinggi garam dan lemak memiliki risiko
peningkatan tekanan darah 7,429 kali lebih besar daripada warga yang tidak
mengonsumsi makanan tinggi garam dan lemak. Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian sebelumnya yang menyebutkan adanya hubungan bermakna antara
makanan tinggi garam dengan peningkatan tekanan darah (Anggara dan Prayitno,
2013).
Faktor risiko hipertensi lainnya adalah asupan mikronutrien yang tidak seimbang,
salah satunya adalah ketidakseimbangan rasio kalsium magnesium. Keseimbangan
rasio kalsium magnesium digunakan sebagai anti aritmia jantung yang dapat
mencegah terjadinya hipertensi. Asupan kalsium yang berlebihan dan magnesium
yang defi sit dapat mengakibatkan hipertrofi ventrikular jantung, disfungsi endothel,
dan vasokontriksi yang memicu terjadinya hipertensi (Cunha, et al, 2011). Sebagai
perelaksasi vaskular, magnesium dibutuhkan juga dalam jumlah yang seimbang
dengan kalsium. Keseimbangan yang dianjurkan antara kalsium magnesium adalah
2:1 (WHO, 2009).
Diet yang tidak tepat terkait asupan makronutrien dan mikronutrien merupakan
salah satu faktor risiko hipertensi. Salah satu makronutrien yang dapat
mengakibatkan hipertensi adalah lemak. Asupan lemak yang berlebihan cenderung
dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit hipertensi. Asupan lemak yang
berlebih di dalam tubuh dapat meningkatkan kadar LDL (Low Density Lipoprotein)
yang jika berlebihan dapat mengakibatkan aterosklerosis yang dapat mengakibatkan
hipertensi (Price dan Wilson, 2006). Lidiyawati dan Kartini (2014) mengemukakan
bahwa konsumsi asam lemak jenuh yang berlebihan atau ≥10% dapat cenderung
meningkatkan risiko hipertensi. Konsumsi asam lemak jenuh atau SAFA (Saturated
Fatty Acid) berlebihan dapat mengakibatkan aterosklerosis yang berkaitan dengan
resistensi pembuluh darah dan menimbulkan hipertensi (Agustini, 2013).
Faktor gizi yang sangat berhubungan dengan terjadinya hipertensi melalui
beberapa mekanisme (Purba,2003). Berbagai bukti- bukti ilmiah mendukung konsep
bahwa berbagai faktor gizi sangat mempengaruhi tekanan darah. Aterosklerosis
merupakan penyebab utama terjadinya hipertensi yantg berhubungan dengan diet
seseorang. Faktor usia juga berperan karena pada lanjut usia pembuluh darah
cenderung menjadi kaku dan elastisitasnya berkurang. Modifikasi diet seperti
mengurangi asupan garam, penurunan berat badan pada orang gemuk, peningkatan
asupan kalium dari sayur dan buah, serta asupan biji-bijian seperti pola Dietery
Approach to Stop hypertension (DASH diet) telah terbukti sebagai strategi efektif
mengontrol tekanan darah (Heller,2016: Karanja dkk.,1999)
1.2 Tujuan Konseling
a. Tujuan umum
Membantu klien dalam menyelesaikan masalah hiertensi yang dialaminya serta
meningkatkan kemampuan konselor dalam melakukan konseling.
b. Tujuan khusus
1. Sebagai bentuk pendampingan bagi konselor pemula untuk melakukan
konseling degan tepat
2. Menyadarkan klien bahwa kondisinya saat ini dalam keadaan yang kurang
baik.
3. Mengubah persepsi klien bahwa kebiasaannya selama ini kurang tepat.
4. Menyadarkan klien untuk menerapkan pola hidup sehat
5. Klien mampu mengatasi sendiri masalah yang dihadapinya
1.3 Prosedur konseling
Proses konseling diadakan di rumah klien. Ruangan tempat konseling cukup privasi
(ruang tamu) dan telah memenuhi standar kenyamanan sehingga konseling
berlangsung aman dan tidak ada gangguan keributan. Proses konseling dilakukan
selama 3 kali pertemuan. Pertemuan pertama pada tanggal 23 oktober 2018,
pertemuan kedua pada tanggal 30 oktober 2018, dan pertemuan ketiga pada tanggal 7
november 2018.
1.4 Hasil kegiatan
Pertemuan I
Nama konselor : Gita Pratiwi Basar
Nama pendamping :-
Tanggal kegiatan konseling : 23 oktober 2018
Tempat kegiatan konseling : Kediaman Klien
Lama konseling berlangsung : ± 25 menit

Identitas klien
- Nama : Ny. S
- Jenis kelamin : Perempuan
- Umur : 41 tahun
- Pekerjaan : Wirausaha
- Daignosa penyakit/masalah gizi : Hipertensi

A. Pengkajian gizi
1. Data Antropometri
- Berat badan : 50 kg
- Tinggi badan : 147 cm
- IMT = BB
TB2(m2)
= 50 kg
2,1609
= 23,13 kg/m2
- Status gizi : Overweight (WHO WPR/IASO/IOTF dalam The
Asia-Pacific Perspective: Redefining Obesity & its
Treatment (2000).
- BBI : 42,3 kg
2. Pemeriksaan laboratorium :-
3. Pemeriksaan fisik/klinis :
- Pusing, mudah lelah, sering tegang bagian pundak
- Tekanan darah : 130/90 mmHg
4. Riwayat makan klien
Asupan zat gizi sebelum intervensi
Energi Protein Lemak KH
Asupan 872,1 37,4 16,5 140,2
Kebutuhan 1.342 50,32 37,28 201,3
% kebutuhan 64% 74% 44% 69%

Kebiasaan makan klien adalah :


- Makan tidaak teratur
- Frekuensi makan nasi 3x sehari
- Sering makan gorengan (bakwan,tempe) hampir setiap malam/hari
- Suka makan ikan kering racca’ mangga, sayur nangka, telur, labu
kuning, sayur bening,tempe tahu.
- Makan mie instan kadang 2-3x seminggu
5. Riwayat personal klien
- Ibu rumah tangga dan juga bekerja sebagai wirausaha
- Mempunyai 4 orang anak
- Merasa khawatir kepada diri sendiri karena telah mengetahui tentang
penyakit yang dialami.
6. Kebutuhan Energi Klien
Umur : 41 tahun
BBA : 50 kg
TB : 147 cm
BBI : 42,3 kg
IMT : 23,13 kg/m2 (overweight)
Energi Basal = 655 + (9,6 x BBI) + (1,7 x TB) – (4,7 x U)
= 655 + (9,6 x 42,3) + (1,7 x 147) – (4,7 x 41)
= 1.118,28 kkal
TEE = BEE x Fa x Fs
= 1.118,28 x 1,2 x 1
= 1.342
Protein = 15% x 1.342
= 201,3 kkal
= 50,32 gr
Lemak = 25% x 1.342
= 355,5 kkal
= 37,28 gr
Karbohidrat = 60% x 1.342
= 805,2 kkal
= 201,3 gr

Pertemuan II
Nama konselor : Gita Pratiwi Basar
Nama Pendamping :-
Tanggal Kegiatan Konseling : 30 Oktober 2018
Tempat Kegiatan Konseling : Kediaman Klien
Lama Konseling Berlangsung : ± 20 menit
B. Diagnosa Gizi
1. Domain Intake

Problem Etiologi Sign


(1) Asupan energi Asupan energi kurang dari Asupan energi = 872
kurang ( NI.1.2) kebutuhan. Hal ini kkal (64%)
disebabkan karena faktor
psikolgi dan fisiologis
ditandai dengan kecemasan
klien terhadap penyakit yang
dialami sehingga sangat
membatasi asupan makanan.
(2) Inadequate fat Menurunnya asupan lemak Asupan lemak = 16,5
intake (NI- disebabkan karena faktor kkal (44%)
5.6.1) psikologis yaitu makan yang
tidak teratur
(3) Inadequate Asupan protein kurang dari Asupan protein =37,4
protein intake kebutuhan, hal ini disebabkan kkal (74%)
(NI-5.7.1) karena adanya pemilihan
makanan secara spesifik dan
kurangnya pengetahuan
tentang makanan.
(4) Asupan Asupan karbohidrat yang Asupan karbohidrat =
karbohidrat tidak sesuai disebabkan 140,2 (69%)
yang tidak karena adanya gangguan pola
sesuai (NI- makan.
5.8.3)

2. Domain Klinik
-
3. Domain Perilaku

Problem Etiologi Sign


(1) Kurangnya Kurangnya pengetahuan yang Ditandai dengan asupan
pengetahuan tidak tepat tentang makanan yang tidak sesuai dengan
berhubungan kebutuhan
dengan
makanan
(NB.1.1)
(2) Pola makan Berkaitan dengan Ditandai dengan intake
yang salah kebiasaan makan tidak makanan menunjukkan
(NB.1.2) untuk memenuhi zat gizi ketidakseimbangan zat
gizi/ jenis bahan
makanan tertentu.

C. Pengambilan Keputusan
1. Kondisi Masalah Yang Dihadapi
a. Hipertensi
b. Kurangnya asupan Energi, Protein, Lemak dan Karbohidrat
2. Daftar Kehendak atau Pilihan Keputusan
a. Mengatur pola makan, dalam hal ini meningkatkan asupan energi namun tetap
memperhatikan zat gizinya
b. Mengonsumsi buah dan sayur
3. Konsekuensi Tiap Pilihan
a. Mengurangi makanan yang dapat meningkatkan tekanan darah
Positif :
- Tekanan darah tidak naik
Negatif :
- Klien merasa makanannya dibatasi
b. Meningkatkan asupan sayuran
Positif :
- Memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral
- Membantu mengurangi penyerapan lemak
- Melancarkan pencernaan
Negatif :
- Butuh waktu untuk memilih makanan yang sesuai
4. Keputusan klien
Klien akan berusaha memenuhi asupan yang kurang dengan mengatur pola makan
dan menghindari makanan yang akan memicu naiknya tekanan darah.

Pertemuan III
Nama konselor : Gita Pratiwi Basar
Nama Pendamping :-
Tanggal Kegiatan Konseling : 7 november 2018
Tempat Kegiatan Konseling : Kediaman Klien
Lama Konseling Berlangsung : ± 20 menit
D. Monitoring Dan Evaluasi
1. Monitoring Diet
Dari hasil monitoring yang telah dilakukan, setelah diintervensi menunjukkan
bahwa klien mulai mengubah pola makan dan sudah mencoba untuk mengatur
pola makannya. Namun, klien mengatakan bahwa hal tersebut agak sulit karena
pekerjaan yang dilakukannuya. Klien juga sudah mengurangi makanan yang bisa
membuat tekanan darahnya naik, seperti makanan makanan asin.
2. Evaluasi
Secara umum, klien menunjukkan perkembangan yang positif. Untuk mengubah
kebiasaan seseorang memang memerlukan ketelatenan dan butuh proses secara
bertahap. Dalam hal ini, klien memiliki progres yang baik dan semoga bisa
ditingkatkan.
E. Masalah Yang Dihadapi
Selama proses konseling berlangsu, konselor tidak menghadapi masalah
karena klien memberikan tanggapan yang positif dan dapat mematuhi segala
keputusan yang diambil.
LAMPIRAN LEMBAR PENILAIAN KONSELOR
PENILAIAN TERHADAP KONSELOR

Lembar penilaian ini akan membantu Anda dalam menilai pengetahuan, sikap, dan perilaku yang anda miliki dalam empat area
Kompetensi Konseling. Untuk mengevaluasi keterampilan konselor, pendapimng atau pengamat melakukan penilaian pada setiap area
kompetensi dengan menuiskan komentar pada kolom penilaian yang tersedia.

NAMA KONSELOR : Gita Pratiwi Basar


NAMA PENDAMPING : -
AREA KOMPETENSI PENILAIAN

I. PEMANTAPAN HUBUNGAN BAIK


1. Konselor yakin bahwa lingkungan konseling Ya, karena konseling berlangsung di kediaman klien tanpa gangguan kebisingan.
terasa nyaman dan pribadi.

2. Konselor melakukan kontak mata secara Ya, konselor melakukan kontak mata secara wajar ketika berbicara.
wajar.
Ya, konselor yakin dengan ekspresi muka untuk menunjukkan perhatian dan minat
3. Ekspresi muka Konselor menunjukkan mengenai masalah klien.
perhatian, minat, dan penerimaan.

4. Sikap/ gerak tubuh Konselor menunjukkan Ya, konselor bersikap penuh perhatian dengan menganggukkan kepala.
perhatian, minat, dan penerimaan.
5. Konselor memperhatikan tanda-tanda/ Tidak, kadang kala konselor tunduk untuk menulis. Tetapi, konselor
aspek-aspek non verbal klien (gerak-gerik, memperhatikan bagimana sikap dan reaksi klien, bagaimana klien menekan
sikap, reaksi tubuh, nada & aspek-aspek suaranya, dsb.
tekanan suara)
6. Konselor memperhatikan tanda-tanda verbal Ya, konselor memperhatikan tanda-tanda verbal klien
klien (isi kata-kata).
7. Ucapan Konselor menunjukkan perhatian, Ya, konselor berusaha memahami dan bersikap terbuka kepada klien
minat dan penerimaan serta keterlibatan
Konselor pada masalah klien
8. Postur tubuh Konselor wajar, santai dan penuh Ya, konselor bersikap santai tetapi tetap serius mendengarkan klien.
perhatian.
Ya, konselor dapat berbicara secara lancar dan mengalir, hal ini disebabkan antara
9. Konselor dapat mengatasi kemacetan klien dan konselor telah terjalin hubungan yang cukup akrab sebelumnya.
pembicaraan secara tepat

Ya, konselor bertanya mengenai apa yang dirasakan, apa kendala yang selama ini
10. Konselor bertanya tentang perasaan-perasaan dirasakan dengan kondisi tubuhnya, bagaimana harapannya, dsb.
klien

Tidak, konselor lupa memberitahukan akan menjamin kerahasiaan klien.


11. Konselor menjamin kerahasiaan klien

Anda mungkin juga menyukai