Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

“CAMPAK”

DISUSUN OLEH :

Kelompok 2

1. Nurhalisa.
2. Suriyanti jerry
3. Meyti gina
4. Anatazya julnike Manuho
5. Irawati
6. Afriyani fauziah
7. Cinta kirana
8. Moh.tri randi
9. Adriansyah
10. Anisa rifdah
11. Giska sakina
12. Samsiar h.abdullah

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


PRODI D3 KEPERAWATAN TOLI TOLI2019/2022

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami persembahkan kepeda Allah Yang Maha Esa, berkat rahmat dan
karunia-Nyalah kami dapat menyelesaikan tugas Kelompok Makalah Asuhan kerawatan, yang di
tugaskan kepeda kami. Yang dimana makalah ini berjudul ASUHAN KEPERAWATAN PADA
ANAK DENGAN PASIEN CAMPAK. Makalah ini kami susun dengan tujuan untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah ”Keperawatan Anak”.

1
Makalah ini juga kami harapkan dapat bermanfaat bagi orang yang berkesempatan
membacanya. Makalah ini kami susun dengan sebaik mungkin dengan menggunakan beberapa
referensi dari beberapa makalah yang bersumber dari google dalam bidang keperawatan anak.

Serta mengajak kita semua agar dapat mengetahui apa saja Peran Perawat dalam hal ini.
Untuk itu kami sangat berharap agar makalah yang kami buat ini dapat digunakan sabagai acuan,
yang positif, serta bermanfaat bagi seluruh masyarakat.

Tolitoli, 29 Agustus 2020

Kelompok 2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………i

DAFTAR ISI………………………………………………………………...ii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………..1

1.1 latar belakang……………………………………………………………..1


1.2 Tujuan penulisan………………………………………………………..2

2
BAB II TINJAUAN TEORI………………………………………………….3

2.1 pengertian campak………………………………………………………5


2.2 etiologi campak…………………………………………………………...5
2.3 patofisiologi………………………………………………………………..6
2.4 manifestasi klinis…………………………………………………………..7
2.5 pemeriksaan penunjang………………………………………………….8
2.6 komplikasi…………………………………………………………………9
2.7 pentalaksanaan……………………………………………………………10
2.8 pencegahan…………………………………………………………………11

BAB III TINJAUAN KASUS…………………………………………………14


BAB IV PENUTUP……………………………………………………………27
2.9 kesimpulan…………………………………………………………………..27
3.0 saran………………………………………………………………………..28
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..28

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dahulu selama berabad-abad, campak (rubeola, morbili) merupakan penyakit menular
masa kanak-kanak yang paling umum. Walaupun campak tidak umum lagi di Negara yang
memberikan vaksin secara luas, tetapi ketimpangan antara Negara maju dan Negara lain
yang kurang perawatan kesehatan untuk bayi dan anak sangat mencolok. UNICEF
memperkirakan lebih dari 1juta kematian setahun disebabkan oleh campak dan
komplikasinya pada anak di Negara berkembang di seluruh dunia.

Menurut data SKRT (1996) insiden campak pada balita sebesar 528/10.000. angka
tersebut jauh lebih rendah di banding tahun 1982 sebelum program imunisasi campak di
mulai, yaitu 8000/10.000 pada anak umur 1 - 15 tahun. Imunisasi merupakan salah satu
upaya terbaik untuk menurunkan insiden campak. Sebagai dampak program imunisasi
tersebut insiden campak cenderung turun pada semua umur. Pada bayi (<1 tahun) dan anak
umur 1 - 4 tahun terjadi penurunan cukup tajam , sedangkan pada golongan umur 5 - 14
tahun relative landai.

Saat ini program pemberantasan penyakit campak dalam tahap reduksi yaitu penurunan
jumlah kasus dan kematian akibat campak, menyusul tahap eliminasi dan akhirnya tahap

3
eradikasi. Di harapkan 10 – 15 tahun setelah tahap eliminasi, penyakit campak dapat di
eradikasi, karena satu – satu nya penjamunya adalah manusia.

B. TUJUAN
1. Agar Mahasiswa mengetahui pengkajian pada pasien campak.
2. Agar Mahasiwa mengetahui diagnose yang muncul pada pasien campak.
3. Agar Mahasiswa mengetahui intervensi dan implementasi serta evaluasi yang dapat
diberikan pada pasien campak.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN
Campak (measles) atau rubeola adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus
campak.Gejala campak dimulai dengan demam, hidung berair, batuk, mata merah dan nyeri
tenggorokan.Gejala diikuti dengan timbulnya ruam (rash) yang dimulai dari belakang telinga
kemudian menyebar hingga ke seluruh tubuh.Penyakit campak sangat menular dan penyebarannya
melalui droplet misalnya saat penderita batuk atau bersin.Penularan dapat berlangsung sejak masa
prodromal sampai kurang lebih 4 hari setelah timbulnya ruam.

1. Penyakit campak adalah penyakit menular dengan gejala kemerahan berbentuk mukolo
papular selama tiga hari atau lebih yang disertai panas 380c atau lebih dan disertai salah
satu gejala batuk, pilek, dan mata merah. (WHO)

2. Campak adalah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan tiga stadium
yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalensi. (ilmu kesehatan anak
2:624)

3. Penyakit campak (rubeola, campak 9 hari, measles) adalah suatu infeksi virus yang
sangat menular, yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis ( peradangan
selaput ikat mata / konjungtiva ) dan ruam kulit.

B. ETIOLOGI

4
Virus campak adalah anggota genus Morbillivirus dari family paramiksovirus. Penyakit pada
anjing, rinderpest (plak ternak) dan hewan pemamah biak peste des petiis adalah morbillovirus lain
yang memberikan derajat keterkaitan imunologi yang jelas dengan campak, memberikesan adanya
suatu jalur evolusi bersama lebih awal dalam hal kemunculannya pada pejamu yang spesifik (anjing,
ternak, kambing, manusia).
Virus campak mempunyai RNA untai lurus negative di dalam kapsid heliks protein yang tertutup
oleh membrane luar lemak dan protein. Virionnya adalah pleomorfik, dengan diameter antara 100-
250 nm. Enam protein structural telah ditemukan dan fungsinya terlibat dalam beberapa sifat khas
virus yang telah diketahui (table 2-1). Virus sangat tidak tahan panas tetapi hidup dalam jangka waktu
lama pada temperature rendah. Virus campak memperbanyak diri dalam berbagai cara, baik dibiakan
sel primer maupun dibarisan yang stabil; sel yang berasal dari manusia dan monyet paling dapat
dipercaya untuk isolasi virus permulaan tetapi setelah beberapa kali isolasi, virus mudah berbiak
dalam biakan jaringan spesies lain.
Perubahan morfologi biakan sel yang dipicu oleh virus campak ditandai dengan pembentukan sel
raksasa berinti besar dan banyak atau pembentukan inklusi sinsitium dan eusinofil didalam nucleus
dan sitoplasma, yang sangat mirip dengan yang diamati di specimen sitologi yang diambil dari secret
traktus respiraturius dan banyak jaringan penderita campak.
Antibodi muncul di dalam serum 12-15 hari setelah infeksi pada manusia atau hewan
percobaan.Antibodi itu menetralisasi kerja virus secara spesifik, memfiksasi komplemen dengan
antigen virus dan menghambat hemaglutinasi dan hemolisis oleh virus. Tidak terbukti adanya
perbedaan antigen yang bermakna pada strain campak selama 40 tahun ini. Keseragaman ini
berkaitan dengan sangat jarang terjadinya serangan kedua pada penyakit ini.

C. PATOFISIOLOGI
Virus campak ditularkan lewat infeksi droplet udara, menempel dan berbiak. Infeksi mulai saat
orang yang rentan menghirup percikan mengandung virus dari secret nasofaring pasien campak.Di
tempat masuk kuman, terjadi periode pendek perbanyakan virus local dan penyebaran terbatas, diikuti
oleh viremia primer singkat bertiter rendah, yang memberikan kesempatan kepada agen untuk
menyebar ketempat lain, tempat virus secara aktif memperbanyak diri di jaringan limfoid.Viremia
sekunder yang memanjang terjadi, berkaitan dengan awitan prodromal klinis dan perluasan virus.
Sejak saat itu (kira-kira 9 sampai 10 hari setelah terinfeksi) sampai permulaan keluarnya ruam, virus
dapat dideteksi di seluruh tubuh, terutama di traktus respiraturius dan jaringan limfoid. Virus juga
dapat ditemukan di secret nasofaring, urine, dan darah.pasien paling mungkin menularkan pada orang
lain dalam periode 5 sampai 6 hari. Dengan mulainya awitan ruam (kira-kira 14 hari setelah infeksi

5
awal), perbanyakan virus berkurang dan pada 16 hari sulit menemukan virus, kecuali di urine, tempat
virus bisa menetap selama beberapa hari lagi. Insiden bersamaan dengan munculnya eksantema
adalah deteksi antibody campak yang beredar dalam serum yang ditemukan pada hampir 100%
pasien dihari ke dua timbulnya ruam.Perbaikan gejala klinis dimulai saat ini, kecuali pada beberapa
pasien, dimulai beberapa hari kemudian karena penyakit sekunder yang disebabkan oleh bakteri yang
bermigrasi melintasi barisan sel epitel traktus respiraturius.Terjadi sinusitis, otitis media,
bronkopneumonia sekunder akibat hilangnya pertahanan normal setempat.
Sebanyak 10% pasien memperlihatkan pleositosis dalam cairan serebrospinalis dan 50%
memperlihatkan kelainan elektroensefalografi di puncak serangan penyakit. Namun, hanya 0,1% yang
memperlihatkan gejala dan tanda ensefalomielitis. Beberapa hari setelah serangan akut, terlihat
kelainan system saraf pusat, saat serum antibody berlimpah dan virus menular tidak lagi dapat
dideteksi.hal ini diperkirakan ensefalitik autoimun.Pada pasien SSPE, hilangnya virus campak dari
system saraf pusat beberapa tahun kemudian setelah infeksi campak primer menekankan perlunya
penjelasan lebih lanjut tentang interaksi virus dengan system saraf pusat, baik secara akut maupun
kronis.SSPE bisa disebut sebagai ensefalitis virus campak lambat.
Seorang wanita yang pernah menderita campak atau pernah mendapatkan imunisasi campak akan
meneruskan daya imunitasnya pada bayi yang dikandungnya. Kekebalan ini akan bertahan selama
satu tahun pertama setelah anak dilahirkan. Oleh karena itu, jarang sekali kita jumpai bayi (khususnya
yang berusia dibwah 5 bulan) yang menderita campak. Seseorang yang pernah menderita campak
akan menjadi kebal seumur hidupnya.

D. MANIFESTASI KLINIS
Campak memiliki masa tunas 10-20 hari. Penyakit ini dibagi dalam tiga stadium, yaitu :
1. Stadium Kataral ( Prodromal ).
Biasanya stadium ini berlangsung selama 4-5 hari disertai panas, malaise, batuk (Cough),
fotofobia, konjungtivitis dan koriza(pilek). Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum
timbul enantema, timbul bercak koplik yang patognomonik bagi campak, tetapi sangat jarang
dijumpai. Bercak koplik berwarna putih kelabu, sebesar jarum dan dikelilingi oleh
eritema.Lokalisasinya dimukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah.Jarang ditemukan
dibibir bawah tengah atau palatum.Kadang-kadang terdapat macula halus yang kemudian
menghilang sebelum stadium erupsi.Gambaran darah tepi ialah limfositosis dan
leucopenia.Secara klinis, gambaran penyakit menyerupai influenza dan sering didiagnosis sebagai
influenza. Diagnosis perkiraan yang besar dapat dibuat bila ada bercak koplik dan penderita
pernah kontak dengan penderita campak dalam waktu 2 minggu terakhir.

6
2. Stadium Erupsi
Koriza dan batuk-batuk bertambah.Timbul eritema atau titik merah di palatum durum dan
palatum mole.Kadang-kadang terlihat pula beercak koplik.Terjadinya eritema yang berbentuk
macula papula disertai menaiknya suhu badan.Diantara macula terdapat kulit yang normal.Mula-
mula eritema timbul dibelakang telinga, dibagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan
bagian belakang bawah.Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit.Rasa gatal, muka
bengkak. Ruam mencapai anggota bawah pada hari ketiga dan akan menghilang dengan urutan
seperti terjadinya. Terdapat pembersaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan dibawah
leher belakang.Pula terdapat sedikit splenomegali.Tidak jarang disertai diare dan muntah. Variasi
dari campak yang biasa ini adalah “ black measles” yaitu campak yang disertai perdarahan pada
kulit, mulut, hidung dan traktus digestivus.
3. Stadium Konvalensi
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua (hiperpigmentasi) yang lama
kelamaan akan hilang sendiri. Selain hiperpigmentasi pada anak Indonesia sering ditemukan pula
kulit yang bersisik.Hiperpigmentasi ini merupakan gejala patognomonik untuk campak.Pada
penyakit-penyakit lain dengan eritema atau eksantema ruam kulit menghilang tanpa
hiperpigmentasi.Suhu menurun sampai normal kecuali bila ada komplikasi.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Serologi
Pada kasus atopic, dapat dilakukan pemeriksaan serologi untuk memastikannya.
Tehnik pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah fiksasi complement, inhibisi hemaglutinasi,
metode antibody fluoresensi tidak langsung.
2. Patologi anatomi
Pada organ limfoid dijumpai : hyperplasia folikuler yang nyata, senterum germinativum yang
besar, sel Warthin-Finkeldey (sel datia berinti banyak yang tersebar secara acak, sel ini memiliki
nucleus eosinofilik dan jisim inklusi dalam sitoplasma, sel ini merupakan tanda patognomonik
sampak). Pada bercak koplik dijumpai : nekrosis, neutrofil, neovaskularisasi.
3. Darah tepi
Jumlah leukosit normal atau meningkat apabila ada komplikasi infeksi bakteri
4. Pemeriksaan antibody IgM anti campak
5. Pemeriksaan untuk komplikasi
Ensefalopati / ensefalitis (dilakukan pemeriksaan cairan serebrospinal, kadar elektrolit darah
dan analisis gas darah ), enteritis (feces lengkap), bronkopneumonia (di lakukan pemeriksaan foto
dada dan analisis gas darah)

7
F. KOMPLIKASI
Bermacam-macam komplikasi bisa ditemukan selama stadium akut campak atau segera sesudah
itu.Yang terkena paling sering adalah traktus respiraturius, tetapi gastroenteritis berat juga
terjadi.Laringotrakeobronkitis berat (croup) bisa menyebabkan sumbatan aliran udara sehingga
memerlukan trakeostomi, terutama pada anak berusia dibawah 3 tahun.Bronkiolitis bisa menimbulkan
sumbatan jalan napas bagian bawah yang berat.Pneumonia yang jarang tetapi selalu fatal, yaitu
pneumonia interstisialis (pneumonia sel raksasa) telah ditemukan pada anak dengan tanggap imun
lemah, termasuk pada anak yang menderita AIDS, yang menderita infeksi campak persisten progresif
tanpa eksantema yang khas dan disertai kegagalan yang unikuntuk membentuk antibody campak yang
spesifik.Gambaran radiografi yang menunjukkan gambaran interstisial yang jelas keluar dari kedua
daerah hilus.Virus campak dapat diambil berulang kali dari sputum atau dari hapusan nasofaring
diwarnai.Usaha untuk mengobati atau mencegah komplikasi ini belum berhasil.
Keratokonjungtivitis asimtomatik jinak yang menyertai campak dapat memetap selama 4 bulan ;
lesi dapat dilihat hanya dengan biomikroskop lampu cerah. Terjadi lesi kornea yang lebih berat pada
pasien campak yang kurang gizi.Kelainan elektrokardiografi yang sementara umum terjadi, tetapi
jarang terjadi miokarditis yang sebenarnya.Limfadenopati difus yang menyertai campak mengenai
nodus mesenterium dan dianggap menimbulkan nyeri abdomen yang umum terjadi.Gejala dan tanda
penyakit yang identik dengan apendiksitis akut bisa mengakibatkan intervensi operasi selama periode
prodromal.
Komplikasi akibat bakteri terutama akibat invasi traktus respiraturius menyebabkan
bronkopneumonia.Infeksi ini bisa disebabkan oleh streptokokus β-hemolitikus, pneukokokus,
H.influensa tipe B, atau stafilokokus.Peribronkitis dan pneumotitis interstisial terjadi pada hampir
semua pasien campak dan sembuh dengan cepat setelah timbulnya ruam dan turun demam.Puncak
demam kedua atau kegagalan turunnya puncak demam pertama setelah erupsi mencapai puncak
menandakan infeksi bakteri sekunder.Terlihatnya leukositosis perifer yang bergeser kekiri
memastikan hal itu.Radiografi dada dapat menunjukkan bronkopenumonia atau gambaran pneumonia
segmental atau lobar. Apusan atau biakan sputum, aspirasi trakea, cairan pleura, darah, atau bahan
sesuai lainnya, akan membantu menemukan penyebab dan memilih obat antimikroba yang tepat.
Usaha mencegah infeksi bakteri sekunder dengan memberikan antibody “profilaksis” dalam stadium
kataralis tidak memberikan hasil.Komplikasi bakteri lebih sering terjadi dan lebih berat pada anak
yang kekurangan protein.
Dari sindrom yang dapat timbul sesudah campak, yang paling menakutkan adalah berbagai
komplikasi system saraf pusat.sejauh ini yang paling umum adalah ensefalomielitis, tetapi

8
ensefalopati toksik, neuritis retrobulbar, tromboflebitis vena serebralis, hemiplegic akibat infark
vaskuler dan paralisis asending dengan polineuropati juga pernah ditemukan.
Ensefalopati toksik muncul dengan kecepatan tinggi pada puncak demam dan ruam, tetapi
manifestasi system saraf pusat lainnya yang lebih umum menjadi tampak setelah serangan penyakit
akut, setelah periode penyembuhan yang berakhir dalam 2 hari atau lebih.Kejang, perubahan
kesadaran, dan perubahan tiba-tiba menjadi koma, sering menandai awitan ensefalomielitis; demam
kembali timbul, dan terjadi leukositosis perifer yang jelas. Angka kematian berkisar antara 10 sampai
25% dan sekuele yang bermakna berupa kelainan motorik, intelek dan emosi terjadi pada 20 sampai
50% penderita yang selamat dari kematian.
Selama vase viremia campak awal, terjadi trombositopenia yang tidak cukup berat untuk
menyebabkan perdarahan spontan, tetapi hal itu memperlihatkan kerusakan megakariosit oleh virus.
Komplikasi pasca infeksi lain yang jarang dan tidak dapat diterangkan adalah purpura
trombositopenik, yang terjadi 4 sampai 14 hari setelah ruam dan bisa menimbulkan purpura kulit
yang hebat, perdarahan genitourinarius dan gastrointestinalis, serta epistaksis. Kortikosteroid
memberikaan kesembuhan segera dengan berhentinya perdarahan dan kembalinya dengan mantap
hitung trombosit menjadi normal.Respon ini menguatkan konsep bahwa komplikasi ini mungkin
suatu fenomena autoimun.
Efek buruk campak terhadap beberapa penyakit dasar tidak diketahui dengan jelas.Keaktifan
kembali atau eksaserbasi tuberculosis selama serangan campak beberapa kali ditemukan. Satu hal
yang menyebabkan kekurangan kekebalan seluler adalah hilangnya hipersensitivitas kulit terhadap
tuberkuloprotein (dan antigen lain) yang terjadi karena campak dan menetap selama beberapa minggu
setelah itu, jadi reactor positif sebelumnya bisa menghasilkan test kulit negative. Kerusakan traktus
respiraturius dapat menjelaskan memburuknya keadaan pasien yang sedang menderita fibrosis
kistik.Bayi dengan defisiensi protein dalam dietnya bisa jatuh ke kwashiorkor berat saat diserang
campak sebagai akibat menurunnya asupan melalui oral, meningkatnya kehilangan melalui
gastrointestinal dan keseimbangan nitrogen negative dari infeksi.Berbeda dengan efek samping yang
tidak disukai ini, campak kadang-kadang dapat memicu dieresis yang baik pada anak yang menderita
sindrom nefrotik refrakter.
Campak saat masa gestasi, walaupun jarang bisa mengindusi kelahiran premature, bayi lahir mati
atau abortus tetapi tidak dengan meningkatnya insiden malformasi congenital.
G. PENATAALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Medis
Kecuali tindakan pendukung umum, tidak ada terapi terbaru bagi pasien yang tidak
mengalami komplikasi.Walaupun ribavirin menghambat replikasi virus campak invitro, tidak

9
terlihat hasil yang nyata pada pemberian invivo.Penggunaan antipiretik yang bijaksana untuk
demam tinggi dan obat penekan batuk mungkin bermanfaat secara simptomatik.Pemberian
pengobatan yang lebih spesifik seperti pemberian anti mikroba yang tepat harus digunakan
untuk mengobati komplikasi infeksi bakteri sekunder.
Oleh karena campak jelas menurunkan cadangan vitamin A, yang menimbulkan
tingginya insiden xeroftalmia dan ulkus kornea pada anak yang kurang gizi, WHO
menganjurkan supplement vitamin A dosis tinggi di semua daerah dengan defisiensi
vitamin A. supplement vitamin A juga telah memperlihatkan penurunan frekuensi dan
keparahan pneumonia dan laringotrakeobronkitis akibat kerusakan virus campak pada epitel
traktus respiraturius bersilia. Pada bayi usia di bawah 1 tahun diberi vitamin A sebanyak
100.000 IU dan untuk pasien lebih tua diberikan 200.000 IU. Dosis ini diberikan segera setelah
diketahui terserang campak.Dosis kedua diberikan hari berikutnya, bila terlihat tanda
kekurangan vitamin A dimata dan diulangi 1 sampai 4 minggu kemudian.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Penyakit campak merupakan penyakit yang mudah sekali menular.Selain itu sering
menyebabkan kematian jika mengenai anak yang keadaan gizinya buruk sehingga mudah
sekali mendapatkan komplikasi terutama bronkopneumonia. Pasien campak dengan
bronkopnumonia perlu dirawat di rumah sakit karena memerlukan perawatan yang memadai
(kadang perlu infuse atau oksigen). Masalah yang perlu diperhatikan ialah kebutuhan nutrisi,
gangguan suhu tubuh, rasa aman nyaman, risiko terjadinya komplikasi.
a. Kebutuhan Nutrisi
Campak menyebabkan anak menderita malaise dan anoreksia.Anak sering
mengeluh mulut pahit sehingga tidak mau makan atau minum.Demam yang tinggi
menyebabkan pengeluaran cairan lebih banyak. Keadaan ini jika tidak diperhatikan agar
anak mau makan ataupun minim akan menambah kelemahan tubuhnya dan
memudahkan timbulnya komplikasi.
b. Gangguan suhu tubuh
Campak selalu didahului demam tinggi. Demam yang disebabkan infeksi virus
ini pada akhirnya akan turun dengan sendirinya setelah campaknya keluar banyak,
kecuali bila terjadi komplikasi demam akan tetap berlangsunglebih lama. Untuk
menurunkan suhu tubuh biasanya diberikan antipiretik dan jika tinggi sekali diberiakan
sedative untuk mencegah terjadinya kejang.
c. Gangguan rasa aman nyaman

10
Gangguan ini dirasakan anak karena adanya demam, tak enak badan,
pusing,mulut terasa pahit dan kadang muntah-muntah. Biasanya anak juga tidak tahan
meluhat sinar karena silau, batuk bertambah banyak dan akan berlangsung lebih lama
dari campaknya sendiri. Anak kecil akan sangat rewel, pada waktu malam anak sering
minta digendong saja. Jika eksantem telah keluar anak akan merasa gatal, hal ini juga
menambah gangguan aman dan kenyamanan anak. Untuk mengurangi rasa gatal tubuh
anak dibedaki dengan bedak salisil 1% atau lainnya (atas resep dokter).Selama masih
demam tinggi jangan dimandikan tetapi sering-sering dibedaki saja.
d. Resiko terjadinya komplikasi
Campak sering menyebabkan daya tahan tubuh sangat menurun.Hal ini dapat
dibuktikan dengan uji tuberculin yang semula positif berubah menjadi negative.Ini
menunjukkan bahwa antigen antibody pasien sangat kurang kemampuannya untuk
bereaksi terhadap infeksi. Oleh karena itu resiko terjadinya komplikasi lebih besar
terutama jika keadaan umum anak kurang baik, seperti pada pasien dengan malnutrisi
atau dengan penyakit kronik lainya.

H. PENCEGAHAN
1. Imunisasi Pasif
IG manusia yang diberikan segera setelah pemajanan dapat mengubah gambaran klinis dan
efek antigen pada infeksi virus campak. Anak yang rentan harus segera diberi IG 0,25 ml/kg BB,
untuk mencegah campak. Bila telah berlangsung lebih dari 6 hari, maka IG tidak dapat
diandalkan untuk mencegah maupun memodifikasi penyakit. Pasien dengan campak yang
dimodifikasi globulin memperlihatkan gambaran klinis yang beragam dengan masa tunas
memanjang dan berbagai keluhan dan tanda penyakit campak, tetapi mereka tetap sebagai sumber
penular potensial pada individu yang berkontak dengan mereka. Oleh karena sifat kekebalan
alaminya sementara, imunisasi pasif harus diikuti oleh iminisasi aktif dalam 3 bulan setelah itu.
Karena dosis besar immunoglobulin saat ini sering deberikan untuk pencegahan atau pengobatan
sejumlah gangguan (misal infeksi HIV, penyakit Kawasaki, trombositopenia imun, hepatitis B
dan profilaksis varisela) interval yang lebih panjang dianjurkan sebelum vaksin virus campak. Ini
bervariasi dari 3 sampai 11 bulan bergantung pada produk dan jumlah globulin yang diberikan.
2. Imunisasi Aktif
Vaksin yang telah dilemahkan menghasilkan infeksi yang tidak menular dan tidak
ada hubungannya dengan infeksi bakteri sekunder dan komplikasi neurologi. Efek
profilaksis vaksin hidup yang diberika mencapai 97%.Vaksin yang dilemahkan

11
menimbilkan reaksi ringan.Respon demam yang terjadi pada 5 sampai 15% anak
memberikan sedikit rasa tidak nyaman, toksisitas atau ketidakmampuan.Eksantem yang
dimodifikasi dengan berbagai bentuk bisa terjadi setelah serangan demam pada kurang
dari 5% pasien yang divaksinasi. Observaasi terus menerus pada anak yang mendapat
vaksin hidup 20 sampai 25 tahun yang lalu memperlihatkan antibody menetap dan efek
protektif yang lebih baik dibandingkan dengan yang menderita campak secara alami.
a) Vaksin
Pada tahun 1963, telah dibuat dua jenis vaksin campak yaitu :
Vaksin yang berasal dari virus campak yang hidup dan dilemahkan (tipe
Edmonston B). Vaksin yang berasal dari virus campak yang dimatikan (virus
campak yang berada dalam larutan formalin yang dicampur dengan garam
aluminium)
b) Dosis dan cara pemakaian
Dosis baku minimal untuk pemberian vaksin campak yang dilemahkan adalah
1000 TCID50 atau sebanyak 0,5 ml. untuk vaksin hidup, pemberian dengan 20
TCID50 saja mungkin sudah dapat memberikan hasil yang baik. Pemberian yang
dianjurkan secara subkutan, walaupun demikian dapat diberikan secra
intramuscular. Daya proteksi vaksin campak diukur dengan berbagai macam cara.
Salah satu indicator pengaruh vaksin terhadap proteksi adalah penurunan angka
kejadian kasus campak sesudah pelaksanaan program imunisasi.
3. Reaksi KIPI
Reaksi KIPI imunisasi campak yang banyak dijumpai terjadi pada imunisasi ulang
pada seseorang yang telah memiliki imunitas sebagian akibat imunisasi dengan valsin
campak dari virus yang dimatikan.Kejadian KIPI imunisasi campak telah menurun
dengan digunakanya vaksin campak yang dilemahkan. Gejala KIPI berupa demam yan
lebih dari 39,50c yang terjadi pada 5-15% kasus, demam mulaidijumpai pada hari ke 5-6
sesudah imunisasi dan berlangsung selama 2 hari. Berbeda dengan infeksi alami demam
tidak tinggi, walaupun demikian peningkatan suhu tubuh tersebut dapat merangsang
terjadinya kejang demam. Ruam dapat dijumpai pada 5% resipien, timbul pada hari ke 7-
10 sesudah imunisasi dan berlangsung selama 2-4 hari. Hal ini sukar dibedakan dengan
modified measles akibat imunisasi yang terjadi jika seseorang telah memperoleh

12
imunisasi pada saat masa inkubasi penyakit alami. Reaksi KIPI berat jika ditemukan
gangguan fungsi system saraf pusat seperti ensefalitis dan ensefalopati pasca diimunisasi.
4. Imunisasi Ulangan
Penelitian di jogyakarta, Ambon, dan Palu oleh Badan Lingkes Depkes & Kesos
mengenai kadar IgG pada 200 anak sekolah per provinsi pada tahun 1998, menunjukkan
status antibody campak hanya mencapai 71,9% sehingga pada umur 6-11 tahun jumlah
anak yang rentan pada infeksi campak cukup tinggi yaitu 26-32,6%. Atas dasar penelitian
tersebut ulangan imunisasi campak diberikan pada usia masuk sekolah ( umur 6-7 tahun )
melalui program BIAS.

ASUHAN KEPERWATAN ANAK PADA PASIEN CAMPAK

A.PENGKAJIAN

1. Identitas diri
2. Riwayat Imunisasi
3. Kontak dengan orang yang terinfeksi
4. Pemeriksaan Fisik :
5. Mata : terdapat konjungtivitis, fotophobia
6. Kepala : sakit kepala
7. Hidung : Banyak terdapat secret, influenza, rhinitis/koriza, perdarahan hidung (pada stad
eripsi ).
8. Mulut & bibir : Mukosa bibir kering, stomatitis, batuk, mulut terasa pahit.
9. Kulit : Permukaan kulit ( kering ), turgor kulit, rasa gatal, ruam makuler pada leher,
muka, lengan dan kaki (pada stad. Konvalensi), evitema, panas (demam).
10. Pernafasan : Pola nafas, RR, batuk, sesak nafas, wheezing, renchi, sputum.
11. Tumbuh Kembang : BB, TB, BB Lahir, Tumbuh kembang R/ imunisasi.
12. Pola Defekasi : BAK, BAB, Diare
13. Status Nutrisi : intake – output makanan, nafsu makanan
14. Keadaan Umum : Kesadaran, TTV

13
B. DIAGNOSA KEPARWATAN

1. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penjamu dan agens infeksi

2. Nyeri berhubungan dengan lesi kulit, malaise

3. Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan isolasi dari teman sebaya

4. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penggarukan pruritus

5. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan anak yang menderita penyakit akut

6. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk
mencernatau ketidak mampuan mencerna makanan atau absorpsi nutrien yang diperlukan

7. Ketidak efektifan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.

C. INTERVENSI DAN RASIONAL

1. dx 1. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penjamu dan agens infeksi

Intervensi :

1.Identifikasi anak beresiko tinggi

Rasional : memastikan anak menghindari pemajanan

2. Lakukan rujukan ke perawat kesehatan masyarakat bila perlu.

Rasional : untuk memastikan prosedur yang tepat di rumah.

3. Pantau suhu

Rasional : peningkatan suhu tubuh yang tidak diperkirakan dapat menandakan adanya infeksi.

4. Pertahankan higiene tubuh yang baik.

Rasional : untuk mengurangi resiko infeksi sekunder dari lesi

14
5. Berikan serapan air sedikit tapi sering atau minuman kesukaan anak serta makanan halus atau
lunak.

Rasional :Untuk menjamin hidrasi yang adekuat

2. Dx. Kedua Nyeri berhubungan dengan lesi kulit, malaise

Hasil yang diharapkan :

1) Kulit dan membran mukosa bersih dan bebas dari iritasi.

2) Anak menunjukkan bukti-bukti ketidaknyamanan minimum.

Intervensi :

1) Gunakan vaporiser embun dingin, kumur-kumur, dan tablet isap.

Rasional : untuk menjaga agar membran mukosa tetap lembab

2) Bersihkan mata dengan larutan salin fisiologis

Rasional : untuk menghilangkan sekresi atau kusta

3) Jaga agar anak tetap dingin.

Rasional : karena udara yang terlalu panas dapat meningkatkan rasa gatal.

4) Berikan mandi air dingin dan berikan lotion seperti kalamin

Rasional : untuk menurunkan rasa gatal

5) Berikan analgesik, antipiretik, dan antipruritus sesuai kebutuhan dan ketentuan.

Rasional : untuk mengurangi nyeri, menurunkan suhu tubuh, dan mengurangi rasa gatal

3. Dx. Ketiga Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan isolasi dari teman sebaya.

15
Hasil yang diharapkan :

1) Anak menunjukkan pemahaman tentang pembatasan

2) Anak melakukan aktivitas yang tepat dan berinteraksi.

Intervensi :

1) Jelaskan alasan untuk pengisolasian dan penggunaan kewaspadaan khusus.

Rasional : untuk meningkatkan pemahaman anak tentang pembahasan.

2.Biarkan anak memainkan sarung tangan dan masker

Rasional : untuk memfasilitasi koping positif.

3.Berikan aktivitas pengalihan

Rasional : untuk melakukan aktivitas yang tepat dan berinteraksi

4.Anjurkan orang tua untuk tetap bersama anak selama hospitalisasi.

Rasional : untuk menurunkan perpisahan dan memberikan kedekatan.

5.Siapkan teman sebaya anak untuk perubahan perampilan fisik

Rasional : untuk mendorong penerimaan teman sebaya

4. Dx.ke empat Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penggarukan
pruritus

Hasil yang diharapkan : kulit tetap utuh

Intervensi :

1.Jaga agar kuku tetap pendek dan bersih

Rasional : untuk meminimalkan trauma dan infeksi sekunder.

16
2.Pakailah sarung tangan atau restrein siku

Rasional : untuk mencegah penggarukan

3.Berikan pakaian yang tipis, longgar, dan tidak meng mengiritasi.

Rasional : karena panas yang berlebihan dapat meningkatkan rasa gatal.

4.Tutup area yang sakit (lengan panjang, celana panjang, pakaian satu lapis).

Rasional : untuk mencegah penggarukan

5.Berikan losion yang melembutkan (sedikit saja pada lesi terbuka).

Rasional : karena pada lesi terbuka absorpsi obat meningkat untuk menurunkan pruritus.

6.Hindari pemajanan panas atau sinar matahari.

Rasional : menimbulkan ruam.

5. Dx. Kelima Perubahan proses keluarga berhubungan dengan anak yang menderita penyakit
akut.

Hasil yang diharapkan : Keluarga melanjutkan untuk mencapai tujuan.Keluarga mencari


dukungan yang dibutuhkan.

Intervensi :

1.Berikan informasi pada orang tua tentang pilihan pengobatan.

Rasional : untuk mencari dukungan yang dibutuhkan.

2.Tekankan upaya keluarga untuk melakukan rencana perawatan.

Rasional : untuk keluarga melanjutkan untuk mencapai tujuan.

3.Berikan kesadaran keluarga akan kemajuan anak.

Rasional : untuk mendorong sikap optimis.

17
4.Tekankan kecepatan pemulihan pada kebanyakan kasus.

Rasional : untuk menurunkan ansietas.

6. Dx. Ke enam Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengankegagalan
untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan atau absorpsi nutrien yang
diperlukan.

Hasil yang diharapkan :

-Menunjukkan peningkatan berat badan atau berat badan stabil dengan nilai laboratorium
normal.

-Tidak mengalami tanda malnutrisi.

-Menunjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau mempertahankan
berat badan yang sesuai.

Intervensi :

1. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai.

Rasional : mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi.

2. Observasi dan catat masukan makanan pasien.

Rasional : mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan

3. Timbang berat badan tiap hari

Rasional : mengevaluasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi nutrisi.

4. Berikan makanan sedikit dari frekuensi sering dan atau makan diantara waktu makan.

5. Rasional : makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan pemasukan juga
mencegah distensi gaster.

6. Observasi dan catat kejadian mual atau muntah, flatus, dan gejala lain yang berhubungan.

18
Rasional : gejala gastro intestinal dapat menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ.

7. Dx. Ketuju Ketidak efektifan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.

Hasil yang diharapkan :

-Mempertahankan jalan nafas pasien dengan bunyi nafas bersih atau jelas.

-Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan napas, misal: batuk efektif dan
mengeluarkan sekret.

Intervensi :

1. Auskultasi bunyi napas

Rasional : beberapa derajat spasma bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas.

2. Kaji atau pantau frekuensi pernapasan

Rasional : takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan
atau selama stress atau adanya proses infeksi akut.

3. Catat adanya atau derajat dipsnoe

Rasional : disfungsi pernapasan adalah variabel yang tergantung pada tahap proses kronis selain
proses akut yang menimbulkan perawatan di rumah sakit.

4. Pertahankan polusi lingkungan minimun, misal ; debu, asap, dan bulu bantal yang
berhubungan dengan kondisi individu.

Rasional : pencetus tipe reaksi alergi pernapasan yang dapat menjadi episode akut.

5. Observasi karakteristik batuk

Rasional :batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya bila pasien lansia, sakit akut, atau
kelemahan. Batuk paling efektif pada posisi duduk tinggi atau kepala di bawah setelah perkusi

D. Implementasi

19
Tindakan keperawatan merupakan tahap keempat dalam proses keperawtan serta merupakan tahap
dimana peran perawat merealisasikan rencana keperawatan ke dalam tindakan keperawatan yang nyata
dan langsung kepada klien. Dalam tahap ini, perawat tidak hanya melakukan tindakan keperawatan saja
tetapi juga melaporkan tindakan yang telah dilakukan tersebut sekaligus respon klien, dan
mendokumentasikannya ke dalam catatan perawatan klien.
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan pada dasarnya harus disesuaikan
dengan intervensi yang ada pada tahap perencanaan. Namun tidak selamanya hal tersebut dapat
dilakukan karena tergantung pada beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain yaitu keadaan
klien, fasilitas yang ada, pengorganisasian kerja perawat, ketersediaan waktu serta lingkungan fisik
dimana tindakan keperawatan tersebut dilakukan.

E. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap kelima dan terakhir dalam proses keperawatan, dimana perawat menilai
pencapaian tujuan serta mengkajiulang rencana keperawatan selanjutnya. Tolok ukur yang
digunakan untuk mencapai tujuan pada tahap evaluasi ini adalah kriteria-kriteria yang telah dibuat
pada tahap perencanaan. Dengan patokan pada kriteria tersebut, dinilai apakah masalah teratasi
atau bahkan timbul masalah baru, sehingga intervensi keperawatan diubah atau dimodifikasi.
Penilaian dan kesimpulan tersebut dituangkan dalam catatan perkembangan klien dan diuraikan
berdasarkan urutan SOAP dan SOAPIER
SOAP dimana S merupakan data subyektif, O merupakan data obyektif, A merupakan analisa
terhadap pencapaian tujuan, dan P merupakan perencanaan selanjutnya setelah perawat
melakukan analisis.

BAB IV
PENUTUP

 kesimpulan
Campak merupakan salah satu penyakit penyebab kematian tertinggi pada anak , sangat infeksius ,
dapat menular sejak awal masa protromal ( 4 hari sebelum muncul ruam ) sampai lebih kurang 4

20
hari setelah muncul ruam . 1 – 2 campak timbul karna terpapar droplet yang mengandung virus
campak .
Virus morbili yang berasal dari secret saluran pernafasan , darah , dan urin dari orang yang terinfeksi
. penyebaran infeksi melalui kontak langsung dengan droplet dari orang yang terinfeksi . pada
penyakit morbili terdapat restitensi umum yang menurun sehingga dapat terjadi inergi ( uji berkulin
yang semula positif berubah menjadi negative ) keadaan ini menyebabkan mudahnya terjadi
komplikasi sekunder seperti bronkonemonia . virus campak memperbanyak diri dalam berbagai
cara , baik di biakan sel primer maupun di barisan yang stabil sel yang berasal dari manusia dan
monyet paling dapat di percaya unutk isolasi virus permulaan tetapi setelah beberapa kali isolasi ,
virus mudah berbiak dalam biakan jaringan sepsis lain .

 Saran
Bagi mahasiswa di harapkan dapat mengetahui penyakit campak serta
Masalah yang di timbulkannya . semongah makalah ini dapat di pahami bagi siapapun yang
membacanya sebelumnya kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan kata kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan masa depan .

DAFTAR PUSTAKA

https://www.academi.edu//31861794/MAKALAH_KEPERAWATAN_ANAK
https://www.slideshare.net/gwenelevent/askep-padaa-anak-dengan-campak
https://www.slideshare.net/CuexLovefvcker/lp-campak

21
PERTANYAAN DAN JAWABAN
SESI 1
Moderator :
Notulen :
1.jelaskan apa yang dimaksud stadium kataral( PRODROMAL),stadium erupsi,stadium
konvelensi ? ( kelompok 4 anggun mansyur)
JAWABAN : ( kelompok 2 irawati )
 Stadium prodromal berlangsung 2-4 hari ,ditandai dengan demam yang di ikuti
dengan batuk,pilek,faring merah,nyeri menelan,stomatitis,dan konjungtivits.
Tanda patonomonik timbulnya enamtema mukosa pipi di depan molar 3 yang
disebut sebagai bercak koplik.
 Stadium erupsi ditandai dengan timbulnya ruam makulopapular yang bertahan
sellama 5-6 hari timbulnya ruam di mulai dari batas rambut belakang
telinga,kemudian menyebar kewajah,leher, dan akhirnya ke ekstremitas.
 Stadium penyembuhan ( konvalesens) setelah 3 hari ruam berangsur angsur
menghilang sesuai urutan timbulnya. Ruam kulit menjadi kehitaman dan
mengelupas yang akan menghilang dalam 1-2 minggu.
2.apakah anak yang sudah di imunisasi bisa mencegah anak terkena campak atau bisa terkena
campak walaupun sudah di imunisasi ? (kelompok 1 suci ramadhani )

22
JAWABAN: ( kelompok 4 andriansyah )
 Anak umur dibawah 2 tahun sistem kekebalan tubuhnya belum stabil sehingga
mudah terkena campak.maka dari itu diciptakan vaksin polio untuk anak.
3.jelaskan mengapa jika sudah terkena campak kemungkinan besar tidak terkena campak lagi ?
( kelompok 3 angelina chantika )
JAWABAN : (kelompok 4 samsiar)
 Dikutip dari headline, seseorang tidak bisa mendapatkan campak lebih dari satu
kali. Ketika kamu sudah perna terkena virus campak satu kali, maka kamu akan
kebal seumur hidup namun mengingat potensi komplikasinya cukup besar,
campak perlu di cegah dengan vaksinasi.

SESI 2
1.sebutkan faktor terjadinya campak dan campak itu di sebabkan oleh virus,virus itu menyerang
organ tubuh yang mana sehingga menyebabkan campak ?(kelompok fauziah )
JAWABAN : (kelompok 4 meyti gina k macpal )
 Campak disebabkan oleh virus,yang menular melalui percikan air liur yang di
keluarkan penderita saat batuk atau bersin. Penularan juga bisa terjadi bila
seseorang menyentuh hidung atau mulut,setelah memegang benda yang terpercik
air liur penderita. Seseorang berisiko terkena campak jika belum di imunisasi.
2.jelaskan apakah anak yang terkena campak bisa di berikan imunisasi saat itu ?(Kelompok 3
angelina chantika )
JAWABAN : ( kelompok 4 meyti gina )
 Untuk seorang anak yang telah terkena campak belum bisa di imunisasai pada
saat itu seorang anak bisa di imunisasi setelah campak sudah sembuh. Dan jika
sudah di imunisasi campak anak tersebut kemungkinan besar tidak akan terkena
campak karena daya tahan tubuhnya sudah menigkat untuk dapat mencegah
terjadinya campak.

23

Anda mungkin juga menyukai