Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Semua harta adalah milik Allah SWT. Dia menitipkannya kepada

para hamba-Nya untuk melihat sejauh mana bisa bekerja dan berusaha.

Kemudian Allah SWT. akan mempertanyakan harta yang ada di tangan

mereka itu: dari mana mereka mendapatkannya, bagaimana mereka

mengumpulkannya dan digunakan untuk apa.1

Barang siapa yang mengumpulkan harta dengan usaha dan cara

yang halal, digunakan dengan baik dan disalurkan dalam ketaatan kepada

Allah SWT., ia akan mendapatkan pahala dari usahanya tersebut.

Tentunya, ini akan menjadi salah satu sebab bahagianya. Dan siapa yang

mengumpulkannya dari sumber yang haram atau melalui cara yang

dilarang, digunakan dengan cara yang buruk dan disalurkan pada jalan-

jalan yang haram, maka ia pun akan mendapatkan siksa. Dan ini akan

menjadi salah satu sebab kesengsaraan dan penderitaannya, sampai Allah

SWT. mau berbaik hati kepadanya, memberikan kepadanya rahmat dan

ampunan-Nya.2

Atas dasar ini jika seorang hamba ingin mendapatkan

keberuntungan, maka ia harus memperhatikan segala hal yang disukai

Allah SWT. khususnya dalam hal ini yang berkenaan dengan harta yang

dia miliki. Oleh karena itu, ia harus bertekad dalam dirinya bahwa jika ia

1
Faisal al-Bu’dani, Buat Apa Shadaqah? (Jakarta:Aula Pustaka: PT. Eaststar Adhi Citra, 2008), 5.
2
Ibid, 5.

1
diperintahkan Islam untuk melakukan suatu hal berkenaan dengan

hartanya, tanpa ragu ia akan bergegas melaksanakannya sesuai

kemampuannya. Dan jika Islam melarangnya untuk melakukan suatu hal

berkenaan dengan hartanya maka ia pun akan bersegera menjauhinya atau

menghentikannya serta tidak melakukannya lagi.3

Salah satu nafkah (pengeluaran harta [expense]) yang

disyari’atkan dan dianjurkan Allah SWT. bagi semua hamba, agar

mendapatkan pahala, adalah shadaqah.4

Hakikat harta yang sesungguhnya menurut agama Islam adalah

harta benda yang telah dikeluarkan di jalan Allah SWT. Nilai pahala telah

tetap di sisi Allah, tidak akan pernah berkurang, bahkan semakin

bertambah. Sebagaimana firman Allah SWT. dalam (QS. Al-Baqarah [2]:

261):5

         

            

   


“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang
menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih
yang menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-tiap butir seratus biji. Allah
melipatgandakan (ganjaran) bagisiapa yang Diakehendaki. Dan Allah
6
MahaLuas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”

3
Faisal al-Bu’dani, Buat Apa Shadaqah?,6.
4
Ibid, 6.
5
Saadiyah binti Syekh Bahmid, “Sedekah dalam Pandangan al-Qur’an” Rausyan Fikr, Vol. 10,
No. 2, Juli-Desember 2014, 196-197.
6
Departemen Agama, al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro,
2012),44.

2
Shadaqah yang akar katanya adalah sha-da-qa bermakna jujur,

benar, memberi dengan ikhlas. Mengisyaratkan bahwa orang-orang yang

bershadaqah berarti telah berlaku jujur kepada dirinya sendiri mengenai

kelebihan yang telah diberikan oleh Allah SWT. kepada dirinya. Sehingga

ia memberikan shadaqahnya dengan ikhlas karena mengharap kehadiran

Allah SWT. Masdar dari kata sha-da-qa adalah shadaqah disebutkan

dalam al-Qur’an sebanyak lima kali dalam surah-surah yang berbeda,

yaitu: QS. Al-Baqarah [2]: 196 dan 263; QS. An-Nisa’ [4]: 114; QS. At-

Taubah [9]: 103; dan QS. Al-Mujadilah [58]; 12.7

Menurut istilah, shadaqah berarti sesuatu yang dikeluarkan atau

dilakukan oleh seorang muslim dari harta atau lainnya dengan tujuan

untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.8 Dalam kata lain shadaqah

ialah pemberian harta kepada orang-orang fakir, orang yang

membutuhkan, ataupun pihak-pihak lain yang berhak menerima sedekah

tanpa disertai imbalan yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada

Allah SWT.

Seorang muslim hendaknya dapat bershadaqah secara ikhlas

menurut kadar kemampuan masing-masing. Tidak ada anjuran apapun

dalam anjuran melakukan shadaqah, baik batasan minimal maupun

maksimal. Berapa pun harta yang kita shadaqahkan pastilah akan

mendapatkan pahala yang setimpal dari Allah SWT. Meskipun hanya

kecil laksana sebesar biji sawi, tidak mungkin bagi Allah untuk

7
Saadiyah binti Syekh Bahmid, “Sedekah dalam Pandangan al-Qur’an”Rausyan Fikr, Vol. 10, No.
2, Juli-Desember 2014, 197-198.
8
Ibid, 197-198.

3
melupakan kebaikan amal seorang hamba. Amalan itu akan dihitung

sebagai pahala kebaikan di akhirat kelak yang tidak akan luput dalam

timbangan-Nya.9

Shadaqah disyari’atkan untuk dua tujuan. Pertama, untuk

memenuhi kebutuhan hidup kaum muslimin. Kedua, untuk membantu dan

memperkokoh Islam. Banyak sekali dalil, baik dari al-Qur’an maupun

hadits, yang menegaskan keutamaan dan pengaruh positif dari ibadah

yang sangat mulia ini, dan mendorong setiap muslim untuk senantiasa

melakukannya. Namun sebelum bershadaqah, agar shadaqah yang

dikeluarkan benar-benar bernilai ibadah di hadapan Allah SWT. dan kita

dapat memetik manfaat serta faedah yang tersimpan di dalamnya, kita

harus memperhatikan petunjuk dan tuntunan rasulullah SAW. Dalam hal

ini kita harus memperhatikan hal-hal yang boleh dan tidak boleh

dilakukan saat mengeluarkan shadaqah.10

Berangkat dari uraian di atas, tampak jelas keutamaan-keutamaan

shadaqah yang tidak hanya bermanfaat bagi penerima tetapi juga bagi

pemberi. Akan tetapi,harus disertai etika-etika yang sesuai dengan

tuntunan al-Qur’an dan ajaran Rasulullah SAW. Oleh karena itu penulis

termotivasi untuk mengungkap lebih dalam tentang keutamaan serta etika

bershadaqah dengan judul “Konsep Shadaqah dalam al-Qur’an Analisis

QS. al-Baqarah 264 dan al-Hadi>d 18 Perspektif M. Quraish Shihab dalam

Tafsir al-Mishbah”

9
Muhammad Munir Jimbaz, Karakter Orang Sukses Dunia Akhirat (Jakarta Timur: Pustaka Al-
Kautsar, 2005), 118.
10
Faisal al-Bu’dani, Buat Apa Shadaqah? (Jakarta:Aula Pustaka: PT. Eaststar Adhi Citra, 2008),
6-7.

4
B. Identifikasi dan Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, peneliti menemukan

beberapa masalah yang teridentifikasi sebagai berikut:

1. Terjadinya perbedaan paradigma tentang konsep shadaqah di

kalangan para ahli.

2. Belum ditemukan penelitian secara komprehensif tentang

konsep shadaqah dalam surah al-Baqarah 264 dan al-Hadid 18.

3. Belum ditemukan penelitian yang membahas tentang konsep

shadaqah perspektif M. Quraish Shihab dalam surah al-

Baqarah 264 dan al-Hadid 18.

4. Belum ditemukan penafsiran tentang shadaqah perspektif M.

Quraish Shihab terhadap surah al-Baqarah 264 dan al-Hadid

18.

Bertolak dari identifikasi masalah diatas, maka untuk

mempermudah dan supaya penelitian ini lebih fokus dan terarah, maka

peneliti perlu memberikan batasan masalah dalam penelitian ini.

Penelitian ini difokuskan pada konsep shadaqah perspektif M. Quraish

Shihab analisis QS. Al-Baqa>rah 264 dan al-Hadi>d 18 dalam Tafsir al-

Mishbah.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasanmasalah diatas, untuk mempermudah analisis

dan agar peneliti lebih terarah pada satu objek sehingga dapat

5
menghasilkan hasil akhir yang komprehensif, mudah dipahami dan dapat

mempresentasikan pemikiran peneliti secara transparan dan luas, maka

dirumuskan beberapa pertanyaan yang menjadi masalah pokok penelitian

sebagai berikut:

1. Bagaimana interpretasi QS. Al-Baqarah 264 dan al-Hadid 18

perspektif M. Quraish Shihab?

2. Bagaimana konsep shadaqah menurut M. Quraish Shihab

dalam QS. al-Baqarah 264 dan al-Hadid 18?

D. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah diatas, dalam penelitian dan

penulisan skripsi ini mempunyai tujuan baik bersifat ilmiah sosial

maupun akademis, yaitu untuk mendeskripsikan hal-hal sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui interpretasi QS. Al-Baqarah 264 dan al-

Hadi>d 18 Perspektif M. Quraish Shihab.

2. Untuk mengetahui konsep shadaqah menurut M. Quraish

Shihab dalam QS. al-Baqarah 264 dan al-Hadid 18.

E. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan masalah di atas dapat

diketahui bahwa kegunaan dari penelitian ini, diantaranya adalah sebagai

berikut:

1. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat menambah

wawasan keilmuan khususnya dalam bidang tafsir.

6
2. Dapat memberikan pemahaman yang luas tentang

permasalahan yang dibahas sesuai dengan kebenaran yang

diungkapkan dalam al-Qur’an.

3. Dapat dijadikan sebagai literatur dan dorongan untuk mengkaji

masalah tersebut lebih lanjut.

4. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran tentang bagaimana cara bershadaqah yang

baiksesuai dengan tuntunan al-Qur’an sehingga pemberi dapat

merasakan keutamaan-keutamaan bershadaqah.

5. Penelitian ini diharapkan dapat memotivasi pembaca (peneliti

khususnya) supaya gemar bershadaqah.

F. Telaah Pustaka

Untuk menghindari terjadinya pengulangan dalam penelitian,

maka peneliti melakukan kajian pustaka sebelumnya, yang berkaitan

dengan literatur dalam pembahasan judul skripsi ini. Dalam penelitian ini

peneliti merujuk kepada kitab Tafsir al-Qur’an, buku-buku, kitab, skripsi

serta artikel-artikel yang membahas masalah tersebut diantaranya, buku

yang berjudul “Hikmah Bersedekah (Berkah dalam Kelapangan Hidup

dengan Berbagi Kebaikan)” karya AN. Ubaedy. Buku ini membahas

pengertian shadaqah, hukum, etika serta keutamaannya. Buku ini

diterbitkan oleh penerbit “Bee Media Indonesia 2009”

Skripsi yang membahas tentang konsep sedekah di antaranya,

karya Suaibatul Islamiyah STIU Prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir dengan

judul “Konsep Sedekah Perspektif Ibnu Kathi>r Analisis QS. Al-Baqarah:

7
262-264” tahun 2017. Skripsi ini menjelaskan tentang bagaimana

bershadaqah yang baik dan benar.

Skripsi Nur Asiyah STIU Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir,

dengan judul “Shadaqah dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah Ayat 261-

264 Studi Analisis dalam Kitab Tafsir Ibnu Kathi>r Karya Ibnu Kathi>r”

tahun 2017 yang membahas tentang eksistensi infak, zakat dan shadaqah.

Berdasarkan Telaah Pustaka di atas, kajian tentang konsep

shadaqah perspektif M. Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbahberikut

analisisnya terhadap QS. Al-Baqarah 264 dan al-Hadi>d 18 belum pernah

dilakukan. Dengan demikian peneliti akan mengkaji tentang konsep

shadaqah Perspektif M. Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah, karena

sepanjang pengetahuan peneliti permasalahan tersebut belum ada yang

mengkaji sehingga penelitian ini terjaga orisinalitasnya.

G. Kerangka Teoritis

Menurut kamus besar bahasa indonesia shadaqah adalah derma

kepada orang miskin dan sebagainya. Berdasarkan cinta kasih kepada

sesama manusia, keselamatan, pemberian sesuatu kepada fakir miskin

atau yang berhak menerimanya, di luar kewajiban zakat dan zakat fitrah

sesuai dengan kemampuan pemberi.11

Shadaqah berasal dari kata sha-da-qa yang berarti benar. Orang

yang gemar bershadaqah bisa diartikan sebagai orang yang benar

11
Ana Retnoningsih dan Suharso, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Semarang: CV. Widya Karya,
2006), 80.

8
pengakuan imannya. Menurut istilah syari’at shadaqah adalah

mengeluarkan sebagian harta atau pendapatan atau penghasilan untuk

suatu kepentingan yang diperintahkan oleh agama. Shadaqah juga

merupakan pemberian yang dikeluarkan secara suka rela kepada siapa

saja, tanpa nishab dan tanpa adanya aturan waktu yang mengikat

(Muhammad Sanusi, 2009: 8-9). Shadaqah berarti sesuatu yang

diberikan dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah.12

Menurut Iskandar, shadaqah ialah suatu pemberian yang

diberikan oleh seorang muslim kepada orang lain secara spontan dan

suka rela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu. Juga berarti

suatu pemberian yang diberikan oleh seseorang sebagai kebajikan yang

mengharapkan ridha Allah SWT. dan pahala semata.13

Menurut syara’ shadaqah berarti memberi kepemilikan kepada

seseorang pada waktu hidup dengan tanpa imbalan sesuatu dari yang

diberi serta ada tujuan taqarrubkepada Allah SWT. Shadaqah juga

diartikan memberikan sesuatu yang berguna bagi orang lain yang

memerlukan bantuan (fakir miskin) dengan tujuan untuk mendapatkan

pahala.14

Menurut Wahyu (2007:5) shadaqah berarti menyisihkan sebagian

harta yang dimilikinya untuk diberikan kepada kaum fakir miskin atau

orang yang berhak mendapatkannya dengan hati yang ikhlas dan

12
Fandi Fuad Mirza, skripsi “Pengaruh Perilaku Sedekah Terhadap Perkembangan Usaha”
(Semarang: IAIN Walisongo, 2013), 18.
13
Ibid, 20.
14
Ibid, 20.

9
mengharap ridha Allah SWT. Pemberian kepada orang lain baik bersifat

materi maupun non materi secara suka rela, tanpa nishab, dan bisa

dilakukan kapanpun dan di manapun, serta kepada siapapun tanpa aturan

dan syarat, kecuali untuk mengharapkan ridha Allah SWT.15

H. Metodologi Penelitian

Untuk dapat menghasilkan sebuah penelitian yang valid, peneliti

akan merumuskan terlebih dahulu metode penelitian yang akan digunakan

yaitu:

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan

kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor metodologi kualitatif

merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa data-data tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku

yang dapat diamati.16 Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu

gambaran kompleks, menelaah tafsir dan kandungan makna ayat

tentang konsep shadaqah yang terdapat dalam al-Qur’an.

Sedangkan jenis riset yang digunakan dalam penelitian ini

adalah dengan riset kepustakaan (library research).Library Research

adalah penelitian yang menggunakan cara mengumpulkan data-data

pustaka yang memiliki keterikatan dengan topik yang dibahas, dalam

arti semua data-data yang dikemukakan dan berkaitan dengan

15
Ibid, 20.
16
Bogdan dan Taylor dalam karyaM. Djamal, Paradigma Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2015), Cet. I, 9.

10
permasalahan yang sedang diteliti yang berasal dari sumber bahan

tertulis.17 Sehingga dalam penelitian ini dapat diambil pemahaman

yang komprehensif tentang persoalan yang dibahas yaitu mengenai

konsep shadaqah.

2. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan Data merupakan langkah yang sangat

penting dalam penelitian, karena seorang peneliti harus terampil

dalam mengumpulkan data agar mendapatkan data yang valid,

pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk

memperoleh data yang diperlukan.18 Sebagaimana telah dikemukakan

bahwa penelitian ini adalah dengan riset kepustakaan (Library

Research), dalam pengumpulan data sumber data terbagi menjadi dua

bagian yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah data yang dapat diperoleh

secara langsung dari sumber data aslinya.19 Sumber data primer

dalam penelitian ini mencakup Tafsir karya M. Quraish Shihab

Yaitu Tafsir al-Mishbah. Buku yang membahas tentang konsep

shadaqah yang berjudul“Kaifa Tunammi Amwalaka” karya Faishal

al-Bu’dani. Juga, buku“Mengungkap Amalan dan Khasiat di Balik

Shodaqoh” karya Muhammad Fadlun. Buku ini diterbitkan di

Surabaya: Pustaka Media, 2011.

17
Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelejar, 2012), 60.
18
Ahmad Tanzeh, Pengantar Metode Penelitian, (Yogyakarta: Teras, 2009), 57.
19
Chalid Narbuko, Abu Dawud, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), 43.

11
b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah data yang tidak berkaitan

secara langsung dengan sumber aslinya.20 Data sekunder juga

dapat berupa majalah, buletin, publikasi dari berbagai oerganisasi,

lampiran-lampiran dari badan resmi seperti kementrian, hasil-hasil

studi, hasil survey, studi historis dan sebagainya.21 Sumber data

sekunder yang peneliti gunakan diantaranya, artikel-artikel, buku-

buku, serta kitab yang membahas tentang konsep shadaqah.Di

antara buku tersebut yaitu buku yang berjudul “Etika Beribadah

Berdasarkan Al-qur’an dan Tafsir” karya Samsul Munir Amin dan

Haryanto Al-Fandi. Juga dalam buku “Fiqih Ibadah (Thaharah,

Shalat, Zakat, Puasa dan Haji) karya Abdul Aziz Muhammad

Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas.

3. Metode Analisis Data

Analisis Data adalah proses mengatur urutan data,

mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan

uraian dasar.22 Atau dalam pengertian yang lain analisis data adalah

kegiatan untuk mengadakan sistematisasi terhadap bahan-bahan

tertulis.23

Setelah semua data terkumpul, maka data tersebut perlu

diolah, dianalisis, serta disimpulkan guna menghindari terjadinya

kesalahan tehnikal dalam menganalisis dan menyimpulkannya.

20
Ibid, 44.
21
Ibid, 45.
22
Ahmad Tanzeh, Pengantar Metode Penelitian, (Yogyakarta: Teras, 2009), 69.
23
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: PT. RajaGrafindo, 2007), 186.

12
a. Deduktif

Metode Deduktif adalah proses pendekatan yang berangkat

dari kebenaran umum mengenai suatu fenomena.24Berdasarkan

metode ini, peneliti menggunakannya untuk menganalisis data

atau maklumat-maklumat yang berhubungan dengan tajuk dan

kitab yang peneliti kaji, kemudian peneliti menguraikan

maklumat-maklumat itu sehingga mendapatkan suatu kesimpulan

untuk menggambarkan suatu maklumat yang bersifat khusus

sebagaimana dalam kajian bab kedua, ketiga dan keempat dalam

skripsi ini.

b. Induktif

Metode induktif adalah cara menganalisis data melalui

pola berfikir dengan mencari pembuktiannya dari perkara-perkara

yang bersifat khusus untuk sampai kepada kesimpulan umum.25

Berdasarkan metode ini, ssetelah maklumat dikumpulkan dan

disusun dengan baik, peneliti akan menjelaskan dan menguraikan

data-data yang bersifat khusus untuk menggambarkan suatu

konsep yng bersifat umum, sebagaimana dalam bab keempat

ketika menjelaskan mengenai istilah-istilah yang digunakan oleh

M. Quraish Shihab dalam kitab tafsirnya.

4. Metode Deskriptif Analisis

Selain menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti juga

menggunakan analisis deskriptif. Analisis deskriptif yaitu teknik yang

24
Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelejar, 2012), 40.
25
Ibid, 40.

13
menggambarkan dan menginterpretasikan data-data yang telah

terkumpul sehingga memperoleh gambaran secara umum dan

menyeluruh tentang keadaan sebenarnya.26 Tujuan deskriptif ini

adalah membuat deskripsi, gambaran secara sistematis, faktual dan

aktual mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar

fenomena yang diselidiki.27 Dalam penelitian ini peneliti

mengumpulkan data yang ada, menafsirkannya dan mengadakan

analisa yang interpretatif dengan meneliti ayat yang membahas

konsep shadaqahdalam al-Qur’an.

Berdasarkan uraian metode analisis diatas, peneliti akan

lebih banyak menggunakan metode analisis deskriptif dalam semua

tahapan bab dalam penelitian ini.

I. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan ini merupakan rangkaian pembahasan

yang termuat dan tercakup dalam isi skripsi, antara satu bab dengan bab

yang lain saling berkaitan sebagai satu kesatuan yang utuh. Agar

penulisan ini dapat dilakukan secara runtut dan terarah, maka penulisan

ini dibagi menjadi lima bab yang disusun berdasarkan sistematika berikut:

BAB I: Berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang

permasalahan, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, telaah

pustaka, kerangka teori, metode penelitian, dan diakhiri dengan

sistematika pembahasan.

26
Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelejar, 2012), 7.
27
Ibid, 7.

14
BAB II: Berisi pengertian shadaqah, hukum shadaqah, etika

bershadaqah dan keutamaan bershadaqah dalam al-Qur’an.

BAB III: Berisi tentang riwayat hidup M. Quraish Shihab, karya-

karyanya, corak pemikirannya serta metodologi Tafsirnya.

BAB IV: Berisi tentang konsep shadaqah dalam al-Qur’an

Perspektif M. Quraish Shihab, interpretasi QS. Al-Baqa>rah 264 dan al-

Hadi>d 18 perspektif M. Quraish Shihabserta analisis pemikiran M.

Quraish Shihab tentang konsep shadaqah.

BAB V: Berisi penutup yang menjelaskan tentang kesimpulan

hasil penelitian dari bab-bab sebelumnya yang merupakan jawaban

singkat dari pokok permasalahan yang diteliti, dilanjutkan dengan saran-

saran sebagai tindak lanjut dari penelitian dan pembahasan skripsi ini.

15

Anda mungkin juga menyukai