Retinoblastoma
DAFTAR ISI
Anatomi Retina
1. Anatomi Retina
Retina atau selaput jala, merupakan bagian mata yang mengandung reseptor yang
menerima rangsangan cahaya. Retina berbatas dengan koroid dengan sel pigmen epitel
retina, melapisi bagian dalam dua per tiga posterior dinding bola mata.6
1. Membrana limita interna, merupakan membrane hialin antara retina dan badan
kaca.7
2. Lapisan serat saraf, yang mengandung akson-akson sel ganglion yang berjalan
menuju ke nervus optikus. Di dalam lapisan-lapisan ini terletak sebagian besar
pembuluh darah retina.
3. Lapisan sel ganglion yang merupakan lapis badan sel daripada neuron kedua.
4. Lapisan pleksiform dalam, yang mengandung sambungan-sambungan sel ganglion
dengan sel amakrin dan sel bipolar
5. Lapisan inti dalam sel bipolar, amakirn dan sel horizontal
6. Lapisan pleksiform luar, yang mengandung sambungan-sambungan sel bipolar dan
sel horizontal dengan fotoreseptor
7. Lapisan inti luar sel fotoreseptor
8. Membrana limitans eksterna
9. Lapisan fotoreseptor segmen dalam dan luar batang dan kerucut. Lapis
fotoreseptor, merupakan lapir terluar retina terdiri atas sel batang yng mempunyai
bentuk ramping, dan sel kerucut.
Retina mendapat vaskularisasi dari lamina koriokapilaris koroid dan arteri retina
sentralis. Lamina koriokapilaris memberi makan lapisan epitel pigmen retina dan sel-sel
fotoreseptor. Artei retina sentralis memberi makan lapisan sel horizontal, bipolar dan sel
ganglion. Arteri retina sentralis masuk bersama dengan n. optikus di daerah yang disebut
dengan papil nervus optikus atau diskus optikus (warnanya lebih terang daerah sekitarnya
pada pemriksaan oftalmoskopi).7
Definisi retinoblastoma
Retinoblastoma merupakan tumor ganas yang berkembang dari sel-sel
retinoblast. RB terjadi baik familial (40%) atau sporadik (60%). Tumor ini
merupakan keganasan intraokuler pada anak yang paling sering terjadi. RB dapat
terjadi pada satu mata (unilateral), dua mata (bilateral), atau dua mata disertai
perkembangan tumor sel retinosit primitif di glandula pineal (trilateral). Kasus
familial biasanya multipel atau bilateral, walaupun dapat juga unifokal atau
unilateral. Kasus sporadik biasanya unilateral atau unifokal.1-3
Epidemiologi
Retinoblastoma terjadi pada 1 : 15.000 sampai 1 : 20.000 kelahiran hidup. Tidak ada
keterkaitan jenis kelamin atau ras terhadap kejadian RB. Sekitar sepertiga sampai seperempatnya
mampunyai riwayat penyakit keluarga dengan RB. Survival rate di USA dan Inggris mencapai
90%. RB unilateral adalah yang tersering ditemukan, dan yang paling jarang adalah RB trilateral.
1-3
Sebanyak 80% pasien dengan RB terdiagnosis sebelum usia 3 tahun. Diagnosis penyakit
ini pada usia lebih dari 6 tahun sangat jarang. RB bilateral ditemukan pada 20-30% kasus, dan
biasanya pada usia yang lebih muda (usia 14- 16 bulan), dibandingkan dengan RB unilateral
(usia 29-30 bulan).2,3
Etiologipatogenesis
Patogenesis retinoblastoma dihubungkan dengan delesi gen yang terletak pada kromosom
13q14, yang mengkode protein anti-onkogen atau supresor retinoblastoma. Kehilangan allel
kromosom tersebut dapat terjadi setelah fertilisasi, sehingga terjadilah mutasi sel germinal
(bersifat dominan autosom). Kehilangan allel juga dapat terjadi hanya pada sel retina pada satu
mata, yang terjadi saat embriogenesis, kejadian tersebut menghasilkan mutasi somatik
(autosomal resesif).3
Mutasi germinal yang terjadi lebih cepat, dapat bermanifestasi sebagai RB bilateral/
multipel. Mutasi somatik biasanya bermanifestasi sebagai kelainan unifokal/ unilateral. Kasus
RB bilateral biasanya muncul pada usia sangat muda (usia 1 tahun atau kurang), sedangkan kasus
unilateral biasanya terjadi setelah usia 2 tahun.3
Penanda genetik yang biasa dipakai antara lain enzim esterase-D, LDH (laktat
dehidrogenase). LDH ini ditemukan dalam humor aqueous karena nekrosis dari sel-sel tumor.
c. Stadium ekstraokuler
Pada stadium ini bola mata sudah menonjol (proptosis), akibat desakan
massa tumor yang sudah keluar ke ekstra okuler. Segmen anterior bola
mata sudah rusak dan keadaan umum pasien nampak lemah dan kurus.
Terjadi perluasan ke saraf optik dan koroid. Penyebaran bisa secara
limfogen dan homogenPrognosisnya kurang baik, tindakan yang bisa
dilakukan hanyalah untuk mempertahankan hidup pasien.9
c
d. Stadium metastasis
Stadium ini sangat buruk karena tumor sudah masuk ke kelenjar limfe pre
aurikuler atau sub mandibular. Tempat metastatis RB paling sering pada
anak adalah tulang kepala, tulang distal, otak, vertebra, dan viscera
abdomen. Penanganan pada stadium ini hanyalah bersifat paliatif saja.
Terlambatnya diagnosis adalah suatu fenomena yang kompleks pada
banyak pasien. Sering berhubungan dengan faktor sosial ekonomi atau
misdigiagnostik karena tidak nampaknya gangguan penglihatan. Pada
beberapa populasi, ketidaktahuan akan abnormalitas mata seperti
strabismus dan leukokora sebagai suatu tanda dari kanker mata.Namun di
USA penyebaran penyakit jarang dijumpai karena pasien terdiagnosis pada
stadium dini.7,10
Manifestasi Klinis
Gejala RB yang paling seing adalah leucoria (56%) atau pupil putih yang digambarkan
sebagai mata yang bercahaya, berkilat, atau cat’s-eye appearance. (Gambar 2.5), namun gejala
biasanya hilang timbul, tergantung pandangan mata anak .Gejala ini biasanya ditemukan tidak
sengaja oleh orang tua, atau oleh dokter saat pemeriksaan reflek cahaya.9,12
Penegakan Diagnosis
USA, kebanyakan kasus terdiagnosis pada keadaan tumor masih terbatas pada
intraokuler, sedangkan pada negara berkembang biasanya terdiagnosis setelah terjadi
penyebaran. Diagnosis RB ditegakkan berdasarkan temuan klinik, yaitu adanya satu atau lebih
massa berwarna keputihan pada retina, maassa tersebut bias ditemukan dalam korpus vitreus
(endofitik) atau pada spatium sub retina (eksofitik). 12
Anamnesis
Pada pasien dengan kecurigaan RB, maka perlu dilakukan anamnesis lanjutan. Perlu
ditanyakan onset dan durasi kelainan mata, terutama lekocoria atau strabismus. Kesehatan anak
secara keseluruhan juga perlu ditanyakan. Adanya penurunan berat badan atau selera makan
dapat menjadi salah satu gejala yang perlu diwaspadai. Pertanyaan tentang penglihatan yang
perlu ditanyakan adalah apakah pasien mengalami gangguan penglihatan, perbedaan gerakan
mata kanan dan kiri. Pertanyaan lain adalah ada tidaknya riwayat keluarga yang menderita
kanker apapun, misalnya Ca cervix/mammae, Ca paru. Sifat sel tumor pleotropik, jadi punya
kecenderungan untuk mutasi ke bentuk keganasan lain.7,9,11,12
Pemeriksaan Fisik
Pasien anak yang diduga RB harus mendapatkan pemeriksaan fisik dan penunjang
lengkap. Beberapa hasil pemeriksaan yang dapat ditemui pada pemeriksaan yaitu :
a. Penurunan visus, biasanya dapat ditemukan pada anak yang sudah dapat
berkomunikasi dan kooperatif
b. Cover/uncover test dapat ditemukan adanya strabismus
c. Midriasis
d. Nistagmus
e. Leukocoria
f. Peningkatan tekanan intraokular
g. Glaukoma
h. Hifema dan atau hipopion
i. Pada pasien kooperatif dapat dilakukan pemeriksaan slit lamp , biasanya dapat
ditemukan adanya uveitis.
j. Pemeriksaan funduskopi dilakukan dengan anestesi. Lesi kecil dapat terlihat sebagai
area tembus cahaya atau lesi berbentuk seperti kubah. Pada lesi yang lebih besar, dapat
ditemukan area berwarna keputihan seperti kapur. Tumor endofitik tumbuh kea rah
corpus vitreum, sedangkan eksofitik tumor tumbuh ke spatium subretina.4,5,9
A B
Gambar 2.5 Hasil pemeriksaan funduskopi pasien RB. A) hasil
pemeriksaan mata kanan pasien RB dengan lesi kecil,
tambak gambaran keputihan di superotemporal, B) lesi
RB besar, dimana tumor sudah menyebar ke korpus
vitreum12
2. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien yang dicurigai
RB adalah :
a. Ultrasonografi orbital : untuk konfirmasi adanya massa pada segmen
posterior mata dan kalsifikasi intralesi. USG mempunyai nilai akurasi
mencapai 80%, RB ditemukan adanya massa tumor hiperekoik dengan
kalsifikasi.
b. CT/MRI scan : pemeriksaan ini tidak dijadikan pemeriksaan rutin. CT
scan dapat digunakan untuk melihat perluasan tumor ke tulang. MRI
dapat digunakan jika dicurigasi adanya perluasan ke n. optikus. 2,4,7
3. Gambaran Histopatologi
Diagnosis RB dapat dikonfirmasi secara histologi setelah dilakukan
tindakan enukleasi. Gambaran khas biasanya dijumpai pada sel –sel roset
flexner Wintersteiner. Karakteristik histologi adalah adanya abnormalitas
retinoblas dengan nucleus hiperkromatik besar, dan sedikit sitoplasma.
Gambaran khas biasanya dijumpai pada sel –sel roset flexner Wintersteiner.
b. Homer Wright rosettes, rosettes yang tidak mempunyai lumen dan sel
terbentuk mengelilingi masa proses eosinofilik
c. Fleurettes, adalah focus sel tumor yang mana menunjukkan
differensiasi fotoreseptor, kelompok sel dengan proses pembentukan
sitoplasma dan tampak menyerupai karangan bunga.7,12
4. Diagnosis Banding
Beberapa diagnosis banding RB adalah sebagai berikut :
a. Katarak kongenital, pada penyakit ini juga dijumpai adanya pupil putih
(leukocoria)
b. Persistent fetal vasculature/ PFV (sebelumnya disebut
persistent hyperplastic primary vitreous/ PHPV), adalah
kegagalan regresi pembuluh darah di korpus vitreum
c. Dysplasia retina, yang dapat terjadi pada Norrie’s disease, Patau’s
syndrome, Edward’s syndrome, Walker Warburg dan kelainan migrasi
saraf lainnya
d. Early onset Coat’s disease, yaitu kelainan pembuluh darah retina
karena eksudasi lipid d bawah retina
e. Infeksi kongenital, seperti toxocariasis
f. Glaucoma kongenital, yaitu ditemukannya mata merah, berair, dan
keruh.4,12
Klasifikasi
Klasifikasi yang akan dijelaskan adalah klasifikasi menurut Reese-Ellsworth
dan International classification of intraocular retinoblastoma.
Komplikasi
Prognosis
1. Prognogsis dan survival rate sangat tergantung pada stadium klinis tumor pada saat
didiagnosis. Apabila ditemukan satidum dini maka prognosanya akan lebih baik.
2. Tumor yang tidak diterapi dapat mengakibatkan invasi local dan metastastis, dan
biasanya pasien akan meninggal dalam jangka waktu kurang dari 2 tahun. Kasus
yang jarang, dapat terjadi perhentian pertumbuhan tumor secara spontan dan
membentuk retinoma, atau nekrosis dan menyebabkkan phtisis bulbi.4,13
3. Tumor dengan ukuran kecil atau sedang, jika diterapi dengan tepat dapat
mempunyai survival rate mencapai 95% (pada negara maju), sedangkan pada
negara berkembang adalah sekitar 50%. Prognosis yang buruk berhubungan dengan
ukuran tumor, keterlibatan nervus optikus, penyebaran ekstraokuler, dan usia yang
lebih tua saat onset.4,10
4. Di negara maju, prognosis penglihatan retinoblastoma cukup bagus, yaitu dapat
mencapai 50% pada mata yang tidak di-enukleasi. Prognosis penglihatan pada mata
yang tidak terkena tumor mencapai lebih dari 80%.4
KESIMPULAN