Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

PENGINDERAAN JAUH
MODUL 4

Disusun Oleh:
Tanya Tristanova
26050120130042
Oseanografi A

Koordinator Mata Kuliah Penginderaan Jauh :


Ir. Petrus Subardjo, M.Si
NIP. 19561020 198703 1 001

Tim Asisten
Warisatul Anbiya Selkofa M 26050117120018
Muhammad Farras Ayasy 26050117140023
Riefchi Wicaksono Haris 26040117140065
Octa Firta 26040117140070
Rahmat Yolansyah Putra 26050117120026
Tiara Anggita 26050118130051
Zahra Sadza Salma 26050118120009
Ferdian Agung Baskoro 26050118120025
Maryam S Taib 26050118140091
Danang Imaddudin Mahardika 26050118140076
Muhammad Farhan 26050118140101
Rofiatul Mutmainah 26050118120030

DEPARTEMEN OSEANOGRAFI
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020
Tgl Praktikum : Jumat, 6 November 2020
Tgl Pengumpulan : Kamis, 12 November 2020

LEMBAR PENILAIAN

MODUL 4

Nama : Tanya Tristanova NIM : 26050120130042 Ttd :

NO. KETERANGAN NILAI


1. Pendahuluan
2. Tinjauan Pustaka
3. Materi dan Metode
4. Hasil dan Pembahasan
5. Penutup
6. Daftar Pustaka
TOTAL

Mengetahui,
Koordinator Praktikum Asisten

Warisatul Anbiya Selkofa M Danang Imaddudin Mahardika


26050117120018 26050118140076
I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Menurut Lilesand dan Kiefer (1979), penginderaan jauh didefinisikan


sebagai ilmu dalam mengumpulkan informasi suatu objek tanpa menyentuh atau
berkontak fisik langsung dengan objek tersebut. Secara umum, penginderaan jauh
berkaitan dengan pengolahan citra dalam mengetahui atau mengamatai suatu
fenomena di muka bumi. Misalkan hutan, laut, sungai, sawah, dan lain-lain.
Prinsip dasar dari penginderaan jauh adalah adanya rekaman interaksi antara
gelombang elektronik dan objek di muka bumi yang tertangkap oleh sensor
penangkap gelombang. Penangkap gelombang ini dapat berupa satelit, pesawat,
atau pesawat tanpa awak.

Teknologi penginderaan jauh atau remote sensing dapat digunakan untuk


menentukan posisi daerah potensi ikan dengan mengidentifikasi beberapa
indikator tingkat kesuburan perairan dan kelimpahan makan bagi ikan. Beberapa
parameter yang sering dijadikan indikator tersebut adalah suhu permukaan laut.
Suhu permukaan laut dapat diestimasi dengan teknik penginderaan jauh. Salah
satu instrumen yang dapat digunakan untuk mendeteksi SPL yaitu citra satelit
MODIS. Citra satelit MODIS yang kita gunakan adalah satelit Aqua MODIS dan
Terra MODIS. Satelit Terra dan Aqua ini memiliki resolusi yang bermacam-
macam, yaitu 72, 400, 800, 1200 dan 1500 km.. Satelit ini dapat mengukur hampir
semua parameter yang ada di darat, laut maupun udara. Satelit Aqua sendiri dapat
mengukur suhu permukaan laut dan kandungan klorofil yang berada di laut.

I.2 Tujuan

1. Mahasiswa mampu men-download citra suhu permukaan laut


2. Mahasiswa mampu menampilkan citra suhu permukaan laut level 2
3. Mahasiswa mampu melakukan analisa spasial suhu permukaan laut
I.3 Manfaat

1. Praktikan dapat mengetahui cara men-download citra suhu permukaan laut


dan dapat mempraktekannya
2. Praktikan dapat mengoperasikan aplikasi SeaDAS dengan baik
3. Praktikan dapat menganalisa spasial suhu permukaan laut
II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Suhu Permukaan Laut

Salah satu parameter kelautan yang terkait adalah suhu permukaan laut,
yang diperoleh dengan pengukuran langsung lapangan atau menggunakan data
satelit. Perubahan suhu permukaan laut memiliki implikasi biologis yang sangat
penting untuk kondisi kenyamanan / ketidaknyamanan kebanyakan biota laut
(Rifqi, 2009). Suhu merupakan suatu ukuran dingin atau panasnya keadaan atau
sesuatu lainnya. Suhu permukaan laut merupakan faktor penting bagi kehidupan
organisme di lautan, karena suhu dapat mempengaruhi metabolisme maupun
perkembangbiakan dari organisme di laut (Ir. Sarsinta, 2008).

Suhu permukaan laut sangat penting untuk diketahui karena sebaran suhu
permukaan laut dapat memberikan informasi mengenai front, upwelling, arus,
cuaca / iklim dan daerah tangkapan ikan (Susilo, 2000). Suhu permukaan laut
merupakan salah satu faktor utama penggerak siklus musim, baik di daerah tropis
maupun subtropis dimana suhu permukaan laut akan mempengaruhi kondisi
atmosfer, cuaca, dan musim. Bahkan munculnya fenomena El Nino dan La Nina
dapat dipelajari melalui suhu permukaan laut. Banyak lagi hal lain yang terkait
dengan aplikasi yang dapat dipengaruhi oleh suhu permukaan laut, diantaranya
kesuburan perairan/laut serta bidang perikanan (Sukresno, 2015).

II.2 Citra Satelit Aquamodis

Salah satu teknologi untuk memperoleh data suhu permukaan laut seeara
kontinyu adalah dengan memanfaatkan data citra satelit. Citra satelit merupakan
salah satu hasil dari teknologi penginderaan jauh. Salah satu teknologi yang
digunakan adalah MODIS (Moderate-resolution Imaging Spectroradiometer)
yang merupakan salah satu sensor milik EOS (Earth Observing System) dan
dibawa oleh dua wahana yang diproduksi oleh NASA (National Aeronautics and
Space Administration) yaitu Terra dan Aqua. Dimana data citra satelit MODIS
dapat menghasilkan informasi data beberapa parameter oseanografi, salah satunya
berupa suhu permukaan laut dengan lingkup penelitian yang cukup luas. Data
MODIS ini dapat diperoleh dengan relatif lebih mudah dan singkat jika
dibandingkan dengan data citra lain (Anon, 2007).

MODIS (Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer) adalah


instrument utama diatas satelit Terra dan Aqua. Dari data sensor MODIS, kita
dapat diketahui informasi mengenai potensi sumber daya alam yang dimiliki
Indonesia. Indonesia dilalui garis khatulistiwa sehingga mempunyai karakteristik
unik karena wilayah perairannya menjadi tempat interaksi antara massa air yang
datang dari Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Pertemuan masa air dari kedua
samudra tersebut di daerah-daerah wilayah perairan laut Indonesia, dapat
diperkirakan daerah-daerah tersebut terdapat banyak ikan yang beraneka ragam.
(Unik, 2019).

II.3 Karakteristik Citra Aquamodis

Salah satu citra penginderaan jauh yang digunakan untuk mengekstrak


informasi SST dan chlorofil a adalah citra MODIS. Citra MODIS diperoleh dari
satelit Aqua dan Terra. Satelit Aqua sukses meluncur pada tanggal 4 Mei 2002
pukul 2:55 a.m PDT dari Vandenberg Air Force Base, CA. Satelit ini didesain
untuk masa hidup 6 tahun memiliki beberapa instrumen yaitu AMSR/E-
Advanced Microwave Scanning Radiometer EOS MODIS- Moderate Resolution
Imaging Spectroradiometer, AMSU- Advanced Microwave Sounding Unit, AIRS-
Atmospheric Infrared Sounder, HSB- Humidity Sounder for Brazil dan CERES-
Clouds and the Earths Radiant Energy System. Satelit Aqua MODIS memiliki
orbit seperti NOAA yakni orbit sun-synchronous (selaras matahari) dan near-
polar (dekat kutub) (Nurman, 2010).

Setiap kali melintas, satelit menyediakan lebar pandang 2330 km dan


mengorbit bumi 1-2 hari pada ketinggian 705 km di atas permukaan bumi. Citra
yang dihasikan memiliki tiga resolusi spasial yaitu 250 m (bands 1-2), 500 m
(bands 3-7), 1000 m (bands 8-36). Aqua (EOS PM 1) merupakan satelit milik
Nasa yang mempelajari tentang penguapan dari lautan, uap air di atmosfer, awan,
curah hujan, kelembaban tanah, es laut, es tanah, dan penutup salju di daratan dan
es. Data Aqua-MODIS dimanfaatkan untuk pemanfaatan fase tanaman padi, zona
potensi penangkapan ikan, monitoring titik api kebakaran hutan, dll. Data
MODIS-Aqua yang tersedia di Pusat data yaitu data MODIS level 1B yaitu data
yang sudah dilakukan destriping correction dan geometric correction (NASA)
(LAPAN, 2018).

II.4 Perbedaan Aquamodis Level 1, 2, dan 3

Citra Modis memiliki 3 jenis data citra yaitu Citra MODIS level 1a, 1b,
2,dan 3. Adapun format level data yang dihasilkan oleh MODIS, adalah sebagai
berikut :

1. Format data level 1 merupakan data mentah ditambah dengan informasi


tentang kalibrasi sensor dan geolokasi yang terdiri dari:
a. Level 1a: mengandung informasi lebih yang dibutuhkan pada set
data. Level 1a digunakan sebagai input untuk geolocation,
calibration, dan processing.
b. Level 1b: data yang telah mempunyai terapannya, merupakan hasil
dari aplikasi sensor kalibrasi sensor pada level 1a.
2. Level 2 : dihasilkan dari proses penggabungan data level 1a dan 1b. Data
level 2 menetapkan nilai geofisik pada tiap piksel, yang berasal dari
perhitungan raw radiance level 1a dengan menerapkan kalibrasi sensor,
koreksi atmosfer, dan algoritma bio-optik.
3. Level 3: merupakan data level 2 yang dikumpulkan dan dipaketkan dalam
periode 1 hari, 8 hari, 1 bulan dan 1 tahun.

II.5 Karakteristik Suhu Permukaan Laut di Perairan Selat Sunda


Selat Sunda merupakan salah satu perairan yang penting dalam sirkulasi
massa air di Indonesia. Dinamika oseanografinya dipengaruhi massa air Laut Jawa
dan Samudera Hindia. Pencampuran kedua massa air tersebut berdampak positif
terhadap kualitas massa air Selat Sunda, antara lain berpengaruh terhadap
kandungan zat hara (nutrien), klorofil, fitoplankton dan suspended solid (Adnan,
2003). Suhu merupakan parameter lingkungan yang paling sering diukur di laut
karena berguna dalam mempelajari proses fisika, kimia, dan biologi yang terjadi
di laut. Pola distribusi suhu permukaan laut dapat digunakan untuk
mengidentifikasi parameter-parameter oseanografi lain seperti arus, umbalan dan
front (Pralebda & Suyuti, 1983).

Suhu air laut merupakan faktor yang banyak mendapat perhatian dalam
pengkajian kelautan. Data suhu dapat dimanfaatkan bukan saja untuk mempelajari
gejala fisika di dalam laut, tetapi juga kaitannya dengan kehidupan hewan atau
tumbuhan. Pada dasarnya suhu air laut dipengaruhi panas matahari yang diterima
lapisan permukaan air laut. Selain faktor tersebut, faktor lain yang
mempengaruhinya adalah arus permukaan, keadaan awan, penguapan, gelombang
pergerakan konveksi, upwelling, divergensi dan konvergensi terutama pada
daerah estuari dan sepanjang pantai (Nontji, 1987).

II.6 Pengaruh Musim Terhadap Suhu Permukaan Laut

Gerak semu matahari menyebabkan perbedaan tekanan udara di belahan


bumi utara (BBU) dan belehan bumi selatan (BBS). Indonesia yang berada pada
garis katulistiwa merupakan daerah lintasan pergerakan udara sebagai akibat dari
perbedaan tekanan udara pada kedua belahan bumi ini. Pergerakan udara ini
dikenal sebagai angin muson. Angin muson secara bergantian bergerak melintasi
wilayah Indonesia sepanjang tahun dengan periode enam bulan yakni bulan April
hingga September (angin muson timur) dan Oktober hingga Maret (angin muson
barat) (Dida, 2016). Iklim muson dan mendapatkan pengaruh yang signifikan dari
massa air dari Samudera Hindia yang dikenal mempunyai suhu dingin (Hendiarti
et al. 2005).
McPhaden dan Hayes (1991) menyatakan bahwa pergerakan angin akan
mempengaruhi karakteristik massa air di laut, salah satunya adalah terjadinya
perubahan arah arus permukaan. Pergerakan angin yang kuat pada permukaan air
mempengaruhi terjadinya percampuran massa air pada lapisan atas dan
menjadikan sebaran suhu homogen. Menurut Putra (2004) diketahui bahwa pada
saat Musim Timur, di perairan selatan Jawa bertiup angin dari benua Australia
menuju ke arah Barat. Hal ini menyebabkan pergerakan massa air permukaan dari
selatan pulau Jawa menuju barat samudera Indonesia. Pergerakan massa air
permukaan ini menyebabkan sirkulasi massa air dari bagian dalam yang bersuhu
rendah, naik ke atas menggantikan massa air permukaan yang berpindah

II.7 Musim di Indonesia

Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang hanya memiliki dua


musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Secara umum, musim hujan di
Indonesia terjadi saat muson barat sedangkan musim kemarau terjadi saat muson
timur. Meskipun musim terjadi secara periodik, namun musim dapat mengalami
pergeseran seperti semakin lamanya musim penghujan dan semakin mundurnya
musim kemarau. Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya pergeseran
musim di wilayah Indonesia adalah fenomena Indian Ocean Dipole (IOD) (Saji,
1999). Fenomena IOD merupakan fenomena yang terjadi karena adanya
perbedaan anomali suhu permukaan laut di Samudera Hindia bagian barat dengan
bagian timur. Fenomena IOD dapat menyebabkan penurunan maupun
peningkatan suhu permukaan laut yang disertai dengan penurunan maupun
peningkatan curah hujan (Aldrian, 2008).

Wilayah perairan Indonesia merupakan lintasan sistem angin musim


(monsoon) yang dalam setahun terjadi dua kali pembalikan arah. Arus permukaan
di perairan Indonesia sangat dipengaruhi oleh angin ini, sehingga pola arus yang
terbentuk sangat ditentukan oleh musim yang sedang berlangsung. Pada bulan
Juni hingga Agustus (musim timur) bertiup angin timur dengan arah arus
permukaan bergerak dari timur ke barat, sedangkan pada bulan Desember hingga
Februari (musim barat) bertiup angin barat dengan arah arus permukaan bergerak
dari arah barat ke timur. Pada bulan Maret ke Mei serta September ke November
berlangsung musim pancaroba (peralihan), dimana pada musim ini gerakan arus
permukaan tidak teratur (Wyrtki 1961).

II.8 Analisa Spasial Suhu Permukaan Laut

Suhu air laut merupakan faktor yang banyak mendapat perhatian dalam
pengkajian kelautan. Data suhu dapat dimanfaatkan bukan saja untuk mempelajari
gejala fisika di dalam laut, tetapi juga kaitannya dengan kehidupan hewan atau
tumbuhan. Pada dasarnya suhu air laut dipengaruhi panas matahari yang diterima
lapisan permukaan air laut. Selain faktor tersebut, faktor lain yang
mempengaruhinya adalah arus permukaan, keadaan awan, penguapan, gelombang
pergerakan konveksi, upwelling, divergensi dan konvergensi terutama pada
daerah estuari dan sepanjang pantai (Nontji, 1987). Angin yang bertiup dan
mendorong massa air sehingga bergerak sejajar mendekati garis pantai akan
dibelokkan arahnya menjauhi garis pantai dengan arah tegak lurus angin ke laut
lepas. Peristiwa tersebut menyebabkan terbentuknya “ruang kosong” di daerah
pantai yang kemudian diisi oleh massa air di bawahnya dengan cara bergerak
vertikal ke permukaan (Wyrtki, 1961).

Pengamatan sebaran SPL secara langsung diperairan sulit dilakukan,


perairan laut yang luas dan SPL yang berubah-ubah menjadi kendala dalam
pengamatan sebaran SPL secara langsung. Untuk itu pengamatan sebaran
SPLmenggunakan citra satelit dinilai tepat karena dapat merekam SPL
diperairandengan wilayah yang luas dalam waktu yang bersamaan. Peta sebaran
SPL diperairan telah banyak diaplikasikan dibidang perikanan dan pemanfaatan
sumberdaya hayati laut. Walaupun citra suhu permukaan laut tersebut hanya
menggambarkan keadaan sesaat sebaran suhu permukaan laut di daerah studi,akan
tetapi fenomena yang terjadi berubah sangat lambat, sehingga untuk kondisi
beberapa hari suhu tersebut dapat dianggap sama. Dengan begitu pengamatan
fenomena oseanografi seperti sebaran SPL sangat efektif dilakukan untuk wilayah
yang luas dengan metode penginderaan jauh menggunakan citra satelit. (Ika,
2011).
III. MATERI DAN METODE

III.1 Waktu dan Tempat

Hari/tanggal : Jumat, 30 Oktober 2020


Waktu : 18.30 – 20.00
Tempat : Kediaman masing-masing

III.2 Materi

1. Download citra suhu permukaan laut


2. Menampilkan citra suhu permukaan laut level 2
3. Analisa spasial suhu permukaan laut.

III.3 Metode

III.3.1 Download Citra Suhu Permukaan Laut

1. Search (http://oceancolor.gsfc.nasa.gov/) pada mesin pencari

2. Pada bagian Data


pilih Level 1&2 Browser
3. Setelah tampilan menjadi seperti ini pilih SST di bagian kiri atas

4. Pilih Aqua Modis,


Radius 72 dan Citra di Indonesia. Bulan dan tanggal mengikuti
NIM klik find swaths

5. Pilih citra salah


satu citra yang ada, disarankan yang bagian lautnya luas

6. Lalu download
data citra dengan ukuran yang paling kecil (.SST.nc) Register
terlebih dahulu. Selesai
III.3.2 Koreksi Nilai Awan

1. Buka aplikasi SeaDAS

2. Klik Open a data file


dan pilih citra yang sudah di download tadi

3. Klik file raster dan klik


sst akan muncul gambar seperti ini

4. Klik kanan pada sst dan


pilih math band, ganti nama dengan Nama_NIM dan klik Edit
Expression
5. Pada edit expression masukan (if qual_sst then NaN else 1* sst)
klik ok

6. Selesai

III.3.3 Cropping Citra

1. Buka aplikasi SeaDAS

2. Klik Open a data file


dan pilih citra yang sudah di download tadi

3. Klik file raster dan klik


sst akan muncul gambar seperti ini
4. Klik kanan pada sst dan
pilih math band, ganti nama dengan Nama_NIM dan klik Edit
Expression

5. Pada edit
expression masukan (if qual_sst then NaN else 1* sst) klik ok

6. Klik raster dan pilih


crop

7. Pada band subset


unceklis semua kecuali data citra dengan Nama_NIM. Lalu akan
muncul file lagi, pada file Nama_NIM pilih raster dan reproject
8. Pada I/O parameter
unceklis save file as, Pada map & projection settings pada bagian
projection ganti menjadi UTM/WGS 84. Run dan selesai

III.3.4 Menampilkan Citra Suhu Permukaan Laut

1. Buka aplikasi SeaDAS

2. Klik Open a data file


dan pilih citra yang sudah di download tadi
3. Klik file raster dan klik sst akan muncul gambar seperti ini

4. Klik kanan pada sst dan


pilih math band, ganti nama dengan Nama_NIM dan klik Edit
Expression

5. Pada edit
expression masukan (if qual_sst then NaN else 1* sst) klik ok

6. Klik raster dan pilih


crop

7. Pada band subset


unceklis semua kecuali data citra dengan Nama_NIM. Lalu akan
muncul file lagi, pada file Nama_NIM pilih raster dan reproject
8. Pada I/O parameter
unceklis save file as, Pada map & projection settings pada bagian
projection ganti menjadi UTM/WGS 84. Run

9. Pada Nama_NIM
pilih color manager dan pilih scheme sst.

10. Pada file pilih


export – BigGeoTIFF dan beri nama dengan format
Nama_NIM_Kelas. Selesai
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil

I.1.1 Download Citra Suhu Permukaan Laut

IV.1.1 Koreksi Nilai Awan

IV.1.2 Cropping Citra


IV.1.3 Menampilkan Citra Suhu Permukaan Laut

IV.2 Pembahasan

IV.2.1 Download Citra Suhu Permukaan Laut

Pada praktikum kali ini, citra didownload dari website


http://oceancolor.gsfc.nasa.gov/. Data yang didownload digunakan untuk
mengetahui suhu permukaan laut. Data satelit yang digunakan pada
praktikum kali ini adalah  AQUAMODIS karena citra ini dapat menampilkan datas
sebaran klorfil dan juga SST (Sea Surface Temperature). Radius yang kita
gunakan untuk untuk download citra ini sepanjang 72 km, dan daerah yang di
pilih adalah bagian Indonesia. Citra yang didownload pada praktikum ini adalah
citra angin musim timur yaitu bulan Oktober – April.

Data yang didownload adalah data pada tanggal 11 Agustus 2018


(AQUA_MODIS.20180811T063501.L2.SST.nc). Mendownload citra dari
Oceancolor tidaklah terlalu rumit, karena mudah dipahami oleh orang-orang
awam. Pada Oceancolor ini, keunggulannya adalah data citra yang dihasilkan
sudah tersedia data bulanan, mingguan,harian, dan bahkan jam (pagi dan malam)
sehingga hal ini sangat menunjang mahasiswa oseanografi utamanya untuk
mengambil data dari satelit yang sesuai dengan kebutuhannya, selain itu data yang
dihasilkan di-update setiap harinya.

IV.2.2 Koreksi Nilai Awan

Pada koreksi nilai awan, citra yang telah kita download


(AQUA_MODIS.20180811T063501.L2.SST.nc) akan dikoreksi tampilan
citranya. Karena biasanya citra yang difoto dari satelit akan terhalang oleh awan.
Koreksi nilai awan ini bertujuan untuk menghilangkan atau mempersedikit jumlah
awan yang menutupi tampilan citra. Koreksi ini dilakukan menggunakan aplikasi
SeaDAS yang telah didownload sebelum praktikum. Koreksi ini tidak terlalu sulit
untuk dilakukan.

Pada saat melakukan koreksi nilai awan, selain dibutuhkan file citra juga
dibutuhkan sebuah formula. Formula ini berguna sebagai kunci untuk koreksi
awan. Formula yang dipakai adalah (if qual_sst then NaN else 1* sst), jika
formulanya salah maka citra tidak dapaet terkoreksi atau error. Penggunaan
formula ini digunakan di edit expression pada menu math band. Setelah selesai
maka citra akan terbebas dari gangguan awan.

IV.2.3 Cropping Citra

Langkah pemotongan citra (image cropping) dilakukan untuk


memperkecil area tampilan citra sesuai koordinat daerah yang diinginkan. Ini
bertujuan agar ukuran file menjadi lebih kecil sehingga proses pengolahan
menjadi lebih cepat. Citra (AQUA_MODIS.20180811T063501.L2.SST.nc) yang
telah kita download dicrop supaya kita mendapatkan tampilan yang lebih kecil
dan koordinat yang kita inginkan. Cropping citra dilakukan menggunakan aplikasi
SeaDAS. Cropping citra ini dilakukan dengan memilih menu raster dan memilih
opsi crop. Setelah itu pada map & projection settings pada bagian projection
diganti menjadi UTM/WGS 84. Lalu tinggal di klik run dan citra sudah selesai di
crop.
IV.2.4 Menampilkan Citra Suhu Permukaan Laut

Manfaat dari citra penginderaan jauh  MODIS dari satelit Aqua/Terra


unutk mengetahui suhu permukaan laut. Citra penginderaan jauh MODIS  dari
satelit Aqua/Terra mempunyai band thermal dan resolusi temporal yang tinggi,
sehingga dinamika perubahan SPL dapat diamati secara kontinu. Melalui
beberapa band termal tersebut dapat diekstrak nilai suhu permukaan lautnya. Dari
citra yang telah diolah dapat diketahui fluktuasi temporal SPL pada wilayah yang
di tinjau. Selain itu dapat diketahui nilai SPL maksimum dan minimumnya.

Citra suhu permukaan laut dapat diperoleh dengan menggunakan aplikasi


SeaDAS. Kali ini kita menggunakan citra yang sama dengan citra yang tadi kita
unduh (AQUA_MODIS.20180811T063501.L2.SST.nc). Disarankan citra yang
diunduh memiliki lebih banyak permukaan laut daripada daratan. Langkah ini
digunakan untuk melihat perbedaan suhu pada permukaan laut. Dengan
menggunakan color manager kita mendapatkan citra suhu permukaan laut.
V. PENUTUP

V.1Kesimpulan

1. Praktikan dapat mengetahui cara men-download citra suhu permukaan laut


dan dapat mempraktekannya
2. Praktikan dapat mengoperasikan aplikasi SeaDAS dengan baik
3. Praktikan dapat menganalisa spasial suhu permukaan laut

V.2Saran

1. Post test dan pre test dibuat menarik supaya praktikan tidak tegang
2. Praktikan lebih kondusif lagi
3. Jurnal tidak dibatasi maksimal tahun
DAFTAR PUSTAKA

Amri, K., A. Priatna dan Suprapto. 2014. KARAKTERISTIK OSEANOGRAFI


DAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON DI PERAIRAN SELAT
SUNDA PADA MUSIM TIMUR. Bawal., 6(1) : 11 – 20.

Amri, K., D. Manurung., J.L. Gaol dan M.S. Baskoro. 2013. KARAKTERISTIK
SUHU PERMUKAAN LAUT DAN KEJADIAN UPWELLING FASE
INDIAN OCEAN DIPOLE MODE POSITIF DI BARAT SUMATERA
DAN SELATAN JAWA BARAT. J. Segara., 9(1) : 23 – 35.

Febriani, E.R dan B.M. Sukojo. 2016. Analisa Perbandingan Penggunaan Citra
Modis Level 1b dan Level 2 dalam Menentukan Prakiraan Daerah
Penangkapan Ikan (Studi Kasus: Pantai Selatan Blitar). Jurnal Teknik ITS.,
5(2) : 439 – 442.

Hamuna, B., Y.P. Paulangan dan L. Dimara. 2015. Kajian suhu permukaan laut
mengunakan data satelit Aqua-MODIS di perairan Jayapura, Papua. Depik.,
4(3) : 160 – 167.

Kasim, F. 2010. Analisis Distribusi Suhu Permukaan Menggunakan Data Citra


Satelit Aqua-Modis dan Perangkat Lunak Seadas di Perairan Teluk Tomini.
Jurnal Ilmiah Argopolitan., 3(1) : 270 – 276.

Kurnianingsih, T.N., B. Sasmito., Y. Prasetyo dan A. Wirasatriya. 2017.


ANALISIS SEBARAN SUHU PERMUKAAN LAUT, KLOROFIL-A,
DAN ANGIN TERHADAP FENOMENA UPWELLING DI PERAIRAN
PULAU BURU DAN SERAM. Jurnal Geodesi Undip., 6(1) : 238 – 248.

Nurman, A. 2010. PEMANFAATAN DATA MODIS UNTUK MENDETEKSI


DAERAH TANGKAPAN IKAN PANTAI TIMUR DAN BARAT
SUMATERA UTARA. Jurnal Geografi., 2(2) : 17 – 30.

Nuriyanti., Purwanto., H. Setiyono., W. Atmojo., P. Subarjo., A. Ismanto dan


Muslim. 2019. Potensi Energi Arus Laut di Perairan Selat Sunda.
Indonesian Journal of Oceanography., 1(1) : 1 – 8.
Rahayu, N.D., B. Sasmito dan N. Bashit. 2018. ANALISIS PENGARUH
FENOMENA INDIAN OCEAN DIPOLE (IOD) TERHADAP CURAH
HUJAN DI PULAU JAWA. Jurnal Geodesi Undip., 7(1) : 57 – 67.

Rahman, M.A., M. Laksmini., M.U.K. Agung dan Sunarto. 2019. PENGARUH


MUSIM TERHADAP KONDISI OSEANOGRAFI DALAM
PENENTUAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN CAKALANG
(Katsuwonus pelamis) DI PERAIRAN SELATAN JAWA BARAT. Jurnal
Perikanan dan Kelautan., 10(1) : 92 – 102.

Rifai, A., B. Rochaddi., U. Fadika., J. Marwoto dan H. Setiyono. 2020. Kajian


Pengaruh Angin Musim Terhadap Sebaran Suhu Permukaan Laut (Studi
Kasus : Perairan Pangandaran Jawa Barat). Indonesian Journal of
Oceanography., 2(1) : 1 – 7.

Satrioajie, W.A. 2012. TEKNOLOGI CITRA SATELIT MODIS UNTUK


PENGUKURAN SURU PERMUKAAN LAUT. Oseana., 27(3) : 1 – 9.

Suhana, M.P. 2018. Karakteristik Sebaran Menegak dan Melintang Suhu dan
Salinitas Perairan Selatan Jawa. Dinamika Maritim., 6(2) : 9 – 11.

Syaifulah, M.D. 2015. SUHU PERMUKAAN LAUT PERAIRAN INDONESIA


DAN HUBUNGANNYA DENGAN PEMANASAN GLOBAL. J. Segara.,
11(1) : 37 – 47.

Tarigam, M.S. 2009. Aplikasi Satelit Aqua MODIS untuk Memprediksi Model
Pemetaan Kecerahan Air Laut di Perairan Teluk Lada, Banten. Jurnal Ilmu
Kelautan., 14(3) : 126 – 131.

Yuniarti, A., L. Maslukah dan M. Helmi. 2013. Studi Variabilitas Suhu


Permukaan Laut Berdasarkan Citra Satelit Aqua MODIS Tahun 2007-2011
di Perairan Selat Bali. Jurnal Oseanografi., 2(4) : 416 – 421.

Zahroh, L dan B.M. Sukojo. 2016. Analisis Suhu Permukaan Laut untuk
Penentuan Daerah Potensi Ikan Menggunakan Citra Satelit Modis Level
1B. Jurnal Teknik ITS., 5(2) : 846 – 849.

Anda mungkin juga menyukai