Anda di halaman 1dari 9

KIMIA FISIKA

KODE : IPA 1531

MINDMAPPING TENTANG ENTALPI DAN PERUBAHANNYA

DISUSUN OLEH :

NI KOMANG TRIANA DEWI NIM.1813071040

KELAS 5B
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN IPA
JURUSAN FISIKA DAN PENGAJARAN IPA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2020
L
d
h
T
f
lo
e
P
s
ic
m
y
r
a
w
n
MINDMAPPING TENTANG HUKUM III TERMODINAMIKA
HUKUM III TERMODINAMIKA

A. Pendahuluan
Hukum II Termodinamika mengarah pada perumusan entropi dan memberikan cara penentuan perubahan entropi (ΔS) pada
berbagai proses. Hukum II Termodinamika memberikan hanya cara menentukan nilai perubahan entropi, tetapi tidak
memberikan nilai entropi mutlak suatu zat. Dengan hukum III Termidinamika memungkinkan untuk emnentukan nilai entropi
mutlak suatu zat
B. Latar Belakang Perumusan Hukum III Termodinamika

Dalam tahun 1902, Richards mengamati bahwa bila suhu dikurangi, ΔS° untuk beberapa reaksi kimia mendekati Nol,
dalam tahun 1906, Nernst mempostulatkan bahwa untuk reaksi isotermal dari zat padat kristalin murni, ΔS° mendekati nol
pada suhu nol mutlak. Nernst menyadari bahwa postulat di atas cocok untuk sejumlah reaksi atau proses selanjutnya Simon
dalam eksperimennya mendapatkan bahwa postulat yang dikemukakan keadaan stabil atau dinyatakan dalam kesetimbangan
internal, tetapi tidak cocok untuk proses atau perubahan yang melibatkan keadaan menstabil, seperti cairan lewat dingin,
belerang monoklin, dan sebagainya.

Pernyataan yang dikemukakan Nernst dan Simon diambil sebagai rumusan Hukum III Termodinamika yang berbunyi :
“Untuk perubahan atau reaksi yang melibatkan zat murni dan masing-masing dalam keadaan stabil maka perubaha entropinya
adalah nol pada suhu mendekati nol.”

Pada nol mutlak perubahan entropi reaksi (ΔS) adalah nol dan mengingat ∆S = ∑ vSproduks − ∑ vSreaktan (v=koefisien
reaksi) maka dapat dinyatakan bahwa pada suhu nol mutlak jumlah entropi produks jumlah entropi produksi = jumlah entropi
perekasi = 0. Dengan demikian, berlaku bahwa untuk semua zat baik unsur maupun senyawa yang dalam keadaan
kesetimbangan internal, entropinya sama dengan nol pada suhu nol mutlak atau “Entropi kristal murni sempurna adalah nol
pada nol mutlak.”

Hukum III Termodinamika telah memberikan keadaan standar untuk besaran entropi, yaitu nilai entropi zat pada nol
absolut adalah nol. Dengan demikian, setiap zat memiliki nilai entropi positif tertentu pada suhu di atas nol mutlak. Hukum III
Termodinamika memungkinkan untuk menyusun tabel nilai entropi mutlak dari beberapa zat baik unsur maupun senyawa pada
keadaan tertentu yang diinginkan (yang sebenarnya bukan entropi mutlak tetapi entropi relatif terhadap entropinya dalam
keadaan standar, yaitu pada suhu nol mutlak dan tekanan 1 atm sehingga lebih cocok disebut entropi konvensional).

C. Menentukan Nilai Entropi Zat pada Suhu Tertentu


Sebagaimana telah dipelajari dalam Hukum II Termodinamika, perubahan entropi pada proses yang berlangsung pada
tekanan tetap dinyatakan sebagai berikut.
∆S = ∆S − ∆S = ∫T2 dH = ∫T2 Cp dT = ∫T2Cp d ln T
2 1 T1 T T1 T T1
Berdasarkan rumusan diatas, nilai S zat pada suhu tertentu dengan mudah dapat ditentukan jika nilai S pada suhu yang
lain diketahui. Entropi suatu zat pada setiap suhu yang diinginkan relatif terhadap entropinya pada nol absolut diperoleh
dengan mengintegrasikan 𝛿𝑞/𝑇 sampai suhu yang diinginkan. Ini membutuhkan kapasitas kalor untuk seluruh daerah suhu dan
penentuan entalpi transisi untuk semua transisi dalam daerah suhu ini. Karena penentuan Cp tidak dapat dilakukan sampai O K
maka digunakan fungsi Debye (Cp = tetapan T3) atau melalui ekstrapolasi. Jika antara rentangan 0-298 tidak terjadi perubahan
fase maka perbedaan entropi zat pada 0 K dengan entropinya pada 298 K pada tekanan tetap 1 atm adalah sebagai berikut.
∆S° = ∆S° − ∆S° = ∫298 dH = ∫298 Cp dT = ∫298 Cp d ln T
298 0 0 T 0 T 0

Karena S0 = 0 maka dapat ditulis sebagai berikut.


∆S° 298 dH 298 Cp 298
=∫ =∫ dT = ∫ Cp d ln T
298 0 T 0 T 0

S298 biasanya ditentukan secara grafik dengan membuat kurva Cp/T vs T atau Cp vs lnT. Nilai entropinya sama dengan
luas permukaan di bawah kurva antara rentangan suhu 0-298K. Cp pada rentangan 0-15 K sulit diperoleh sehingga
integrasinya dilakukan dengan cara ekstrapolasi.
Jika antara rentangan suhu 0-298 K terjadi perubahan fase maka perubahan entropinya pada perubahan fase sebesar ΔS =
ΔH/T harus diperhitungkan. Misalnya antara 0-298 K terdapat perubahan fase padat-cair dan pada suhu 298 K zat dalam
keadaan cair maka entropinya adalah sebagai berikut.
∆𝑆 =∫ 298
𝐶(𝑠) ∆𝐻(𝑚) 298 𝐶𝑝(𝑙)
298 𝑇(𝑚) 𝑇
𝑑𝑇 + 𝑇(𝑚)
+ ∫ 𝑇(𝑚) 𝑇 𝑑𝑇

ΔH(m) = entalpi peleburan, T(m) = titik lebur normal. Jika zat pada T ada dalam keadaan gas maka yang menjadi standar
adalah gas ideal sehingga harus diperhitungkan perubahan entropi dari gas nyata ke gas ideal. Dengan cara yang sama dapat
ditentukan nilai S298 untuk zat-zat yang lain. Dengan nilai entropi ini, dapat ditentukan nilai perubahan entropi dari berbagai
reaksi pada keadaan standar dan juga dapat digunakan untuk menghitung tetapan kesetimbangan. Perubahan entropi reaksi
dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut.

ΔS = ∑ viSi(produk) − viSi(reaktan)

vi adalah koefisian reaksi.


LATIHAN SOAL
1. Jelaskan latar belakang perumusan Hukum III Termodinamika !

Jawab :

Dalam tahun 1902, Richards mengamati bahwa bila suhu dikurangi, ΔS° untuk beberapa reaksi kimia mendekati
Nol, dalam tahun 1906, Nernst mempostulatkan bahwa untuk reaksi isotermal dari zat padat kristalin murni, ΔS°
mendekati nol pada suhu nol mutlak. Nernst menyadari bahwa postulat di atas cocok untuk sejumlah reaksi atau proses
selanjutnya Simon dalam eksperimennya mendapatkan bahwa postulat yang dikemukakan keadaan stabil atau dinyatakan
dalam kesetimbangan internal, tetapi tidak cocok untuk proses atau perubahan yang melibatkan keadaan menstabil,
seperti cairan lewat dingin, belerang monoklin, dan sebagainya.
Pernyataan yang dikemukakan Nernst dan Simon diambil sebagai rumusan Hukum III Termodinamika yang
berbunyi : “Untuk perubahan atau reaksi yang melibatkan zat murni dan masing-masing dalam keadaan stabil maka
perubaha entropinya adalah nol pada suhu mendekati nol.”
Pada nol mutlak perubahan entropi reaksi (ΔS) adalah nol dan mengingat ∆S = ∑ vSproduks − ∑ vSreaktan
(v=koefisien reaksi) maka dapat dinyatakan bahwa pada suhu nol mutlak jumlah entropi produks jumlah entropi produksi
= jumlah entropi perekasi = 0. Dengan demikian, berlaku bahwa untuk semua zat baik unsur maupun senyawa yang
dalam keadaan kesetimbangan internal, entropinya sama dengan nol pada suhu nol mutlak atau “Entropi kristal murni
sempurna adalah nol pada nol mutlak.”
2. Jelaskan rumusan Hukum III Termodinamika !
Jawab :
Entropi suatu zat pada setiap suhu yang diinginkan relatif terhadap entropinya pada nol absolut diperoleh dengan
mengintegrasikan 𝛿𝑞/𝑇 sampai suhu yang diinginkan. Ini membutuhkan kapasitas kalor untuk seluruh daerah suhu dan
penentuan entalpi transisi untuk semua transisi dalam daerah suhu ini. Karena penentuan Cp tidak dapat dilakukan
sampai O K maka digunakan fungsi Debye (Cp = tetapan T 3) atau melalui ekstrapolasi. Jika antara rentangan 0-298 tidak
terjadi perubahan fase maka perbedaan entropi zat pada 0 K dengan entropinya pada 298 K pada tekanan tetap 1 atm
adalah sebagai berikut.
∆S° = ∆S° − ∆S° = ∫298 dH = ∫298 Cp dT = ∫298 Cp d ln T
298 0 0 T 0 T 0

Karena S0 = 0 maka dapat ditulis sebagai berikut.


∆S° 298 dH 298 Cp 298
=∫ =∫ dT = ∫ Cp d ln T
298 0 T 0 T 0

S298 biasanya ditentukan secara grafik dengan membuat kurva Cp/T vs T atau Cp vs lnT. Nilai entropinya sama
dengan luas permukaan di bawah kurva antara rentangan suhu 0-298K. Cp pada rentangan 0-15 K sulit diperoleh
sehingga integrasinya dilakukan dengan cara ekstrapolasi.
Jika antara rentangan suhu 0-298 K terjadi perubahan fase maka perubahan entropinya pada perubahan fase sebesar
ΔS = ΔH/T harus diperhitungkan. Misalnya antara 0-298 K terdapat perubahan fase padat-cair dan pada suhu 298 K zat
dalam keadaan cair maka entropinya adalah sebagai berikut.
∆𝑆 =∫ 298
𝐶(𝑠) ∆𝐻(𝑚) 298 𝐶𝑝(𝑙)
298 𝑇(𝑚) 𝑇
𝑑𝑇 + 𝑇(𝑚)
+ ∫ 𝑇(𝑚) 𝑇 𝑑𝑇
3. Hitung perubahan entropi untuk pembentukan 1 mol gas HCl dari hidrogen dan gas klor pada 25°C. (lihat nilai S 0
pada daftar dalam buku teks)
Diketahui :
nHCl (g) = 1 mol
T = 25 0C
Ditanya : ∆S0 =............?
Jawab :
Penyelesaian
Reaksi : ½ H2 (g) + ½ Cl2 (g) HCl (g)
Nilai S0 pada daftar diperoleh :
S0 HCl(g) = 187,0 J/K.mol
S0 H2 (g) = 131,0 J/K.mol
S0 Cl2 (g) = 223,0 J/K.mol
∆ S0 = S0 (HCl(g)) - ½ S0 ( H2 (g) ) – ½ S0 (Cl2 (g) )
= 187,0 J/K.mol – ½ 131,0 J/K.mol – ½ 223,0 J/K.mol
= 187,0 J/K.mol – 65,5 J/K.mol – 111,5 J/K.mol
= 10 J/K.mol
4. Jelaskan manfaat Hukum III Termodinamika dalam sistem kimia
! Jawab :
Berdasarkan bunyi Hukum IIITermodinamika yaitu, “untuk perubahan atau reaksi yang melibatkan zat murni perubahan
entropinya adalah nol pada suhu mendekati nol mutlak” adapun manfaat dari Hukum III Termodinamika dalam sistem
kimia adalah penentuan kapasitas kalor sampai suhu yang sangat rendah dibuat dengan kalorimeter yang khusus, dimana
zat dipanaskan secara listrik dalam sisitem terisolasi. Pencapaian suhu yang sangat rendah dalam laboratorium mencakup
aplikasi berbagai metode secara berurutan. Misalnya, penguapan helium cair pada tekanan rendah menghasilkan suhu
rendah. Suhu yang lebih rendah dapat dicapai dengan menggunakan demagnetisasi adiabatik, dimana suatu garam
paramagnetik didinginkan dengan helium cair dengan adanya medan magnet yang kuat. Garam akan mengalami proses
adiabatik reversibel dengan spin atom yang tak beratur. Karena energi harus datang dari kisi kristal, garamnya
didinginkan sehingga suhu 0,001 K dapat tercapai. Entropi yang diturunkan dengan cara tersebut disebut entropi
konversial karena didasarkan atas konvensi bahwa entropi kristal sempurna pada nol absolut adalah nol.

Anda mungkin juga menyukai