XII IPS 4
Kelompok 1
Anggota :
Aldi Kurniawan
Desy Sukma Rahayu
Faadilah Azhari
Karmiati
Lulu Nadiroh
Natasha Julia Muslim
SMAN 1 Ciasem
Setelah Soekarno dan Hatta di tangkap di Yogyakarta, SM Kartosuwiryo menolak dengan keras
jabatan Menteri Muda Pertahanan dan Kabinet Amir Syarifuddin. SM Kartosuwiryo menganggap
negara telah kalah dan bubar. Mendirikan ia mendirikan Darul Islam (DI / TII). Pada 7 Agustus 1949,
SM Kartosuwiryo menyatakan dengan resmi berdirinya Negara Islam Indonesia (NII).
Munculnya kebencian kabinet untuk kabinet Amir Syarifuddin (perwakilan Indonesia dalam
perundingan renville). Amir Syarifuddin di anggap telah menjual negara sendiri kepada musuh. Tepat
pada tanggal23 Januari 1948, Amir Syarifuddin menyerahkan mandatnya kembali kepada Presiden
Soekarno, dan menunjuk Hatta untuk menyiapkan kabinet kembali tanpa campur tangan dari
golongan sayap kiri atau sosialis.
Amir Syarifuddin menjadi kabinet yang dipimpin oleh Hatta. Untuk merebut kembali mandatnya, pada
tanggal 28 Juni 1948, Amir Syarifuddin membentuk Front Demokrasi Rakyat (FDR) yang menyatukan
semua golongan sayap kiri, sosialis, komunis, kaum petani dan buruh. Selain itu FDR juga
memprovokasi bentrokan dengan menghasut para buruh untuk mengadakan pemogokan di pabrik
karung Delangu, pada 5 Juli 1948.
Belanda menyelenggarakan pemblokadean ekonomi indonesia secara merata. Mengakibatkan
pereknomian Indonesia saat itu sangat kekurangan dan anjlok. Persetujuan Renovasi ini mendukung
kekuatan politik yang menguntungkan Belanda, sehingga ia berhasil memperbaiki sektor ekonomi.
Pasukan dari Resimen 40 / Damarwulan bersama batalyon di jajarannya, Batalyon Gerilya (BG) VIII,
Batalyon Gerilya (BG) IX, Batalyon Gerilya (BG) X, Depo Batalyon, EX. ALRI Pangkalan X dan
Kesatuan Kelaskaran, dengan total 5.000 orang memutuskan untuk hijrah ke daerah Blitar dan
dibahas.
Resimen 40 / Damarwulan ini berubah menjadi Brigade III / Damarwulan, dan Batalyon pun berubah
menjadi Batalyon 25, Batalyon 26, Batalyon 27. Dengan keluarnya Surat Perintah Siasat No. di
daerahnya masing-masing. Brigade III Pasukan / Damarwulan, di bawah pimpinan Letkol Moch
Sroedji ini, melaksanakan Wingate Action, yang melakukan perjalanan menempuh 500 kilometer
selama 51 hari.
Belanda semakin berusaha memecahkan wilayah Indonesia, dengan membentuk negara boneka
seperti negara Kalimantan Barat.
1.3 Latar belakang perjanjian Roem royen
Latar Belakang Perjanjian Roem Royen
Perjanjian roem royen (rem-van) iyalah perjanjian antara pihak Indonesia dan sekutu (Belanda) yang berawal
tanggal 14 April 1949 dan dikelola di hotel Des indes Jakarta, kemudian dirubah menjadi 7 Mei 1949.
Serangan Belanda bermula di Indonesia di wilayah Yogyakarta menciptakan agresi militer II , Belanda
melakukan propaganda bahwa TNI Indonesia telah dihancurkan, hal ini mendapat bantahan Amerika dengan
adanya agresi militer ke-2 dilepaskan oleh pihak Belanda. PBB malah menyetujui dengan membuat
kemenangan KTN dan kemudian KTN berubah menjadi UNCI (komisi perserikatan bangsa-bangsa untuk
Indonesia) dengan dikepalai oleh Merle cochran dari Amerika serikat bersama Crittchley dari Australia dan
harremans dari Belgian. Pada tanggal 23 Maret 1949 pihak DK-PBB membawa unci agar penengah
perundingan dan diketuai oleh Mohamad Roem dan para anggota ahli Sastroamidjojo, Dr leimena, Ir.
Juanda, prof Dr Soepomo, dan Latuharhary.Sementara dari pihak Belanda diketahui oleh dr. KH Van royen
dengan anggota nya blom , Jacob, dr.san, dr.gede, dr. Pjkoets, Van hoogstratendan, dan dr.
gieben.dilaksanakan di pulau Bangka, perbincangan perundingan disana menguat bangsa Indonesia dan
pengakuan Sri Sultan Hamengku Buwono IX dari Yogyakarta mempertegas "Yogyakarta is de republik
Indonesie"
Isi perjanjian Roem royen
Belanda melakukan pemulihan pemerintahan republik Indonesia ke Yogyakarta yang akan dilaksanakan
pada tanggal 4 Juni 1949.
Perintah untuk menghentikan gerilya akan diumumkan setelah pemerintahan republik Indonesia di
Yogyakarta pada tanggal 1 Juli 1949.
Konferensi meja bundar (KMB) akan segera dilaksanakan di den Haag .
1.4 Latar Belakang Perjanjian Komisi Meja Bundar (KMB)
Latar Belakang Perjanjian KMB
Konferensi Meja Bundar (KMB) atau Nederlands Indonesische Rondetafelconferentie merupakan
pertemuan yang dilakukan di Deen Haag, Belanda. Konferensi ini diselenggarakan mulai 23 Agustus – 24
November 1949 antara perwakilan dari Republik Indonesia, Belanda dan BFO (Bijeenkomst voor
Federaal Overleg) sebagai perwakilan dari berbagai negara Belanda di kepulauan Indonesia. Sejarah
konferensi meja bundar ini diselenggarakan setelah usaha Belanda untuk menggagalkan kemerdekaan
Indonesia melalui cara kekerasan tidak berhasil. Belanda bahkan mendapatkan kecaman keras dari dunia
internasional. Sebelumnya telah berlangsung tiga pertemuan tingkat tinggi yang dilakukan antara Belanda
dan Indonesia seperti perjanjian Linggarjati pada 1947, sejarah perjanjian Renville pada 1948 dan
perundingan Roem Roijen pada 1949. Pada tanggal 28 Januari 1949, Dewan Keamanan PBB
mengeluarkan resolusi dalam sejarah berdirinya PBB yang isinya mengecam serangan militer Belanda
terhadap tentara RI dan memberi tuntutan untuk pemulihan pemerintahan RI serta peran Indonesia dalam
hubungan internasional, juga menuntut untuk adanya kelanjutan perundingan agar tercapai penyelesaian
damai antara Indonesia dan Belanda.
Adapun hasil dari Konferensi Meja Bundar dituangkan dalam beberapa poin kesepakatan yaitu:
Pengakuan kedaulatan akan Republik Indonesia Serikat (RIS) dari Belanda sebagai sebuah
negara merdeka.
Pengakuan kedaulatan harus dilakukan selambat – lambatnya pada 30 Desember 1949.
Status dari Propinsi Irian Barat harus ditentukan dan diselesaikan paling lama dalam waktu
setahun setelah pengakuan kedaulatan.
Pembentukan Uni Indonesia – Belanda untuk mengadakan kerjasama antara RIS dan Belanda,
dipimpin oleh Raja Belanda.
RIS akan mengembalikan hak milik Belanda serta hak – hak konsesi dan memperbarui izin untuk
perusahaan – perusahaan Belanda.
RIS harus membayar semua utang Belanda yang terjadi sejak 1942.
Kapal – kapal perang Belanda ditarik dari Indonesia dan beberapa korvet akan diserahkan kepada
RIS.
Tentara Belanda akan ditarik mundur sedangkan KNIL akan dibubarkan. Anggotanya yang
diperlukan kemudian akan dimasukkan sebagai bagian dari kesatuan TNI.
Dampak Konferensi Meja Bundar
Pengesahan dari kesepakatan Konferensi Meja Bundar ditandatangani pada 29 Oktober 1949 dan
kemudian disampaikan kepada Komite Nasional Indonesia Pusat atau KNIP. Setelah itu KNIP
bersidang mulai tanggal 6 – 14 Desember 1949 untuk membahas hasil persetujuan KMB, yang
akhirnya disetujui pada 15 Desember 1949 dan memilih Soekarno sebagai calon tunggal untuk
Presiden Republik Indonesia Serikat. Soekarno dilantik pada 17 Desember 1949.RIS dibentuk
terdiri dari 16 negara bagian dan merupakan negara persekutuan dengan Kerajaan Belanda.
Kabinet RIS dibentuk di bawah pimpinan Drs. Moh. Hatta sebagai Perdana Menteri yang dilantik
pada 20 Desember 1949. Beberapa dampak peristiwa Konferensi Meja Bundar yang positif dan
negatif bagi Indonesia adalah sebagai berikut:
Seluruh tentara Belanda ditarik dari wilayah Republik Indonesia Serikat.
Perang antara Indonesia dan Belanda berakhir dengan perginya para tentara Belanda sebagai
dampak peristiwa Konferensi Meja Bundar yang positif.
Belanda memberikan pengakuan terhadap Indonesia sebagai negara yang merdeka.
Indonesia dapat segera memulai pembangunan dan membenahi kondisi negara yang masih
kacau akibat perang kemerdekaan.
Hutang yang dimiliki pemerintah Belanda sejak tahun 1942 sebesar 4,3 miliar gulden menjadi
tanggungan pemerintah RIS sepenuhnya, dan ini adalah dampak peristiwa Konferensi Meja
Bundar yang negatif.
Demokrasi yang menjadi cita – cita perjuangan tidak terlaksana dengan pembentukan RIS.
Tertundanya penyelesaian sejarah pengembalian Irian Barat yang akan diserahkan setahun
kemudian.
Republik Indonesia terpecah – pecah menjadi Negara Indonesia Timur, Negara Jawa Timur,
Negara Pasundan dan Jakarta, Negara Sumatera Timur, Negara Sumatera Selatan, Jawa
Tengah dan lainnya.
Indonesia menjadi negara serikat yang berada di bawah pengawasan pemerintah Belanda
sehingga tidak sepenuhnya bebas berdaulat.
Tanggal 27 Desember 1949 dilakukan penandatanganan akta penyerahan kedaulatan oleh kedua
delegasi. Ratu Juliana, PM Dr. Willem Drees dan Menteri Seberang Lautan Mr. AM. J.A. Sassen
menandatangani untuk pihak Belanda. Sedangkan Indonesia diwakili oleh Drs. Moh. Hatta dan
rombongan. Pada waktu yang sama di Jakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Wakil Tertinggi
Mahkota AH. J. Lovink juga menandatangani naskah pengakuan kedaulatan. Pengakuan ini berarti
bahwa Belanda mengakui berdirinya Republik Indonesia Serikat dengan wilayah yang mencakup
semua bekas jajahan Hindia Belanda kecuali Irian Barat.
Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia pada tanggal penanda tanganan kedaulatan ini. Sekitar
enam puluh tahun kemudian, pada 15 Agustus 2005 pemerintah Belanda bersedia secara resmi
mengakui bahwa kemerdekaan de facto Indonesia sebenarnya berlangsung pada 17 Agustus 1945 di
Jakarta. Perdana Menteri Belanda, Ben Bot dalam sebuah konferensi di Jakarta menyatakan
penyesalan mendalam atas penderitaan rakyat Indonesia selama empat tahun masa Revolusi
Nasional walaupun tidak menyampaikan permohonan maaf secara resmi. Reaksi umum Indonesia
kepada pernyataan ini adalah positif.
2. Menurut pendapat kami, jika untuk mempertahankan NKRI waktu itu, lebih baik dengan cara
perlawanan diplomasi karena perlawanan diplomasi ini berdasarkan perundingan dan diputuskan
berdasarkan musyawarah dibantu juga dengan kekuatan negara lain seperti inggris yang selalu
menjadi penengah antara pihak Belanda dan Indonesia, juga negara lain turut membantu seperti
Amerika serikat, Australia, dan Belgia. tepat pada tanggal 17 Agustus 1948 perjanjian renville secara
resmi ditandatangani. Tetapi dengan cara itu pihak indonesia tidak membuahi hasil karena ketika
perjanjian roem royen dan KMB tentara sekutu belanda tidak lepas indonesia untuk merdeka, saking
ingin menjajah indonesia, sampai – sampai belanda dikecam oleh beberapa pihak internasional
seperti inggris. Jika saat itu Tentara indonesia dapat melawan penjajahan belanda tak masalah jika
perlawanan secara fisik itu di pertahankan tetapi faktanya perlawanan fisik di indonesia menyebabkan
banyak pertumpahan darah di negri kita, seperti pertempuran medan perang sejak 13 oktober 1945 –
1946, Bandung lautan api sejak 12 oktober 1945 sampai 23 maret 1946 dimana banyak peristiwa
pembunuhan di kota bandung dan pembakaran rumah di bandung, Pertempuran ambarawa sejak 20
oktober 1945 sampai 16 desember 1945 dimana terdapat kedatangan sekutu dan taktik
gerilya,Serangan umum 1 maret 1949 di yogyakarta,serangan umum surakarta di solo terjadi pada 7 –
10 agustus 1949, dan serangan paling parah dan banyak para tokoh dan masyarakat yang bertumpah
darah sejak 10 november 1945 sehingga dijadikan hari pahlawan.
DOKUMENTASI
Foto
Bukti Tertulis
(1) (2)
(3) (4)
(5) (6)
(7)
Artikel
- Linggar jati
https://sejarahlengkap.com/indonesia/kemerdekaan/pasca-kemerdekaan/sejarah-perjanjian-
linggarjati
- Perjanjian renville
https://sejarahlengkap.com/indonesia/kemerdekaan/pasca-kemerdekaan/sejarah-perjanjian-
renville
- Perjanjian Roem Royen
https://sejarahlengkap.com/indonesia/kemerdekaan/pasca-kemerdekaan/perundingan-roem-
roijen
- Perjanjian KMB
https://sejarahlengkap.com/indonesia/kemerdekaan/pasca-kemerdekaan/dampak-peristiwa-
konferensi-meja-bundar