TINJAUAN PUSTAKA
A. Remaja
a. Pengertian remaja
Masa remaja atau masa adolesensi adalah suatu fase perkembangan yang
dinamis dalam kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan periode
transisi dari masa anak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan
perkembangan fisik, mental, emosional dan social dan berlangsung pada
dekade kedua masa kehidupan (Narendra, 2005).
Jika dipandang dari aspek psikologis dan sosialnya, masa remaja adalah
suatu fenomena fisik yang berhubungan dengan pubertas. Pubertas adalah
suatu bagian yang penting dari masa remaja dimana yang lebih ditekankan
adalah proses biologis yang pada akhirnya mengarah kepada kemampuan
bereproduksi. Masa pubertas adalah masa transisi antara masa anak dan
dewasa, dimana terjadi suatu percepatan fertilitas dan terjadi perubahan
psikologis yang mencolok (Narendra, 2005)
9
10
b. Perkembangan Remaja
Setiap tahap usia manusia pasti ada tugas-tugas perkembangan yang harus
dilalui. Bila seseorang gagal melalui tugas perkembangan pada usia yang
sebenarnya maka pada tahap perkembangan berikutnya akan terjadi
masalah pada diri seseorang tersebut. Selanjutnya bab ini akan membahas
ketiga tahapan masa remaja ini dari berbagai aspek. Dari aspek biologik
akan dibahas mengenai neuroendokrinologi, pertumbuhan dan
perkembangan somatik. Aspek lainnya adalah aspek psikologis, kognitif
11
Dalam hal kesadaran diri, pada masa remaja para remaja mengalami
perubahan yang dramatis dalam kesadaran diri mereka (self-
awareness). Mereka sangat rentan terhadap pendapat orang lain
14
B. Perilaku Ketergantungan
1. Definisi Perilaku
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang
mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara,
menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya dan
uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia
adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati
langsung, maupun yang tidak diamati oleh pihak luar secara langsung
(Notoatmodjo, 2010).
Menurut Leventhal & Clearly (1988) dalam Helmi (2009), ada 4 tahap
hingga seseorang memiliki perilaku ketergantungan terhadap rokok
(pecandu rokok) yakni tahap pengenalan terhadap rokok (preparatory),
tahap tahap perintasan/pemutusan (initiation), tahap menjadi seorang
perokok (become a smoker), dan tahap tahap ketergantungan
(Maintenance of smoking) :
1) Tahap pengenalan terhadap rokok (preparatory),
Tahap ini adalah tahap dimana seseorang mendapatkan gambaran
yang menyenangkan terhadap rokok. Seseorang dapat melihat,
mendengar atau mungkin membacanya dari sebuah majalah
misalnya. Tahap ini, adalah tahap pemunculan penilaian posisit
terhadap rokok. Penilaian positif ini mungkin didapat karena
melihat atau membandingkan orang yang merokok dengan yang
tidak merokok. Merokok lebih macho, maskulin dan lebih
mengggambarkan kelelakian misalnya. Tahap ini akan
memunculkan minat merokok.
2) Tahap perintasan/pemutusan (initiation)
Tahap ini, dimana seseorang mencoba merokok, dan memberikan
penilaian. Dia akan meneruskannya jika merokok itu dianggapnya
adalah hal yang baik bagi dirinya. Tahap ini adalah tahap
pengambilan keputusan apakah dia akan terus merokok atau tidak.
3) Tahap menjadi seorang perokok (become a smoker)
Tahap ini adalah tahap dimana seseorang menjadi seorang
perokok. Jika seseorang secara rutin menghabiskan rokok
sebanyak 4 batang sehari, maka bisa dikatakan dia adalah seorang
perokok dan kecenderungan untuk meneruskan kebiasaan
merokok,
19
C. Dukungan Keluarga
1. Pengertian
Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga
terhadap penderita yang sakit. Anggota keluarga memandang bahwa orang
yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan
jika diperlukan (Friedman, 1998). Dukungan keluarga merupakan suatu
bentuk hubungan interpersonal yang diberikan oleh keluarga kepada
pasien berupa perhatian (perasaan suka, cinta dan empati), bantuan
instrumental (barang, jasa), informasi dan penilaian (informasi yang
berhubungan dengan self evaluation) (Bondan, 2006). Keluarga dapat
menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan
nilai serta dapat juga menentukan tentang program pengobatan yang dapat
diterima mereka. Keluarga juga dapat memberi dukungan dan membuat
keputusan mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit (Niven,
2002).
D. Sikap
1. Pengertian Sikap
Azwar (2003) menyatakan bahwa sikap sebagai suatu bentuk evaluasi
atau reaksi perasaan. Sikap dikatakan sebagai respon yang hanya timbul
bila individu dihadapkan pada suatu stimulus. Sikap seseorang terhadap
sesuatu obyek adalah perasaan mendukung atau memihak (Favorable)
maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (Unfavorable)
pada objek tertentu. Secara definitif sikap berarti suatu keadaan jiwa dan
keadaan berfikir yang disiapkan untuk memberikan tanggapan terhadap
suatu obyek yang diorganisasikan melalui pengalaman serta
mempengaruhi secara langsung atau tidak langsung pada praktik / tindakan
(Notoatmodjo, 2005).
2. Tingkatan Sikap
Sikap juga terdiri dari berbagai tingkatan, menurut Notoatmodjo (2005).
a. Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (obyek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan.
b. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya mengerjakan dan menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena itu suatu
usaha untuk menjawab suatu pertanyaan atau mengerjakan tugas yang
diberikan itu benar atau salah, berarti orang menerima ide tersebut.
c. Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu
masalah adalah suatu indikasi bersikap.
d. Bertanggung Jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.
b. Orang lain
Seseorang cenderung akan memiliki sikap yang disesuaikan atau
sejalan dengan sikap yang dimiliki orang yang dianggap berpengaruh
antara lain adalah ; Orang tua, teman dekat, teman sebaya, rekan kerja,
guru, suami atau istri. Pada masa anak-anak dan siswa, orang tua
merupakan figur yang sangat berarti bagi anak. Sikap yang dimiliki
orang tua cenderung untuk ditanamkan pada anaknya. Seperti yang di
ungkapkan oleh Middlebrook (dalam Azwar 2003) bahwa ‘Sikap orang
tua dan sikap anak cenderung untuk selalu sama sepanjang hidup’.
c. Kebudayaan
Kebudayaan dimana kita hidup akan mempengaruhi pembentukan
sikap seseorang.
d. Media Massa
Sebagai sarana komunikasi, berbagai media massa seperti televisi,
radio, surat kabar, mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap
pembentukan opini dan kepercayaan seseorang. Dalam membawa
pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarah pada opini yang
kemudian dapat mengakibatkan adanya landasan kognisi sehingga
mampu membentuk sikap.
e. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama
Lembaga pendidikan serta lembaga agama suatu sistem mempunyai
pengaruh dalam pembentukan sikap, dikarenakan keduanya
meletakkan dasar dan pengertian dan konsep moral dalam diri
individu. Pemahaman akan baik dan buruk antara sesuatu yang boleh
dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan pusat
keagamaan serta ajaran-ajarannya. Biasanya orang dalam mengambil
keputusan atau sikap jika tidak ada jalan lain akan bertitik tolak pada
agama.
f. Faktor Emosional
Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan
pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang suatu bentuk sikap
24
4. Penilaian sikap
Menurut Likert (1987, dalam Azwar, 2011), sikap dapat diukur dengan
metode rating yang dijumlahkan (Method of Summated Ratings). Metode
ini merupakan metode penskalaan pernyataan sikap yang menggunakan
distribusi respons sebagai dasar penentuan nilai skalanya. Nilai skala
setiap pernyataan tidak ditentukan oleh derajat favourable nya masing-
masing akan tetapi ditentukan oleh distribusi respons setuju dan tidak
setuju dari sekelompok responden yang bertindak sebagai kelompok uji
coba (pilot study). Prosedur penskalaan dengan metode rating yang
dijumlahkan didasari oleh 2 asumsi, yaitu:
a. Setiap pernyataan sikap yang telah ditulis dapat disepakati sebagai
pernyataan yang favorable atau pernyataan yang tidak favourable.
b. Jawaban yang diberikan oleh individu yang mempunyai sikap positif
harus diberi bobot atau nilai yang lebih tinggi daripada jawaban yang
diberikan oleh responden yang mempunyai pernyataan negatif.
fenomena sikap yang timbulnya tidak saja ditentukan oleh keadaan objek
yang sedang kita hadapi tetapi juga oleh kaitannya dengan pengalaman-
pengalaman masa lalu, oleh situasi di saat sekarang, dan harapan kita
untuk masa yang akan datang.
E. Pengetahuan
1. Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi
melalui pancaindra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,
pencuiman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga (Notoatmojo, 2003). Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2003) menyatakan bahwa pengetahuan adalah sesuatu yang
diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran. Proses belajar ini
dipengaruhi berbagai faktor dari dalam seperti motivasi dan faktor luar
berupa sarana informasi yang tersedia serta keadaan sosial budaya.
Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia terdiri dari sejumlah fakta dan
teori yang memungkinkan seseorang untuk dapat memecahkan masalah
yang dihadapinya. Pengetahuan diperoleh baik dari pengalaman langsung
maupun pengalaman dari orang lain. Pengalaman adalah guru yang baik
dan merupakan sumber pengetahauan atau suatu cara untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan, pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai
26
b. Mass media/informasi.
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non
formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact)
sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan.
Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang
dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru.
Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti
televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh
besar terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang. Dalam
penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa
membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat
mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai
sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya
pengetahuan terhadap hal tersebut.
c. Sosial budaya dan ekonomi.
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui
penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian
seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan.
Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu
fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial
ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.
d. Lingkungan.
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik
lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh
terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada
dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi
timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan
oleh setiap individu.
e. Pengalaman.
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali
28
3. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan
sebagai berikut (Notoatmojo, 2007) :
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya, termasuk mengingat kembali suatu yang spesifik dan
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya).
d. Analisa (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen – komponen tetapi masih dalam suatu
struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama yang lain.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru.dengan kata lain sistesis adalah suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dan formulasi-formulasi yang lain.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian – penilaian
ini didasarkan pada suatu criteria yang ditentukan sendiri atau
mengunakan kriteria – criteria yang telah ada.
31
4. Cara Pengukuran
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek peneliti
atau responden. Kedalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita
ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan – tingkatan diatas
(Notoatmodjo, 2003). Kategori dari tingkat pengetahuan menurut Arikunto
(2006) adalah :
a. Kurang bila skor : < 60%
b. Cukup bila skor : 60-75%
c. Baik bila skor : > 75%
G. Kerangka Teori
Merokok
H. Kerangka Konsep
Dukungan Keluarga
Perilaku ketergantungan
Pengetahuan
merokok
Sikap
I. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas (independent) dalam penelitian ini adalah dukungan
keluarga, pengetahuan dan sikap tentang merokok.
2. Variabel terikat (dependent) dalam penelitian ini adalah perilaku
ketergantungan merokok.
J. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan paparan di atas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
adalah :
1. Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan perilaku ketergantugan
merokok pada remaja di Kelurahan Kedungmundu Semarang
2. Ada hubungan antara pengetahuan tentang merokok dengan perilaku
ketergantugan merokok pada remaja di Kelurahan Kedungmundu
Semarang.
3. Ada hubungan antara sikap tentang merokok dengan perilaku
ketergantugan merokok pada remaja di Kelurahan Kedungmundu
Semarang.