Artikel Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas UAS Mata Kuliah Sosiologi dan Antropologi Agama
Dosen Pengampu : Drs. Arison Sani, MA
Disusun Oleh: Nasywa Amelia (19211244)
PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR (IAT)
FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH (FUD) INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA TAHUN AJARAN 1442 H/ 2020 M Pendahuluan dianggap sebagai salah satu pendiri awal Agama merupakan suatu hal yang dari Ilmu Sosiologi dan Administrasi harus di ketahui makna yang terkandung di negara modern. Karya utamanya dalamnya,dan agama tersebut berpijak berhubungan dengan rasionalisasi dalam kepada suatu kodrat kejiwaan yang berupa sosiologi agama dan pemerintahan, meski keyakinan, sehingga dengan demikian, ia sering pula menulis di bidang ekonomi. kuat atau rapuhnya Agama bergantung Karyanya yang paling populer adalah esai kepada sejauh mana keyakinan itu yang berjudul Etika Protestan dan tertanam dalam jiwa. Ahli peneliti agama Semangat Kapitalisme, yang mengawali seperti Sigmund Freud memandang bahwa penelitiannya tentang sosiologi agama. agama berfungsi sebagai ketidak mampuan Weber berpendapat bahwa agama adalah seorang manusia dalam menghadapi suatu salah satu alasan utama bagi kekuatan, dimana kekuatan itu adalah perkembangan yang berbeda antara budaya kekuatan dari dalam dirinya dan kekuatan Barat dan Timur. Dalam karyanya yang alam yang ada di luar dirinya. Freud juga terkenal lainnya, Politics as a Vocations, memandang bahwa agama sebagai sebuah Weber mendefinisikan negara sebagai fantasi atau mimpi-mimpi belaka. Karena sebuah lembaga yang memiliki monopoli ia secara gamblang memandang agama dalam penggunaan kekuatan fisik secara bukan sebagai sesuatu yang harus di anut, sah, sebuah definisi yang menjadi penting tetapi Ia lebih memandang agama sebagai dalam studi tentang ilmu politik Barat suatu fantasi belaka.Lain lagi dengan modern. pendekatan yang di utarakan oleh sosiolog. Karya Weber dalam sosiologi Mereka menganggap bahwa agama agama bermula dari esai Etika Protestan merupakan suatu fenomena sosial yang dan Semangat Kapitalisme dan berlanjut dapat dilihat dari tingkah laku para dengan analisis Agama Tiongkok: pemeluk agama dan kelembagaan dalam Konfusianisme dan Taoisme, Agama agama. Oleh karena itu, maka dapat India: Sosiologi Hindu dan Buddha, dan disimpulkan bahwa pencarian suatu Yudaisme Kuno. Karyanya tentang agama- definisi dari agama yang dapat mewakili agama lain terhenti setelah kematiannya semua agama merupakan hal yang sulit secara mendadak tahun 1920,se hingga ia untuk di dapatkan. Maka pengertian agama tidak dapat melanjutkan penelitiannya dalam pandangan-pandangan ini akan tentang Yudaisme Kuno dengan dirujukkan ke pengertian agama menurut penelitian-penelitian tentang Mazmur, pandangan agama islam, yaitu ketentuan Kitab Yakub, Yahudi Talmudi, ketuhanan yang di jadikan panutan bagi Kekristenan awal dan Islam. Tiga tema pemeluknya dan dapat mengantarkan utamanya adalah efek pemikiran agama pemeluknya pada kebahagiaan di dunia dalam kegiatan ekonomi, hubungan antara maupun di akhirat. stratifikasi sosial dan pemikiran agama, Selain dibuat untuk memenuhi dan pembedaan karakteristik budaya Barat. tugas ujian akhir semester, artikel ini Tujuannya adalah untuk diharapkan dapat dijadikan bahan bacaan menemukan alasan-alasan mengapa yang memberikan penambahan budaya Barat dan Timur berkembang pengetahuan dan wawasan baik bagi mengikuti jalur yang berbeda. Dalam penulis maupun pembaca sekalian. analisis terhadap temuannya, Weber berpendapat bahwa pemikiran agama Profil Singkat Max Weber Puritan (dan lebih luas lagi, Kristen) Max Weber dengan nama memiliki dampak besar dalam lengkapnya Karl Emil Maximilian Weber perkembangan sistem ekonomi Eropa dan adalah seorang ahli politik, ekonom, Amerika Serikat, tetapi juga mencatat geograf, dan sosiolog dari Jerman yang bahwa hal-hal tersebut bukan satu-satunya faktor dalam perkembangan tersebut. menggali konsep dasar agama primitif. Faktor-faktor penting lain yang dicatat Titik krusial pertama Weber adalah tidak oleh Weber termasuk rasionalisme ada masyarakat manusia yang sejauh yang terhadap upaya ilmiah, menggabungkan bisa diketahui, tidak memiliki sesuatu pengamatan dengan matematika, ilmu yang bisa diklasifikasikan ilmuwan sosial tentang pembelajaran dan yurisprudensi, modern sebagai „agama‟. sistematisasi terhadap administrasi Setiap masyarakat memiliki pemerintahan dan usaha ekonomi. Pada beberapa konsep tentang tatanan akhirnya, studi tentang sosiologi agama, adikodrati, ruh-ruh, tuhan-tuhan, atau menurut Weber, semata-mata hanyalah daya-daya impersonal yang berbeda, dan meneliti meneliti satu fase emansipasi dari di beberapa lainnya lebih unggul dari magi, yakni "pembebasan dunia dari daya-daya yang di pahami manusia pesona" ("disenchanment of the world") sebagai pengatur kejadian-kejadian yang dianggapnya sebagai aspek pembeda „alamiah‟ yang lazim, dan yang hakikat yang penting dari budaya Barat. dan aktivitasnya bagaimana, sanggup memberi makna bagi aspek-aspek Konsep Agama dari Segi Pandang Max pengalaman manusia yang tak lazim, Weber sebuah fenomena yang membikin frustasi Lintasan-lintasan eksternal perilaku logika dan sering tidak masuk di nalar. keagamaan amat beragam sampai-sampai Perspektif ini, berkeyakinan bahwa pemahaman tentang perilaku ini hanya apa yang dikodrati bersifat universal, bisa diraih dari sudut pandang agama menurut weber adalah aspek pengalaman-pengalaman subjektif, ide, kehidupan manusia yang universal bahasa dan tujuan-tujusn yang diinginkan individu atau tabuines, inheren di sistem dari sudut pandang makna/arti/maksud kekerabatan manusia sendiri. Jadi, konsep perilaku religius itu sendiri. Bentuk paling apaun tentang „manusia lamaiah‟ yang dasar perilaku yang dimotivasikan oleh tidak dibebani „bawaan budaya‟ (cultural faktor-faktor religius/keagamaan ini baggage), hanyalah gambaran fiksi tentang diorientasikan ke dunia ini “supaya baik manusia prasejarah yang justru tidak keadaaanmu... Dan supaya lanjut umurmu pernah ditemukan bukti kuatnya, karena di bumi” Memperlihatkan alasan bagi ditahap primitif manusia yang saking kuat performa tindakan-tindakan manusia yang pengorganisasian sosialnya justru mau bergabung ke dalam dalam agama. membuat agama seolah-olah „lahir‟ dari Bahkan ritual mengorbankan manusia konstelasi sosial itu sendiri. Pandangan yang merupakan hal tidak lazim di bahwa „bawaan budaya‟ semacam itu kalangan masyarakat modern pun masih mestinya dibuang, dan bahwa manusia dilakukan oleh penduduk maritim rasialnal mestinya „menghadapi realitas‟ Phoenicia dengan tanpa mengharapkan tanpa harus berpengaruh kepada „tahayul‟ sesuatu. Selain itu perilaku yang apa pun, sebenarnya dalah produk budaya dimotivasikan agama ternyata merupakan yang canggih, bukan fakta untuk kondisi perilaku yang cukup rasional dan tidak awal manusia yang sesungguhnya. pernah terpisah jauh dari jangkauan Weber merefleksikan konsep berarah tujuan sehari-hari, khususnya jika makhluk kodrati dan tidakan-tindakannya, tujuan dari tindakan keagamaan didukung yang dipikirkan „manusia primitif‟ oleh faktor-faktor ekonomi. hanyalah kesehatan, umur panjang, Dalam studi sosiologi agama mengalahkan musuh, menjalin hubungan Weber, perspektif evolusi sangatlah baik dengan anggota-anggota klan, san berpengaruh besar di kalangan pemikiran lain-lain. Di titik inilah, muncul beberapa kala itu. Untuk mengawali studi sosiologi pertanyaan penting tentang efek dari agamanya, Weber memulai dengan keyakinan pada yang dikodrati itu bagi penentuan prioritas dan relativitas dikatakan bahwa pusat perhatian Weber kepentingan duniawi. ialah agama memengaruhi pandangan hidup manusia terhadap masyarakat dan Pandangan Max Weber Terhadap Perubahan ekonomi sekaligus sosial sangat Agama mempengaruhi agama. Berbicara mengenai agama, Max Weber mengawalinya dengan adanya Daftar Pustaka stratifikasi social antara kelas menengah Ahmad Putra, Konsep Agama Dalam rendah dengan kelas menengah atas. Perspektif Max Weber (Yogyakarta: Weber mengatakan bahwa kelas menengah Al-Adyan, 2020) rendah dianggap memainkan peranan yang Cindy Nadya Dewi, Agama dalam startegis dalam sejarah agama Kristen Kacamata Sosiologi “Pandangan yang dipercayai sebagai aama Max Weber” (2017) keselamatan. Berbeda dengan Max Weber, Sosiologi Agama kecenderungan keagamaan kaum petani (Yogyakarta: IRCiSoD, 2019) yang mana Weber mengatakan bahwa kaum petani yang merupakan kelas sosial rendah tidak sudi dalam menyebarkan agama kecuali tidak diancam. Di samping itu, kaum pengrajin telah terlibat dengan kegiatan yang bersifat magis yang mampu berkembang kepada sikap yang rasional. Hal inilah yang tidak dijumpai pada kaum petani kecuali ada pemaksaan dan pihak- pihak yang bersikeras. Di balik itu semua, Weber melihat bahwa kaum pedagang kaya tidak mempercayai yang namanya etika pembalasan, ini berbeda sekali dengan keyakinan yang dipercayai oleh kelas menengah rendah. Weber menilai bahwa kelas pedagang kaya tidak mempercayai yang namanya agama penyelamat. Akhirnya, Weber menyimpulkan bahwa semakin tinggi keadaan suatu kelas atau kaum, maka semakin tidak terlihat perjuangan mereka dalam mengembangkan agama keduniawaian lainnya. Berkaitan dengan pusat perhatian Weber bahwa ia mempelopori penyelidikan antara soal-soal sosial dan pengaruh berbagai agama. Pokok pikiran Weber memperlihatkan bahwa agama Kristen Barat sebagai suatu keseluruhan yang tumbuh serta muncul sebagai akibat dari reformasi, dan telah banyak mendorong terbentuknya keadaan perekonomian yang memancing terjadinya kapitalisme modern. Dengan singkat dapat