Anda di halaman 1dari 33

PROPOSAL TUGAS AKHIR

PENGARUH LAJU ALIRAN MASSA TERHADAP TEMPERATUR


KELUARAN FLUIDA KERJA PADA PEMODELAN SISTEM
PENYERAPAN PANAS RADIASI DAN KONVEKSI DARI PERMUKAAN
KILN

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk

Menyelesaikan Pendidikan Tahap Sarjana

Oleh:

RIKI ARI PUTRA


NBP : 1410911063

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG, 2018
LEMBAR PENGESAHAN

Pengaruh Laju Aliran Massa Terhadap Temperatur


Keluaran Fluida Kerja pada Sistem Penyerapan Panas
Radiasi dan Konveksi dari Permukaan Kiln

OLEH

RIKI ARI PUTRA


NBP: 1410911063

Padang, Mei 2018


Menyetujui:
Pembimbing

Adek Tasri, Ph.D


NIP. 196710061992031002

i
ABSTRAK
Industri semen merupakan salah satu industri yang bersifat energi intensif
karena membutuhkan energi yang sangat besar dalam proses produksinya.
Energy yang digunakan mencapai setengah dari total biaya produksi. Jika
konsumsi energi dapat ditekan dengan tambahan energi alternatif, maka dengan
demikian keuntungan juga dapat ditingkatkan. Dalam memproduksi semen,
konsumsi energy panas yang paling utama terdapat pada proses pembuatan
klinker yaitu sebesar 25 %, Temperature pada proses ini mencapai 1500 0C.
Sehingga pada proses ini menyebabkan energi panas dari permukaan kiln akan
terbuang ke lingkungan dengan percuma. Dalam penelitian ini, kalor yang
terbuang dari permukaan kiln akan ditangkap oleh pipa absorber dengan fluida
udara yang nantinya bisa dimanfaatkan untuk proses lainnya. Panas dari dalam
cangkang kiln secara konveksi dan radiasi akan diserap oleh fluida yang
mengalir di dalam pipa absorber. Pengaruh laju aliran massa terhadap
temperatur keluaran fluida pada sistem penyerapan panas radiasi dan konveksi
dari permukaan kiln akan rancang dengan software Gambit 2.4.6 dan diselidiki
secara numerik menggunakan CFD komersial software Fluent 6.3.

KATA KUNCI : Laju Aliran Massa, Temperatur, Radiasi, Konveksi

ii
PRAKATA
Atas berkat rahmat Allah akhirnya Proposal Tugas Akhir ini dapat
diselesaikan. Puji syukur dan ucapan terima kasih hanya kepada Allah, Dzat yang
Maha Tinggi dan Agung, yang telah memberikan banyak kemudahan dalam
pembuatan Tugas Akhir ini dan tanpa kehendak dari-Nya penulis tidak mungkin
dapat menyelesaikan Proposal Tugas Akhir dengan judul “Pengaruh Laju
Aliran Massa Terhadap Temperatur Keluaran Fluida Kerja Pada
Pemodelan Sistem Penyerapan Panas Radiasi Dan Konveksi Dari
Permukaan Kiln”.

Penulisan Tugas Akhir ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu
persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Teknik Program Studi Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Andalas. Ucapan terima kasih juga penulis
persembahkan kepada berbagai pihak atas bimbingan dan bantuannya di dalam
pengerjaan Tugas Akhir ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada:
1. Bapak Ir. Adek Tasri, M.T.,Ph.D selaku pembimbing, terima kasih atas
segala sumbangsih baik bimbingan maupun materi yang telah bapak berikan
kepada saya.
2. Kedua Orang tua, terima kasih atas doa, kasih sayang, perhatian, kesabaran
serta dukungan kepada anaknya.
3. Rekan-rekan asisten Laboratorium Konversi Energi Universitas Andalas,
terima kasih atas bantuan, dukungan dan saran yang diberikan kepada saya.
4. Rekan-rekan M27, terima kasih atas waktu-waktu yang menyenangkan,
bantuan, dukungan dan saran yang diberikan kepada saya.
Sebagai penutup ucapan terima kasih saya, hanya do’a yang dapat saya
ucapkan atas sumbangsih dari pihak-pihak yang telah membantu saya dalam
menyelesaikan Tugas Akhir ini. Semoga Proposal Tugas Akhir ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Padang, Mei 2018

Penulis

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. i


ABSTRAK ......................................................................................................... ii
PRAKATA ......................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian ................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................. 2
1.5 Batasan Masalah .................................................................................... 2
1.6 Sistematika Penulisan ............................................................................ 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Rotary Kiln............................................................................................. 4
2.2 Fundamental Heat Transfer di Permukaan Kiln .................................... 8
2.2.1 Perpindahan Panas Konveksi ........................................................ 8
2.2.2 Perpindahan Panas Radiasi ............................................................ 10
2.3 Computational Fluid Dynamics ( CFD ) ............................................... 12
2.3.1 Pengenalan CFD ............................................................................ 12
2.3.2 Persamaan-persamaan Konservasi ................................................ 15
2.3.3 Boundary Condition ...................................................................... 17
BAB III METODOLOGI
3.1 Domain Modeling .................................................................................. 19
3.2 Membuat Finite Volume Mesh Pada Domain ....................................... 21
3.3 Mengatur Batas Kondisi pada Geometri................................................ 23
3.4 Mengatur Simulasi CFD ........................................................................ 25
3.5 Mendapatkan Data Simulasi .................................................................. 35
DAFTAR PUSTAKA

iv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Zona batas dan kondisinya ……......... ................................................24
Tabel 3.2 Identifikasi …….…………………………………………………...…..25

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Rotary kiln ....................................................................................... 4


Gambar 2.2 Struktur kiln ..................................................................................... 5
Gambar 2.3 Kiln shell . ........................................................................................ 6
Gambar 2.4 Support tyres dan roller ................................................................... 7
Gambar 2.5 Perpindahan panas konveksi ............................................................ 8
Gambar 2.6 Perpindahan panas konveksi dari permukaan media padat ke fluida yang
mengalir ............................................................................................ 9
Gambar 2.7 Konveksi paksa ................................................................................ 10
Gambar 2.8 Konveksi bebas ................................................................................ 10
Gambar 2.9 Proses perpindahan panas secara radiasi ......................................... 11
Gambar 2.10 Gambar umum proses CFD ........................................................... 14
Gambar 2.11 Ilustrasi konservasi massa menggunakan analisis differensail ...... 16
Gambar 2.12 Gaya-gaya yang terjadi dalam arah x pada suatu elemen .............. 16
Gambar 2.13 Salah satu contoh boundary condition pada analisa aliran viscous
heat conduction fluid ..................................................................... 18

vi
BAB I Pendahuluan Tugas Akhir

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Industri semen merupakan salah satu industri yang bersifat energi intensif
karena membutuhkan energi yang sangat besar dalam proses produksinya.
Konsumsi energi listrik dari pabrik semen adalah sekitar 110-120 kWh per ton
semen [1]. Energi panas yang dibutuhkan sekitar 20-25% dari biaya produksi semen
[2]. Energi yang digunakan mencapai 50-60 % dari total biaya produksi [1]. Jika
konsumsi energi dapat ditekan, maka dengan demikian keuntungan juga dapat
ditingkatkan [1].
Proses produksi semen dilakukan oleh enam tahap, yaitu ekstraksi bahan baku,
persiapan bahan baku, menyiapkan bahan mentah, produksi klinker, penggilingan
semen dan kemasan [1]. Pada proses produksi semen, konsumsi energi panas yang
paling utama terdapat pada proses pembuatan klinker yaitu sebesar 25 %,
sedangkan konsumsi energi listrik terbesar pada proses penggilingan semen sebesar
40 % dan sisanya dimanfaatkan untuk proses yang lainnya [1]. Dari berbagai
tahapan pembuatan semen, proses pembuatan klinker merupakan proses yang
membutuhkan energi panas yang besar. Temperatur pada proses ini mencapai 1500
0
C [2], dan pada permukaan dari kiln tersebut mencapai 350oC [3], sehingga pada
proses ini menyebabkan energi panas dari permukaan kiln akan terbuang ke
lingkungan dengan percuma .
Untuk memanfaatkan energi panas yang terbuang tersebut, diperlukan sistem
penyerapan panas, sehingga energi panas dari permukaan kiln tersebut dapat
diserap dan dimanfaatkan untuk proses lainnya. Pada penelitian sebelumnya,
beberapa peneliti telah melakukan perancangan untuk pemanfaatan panas yang
terbuang dari permukaan kiln, seperti untuk memanaskan air dan sebagai
pembangkit listrik.
Dalam perkembangan saat ini, para ahli menggunakan pendekatan CFD
(Computational Fluids Dynamics) sebagai alat desain untuk menganalisis atau
memprediksi suatu kondisi fluida yang ada didalam suatu sistem. Dengan
pendekatan cfd ini kita bisa memprediksi apakah rencangan atau pemodelan yang
kita buat dapat diterapkan dalam kondisi aslinya. Oleh karena itu dalam penelitian
Riki Ari Putra 1410911063 1
BAB I Pendahuluan Tugas Akhir

ini, peneliti memodelkan sistem penyerapan panas, dimana energi panas yang
terbuang dari permukaan kiln akan diserap secara radiasi dan konveksi oleh pipa
absorber dengan fluida udara yang nantinya bisa dimanfaatkan untuk proses
lainnya. Dan selanjutnya dari rancangan tersebut akan dilihat bagaimana pengaruh
laju aliran massa terhadap temperatur keluaran fluida kerjanya. Pemodelan ini
dibuat dengan menggunakan software gambit 2.4.6 dan dianalisis dengan
menggunakan software fluent 6.3.26
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan dari tugas akhir ini adalah membuat pemodelan sistem penyerapan
panas radiasi dan konveksi dari permukaan kiln. Dan mengetahui pengaruh laju
aliran massa terhadap temperatur keluaran fluida kerja dari sistem tersebut.

1.3 Manfaat Penelitian


Hasil dari tugas akhir ini diharapkan dapat memberikan gambaran potensi
panas permukaan kiln dan desain panas absorber untuk pencapaian efisiensi energi
serta sebagai dasar untuk pengembangan untuk menghemat energi. Serta dapat
melihat laju aliran massa dari fluida kerja yang optimum, supaya penyerapan panas
dari sistem tersebut bisa maksimal.

1.4 Batasan Masalah


1. Laju aliran panas stabil.
2. Modeling dilakukan dengan mengasumsikan temperatur permukaan kiln
seragam 350 ° C dan 1 atm.
3. Kecepatan aliran konveksi dan radiasi yang stabil.
4. Fluida kerja yang digunakan adalah udara

1.5 Sistematis Penulisan

Tulisan laporan proyek akhir ini terdiri dari: Bab I Pendahuluan, menjelaskan
tentang latar belakang, tujuan penelitian, perumusan masalah, manfaat, batasan
masalah dan sistematika penulisan penelitian. Studi Bab II Tinjauan Pustaka, berisi
teori-teori yang mendukung penelitian. Bab III Metodologi, menjelaskan proses
awal sampai akhir penelitian dan langkah-langkah yang akan dilakukan untuk
mencapai tujuan penelitian. Bab IV Hasil dan Pembahasan, menjelaskan dan

Riki Ari Putra 1410911063 2


BAB I Pendahuluan Tugas Akhir

menganalisis data dalam bentuk grafik dari hasil penelitian. Bab V Kesimpulan dan
Saran, disajikan kesimpulan dari penelitian.

Riki Ari Putra 1410911063 3


Proposal Tugas Akhir Tinjauan Pustaka

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rotary Kiln

Rotary kiln (tanur putar) merupakan peralatan paling utama pada proses
pembuatan semen. Fungsi utamanya adalah sebagai tempat terjadinya proses
klinkerisasi sehingga terbentuk senyawa-senyawa penyusun semen yaitu C3S,
C2S, C3A dan C4AF. Tanur putar ini berbentuk silinder yang terbuat dari baja yang
dipasang secara horizontal dengan kemiringan 4°, berdiameter 4,5 m, panjang 75
m dan kecepatan putar 3 rpm. Tanur putar mampu membakar bahan baku dengan
kapasitas 7800 ton/jam hingga menjadi terak (klinker).[7] Gambar Rotary kiln dapat
dilihat pada Gambar 2.1 dibawah.

Gambar 2.1 Rotary kiln

Pada dasarnya rotary kiln adalah sebuah silinder panjang yang berputar pada
porosnya satu kali setiap satu atau dua menit. Rotasi menyebabkan bahan baku
klinker secara bertahap bergerak dimana bahan baku masuk dalam keadaan dingin
dan keluar dalam kondisi panas. Alat ini dilengkapi dengan preheater sebagai
pemanas awal dan calsiner. Gerakan antara material dan gas panas hasil
pembakaran batubara berlangsung secara counter current. Karena panas yang
ditimbulkan batu bara tinggi maka rotary kiln perlu dilapisi batu tahan api pada
bagian dalamnya untuk mencegah agar baja tidak meleleh.

Riki Ari Putra (1410911063) 4


Proposal Tugas Akhir Tinjauan Pustaka

Struktur dalam dari kiln secara umum, kiln memiliki beberapa bagian, bagian
luar adalah kiln shell atau pelat baja, bagian tengah adalah lapisan refraktori, bagian
yang lain adalah support tyres dan rollers dan yang terakhir adalah gear drive.
Struktur dari kiln dalam dilihat pada gambar 2.2 di bawah.

Gambar 2.2 Struktur kiln

Struktur dari kiln adalah sebagai berikut:


A. Kiln Shell
Kiln shell Ini terbuat dari plat baja ringan yang di-rol, ketebalannya biasanya
antara 15 dan 30 mm, dilas untuk membentuk sebuah silinder yang yang
panjangnya bisa mencapai 230 m dengan diametre 6 m. Penempatannya biasanya
terletak pada posisi poros arah timur / barat karena untuk mencegah Eddy current.
Ukuran diameter dibatasi sampai pada diameter tertetu karena untuk mencegah
kecenderungan shell yang akan berubah bentuk penampangnya menjadi oval yang
disebabkan oleh berat kiln tersebut, hal ini ini merupakan konsekuensi kiln selama
berputar. Untuk ukuran panjangnya tidak ditentukan berapa batasnya, tetapi akan
menjadi sulit untuk mengatasi perubahan panjang/pemuaian akibat dari pemanasan
dan pendinginan jika kiln terlalu panjang (biasanya sekitar 0,1 sampai 0,5% dari
panjang), karena kiln berbentuk silinder. Bentuk dari kiln shell dapat dilihat pada
gambar 2.3 dibawah.

Riki Ari Putra (1410911063) 5


Proposal Tugas Akhir Tinjauan Pustaka

Gambar 2.3 Kiln shell

B. Lapisan Refraktori
Lapisan refraktori adalah lapisan yang berfungsi untuk melindungi shell baja
dari suhu tinggi di dalam kiln, dan untuk melindunginya dari sifat korosif dari
material proses. Refractory lining dapat terdiri dari batu bata tahan api atau beton
cor tahan api. Refraktori dipilih berdasarkan suhu di dalam kiln dan sifat kimia dari
bahan yang diproses. Dalam beberapa proses, misalnya semen, umur refraktori
dapat bertahan lama dengan menjaga lapisan dari bahan yang diproses pada
permukaan refraktori. Ketebalan lapisan umumnya dalam kisaran 80-300 mm.
Tipikal refraktori akan mampu mempertahankan penurunan suhu 1000 °C atau
lebih antara permukaan panas dengan permukaan dingin. Suhu shell perlu
dipertahankan sekitar di bawah 350 °C untuk melindungi baja dari kerusakan, dan
scanner inframerah digunakan untuk memberikan peringatan dini "hot-spot"
apabila terjadi indikasi kegagalan pada refraktori. Struktur dari lapisan refraktori
dapat dilihat pada gambar 2.4 dibawah.

Riki Ari Putra (1410911063) 6


Proposal Tugas Akhir Tinjauan Pustaka

Gambar 2.4 Lapisan refraktori pada kiln

C. Support Tyres dan Roller


Support Tyres, kadang-kadang disebut riding rings, biasanya terdiri dari baja
cor tunggal annular (single annular steel casting), yang kemudian permukaannya
dihaluskan. Perlu beberapa kecerdikan desain agar tyres sesuai dan pas dengan
shell, tetapi masih memungkinkan gerakan termal. Rol harus mampu menopang
kiln, dan memungkinkan untuk berotasi dengan meminimalisir gesekan sekecil
mungkin. Sebuah kiln yang dirancang bagus, ketika listrik terputus maka akan
berayun seperti pendulum berkali-kali sebelum berhenti. Pada umumnya kiln
dengan dimensi 6 x 60 m, memiliki massa sekitar 1100 ton termasuk refraktori dan
segala isinya, dan akan ditopang tiga ban dan set rol sepanjang kiln. Kiln yang
panjang mungkin memiliki 8 set rol, sementara kiln yang pendek mungkin hanya
memiliki dua. Kiln biasanya berotasi pada 0,5-2 rpm, tapi kadang-kadang juga
sampai 5 rpm. Kiln pada pabrik semen modern biasanya berotasi pada 4 sampai 5
rpm. Bantalan (bearing) dari rol harus mampu menahan beban statis dan beban
dinamis yang terlibat, dan juga harus terlindungi dari panas kiln dan masuknya
debu. Selain menahan rol, bearing juga harus mencegah kiln agar tidak tergelincir
dari rol. Gesekan antara ban dan rol, menyebabkan kecekungan, cembung atau
kerucut pada kedua permukaan ban dan rol.
D. Gear Drive
Kiln biasanya diputar dengan Single Girth Gear. Gigi tersebut dihubungkan
melalui gear train menggunakan variable-speed electric motor. Gigi harus

Riki Ari Putra (1410911063) 7


Proposal Tugas Akhir Tinjauan Pustaka

memiliki torsi awal yang tinggi untuk menggerakkan kiln dengan beban eksentrik
yang besar. Sebuah kiln 6 x 60 m membutuhkan sekitar 800 kw untuk memutar
pada 3 rpm. Kecepatan aliran material melalui kiln sebanding dengan kecepatan
rotasi, sehingga diperlukan variable speed drive untuk mengontrol masalah ini.[7]

2.2 Fundamental Heat Transfer di Permukaan Kiln


Perpindahan panas ( heat transfer ) adalah proses berpindahnya energi kalor
atau panas ( heat ) karena adanya perbedaan temperatur. Dimana, energi kalor akan
berpindah dari temperatur media yang lebih tinggi ke temperatur media yang lebih
rendah. Proses perpindahan panas akan terus berlangsung sampai ada
kesetimbangan temperatur yang terjadi pada kedua media tersebut.[4] Proses
terjadinya perpindahan panas dapat terjadi secara konduksi, konveksi, dan radiasi.
Pada kiln shell terjadi perpindahan panas dari permukaan kiln ke lingkungan
bebas. Proses perpindahan panas ini terjadi secara konveksi ( konveksi alami ) dan
radiasi.
2.2.1 Perpindahan Panas Konveksi
Perpindahan panas konveksi adalah perpindahan panas dari daerah
bertemperatur tinggi ke daerah bertemperatur rendah yang disertai dengan adanya
pergerakan relative antar molekulnya. Perpindahan panas konveksi biasanya terjadi
melalui fluida ( cair dan gas ).[4] Perpidahan panas secara konveksi dapat dilihat
pada gambar 2.5 dibawah.

Gambar 2.5 Perpindahan panas konveksi

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa perpindahan panas secara konveksi
disertai dengan pergerakan relativ antar molekulnya. Hal ini terjadi karena jika kita
memanaskan air maka air yang terkena panas terlebih dahulu akan bergerak keatas
karena jika suatu fluida dipanaskan maka massa jenis dari fluida tersebut akan

Riki Ari Putra (1410911063) 8


Proposal Tugas Akhir Tinjauan Pustaka

berkurang dan lebih ringan dari awalnya dan air yang belum mendapatkan panas,
massa jenisnya relative lebih berat dari pada air yang dibawahnya sehingga air
dingin akan berpindah ke bawah dan air panas berpindah ke atas.
Contoh Perpindahan Panas secara Konveksi:
- Gerakan naik turunnya air yang sedang mendidih saat direbus
- Gerakan naik turunnya kacang hijau, beras, kedelai saat direbus
- Terjadinya angin darat dan laut
- Gerakan balon udara
Suatu fluida memiliki temperatur ( T ) yang bergerak dengan kecepatan (V),
diatas permukaan benda padat ( gambar 2.6 ). Temperatur media padat lebih tinggi
dari temperatur fluida, maka akan terjadi perpindahan panas secara konveksi dari
benda padat ke fluida yang mengalir.

Gambar 2.6 Perpindahan panas konveksi dari permukaan media padat ke fluida yang
mengalir.
Laju perpindahan panas konveksi mengacu pada Hukum Newton tentang
pendinginan ( Newton’s Law of Cooling ), dimana:

qkonv = ℎ.As. (Ts - T∞).............................................(2.1)


Dimana:
qkonv = Laju perpindahan panas konveksi ( W )
ℎ = Koefisien perpindahan panas konveksi ( W/m2 .K )
As = Luas permukaan perpindahan panas ( m2 )
Ts = Temperatur permukaan ( K )
T ∞ = Temperatur fluida ( K )

Riki Ari Putra (1410911063) 9


Proposal Tugas Akhir Tinjauan Pustaka

Pada perpindahan panas konveksi, aliran fluida dapat diklasifikasikan


menjadi:
a. Konveksi paksa ( forced convection ). Terjadi bila aliran fluida disebabkan
oleh gaya luar. Seperti: blower, pompa, dan kipas angin.[4] Skema dari konveksi
paksa dapat dilihat pada gambar 2.7 dibawah.

Gambar 2.7 Konveksi paksa


b. Konveksi bebas ( natural convection).
Terjadi bila aliran fluida disebabkan oleh efek gaya apungnya (bouyancy
forced effect). Pada fluida, temperatur berbanding terbalik dengan massa jenis
(density). Dimana, semakin tinggi temperatur suatu fluida maka massa jenisnya
akan semakin rendah, begitu pula sebaliknya.[4] Skema dari konveksi bebas dapat
dilihat pada gambar 2.8 dibawah.

Gambar 2.8 Konveksi bebas

Riki Ari Putra (1410911063) 10


Proposal Tugas Akhir Tinjauan Pustaka

2.2.2 Perpindahan Panas Radiasi


Perpindahan panas radiasi dapat dikatakan sebagai proses perpindahan panas
dari satu media ke media lain akibat perbedaan temperatur tanpa memerlukan media
perantara. Peristiwa radiasi akan lebih efektif terjadi pada ruang hampa, berbeda
dari perpindahan panas konduksi dan konveksi yang mengharuskan adanya media
perpindahan panas.[4] Ilustrasi perpindahan panas secara radiasi digambarkan
seperti gambar 2.9 dibawah.

Gambar 2.9 Proses perpindahan panas secara radiasi


Besarnya radiasi yang dipancarkan oleh permukaan suatu benda nyata adalah:
q rad = ε.σ.A.T 4 ………………………… (2.2)
Sedangkan, untuk benda hitam sempurna (black body), dengan nilai emisivitas
(ε = 1) memancarkan radiasi sebesar:

q rad = σ.A.T 4 ……..………………… …….(2.3)

Untuk laju pertukaran panas radiasi keseluruhan, antara permukaan dengan


sekelilingnya (surrounding) dengan temperatur sekelilingnya adalah:

q rad = ε.σ.A.(Ts 4 − Tsurr 4 ) ………………………….(2.4)

Dimana:

qrad = laju pertukaran panas radiasi (W)

ε = Nilai emisivitas suatu benda (0≤ ε ≤ 1)

Riki Ari Putra (1410911063) 11


Proposal Tugas Akhir Tinjauan Pustaka

σ = Konstanta proporsionalitas, disebut juga konstanta Stefan Boltzmann.


Dengan nilai 5.67 x 10-8 (W/m2.K4)

A = Luas bidang permukaan (m2)

Ts = Temperatur benda (K)

Dalam hal ini semua analisis tentang temperatur dalam pertukaran panas
radiasi adalah dalam temperatur mutlak (absolut) yaitu Kelvin (K).[4]

2.3 COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD)

2.3.1 Pengenalan CFD

CFD adalah metode penghitungan, memprediksi, dan pendekatan aliran


fluida secara numerik dengan bantuan komputer. Aliran fluida dalam kehidupan
nyata memiliki banyak sekali jenis dan karakteristik tertentu yang begitu kompleks,
CFD melakukan pendekatan dengan metode numerasi serta menggunakan
persamaan-persamaan fluida.[5] Berikut ini beberapa contoh aliran fluida yang
sring kita temui sehari-hari:

• Bernafas, minum, pencernaan, mencuci, berenang merokok.

• Laundry pakaian dan mengeringkannya.

• Pemanas ruangan, ventilasi ruangan, memadamkan api dengan air.

• Pembakaran bensin pada engine dan tentunya juga polusi.

• Membuat sup, campuran minyak pada pembuatan plastik

• Pesawat, parasut, berselancar, berlayar

• Menyolder, pembuatan besi atau baja, eleltrolisis air dll.

CFD merupakan metode penghitungan dengan sebuah kontrol dimensi, luas


dan volume dengan memanfaatkan bantuan komputasi komputer untuk melakukan
perhitungan pada tiap-tiap elemen pembaginya. Prinsipnya adalah suatu ruang yang
berisi fluida yang akan dilakukan penghitungan dibagi-bagi menjadi beberapa
bagian, hal ini sering disebut dengan sel dan prosesnya dinamakan meshing.
Bagian-bagian yang terbagi tersebut merupakan sebuah kontrol penghitungan yang
akan dilakukan oleh aplikasi atau software. Kontrol-kontrol penghitungan ini

Riki Ari Putra (1410911063) 12


Proposal Tugas Akhir Tinjauan Pustaka

beserta kontrol-kontrol penghitungan lainnya merupakan pembagian ruang yang


disebutkan tadi atau meshing. Nantinya, pada setiap titik kontrol penghitungan akan
dilakukan penghitungan oleh aplikasi dengan batasan domain dan boundary
condition yang telah ditentukan. Prinsip inilah yang banyak dipakai pada proses
penghitungan dengan menggunakan bantuan komputasi komputer. Contoh lain
penerapan prinsip ini adalah Finite Element Analysis ( FEA ) yang digunakan untuk
menghitung tegangan yang terjadi pada benda solid.

Sejarah CFD berawal pada tahun 60-an dan mulai terkenal pada tahun 70-an,
awalnya pemakaian konsep CFD hanya digunakan untuk aliran fluida dan reaksi
kimia, namun seiring dengan berkembangnya industri di tahun 90-an membuat
CFD makin dibutuhkan pada berbagai aplikasi lain. Contohnya sekarang ini banyak
sekali paket-paket software CAD menyertakan konsep CFD yang dipakai untuk
menganalisa stress yang terjadi pada design yang dibuat. Pemakain CFD secara
umum dipakai untuk memprediksi:

• Aliran dan panas.

• Transfer massa.

• Perubahan fasa seperti pada proses melting, pengembunan dan pendidihan.

• Reaksi kimia seperti pembakaran.

• Gerakan mekanis seperti piston dan fan.

• Tegangan dan tumpuan pada benda solid.

• Gelombang elektromagnet

CFD adalah penghitungan yang mengkhususkan pada fluida, mulai dari aliran
fluida, heat transfer dan reaksi kimia yang terjadi pada fluida. Atas prinsip-prinsip
dasar mekanika fluida, konservasi energi, momentum, massa, serta species,
penghitungan dengan CFD dapat dilakukan. Secara sederhana proses penghitungan
yang dilakukan oleh aplikasi CFD adalah dengan kontrol-kontrol penghitungan
yang telah dilakukan maka kontrol penghitungan tersebut akan dilibatkan dengan
memanfaatkan persamaan-persamaan yang terlibat. Persamaan-persamaan ini
adalah persamaan yang dibangkitkan dengan memasukkan parameter apa saja yang

Riki Ari Putra (1410911063) 13


Proposal Tugas Akhir Tinjauan Pustaka

terlibat dalam domain. Misalnya ketika suatu model yang akan dianalisa melibatkan
temperatur berarti model tersebut melibatkan persamaan energi atau konservasi dari
energi tersebut. Inisialisasi awal dari persamaan adalah boundary condition.
Boundary condition adalah kondisi dimana kontrol-kontrol perhitungan
didefinisikan sebagi definisi awal yang akan dilibatkan ke kontrol-kontrol
penghitungan yang berdekatan dengannya melalui persamaan-persamaan yang
terlibat. Berikut ini skema sederhana dari proses penghitungan konsep CFD:

Gambar 2.10 Gambaran umum proses CFD


Hasil yang didapat pada kontrol point terdekat dari penghitungan persamaan
yang terlibat akan diteruskan ke kontrol point terdekat lainnya secara terus menerus
hingga seluruh domain terpenuhi. Akhirnya, hasil yang didapat akan disajikan
dalam bentuk warna, vektor dan nilai yang mudah untuk dilihat dengan konfigurasi
jangkauan diambil dari nilai terbesar dan terkecil.[5]
Secara umum proses penghitungan CFD terdiri atas 3 bagian utama:
1. Preposessor
2. Processor
3. Post processor
Prepocessor adalah tahap dimana data diinput mulai dari pendefinisian
domain serta pendefinisan kondisi batas atau boundary condition. Ditahap itu juga
sebuah benda atau ruangan yang akan analisa dibagi-bagi dengan jumlah grid
tertentu atau sering disebut juga dengan meshing. Tahap selanjutnya adalah
processor, pada tahap ini dilakukan proses penghitungan data-data input dengan

Riki Ari Putra (1410911063) 14


Proposal Tugas Akhir Tinjauan Pustaka

persamaan yang terlibat secara iteratif. Artinya penghitungan dilakukan hingga


hasil menuju error terkecil atau hingga mencapai nilai yang konvergen.
Penghitungan dilakukan secara menyeluruh terhadap volume kontrol dengan proses
integrasi persamaan diskrit. Tahap akhir merupakan tahap postprocessor dimana
hasil perhitungan diinterpretasikan ke dalam gambar, grafik bahkan animasi dengan
pola-pola warna tertentu.
Hal yang paling mendasar mengapa konsep CFD (software CFD) banyak
sekali digunakan dalam dunia industri adalah dengan CFD dapat dilakukan analisa
terhadap suatu sistem dengan mengurangi biaya eksperimen dan tentunya waktu
yang panjang dalam melakukan eksperimen tersebut. Atau dalam proses design
engineering tahap yang harus dilakukan menjadi lebih pendek. Hal lain yang
mendasari pemakaian konsep CFD adalah pemahaman lebih dalam akan suatu
masalah yang akan diselesaikan atau dalam hal ini pemahaman lebih dalam
mengenai karakteristik aliran fluida dengan melihat hasil berupa grafik, vektor,
kontur dan bahkan animasi.

2.3.2 Persamaan-persamaan Konservasi

Dalam membuat model CFD diperlukan definisi dari model itu sendiri,
apakah model tersebut memepertimbangkan faktor reaksi kimia, mass transfer, heat
transfer atau hanya berupa aliran fluida non kompressible dan laminar. Definisi dari
model sebenarnya adalah memilih persamaan mana yang akan diaktifkan dalam
suatu proses CFD. Banyak sekali persamaan yang digunakan dalam konsep CFD
secara umum karena semua persamaan tersebut merupakan pendekatan dari
karakteristik fluida yang akan mendekatkannya pada kondisi real.
Berikut ini merupakan persamaan-persamaan dasar yang terlibat dalam suatu
aliran laminar tanpa melibatkan perpindahan kalor maupun spesies.
1. Persamaan Konservasi Massa
Bentuk umum konservasi massa adalah sebagai berikut:

∂t ∫cv
ρdV + ∫ ρV.dA = 0 …………………….(2.5)
cs

Pada analisis differensial pada konservasi massa, volume integral pada


persamaan di atas diekspresikan sebagai berikut:

Riki Ari Putra (1410911063) 15


Proposal Tugas Akhir Tinjauan Pustaka

∂ ∂ρ
∂t ∫cv
ρdV ≈ ∂x∂y∂z ……..………………….(2.6)
∂t

Gambar 2.11 Ilustrasi konservasi massa menggunakan analisis differensial

Setelah penurunan persamaan yang tidak dituliskan dalam catatan ini, maka
persamaan konservasi massa dengan menggunakan analisis differensial adalah
sebagai berikut:

∂ρ ∂ (ρu) ∂ (ρυ) ∂ (ρw)


+ + + = 0 ……………….(2.7)
∂t ∂x ∂y ∂z
2. Persamaan Konservasi Momentum

Persamaan konservasi momentum adalah persamaan yang mendefinisikan


gerakan fluida ketika terjadi gaya-gaya pada partikel-partikelnya pada setiap
elemen fluida yang didefiniskan di dalam model CFD. Untuk lebih jelasnya lihat
gambar di bawah ini:

Riki Ari Putra (1410911063) 16


Proposal Tugas Akhir Tinjauan Pustaka

Gambar 2.12 Gaya-gaya yang terjadi dalam arah x pada suatu elemen fluida

∂σxx ∂τyx ∂ zx ∂u ∂u ∂u ∂u
ρg x + + + = ρ( + u + v + w ) ……………….(2.8)
∂x ∂y ∂z ∂t ∂x ∂y ∂z
∂σ xy ∂τyy ∂ zy ∂v ∂v ∂v ∂v
ρg y + + + = ρ( + u + v + w ) ...……………….(2.9)
∂x ∂y ∂z ∂t ∂x ∂y ∂z

∂σ xz ∂τyz ∂ zz ∂w ∂w ∂w ∂w
ρg z + + + = ρ( +u +v +w ) ……………….(2.10)
∂x ∂y ∂z ∂t ∂x ∂y ∂z

Persamaan diatas adalah persamaan diferensial umum dari gerakan fluida.


Kenyataannya persamaan tersebut dapat diaplikasikan untuk setiap continum (solid
atau fluid) ketika bergerak ataupun diam.

2.3.3 Boundary Conditions

Dalam menganalisa suatu aliran fluida terdapat dua metode yang dapat
digunakan, yang pertama adalah mencari pola aliran secara detail (x, y, z) pada
setiap titik atau yang kedua, mencari pola aliran pada suatu daerah tertentu dengan
keseimbangan antara aliran masuk dan keluar dan menentukan (secara kasar) efek-
efek yang mempengaruhi aliran tersebut (seperti: gaya atau perubahan energi).
Metode pertama adalah metode analisa diferensial sedangkan yang kedua adalah
metode integral atau control volume. Boundary conditions adalah kondisi dari

Riki Ari Putra (1410911063) 17


Proposal Tugas Akhir Tinjauan Pustaka

batasan sebuah kontrol volume tersebut. Dalam analisa menggunakan CFD seluruh
titik dalam kontrol volume tersebut di cari nilainya secara detail, seperti yang telah
di jelaskan di awal bab ini, dengan memanfaatkan nilai-nilai yang telah diketahui
pada boundary conditions. Secara umum boundary conditions terdiri dari dua
macam, inlet dan oulet. Inlet biasanya didefinisikan sebagai tempat dimana fluida
memasuki domain (control volume) yang ditentukan. Berbagai macam kondisi
didefinisikan pada inlet ini mulai dari kecepatan, komposisi, temperatur, tekanan,
laju aliran. Sedangkan pada outlet biasanya didefinisikan sebagai kondisi dimana
fluida tersebut keluar dari domain atau dalam suatu aplikasi CFD merupakan nilai
yang didapat dari semua variabel yang didefinisikan dan diextrapolasi dari titik atau
sel sebelumnya. Di bawah ini salah satu contoh penerapan boundary conditions.

Gambar 2.13 Salah satu contoh boundary conditions pada analisa aliran viscous heat
conduction fluid

Riki Ari Putra (1410911063) 18


Proposal Tugas Akhir Metodologi

BAB III
METODOLOGI

Penelitian ini bertujuan untuk membuat pemodelan sistem penyerapan panas


radiasi dan konveksi dari permukaan kiln dan mengetahui pengaruh laju aliran
massa terhadap temperatur keluaran fluida kerja dari sistem tersebut. Penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan komersial simulasi numerik software CFD, yaitu
Gambit 2.4.6 dan Fluent 6.3. Perhitungan terdiri dari beberapa langkah sebagai
berikut:
1. Pemodelan Domain
2. Buat finite volume mesh pada domain
3. Mengatur kondisi batas pada geometri
4. Mengatur simulasi CFD
5. Mendapatkan data simulasi
6. Analisa data simulasi
Simulasi ini diharapkan dapat digunakan sebagai data tambahan dalam desain
alat untuk memanfaatkan limbah panas dari kiln.

3.1 Domain Modeling


Kiln shell adalah tabung berongga dengan diameter 2 meter dan panjang 30
meter dan absorber pipa panas adalah sebuah rangkaian pipa yang terdiri dari 6
buah pipa berukuran 1 inch yang dirangkai di atas permukaan kiln. Jarak dari pipa
ke permukaan kiln dianggap tidak dipengaruhi oleh aliran fluida di sekitar kiln,
sehingga daerah ini dapat dianggap sebagai batas aliran. Dengan asumsi ini sistem
kiln dan pipa panas absorber dapat dimodelkan seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 3.1.
Bahan dari kiln disimulasikan sebagai baja dengan sifat sebagai berikut:
▪ k = 16,27 W / mK
▪ ρ = 8030 kg / m3
▪ Cp = 502,48 J / kg.K

Riki Ari Putra (1410911063) 19


Proposal Tugas Akhir Metodologi

Sementara bahan pipa disimulasikan sebagai tembaga dengan sifat sebagai


berikut:
▪ k = 387,6 W / mK
▪ ρ = 8978 kg / m3
▪ Cp = 381 J / kg.K

Copper
tube Ф 1 “

Perpindahan
panas secara
radiasi dan
konveksi dari
permukaan
kiln

Kiln Ф 2 m

Gambar 3.1 Ilustrasi geometri 2D

outlet

Inlet

Gambar 3.2 Ilustrasi geometri 3D

Riki Ari Putra (1410911063) 20


Proposal Tugas Akhir Metodologi

Ilustrasi di atas dapat dijadikan sebagai pedoman untuk menciptakan


geometri yang dibuat menggunakan gambit software.

3.2 Membuat Finite Volume Mesh Pada Domain


Membuat mesh pada geometri menggunakan software gambit. Geometri yang
ditunjukkan pada gambar 3.3 dan 3.4.

Gambar 3.3 Geometri 2D yang dibuat dengan gambit

Gambar 3.4 Geometri 3D dibuat dengan gambit

Riki Ari Putra (1410911063) 21


Proposal Tugas Akhir Metodologi

Ukuran Mesh yang terkandung dalam suatu objek akan mempengaruhi


keakuratan analisis. Semakin kecil mesh dalam suatu objek, semakin akurat hasil
yang diperoleh, tetapi membutuhkan daya komputasi yang lebih kuat. Dalam hal
ini tipe jala segi empat digunakan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.5 dan
Gambar 3.6.

Gambar 3.5 2D Meshing geometri

Gambar 3.6 3D Meshing geometri

Riki Ari Putra (1410911063) 22


Proposal Tugas Akhir Metodologi

3.3 Mengatur Batas Kondisi pada Geometri


Tahap berikutnya adalah menentukan kondisi batas dari kiln, pipa dan
lingkungan sekitarnya di mana kiri, kanan, depan, dan belakang sisi permukaan
yang terisolasi dengan lingkungan.
Untuk simulasi aliran 3D, semua bidang harus ditentukan tipe batasnya
(boundary). Apabila tidak ditentukan, maka FLUENT akan mendefenisikan bidang
sebagai dinding secara otomatis. Jika diinginkan, setiap bidang yang penting dapat
diberi nama.
Setiap volume ( kontinum ) yang ada dalam model harus didefinisikan. Jenis
kontinum yang terdapat pada GAMBIT adalah fluida dan padatan. Apabila tidak
didefinisikan, secara otomatis FLUENT akan mendefinisikan kontinum sebagai
udara. Untuk kondisi batas sistem dapat dilihat pada gambar 3.7 dibawah.

5
6

3
7

2
8

Gambar 3.7 Kondisi Batas sistem 6

Riki Ari Putra (1410911063) 23


Proposal Tugas Akhir Metodologi

Tabel 3.1 Zona Batas dan Kondisinya

No Nama Zona Batas Kondisi Batas

1 Dinding Kiln Wall Temperatur = 3500C

2 Inlet Tube Velocity Inlet Velocity = 1 m/s

3 Outlet Tube Pressure Outlet Tekanan atmosfer

4 Tube Wall Tidak ada pembangkitan panas

5 Boundary layer Pressure outlet Tekanan atmosfer


( bagian atas )

6 Boundary layer Pressure inlet Tekanan atmosfer ( default )


( bagian bawah )

7 Boundary layer Pressure inlet Tekanan atmosfer ( default )


(bagian kiri )

8 Bondary layer Pressure inlet Tekanan atmosfer ( default )


( bagian kanan )

3.4 Mengatur Simulasi CFD


Metode volume hingga digunakan sebagai solusi numerik untuk persamaan
ini. CFD Fluent 6.3.26 digunakan untuk melakukan simulasi. Persamaan akan
diselesaikan dengan menggunakan solution tiga dimensi berbasis tekanan. Model
laminar viscous dipilih untuk mendapatkan medan aliran di seluruh domain dan
mengaktifkan persamaan energi. Algoritma SIMPLE dipilih untuk coupling
tekanan-kecepatan. Konvergensi solusi numerik dipastikan dengan memantau
residu skala ke kriteria 10-06 untuk parameter kontinuitas dan momentum.

3.5 Mendapatkan Data Simulasi


Dalam simulasi ini, suhu permukaan kiln tetap konstan dan seragam pada 350
° C. Kiln diputar pada 2 rpm. Suhu udara masuk pipa pada 27 ° C. Laju aliran massa
udara bervariasi dari 7.83 × 10-3 kg / s, 7.83 × 10-2 kg / s, 7.83 × 10-1 kg / s dan 7,83
kg / s seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.1. Untuk setiap laju aliran massa,
perbedaan suhu air disajikan sebagai diagram dari laju aliran massa terhadap

Riki Ari Putra (1410911063) 24


Proposal Tugas Akhir Metodologi

perbedaan suhu dan panas yang ditangkap oleh air disajikan sebagai diagram dari
laju aliran massa dibandingkan menangkap panas.

Tabel 3.2 Identifikasi data


Kiln
Tin (° (kg / Tout (° ∆T (° q (J /
Tpermukaan ɸ D C) s) C) C) kg)
(° C) (rpm) (m)

7.83 × 10-
350 2 2 27 3

7.83 × 10-
350 2 2 27 2

7.83 × 10-
350 2 2 27 1

350 2 2 27 7.83

Riki Ari Putra (1410911063) 25


DAFTAR PUSTAKA

[1] Pradeep, S., & Shree R.S. (2016). Policy Intervention to Reduce Energy
Consumption and Mitigate Environmental Emission in Cement Industries of
Nepal. International Journal of Environmental Protection and Policy, 4(2),
34-43. doi: 10.11648/j.ijepp.20160402.12

[2] Madlool, N.A., Saidur, R., Hossain, M.S., & Rahim, N.A. (2011). A critical
review on energy use and savings in the cement industries. Renewable and
Sustainable Energy Reviews, 15, 2042–2060. Retrieved from
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1364032111000207

[3] Chakrabarti, S. S., Bhandarkar, L. R., Sangewar, R. K., & Singh, S. P.


(2016). A Mathematical Modelling and Simulation for Reduction in
Thermal Losses by Painting DRI Kiln. International Journal of Engineering
Research & Technology (IJERT), 5. Retrieved from
https://www.ijert.org/download/15117/a-mathematical-modelling-and-simulation-
for-reduction-in-thermal-losses-by painting-dri kiln.

[4] Cengel, Y.A., & Boles, M.A. 2002. Thermodynamics An Engineering


Approach, Fourth Edition. McGraw-Hill: New York.
[5] Tuakia, F. 2008. Dasar – dasar menggunakan CFD Fluent. Informatika :
Bandung.
[6] Holman, J. P. 1986. Heat Transfer, sixth Edition. Mc. Graw-Hill Book:
USA.
[7] Boateng, A.A. 2008. Rotary Kilns Transport Phenomena and Transport
Processes. Elsevier/Butterworth-Heinemann: Amsterdam.

ii

Anda mungkin juga menyukai