Oleh:
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2018
LEMBAR PENGESAHAN
OLEH
i
ABSTRAK
Industri semen merupakan salah satu industri yang bersifat energi intensif
karena membutuhkan energi yang sangat besar dalam proses produksinya.
Energy yang digunakan mencapai setengah dari total biaya produksi. Jika
konsumsi energi dapat ditekan dengan tambahan energi alternatif, maka dengan
demikian keuntungan juga dapat ditingkatkan. Dalam memproduksi semen,
konsumsi energy panas yang paling utama terdapat pada proses pembuatan
klinker yaitu sebesar 25 %, Temperature pada proses ini mencapai 1500 0C.
Sehingga pada proses ini menyebabkan energi panas dari permukaan kiln akan
terbuang ke lingkungan dengan percuma. Dalam penelitian ini, kalor yang
terbuang dari permukaan kiln akan ditangkap oleh pipa absorber dengan fluida
udara yang nantinya bisa dimanfaatkan untuk proses lainnya. Panas dari dalam
cangkang kiln secara konveksi dan radiasi akan diserap oleh fluida yang
mengalir di dalam pipa absorber. Pengaruh laju aliran massa terhadap
temperatur keluaran fluida pada sistem penyerapan panas radiasi dan konveksi
dari permukaan kiln akan rancang dengan software Gambit 2.4.6 dan diselidiki
secara numerik menggunakan CFD komersial software Fluent 6.3.
ii
PRAKATA
Atas berkat rahmat Allah akhirnya Proposal Tugas Akhir ini dapat
diselesaikan. Puji syukur dan ucapan terima kasih hanya kepada Allah, Dzat yang
Maha Tinggi dan Agung, yang telah memberikan banyak kemudahan dalam
pembuatan Tugas Akhir ini dan tanpa kehendak dari-Nya penulis tidak mungkin
dapat menyelesaikan Proposal Tugas Akhir dengan judul “Pengaruh Laju
Aliran Massa Terhadap Temperatur Keluaran Fluida Kerja Pada
Pemodelan Sistem Penyerapan Panas Radiasi Dan Konveksi Dari
Permukaan Kiln”.
Penulisan Tugas Akhir ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu
persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Teknik Program Studi Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Andalas. Ucapan terima kasih juga penulis
persembahkan kepada berbagai pihak atas bimbingan dan bantuannya di dalam
pengerjaan Tugas Akhir ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada:
1. Bapak Ir. Adek Tasri, M.T.,Ph.D selaku pembimbing, terima kasih atas
segala sumbangsih baik bimbingan maupun materi yang telah bapak berikan
kepada saya.
2. Kedua Orang tua, terima kasih atas doa, kasih sayang, perhatian, kesabaran
serta dukungan kepada anaknya.
3. Rekan-rekan asisten Laboratorium Konversi Energi Universitas Andalas,
terima kasih atas bantuan, dukungan dan saran yang diberikan kepada saya.
4. Rekan-rekan M27, terima kasih atas waktu-waktu yang menyenangkan,
bantuan, dukungan dan saran yang diberikan kepada saya.
Sebagai penutup ucapan terima kasih saya, hanya do’a yang dapat saya
ucapkan atas sumbangsih dari pihak-pihak yang telah membantu saya dalam
menyelesaikan Tugas Akhir ini. Semoga Proposal Tugas Akhir ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Padang, Mei 2018
Penulis
iii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian ................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................. 2
1.5 Batasan Masalah .................................................................................... 2
1.6 Sistematika Penulisan ............................................................................ 2
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Zona batas dan kondisinya ……......... ................................................24
Tabel 3.2 Identifikasi …….…………………………………………………...…..25
v
DAFTAR GAMBAR
vi
BAB I Pendahuluan Tugas Akhir
BAB I
PENDAHULUAN
ini, peneliti memodelkan sistem penyerapan panas, dimana energi panas yang
terbuang dari permukaan kiln akan diserap secara radiasi dan konveksi oleh pipa
absorber dengan fluida udara yang nantinya bisa dimanfaatkan untuk proses
lainnya. Dan selanjutnya dari rancangan tersebut akan dilihat bagaimana pengaruh
laju aliran massa terhadap temperatur keluaran fluida kerjanya. Pemodelan ini
dibuat dengan menggunakan software gambit 2.4.6 dan dianalisis dengan
menggunakan software fluent 6.3.26
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan dari tugas akhir ini adalah membuat pemodelan sistem penyerapan
panas radiasi dan konveksi dari permukaan kiln. Dan mengetahui pengaruh laju
aliran massa terhadap temperatur keluaran fluida kerja dari sistem tersebut.
Tulisan laporan proyek akhir ini terdiri dari: Bab I Pendahuluan, menjelaskan
tentang latar belakang, tujuan penelitian, perumusan masalah, manfaat, batasan
masalah dan sistematika penulisan penelitian. Studi Bab II Tinjauan Pustaka, berisi
teori-teori yang mendukung penelitian. Bab III Metodologi, menjelaskan proses
awal sampai akhir penelitian dan langkah-langkah yang akan dilakukan untuk
mencapai tujuan penelitian. Bab IV Hasil dan Pembahasan, menjelaskan dan
menganalisis data dalam bentuk grafik dari hasil penelitian. Bab V Kesimpulan dan
Saran, disajikan kesimpulan dari penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Rotary kiln (tanur putar) merupakan peralatan paling utama pada proses
pembuatan semen. Fungsi utamanya adalah sebagai tempat terjadinya proses
klinkerisasi sehingga terbentuk senyawa-senyawa penyusun semen yaitu C3S,
C2S, C3A dan C4AF. Tanur putar ini berbentuk silinder yang terbuat dari baja yang
dipasang secara horizontal dengan kemiringan 4°, berdiameter 4,5 m, panjang 75
m dan kecepatan putar 3 rpm. Tanur putar mampu membakar bahan baku dengan
kapasitas 7800 ton/jam hingga menjadi terak (klinker).[7] Gambar Rotary kiln dapat
dilihat pada Gambar 2.1 dibawah.
Pada dasarnya rotary kiln adalah sebuah silinder panjang yang berputar pada
porosnya satu kali setiap satu atau dua menit. Rotasi menyebabkan bahan baku
klinker secara bertahap bergerak dimana bahan baku masuk dalam keadaan dingin
dan keluar dalam kondisi panas. Alat ini dilengkapi dengan preheater sebagai
pemanas awal dan calsiner. Gerakan antara material dan gas panas hasil
pembakaran batubara berlangsung secara counter current. Karena panas yang
ditimbulkan batu bara tinggi maka rotary kiln perlu dilapisi batu tahan api pada
bagian dalamnya untuk mencegah agar baja tidak meleleh.
Struktur dalam dari kiln secara umum, kiln memiliki beberapa bagian, bagian
luar adalah kiln shell atau pelat baja, bagian tengah adalah lapisan refraktori, bagian
yang lain adalah support tyres dan rollers dan yang terakhir adalah gear drive.
Struktur dari kiln dalam dilihat pada gambar 2.2 di bawah.
B. Lapisan Refraktori
Lapisan refraktori adalah lapisan yang berfungsi untuk melindungi shell baja
dari suhu tinggi di dalam kiln, dan untuk melindunginya dari sifat korosif dari
material proses. Refractory lining dapat terdiri dari batu bata tahan api atau beton
cor tahan api. Refraktori dipilih berdasarkan suhu di dalam kiln dan sifat kimia dari
bahan yang diproses. Dalam beberapa proses, misalnya semen, umur refraktori
dapat bertahan lama dengan menjaga lapisan dari bahan yang diproses pada
permukaan refraktori. Ketebalan lapisan umumnya dalam kisaran 80-300 mm.
Tipikal refraktori akan mampu mempertahankan penurunan suhu 1000 °C atau
lebih antara permukaan panas dengan permukaan dingin. Suhu shell perlu
dipertahankan sekitar di bawah 350 °C untuk melindungi baja dari kerusakan, dan
scanner inframerah digunakan untuk memberikan peringatan dini "hot-spot"
apabila terjadi indikasi kegagalan pada refraktori. Struktur dari lapisan refraktori
dapat dilihat pada gambar 2.4 dibawah.
memiliki torsi awal yang tinggi untuk menggerakkan kiln dengan beban eksentrik
yang besar. Sebuah kiln 6 x 60 m membutuhkan sekitar 800 kw untuk memutar
pada 3 rpm. Kecepatan aliran material melalui kiln sebanding dengan kecepatan
rotasi, sehingga diperlukan variable speed drive untuk mengontrol masalah ini.[7]
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa perpindahan panas secara konveksi
disertai dengan pergerakan relativ antar molekulnya. Hal ini terjadi karena jika kita
memanaskan air maka air yang terkena panas terlebih dahulu akan bergerak keatas
karena jika suatu fluida dipanaskan maka massa jenis dari fluida tersebut akan
berkurang dan lebih ringan dari awalnya dan air yang belum mendapatkan panas,
massa jenisnya relative lebih berat dari pada air yang dibawahnya sehingga air
dingin akan berpindah ke bawah dan air panas berpindah ke atas.
Contoh Perpindahan Panas secara Konveksi:
- Gerakan naik turunnya air yang sedang mendidih saat direbus
- Gerakan naik turunnya kacang hijau, beras, kedelai saat direbus
- Terjadinya angin darat dan laut
- Gerakan balon udara
Suatu fluida memiliki temperatur ( T ) yang bergerak dengan kecepatan (V),
diatas permukaan benda padat ( gambar 2.6 ). Temperatur media padat lebih tinggi
dari temperatur fluida, maka akan terjadi perpindahan panas secara konveksi dari
benda padat ke fluida yang mengalir.
Gambar 2.6 Perpindahan panas konveksi dari permukaan media padat ke fluida yang
mengalir.
Laju perpindahan panas konveksi mengacu pada Hukum Newton tentang
pendinginan ( Newton’s Law of Cooling ), dimana:
Dimana:
Dalam hal ini semua analisis tentang temperatur dalam pertukaran panas
radiasi adalah dalam temperatur mutlak (absolut) yaitu Kelvin (K).[4]
Sejarah CFD berawal pada tahun 60-an dan mulai terkenal pada tahun 70-an,
awalnya pemakaian konsep CFD hanya digunakan untuk aliran fluida dan reaksi
kimia, namun seiring dengan berkembangnya industri di tahun 90-an membuat
CFD makin dibutuhkan pada berbagai aplikasi lain. Contohnya sekarang ini banyak
sekali paket-paket software CAD menyertakan konsep CFD yang dipakai untuk
menganalisa stress yang terjadi pada design yang dibuat. Pemakain CFD secara
umum dipakai untuk memprediksi:
• Transfer massa.
• Gelombang elektromagnet
CFD adalah penghitungan yang mengkhususkan pada fluida, mulai dari aliran
fluida, heat transfer dan reaksi kimia yang terjadi pada fluida. Atas prinsip-prinsip
dasar mekanika fluida, konservasi energi, momentum, massa, serta species,
penghitungan dengan CFD dapat dilakukan. Secara sederhana proses penghitungan
yang dilakukan oleh aplikasi CFD adalah dengan kontrol-kontrol penghitungan
yang telah dilakukan maka kontrol penghitungan tersebut akan dilibatkan dengan
memanfaatkan persamaan-persamaan yang terlibat. Persamaan-persamaan ini
adalah persamaan yang dibangkitkan dengan memasukkan parameter apa saja yang
terlibat dalam domain. Misalnya ketika suatu model yang akan dianalisa melibatkan
temperatur berarti model tersebut melibatkan persamaan energi atau konservasi dari
energi tersebut. Inisialisasi awal dari persamaan adalah boundary condition.
Boundary condition adalah kondisi dimana kontrol-kontrol perhitungan
didefinisikan sebagi definisi awal yang akan dilibatkan ke kontrol-kontrol
penghitungan yang berdekatan dengannya melalui persamaan-persamaan yang
terlibat. Berikut ini skema sederhana dari proses penghitungan konsep CFD:
Dalam membuat model CFD diperlukan definisi dari model itu sendiri,
apakah model tersebut memepertimbangkan faktor reaksi kimia, mass transfer, heat
transfer atau hanya berupa aliran fluida non kompressible dan laminar. Definisi dari
model sebenarnya adalah memilih persamaan mana yang akan diaktifkan dalam
suatu proses CFD. Banyak sekali persamaan yang digunakan dalam konsep CFD
secara umum karena semua persamaan tersebut merupakan pendekatan dari
karakteristik fluida yang akan mendekatkannya pada kondisi real.
Berikut ini merupakan persamaan-persamaan dasar yang terlibat dalam suatu
aliran laminar tanpa melibatkan perpindahan kalor maupun spesies.
1. Persamaan Konservasi Massa
Bentuk umum konservasi massa adalah sebagai berikut:
∂
∂t ∫cv
ρdV + ∫ ρV.dA = 0 …………………….(2.5)
cs
∂ ∂ρ
∂t ∫cv
ρdV ≈ ∂x∂y∂z ……..………………….(2.6)
∂t
Setelah penurunan persamaan yang tidak dituliskan dalam catatan ini, maka
persamaan konservasi massa dengan menggunakan analisis differensial adalah
sebagai berikut:
Gambar 2.12 Gaya-gaya yang terjadi dalam arah x pada suatu elemen fluida
∂σxx ∂τyx ∂ zx ∂u ∂u ∂u ∂u
ρg x + + + = ρ( + u + v + w ) ……………….(2.8)
∂x ∂y ∂z ∂t ∂x ∂y ∂z
∂σ xy ∂τyy ∂ zy ∂v ∂v ∂v ∂v
ρg y + + + = ρ( + u + v + w ) ...……………….(2.9)
∂x ∂y ∂z ∂t ∂x ∂y ∂z
∂σ xz ∂τyz ∂ zz ∂w ∂w ∂w ∂w
ρg z + + + = ρ( +u +v +w ) ……………….(2.10)
∂x ∂y ∂z ∂t ∂x ∂y ∂z
Dalam menganalisa suatu aliran fluida terdapat dua metode yang dapat
digunakan, yang pertama adalah mencari pola aliran secara detail (x, y, z) pada
setiap titik atau yang kedua, mencari pola aliran pada suatu daerah tertentu dengan
keseimbangan antara aliran masuk dan keluar dan menentukan (secara kasar) efek-
efek yang mempengaruhi aliran tersebut (seperti: gaya atau perubahan energi).
Metode pertama adalah metode analisa diferensial sedangkan yang kedua adalah
metode integral atau control volume. Boundary conditions adalah kondisi dari
batasan sebuah kontrol volume tersebut. Dalam analisa menggunakan CFD seluruh
titik dalam kontrol volume tersebut di cari nilainya secara detail, seperti yang telah
di jelaskan di awal bab ini, dengan memanfaatkan nilai-nilai yang telah diketahui
pada boundary conditions. Secara umum boundary conditions terdiri dari dua
macam, inlet dan oulet. Inlet biasanya didefinisikan sebagai tempat dimana fluida
memasuki domain (control volume) yang ditentukan. Berbagai macam kondisi
didefinisikan pada inlet ini mulai dari kecepatan, komposisi, temperatur, tekanan,
laju aliran. Sedangkan pada outlet biasanya didefinisikan sebagai kondisi dimana
fluida tersebut keluar dari domain atau dalam suatu aplikasi CFD merupakan nilai
yang didapat dari semua variabel yang didefinisikan dan diextrapolasi dari titik atau
sel sebelumnya. Di bawah ini salah satu contoh penerapan boundary conditions.
Gambar 2.13 Salah satu contoh boundary conditions pada analisa aliran viscous heat
conduction fluid
BAB III
METODOLOGI
Copper
tube Ф 1 “
Perpindahan
panas secara
radiasi dan
konveksi dari
permukaan
kiln
Kiln Ф 2 m
outlet
Inlet
5
6
3
7
2
8
perbedaan suhu dan panas yang ditangkap oleh air disajikan sebagai diagram dari
laju aliran massa dibandingkan menangkap panas.
7.83 × 10-
350 2 2 27 3
7.83 × 10-
350 2 2 27 2
7.83 × 10-
350 2 2 27 1
350 2 2 27 7.83
[1] Pradeep, S., & Shree R.S. (2016). Policy Intervention to Reduce Energy
Consumption and Mitigate Environmental Emission in Cement Industries of
Nepal. International Journal of Environmental Protection and Policy, 4(2),
34-43. doi: 10.11648/j.ijepp.20160402.12
[2] Madlool, N.A., Saidur, R., Hossain, M.S., & Rahim, N.A. (2011). A critical
review on energy use and savings in the cement industries. Renewable and
Sustainable Energy Reviews, 15, 2042–2060. Retrieved from
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1364032111000207
ii