Anda di halaman 1dari 12

METODE 

PERTOLONGAN  PERTAMA
(Penanganan Korban Pingsan)

Kasus kasus yang Membutuhkan Pertolongan Pertama

I. Pingsan
Pingsan adalah suatu keadaan tidak sadarkan diri seperti orang tidur pada seseorang akibat
sakit, kecelakaan, kekurangan oksigen, kekurangan darah, keracunan, terkejut/kaget,
lapar/haus, kondisi fisik lemah, dan lain sebagainya. Pingsan (Syncope/collapse) yaitu
hilangnya kesadaran sementara karena otak kekurangan O2, kecelakaan,  lapar, terlalu banyak
mengeluarkan tenaga, terkejut / kaget, dehidrasi (kekurangan cairan tubuh),  anemia, dan lain-
lain

Gejala umum :

 Perasaan limbung  Lemas


 Pandangan berkunang-  Keringat dingin
kunang  Menguap berlebihan
 Telinga berdenging  Tak respon (beberapa
 Nafas tidak teratur menit)
 Muka pucat  Denyut nadi lambat
 Biji mata melebar
 

Penanganan

 Baringkan korban dalam posisi terlentang


 Tinggikan tungkai melebihi tinggi jantung
 Longgarkan pakaian yang mengikat dan hilangkan barang yang menghambat
pernafasan
 Beri udara segar
 Periksa kemungkinan cedera lain
 Selimuti korban
 Korban diistirahatkan beberapa saat
 Untuk mengembalikan kesadaran orang yang mengalami kepingsanan dapat
menggunakan bau-bauan yang menyengat dan merangsang seperti minyak wangi, minyak
nyong-nyong, anomiak, durian dan lain-lain.
 Jika wajah orang pingsan itu pucat pasi maka sebaiknya buat badannya lebih tinggi
dari kepala dengan disanggah sesuatu agar darah dapat mengalir ke kepala korban
pingsan tersebut.
 Jika muka orang yang pingsan itu merah maka sanggah kepalanya dengan bantal atau
sesuatu agar darah di kepalanya bisa mengalir ke tubuhnya secara normal.
 Apabila si korban pingsan tadi muntah, maka sebaiknya miringkan kepalanya agar
untah orang itu bisa keluar dengan mudah sehingga jalur penapasan orang itu bisa lancar
kembali.
 Jika orang yang pingsan sudah siuman maka bisa diberi minum seperti kopi atau teh
hangat. Jika orangnya diabetes jangan diberi gula dan jika orangnya masih belum kuat
memegang gelas atau minum sendiri dengan tangannya harap jangan diberi dulu agar
tidak tersedak.
 Apabila tidak sadar-sadar dan berangsur-angsur membaik / pulih maka sebaiknya
hubungi ambulan atau dibawa ke pusat kesehatan terdekat seperti puskesmas, klinik,
dokter, rumahsakit, dsb agar mendapatkan perawatan yang lebih baik.
 Perhatikan orang lain di sekitar korban, jangan sampai harta benda milik orang yang
jatuh pingsan tersebut raib digondol maling / copet yang senang beraksi dikala orang lain
sengsara. Perhatikan pula ornag lain yang membantu atau menonton korban, jangan
sampai mereka kecopetan saat serius membantu korban atau asyik melihat kejadian.

METODE  PERTOLONGAN  PERTAMA


(Pendarahan dan Luka Bakar)

Kasus kasus yang Membutuhkan Pertolongan Pertama

Luka
Luka yaitu suatu keadaan terputusnya kontinuitas jaringan secara tiba-tiba karena kekerasan atau
injury.

Gejala

 Terbukanya kulit
 Pendarahan
 Rasa nyeri

Penanganan
1.    Bersihkan luka dengan antiseptic (alcohol atau boorwater)
2.    Tutup luka dengan kasa steril / plester
3.    Balut tekan (jika pendarahannya besar)
4.    Jika hanya lecet, biarkan terbuka untuk proses pengeringan luka

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menangani luka:


1.    Ketika memeriksa luka: adakah benda asing, bila ada:

 Keluarkan tanpa menyinggung luka


 Kasa/balut steril (jangan dengan kapas atau kain berbulu)
 Evakuasi korban ke pusat kesehatan

2.   Bekuan darah: bila sudah ada bekuan darah pada suatu luka ini berarti luka mulai menutup.
Bekuan tidak boleh dibuang, jika luka akan berdarah lagi.
Luka dan Pencegahan terhadap kemungkinan Tetanus:

Luka Bakar
Luka Bakar yaitu luka yang terjadi akibat sentuhan tubuh dengan benda-benda yang
menghasilkan panas (api, air panas, listrik, atau zat-zat yang bersifat membakar)
Tujuan pertolongan pertama pada korban luka bakar adalah :

  Untuk mengurangi rasa sakit


  Mencegah terjadinya infeksi
  Mencegah dan mengatasi peristiwa shyok yang mungkin dialami korban

Tingkatan Luka Bakar :

Luka Bakar Tingkat I

Luka bakar tingkat satu adalah luka bakar dengan tingkat kerusakan jaringan hanya di bagian
luar lapisan kulit, misalnya, kulit terkena sengatan sinar matahari, kontak langsung dengan objek
panas seperti air panas atau uap panas.

Gejala :
–   kemerahan pada bagian yang terbakar
–   bengkak ringan
–   nyeri
–   kulit tidak terkoyak karena melepuh

Penanganan:
1.   Siram dengan air mengalir bagian luka  yang terbakar atau kompres dengan air dingin
Pakailah handuk kecil atau sapu tangan yang dicelup air dingin).
2.   Lakukan sampai rasa sakit menghilang.
3.   Tutup luka bakar dengan kain perban steril untuk mencegah infeksi.
4.   Jangan memberi mentega atau minyak pada luka bakar
5.   Jangan memberikan obat – obatan lain atau ramuan tanpa persetujuan dokter.

Luka Bakar Tingkat II

Luka bakar tingkat dua adalah luka yang disebabkan oleh kerusakan lapisan bawah kulit
misalnya, sengatan matahari yang berlebihan, cairan panas, dan percikan api dari bensin atau
substansi lain.

Gejala:
–   kemerahan atau bintikn-bntik hitam bergaris
–   melepuh
–   bengkak yang tidak hilang selama beberapa hari
–   kulit terlihat lembab atau becek
Penanganan
1.   Siram dengan air dingin / air es bagian luka  yang terbakar atau kompres handuk kecil
atau sapu tangan yang dicelup air dingin.
2.   Keringkan luka dengan handuk bersih atau bahan lain yang lembut
3.   Tutup dengan perban steril untuk menghindari infeksi
4.   Angkat bagian tangan ataua kaki yang terluka lebih tinggi dari organ jantung
5.   Segera cari pertolongan medis jika korban mengalami luka bakar di sekitar bibir atau
kesulitan bernapas.

Luka Bakar Tingkat III

Luka bakar yang menghancurkan semua lapisan kulit dikategorikan sebagai luka bakar tingkat
III misalnya kontak terlalu lama dengan sumber panas dan sengatan listrik

Gejala :
–   daerah luka tampak berwarna putih
–   kulit hancur
–   sedikit nyeri karena ujung saraf telah rusak

Penanganan
1.   Jika korban masih dalam keadaan terbakar, padamkan api dengan menggunakan selimut,
karpet, jaket dan bahan lain.
2.   Kesulitan bernapas dapat terjadi pada korban khususnya bila luka terdapat pada wajah,
leher dan di sekitar mulut karena korban menghirup asap yang menyertai pembakaran.
Lakukan pemeriksaan untuk memastikan korban bernapas.
3.   Tempelkan kain basah atau air ingin, tetapi jangan menggunakan air es untuk luka di bagian
wajah, tangan dan kaki. Tujuannya untuk menurunkan suhu daerah luka
4.   Tutup luka bakar dengan perban steril dan tebal, kain bersih, sarung bantal, atau bahan lain
yang anda temukan. Tetapi jangan bahan yang mudah rontok seperti kapas / kapuk.
5.   Segera telepon ambulan, penting bagi korban untuk mendapatkan perawatan meski lukanya
tidak terlalu besar.

METODE  PERTOLONGAN  PERTAMA


(Pembalutan dan Pembidaian)
 

Prosedur Pembalutan :

Perhatikan tempat atau letak bagian tubuh yang akan dibalut dengan menjawab
pertanyaan ini:

 Bagian dari tubuh yang mana? (untuk menentukan macam pembalut yang digunakan
dan ukuran pembalut bila menggunakan pita)
 Luka terbuka atau tidak? (untuk perawatan luka dan menghentikan perdarahan)
 Bagaimana luas luka? (untuk menentukan macam pembalut)
 Perlu dibatasi gerak bagian tubuh tertentu atau tidak? (untuk menentukan perlu
dibidai/tidak?)

Pilih jenis pembalut yang akan digunakan. Dapat satu atau kombinasi.

Sebelum dibalut, jika luka terbuka perlu diberi desinfektan atau dibalut dengan pembalut
yang mengandung desinfektan. Jika terjadi disposisi/dislokasi perlu direposisi. Urut-
urutan tindakan desinfeksi luka terbuka:

 Letakkan sepotong kasa steril di tengah luka (tidak usah ditekan) untuk melindungi luka
selama didesinfeksi.
 Kulit sekitar luka dibasuh dengan air, disabun dan dicuci dengan zat antiseptik.
 Kasa penutup luka diambil kembali. Luka disiram dengan air steril untuk membasuh
bekuan darah dan kotoran yang terdapat di dalamnya.
 Dengan menggunakan pinset steril (dibakar atau direbus lebih dahulu) kotoran yang tidak
hanyut ketika disiram dibersihkan.
 Tutup lukanya dengan sehelai sofratulle atau kasa steril biasa. Kemudian di atasnya
dilapisi dengan kasa yang agak tebal dan lembut.
 Kemudian berikan balutan yang menekan.

Apabila terjadi pendarahan, tindakan penghentian pendarahan dapat dilakukan dengan


cara:

 Pembalut tekan, dipertahankan sampai pendarahan berhenti atau sampai pertolongan


yang lebih mantap dapat diberikan.
 Penekanan dengan jari tangan di pangkal arteri yang terluka. Penekanan paling lama 15
menit.
 Pengikatan dengan tourniquet.
o Digunakan bila pendarahan sangat sulit dihentikan dengan cara biasa.
o Lokasi pemasangan: lima jari di bawah ketiak (untuk pendarahan di lengan) dan
lima jari di bawah lipat paha (untuk pendarahan di kaki)

o Cara: lilitkan torniket di tempat yang dikehendaki, sebelumnya dialasi dengan


kain atau kasa untuk mencegah lecet di kulit yang terkena torniket. Untuk torniket
kain, perlu dikencangkan dengan sepotong kayu. Tanda torniket sudah kencang
ialah menghilangnya denyut nadi di distal dan kulit menjadi pucat kekuningan.
o Setiap 10 menit torniket dikendorkan selama 30 detik, sementara luka ditekan
dengan kasa steril.
 Elevasi bagian yang terluka

Tentukan posisi balutan dengan mempertimbangkan:

 Dapat membatasi pergeseran/gerak bagian tubuh yang memang perlu difiksasi


 Sesedikit mungkin membatasi gerak bgaian tubuh yang lain
 Usahakan posisi balutan paling nyaman untuk kegiatan pokok penderita.
 Tidak mengganggu peredaran darah, misalnya balutan berlapis, yang paling bawah
letaknya di sebelah distal.
 Tidak mudah kendor atau lepas

Prinsip dan Prosedur Pembidaian :

Prinsip

 Lakukan pembidaian di mana anggota badan mengalami cedera (korban jangan


dipindahkan sebelum dibidai). Korban dengan dugaan fraktur lebih aman dipindahkan ke
tandu medis darurat setelah dilakukan tindakan perawatan luka, pembalutan dan
pembidaian.
 Lakukan juga pembidaian pada persangkaan patah tulang, jadi tidak perlu harus
dipastikan dulu ada tidaknya patah tulang. Kemungkinan fraktur harus selalu dipikirkan
setiap terjadi kecelakaan akibat benturan yang keras. Apabila ada keraguan, perlakukan
sebagai fraktur.
 Melewati minimal dua sendi yang berbatasan.

Prosedur Pembidaian

 Siapkan alat-alat selengkapnya


 Apabila penderita mengalami fraktur terbuka, hentikan perdarahan dan rawat lukanya
dengan cara menutup dengan kasa steril dan membalutnya.
 Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah. Sebelum dipasang, diukur dahulu
pada sendi yang sehat.
 Bidai dibalut dengan pembalut sebelum digunakan. Memakai bantalan di antara bagian
yang patah agar tidak terjadi kerusakan jaringan kulit, pembuluh darah, atau penekanan
syaraf, terutama pada bagian tubuh yang ada tonjolan tulang.
 Mengikat bidai dengan pengikat kain (dapat kain, baju, kopel, dan sebagainya) dimulai
dari sebelah atas dan bawah fraktur. Tiap ikatan tidak boleh menyilang tepat di atas
bagian fraktur. Simpul ikatan jatuh pada permukaan bidainya, tidak pada permukaan
anggota tubuh yang dibidai.
 Ikatan jangan terlalu keras atau kendor. Ikatan harus cukup jumlahnya agar secara
keseluruhan bagian tubuh yang patah tidak bergerak.
 Kalau memungkinkan anggota gerak tersebut ditinggikan setelah dibidai.
 Sepatu, gelang, jam tangan dan alat pengikat perlu dilepas.
METODE  PERTOLONGAN  PERTAMA
(Patah Tulang)

Kasus kasus yang Membutuhkan Pertolongan Pertama

Patah Tulang
Patah tulang dapat terjadi akibat adanya cidera berat pada bagian tubuh sehingga tulang menjadi
terbelah dan menimbulkan rasa sakit. Jika kita menemukan orang yang tulangnya patah
sebaiknya kita harus berhati-hati jika ingin menolongnya karena jika salah maka cideranya akan
bertambah parah.
Orang yang patah tulang sebaiknya segera dibawa ke rumah sakit, puskesmas, klinik, dokter, ahli
patah tulang atau pusat kesehatan lainnya agar dapat segera diberi perawatan yang intensif agar
tulang yang patah bisa berangsur-angsur pulih kembali.

Gejala

 Adanya tanda ruda paksa pada bagian tubuh yang diduga terjadi patah tulang:
pembengkakan, memar, rasa nyeri.
 Nyeri sumbu: apabila diberi tekanan yang arahnya sejajar dengan tulang yang patah akan
memberikan nyeri yang hebat pada penderita.
 Deformitas: apabila dibandingkan dengan bagian tulang yang sehat terlihat tidak sama
bentuk dan panjangnya.
 Bagian tulang yang patah tidak dapat berfungsi dengan baik atau sama sekali tidak dapat
digunakan lagi.
 Perubahan bentuk
 Nyeri bila ditekan dan kaku
 Bengkak
 Terdengar/terasa (korban) derikan tulang yang retak/patah
 Ada memar (jika tertutup)
 Terjadi pendarahan (jika terbuka)

Beberapa Jenis/Macam Patah Tulang dan langkah – langkah penanganannya :


1. Patah Tulang Tertutup

Patah tulang tertutup adalah kasus patah tulang di mana patahan tulangnya tidak
melukai/merobek daging dan kulit yang ada di dekatnya. Patah tulang ini bisa menjadi
terbuka jika patahan tulangnya semakin parah dan menusuk daging / kulit hingga
menimbulkan luka berdarah.

 Langkah – langkah penanganan:

 Tidurkan korban patah tulang dan jangan banyak bergerak yang tidak perlu.
 Pasang penyangga tulang yang patah agar patahan tulangnya tidak semakin patah baik
dengan menggunakan spalk / bidai, tongkat, kayu, sapu ijuk, tiang antena, dll yang ringan
dan kuat diikat atau dibalut kuat tetapi tidak membuat ikatan atau balutan di bagian yang
patah.

2. Patah Tulang Terbuka

Patah tulang terbuka adalah kasus patah tulang di mana patahan tulangnya membuat daging
dan kulit yang ada di sekitar patahan tulang menjadi sobek terluka. Patah tulang ini harus
benar-benar diwaspadai karena selain mudah infeksi karena luka menganga juga kita bisa
tertular penyakit orang yang berdarah tersebut bila tidak berhati-hati.

Langkah – langkah penanganan:

 Tidurkan korban patah tulang dan jangan banyak bergerak yang tidak perlu.
 Jika darah masih mengalir hentikan pendarahan dengan menekan dan mengikat bagian
yang terluka dengan kain bersih.
 Pasang penyangga tulang yang patah agar patahan tulangnya tidak semakin patah baik
dengan menggunakan spalk / bidai, tongkat, kayu, sapu ijuk, tiang antena, dll yang ringan
dan kuat diikat atau dibalut kuat tetapi tidak membuat ikatan atau balutan di bagian yang
patah atau terluka.

3. Patah Tulang Belakang / Spinal


Pada kondisi patah tulang punggung atau tulang belakang si penderita akan merasa sakit pada
bagian belakang atau bagian leher. Jika demikian maka jangan menimbulkan banyak gerakan
pada korban agar tidak merusak sumsum tulang belakang yang bisa mengakibatkan lumpuh
permanen. Sebaiknya tunggu ambulan atau petugas medis yang berpengalaman untuk mengurus
korban lebih lanjut.

Langkah – langkah penanganan:

 Jangan membuat pasien banyak bergerak baik berpindah tempat, mengangkat kepala,
berdiri, duduk, dsb. Jika tidak mendesak jangan korban patah tulang belakang jangan
dipindahkan dari tempat semula dan jaga posisi agar tetap dengan kepala lurus ke atas.
 Hangatkan badan penderita patah tulang punggung dengan selimut.
 Gunakan pengangkut dengan alas yang kuat dan keras seperti papan, meja, dll diangkut
minimal dua orang agar stabil.
METODE  PERTOLONGAN  PERTAMA
(Gigitan Binatang Berbahaya)

Kasus kasus yang Membutuhkan Pertolongan Pertama

Gigitan Binatang
Gigitan binatang gigitan binatang dan sengatan, biasanya merupakan alat dari binatang tersebut
untuk mempertahankan diri dari lingkungan atau sesuatu yang mengancam keselamatan jiwanya.
Gigitan binatang terbagi menjadi dua jenis; yang berbisa (beracun) dan yang tidak memiliki bisa.
Pada umumnya resiko infeksi pada gigitan binatang lebih besar daripada luka biasa.

Pertolongan Pertamanya adalah:


·    Cucilah bagian yang tergigit dengan air hangat dengan sedikit antiseptik
·    Bila pendarahan, segera dirawat dan kemudian dibalut

Ada beberapa jenis binatang yang sering menimbulkan ganguan saat melakukan  kegiatan di
alam terbuka, diantaranya:

Gigitan Ular
Tidak semua ular berbisa, akan tetapi hidup penderita/korban tergantung pada ketepatan
diagnosa, maka pad keadaan yang meragukan ambillah sikap menganggap ular tersebut berbisa.
Sifat bisa/racun ular terbagi menjadi 3, yaitu:
1.    Hematotoksin (keracunan dalam)
2.    Neurotoksin (bisa/racun menyerang sistem saraf)
3.    Histaminik (bisa menyebabkan alergi pada korban)

Nyeri yang sangat dan pembengkakan dapat timbul pada gigitan, penderita dapat pingsan, sukar
bernafas dan mungkin disertai muntah. Sikap penolong yaitu menenangkan penderita adalah
sangat penting karena rata-rata penderita biasanya takut mati.

Penanganan untuk Pertolongan Pertama :

  Telentangkan atau baringkan penderita dengan bagian yang tergigit lebih rendah dari jantung.

  Tenangkan penderita, agar penjalaran bisa ular tidak semakin cepat

  Cegah penyebaran bias penderita dari daerah gigitan

o Torniquet di bagian proximal daerah gigitan pembengkakan untuk membendung


sebagian aliran limfa dan vena, tetapi tidak menghalangi aliran arteri. Torniquet/
toniket dikendorkan setiap 15 menit selama + 30 detik
o Letakkan daerah gigitan dari tubuh
o Berikan kompres es
o Usahakan penderita setenang mungkin bila perlu diberikan petidine 50 mg/im
untuk menghilangkan rasa nyeri
 Perawatan luka
o  Hindari kontak luka dengan larutan asam Kmn 04, yodium atau benda panas
o Zat anestetik disuntikkan sekitar luka jangan kedalam lukanya, bila perlu
pengeluaran ini dibantu dengan pengisapan melalui breastpump sprit atau dengan
isapan mulut sebab bisa ular tidak berbahaya bila ditelan (selama tidak ada luka di
mulut).
 Bila memungkinkan, berikan suntikan anti bisa (antifenin)
 Perbaikan sirkulasi darah
o Kopi pahit pekat
o Kafein nabenzoat 0,5 gr im/iv
o Bila perlu diberikan pula vasakonstriktor

 Obat-obatan lain
o Toksoid tetanus 1 ml
o Antibiotic

Gigitan Lipan

Ciri-ciri
1.    Ada sepasang luka bekas gigitan
2.  Sekitar luka bengkak, rasa terbakar, pegal dan sakit biasanya hilang dengan sendirinya setelah
4-5 jam

Penanganan
1.    Kompres dengan yang dingin dan cuci dengan obat antiseptik
2.    Beri obat pelawan rasa sakit, bila gelisah bawa ke paramedik

Gigitan Lintah dan Pacet

Ciri-ciri
Pembengkakan, gatal dan kemerah-merahan (lintah)

Penanganan
1.    Lepaskan lintah/pacet dengan bantuan air tembakau/air garam
2.    Bila ada tanda-tanda reaksi kepekaan, gosok dengan obat atau salep anti gatal

Sengatan Lebah/Tawon dan Hewan Penyengat lainnya

Biasanya sengatan ini kurang berbahaya walaupun bengkak, memerah, dan gatal. Namun
beberapa sengatan pada waktu yang sama dapat memasukkan racun dalam tubuh korban yang
sangat menyakiti.

Perhatian :
Dalam hal sengatan lebah, pertama cabutlah sengat-sengat itu tapi jangan menggunakan kuku
atau pinset, Anda justru akan lebih banyak memasukkan racun kedalam tubuh. Cobalah
mengorek sengat itu dengan mata pisau bersih atau dengan mendorongnya ke arah samping.
Balutlah bagian yang tersengat dan basahi dengan larutan garam inggris.

METODE  PERTOLONGAN  PERTAMA
(Evakuasi Korban Kecelakaan)

Evakuasi Korban
Evakuasi korban adalah salah satu tahapan dalam Pertolongan Pertama yaitu untuk
memindahkan korban ke lingkungan yng aman dan nyaman untuk mendapatkan pertolongan
medis lebih lanjut.

Prinsip Evakuasi
1.    Dilakukan jika mutlak perlu
2.    Menggunakan teknik yang baik dan benar
3.    Penolong harus memiliki kondisi fisik yang prima dan terlatih serta memiliki
semangat untuk menyelamatkan korban dari bahaya yang lebih besar atau
bahkan kematian

Alat Pengangkutan
Dalam melaksanakan proses evakusi korban ada beberapa cara atau alat bantu, namun hal
tersebut sangat tergantung pada kondisi yang dihadapi (medan, kondisi korban ketersediaan alat).
Ada dua macam alat pengangkutan, yaitu:

1.    Manusia
Manusia sebagai pengangkutnya langsung. Peranan dan jumlah pengangkut mempengaruhi cara
angkut yang dilaksanakan.
Bila satu orang maka penderita dapat:
·   Dipondong : untuk korban ringan dan anak-anak
·   Digendong : untuk korban sadar dan tidak terlalu berat serta tidak patah tulang
·   Dipapah : untuk korban tanpa luka di bahu atas,

Bila dua orang maka penderita dapat:


Maka pengangkutnya tergantung cidera penderita tersebut dan diterapkan bila korban tak perlu
diangkut berbaring dan tidak boleh untuk mengangkut korban patah tulang leher atau tulang
punggung.
·    Dipondong : tangan lepas dan tangan berpegangan
·    Model membawa balok
·    Model membawa kereta

2.    Alat bantu
·    Tandu permanen
·    Tandu darurat
·    Kain keras / ponco / jaket lengan panjang
·    Tali / webbing
Persiapan :
Yang perlu diperhatikan:

1. Kondisi korban memungkinkan untuk dipindah atau tidak berdasarkanpenilaian kondisi


dari: keadaan respirasi, pendarahan, luka, patah tulang dan angguan persendian
2. Menyiapkan personil untuk pengawasan pasien selama proses evakuasi
3. Menentukan lintasan evakusi serta tahu arah dan tempat akhir korban diangkut
4. Memilih alat
5. Selama pengangkutan jangan ada bagian tuhuh yang berjuntai atau badan penderita yang

Anda mungkin juga menyukai