Anda di halaman 1dari 14

PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH)

PADA KAWASAN RUMAH PEMOTONGAN HEWAN (RPH)


SAMARINDA
SEBAGAI UPAYA TERCIPTANYA KAWASAN HIJAU
PADA KORIDOR BANDARA SEI SIRING SAMARINDA

Indro Sulistyanto

Abstrak

Kedudukan RTH akan menjadi penentu keseimbangan lingkungan hidup


dan lingkungan binaan. Pada sisi lain rencana tata ruang menjadi landasan
dalam mengantisipasi pesatnya perkembangan ruang-ruang terbangun, yang
harus diikuti dengan kebijakan penyediaan ruang terbuka.
Pada dasarnya perkembangan beberapa kawasan di Kota Samarinda
yang karena kondisi dan potensi yang dimiliki perlu direncanakan arah dan
bentuk penataan RTH-nya. Dengan demikian perkembangan tata ruang hijau di
masing kawasan yang ada pada Kota Samarinda perlu didukung oleh arahan,
kebijakan, dan keinginan yang kuat untuk dapat diwujudkan. Pada sisi lain
perkembangan pemanfaatan ruang terbangun yang tidak terkendali dengan
mengabaikan fungsi dan peran keberadaan ruang terbuka (hijau), akan berakibat
pada semakin turunnya efisiensi penggunaan ruang dan lahan yang ada, dan
kualitas kehidupan pada kawasan yang bersangkutan. Pada akhirnya berbagai
kondisi tersebut terakumulasi dan akan memberi dampak pada beberapa kawasan
pendukung di sekitarnya, sehingga menganggu kelangsungan perkembangan
kawasan secara menyeluruh, baik yang berujud terganggunya kegiatan
fungsional maupun aktivitas yang berlangsung di dalamnya.
Koridor yang menghubungkan Kota Samarinda dengan Bandara Sei
Siring, pada saatnya akan berkembang sebagai suatu kawasan prestisius dengan
tingkat pemanfaatan lahan yang tinggi. Perlu antisipasi sejak awal agar tetap
terjaga keseimbangan antara ruang terbuka dengan ruang terbangun. Kawasan
yang saat ini diperuntukkan untuk pembangunan RPH, merupakan kawasan
stretegis yang bisa di kembangkan sebagai RTH, mengingat fungsi arsitektural
dan estetika yang diemban, maupun potensi yang bisa dikembangkan sebagai
ikon Kota Samarinda di masa mendatang.

Kata kunci: ruang terbuka hijau (RTH), efisiensi penggunaan ruang, ikon kota
samarinda

Latar belakang pemikiran yang Samarinda, didasarkan pada


digunakan sebagai landasan perlunya pertimbangan dapat terwujudnya
penataan Ruang Terbuka Hijau keseimbangan, keserasian, dan
(RTH) pada Kawasan Rumah keselamatan bangunan gedung
Pemotongan Hewan (RPH) dengan lingkungan di sekitarnya,
Samarinda, adalah sebagai Upaya dengan mempertimbangkan ter-
Terciptanya Kawasan Hijau pada ciptanya ruang luar bangunan
Koridor Bandara Sei Siring gedung dan RTH yang seimbang,
serasi, dan selaras dengan tata RTH-nya. Dengan demikian
lingkungan di sekitarnya. RTH juga perkembangan tata ruang hijau di
menjadi bagian dari Rencana Kawasan RPH Samarinda yang
Strategis Kota Samarinda, sebagai berada pada Koridor Bandara Sei
kegiatan yang memerlukan Siring perlu didukung oleh arahan,
penanganan secara spesifik. kebijakan, dan keinginan yang kuat
untuk dapat diwujudkan. Pada sisi
1. PENDAHULUAN lain perkembangan pemanfaatan
Sebagai bagian dari rencana ruang terbangun yang tidak
tata ruang, maka kedudukan RTH terkendali yang nantinya dipre-
pada Kawasan RPH Samarinda diksikan akan berkembang pesat
sebagai Upaya Terciptanya pada Koridor Bandara Sei Siring
Kawasan Hijau pada Koridor dengan mengabaikan fungsi dan
Bandara Sei Siring Samarinda akan peran keberadaan ruang terbuka
menjadi penentu keseimbangan (hijau), akan berakibat pada semakin
lingkungan hidup dan lingkungan turunnya efisiensi penggunaan ruang
binaan. Rencana tata ruang pada dan lahan yang ada, dan kualitas
Kawasan RPH Samarinda menjadi kehidupan pada kawasan yang
landasan dalam mengantisipasi bersangkutan. Pada akhirnya
pesatnya perkembangan ruang- berbagai kondisi tersebut tera-
ruang terbangun pada Koridor kumulasi dan akan memberi dampak
Bandara Sei Siring, yang harus pada beberapa kawasan pendukung
diikuti dengan kebijakan di sekitarnya, sehingga menganggu
penyediaan ruang terbuka. kelangsungan perkem-bangan kawa-
san secara menyeluruh, baik yang
berujud terganggunya kegiatan
fungsional maupun aktivitas yang
berlangsung di dalamnya.

Gambar 02.
Gambar 01.
Model Bangunan untuk Menciptakan Fasilitas Fungsional
Penambatan Sapi yang tanpa (Pengolahan Limbah) Menjadi
Fasilitas Rekreasi Positif yang
sentuhan perancangan RTH
Menarik dalam Perancangan RTH
yang Mampu Menciptakan
Suasana Lingkungan yang
Nyaman dan Menarik Memperhatikan kondisi
Harus disadari bahwa perkembangan tersebut, maka setiap pemangku
beberapa kawasan yang karena kepentingan yang melakukan
kondisi dan potensi yang dimiliki kegiatan pada setiap bagian kawasan
perlu direncanakan arah dan bentuk harus menyadari arti pentingnya
perencanaan ruang dan lahan dengan
penyediaan ruang terbuka (hijau)
yang cukup, sehingga perkembangan 3. PENATAAN RTH
ruang terbangun dapat berjalan SEBAGAI UPAYA
serasi, selaras, dan seimbang dengan TERCIPTANYA
ketersediaan ruang terbuka (hijau), KESEIMBANGAN
sebagai tuntutan yang utuh dari LINGKUNGAN
setiap pelaku yang bergiat di
Identifikasi terhadap kebera-
dalamnya. Peran serta aktif daan tata hijau dengan potensi
masyarakat yang bergiat di dalam
spesifik pada masing-masing bagian
kawasan-kawasan yang nantinya
kawasan yang ada di Kota
direncanakan arah dan bentuk tata Samarinda, khususnya sepanjang
ruang terbuka (hijau)nya diharapkan
Koridor Bandara Sei Siring
dapat memberi kontribusi dalam dilakukan, maka harus pula
setiap proses dan tahapan penataan
diperhatikan peran fungsi yang
Ruang Terbuka Hijau (RTH) pada diembannya, baik dari kedudukannya
Kawasan RPH Samarinda sebagai
sebagai bagian dari ruang terbuka,
upaya Terciptanya Kawasan Hijau maupun kedudukannya dalam
pada Koridor Bandara Sei Siring
rencana tata ruang, namun
Samarinda. mempunyai potensi dalam memberi
arah bagi keseimbangan kawasan
2. PERAN STRATEGIS baik kedudukannya sebagai fungsi
PEMANGKU ekologis, sosial budaya, arsitektural,
KEPENTINGAN maupun fungsi ekonominya.
Seluruh pemangku kepen-
Diharapkan dengan disusunnya
tingan, termasuk masyarakat tidak rencana, penyediaan, dan
lagi berperan sebagai obyek, namun
pengelolaan RTH, dapat terwujud
diharapkan dapat berpartisipasi ruang kota yang nyaman, produktif,
sebagai subyek yang ikut memberi
dan berkelanjutan, sehingga ke-
arah terbentuknya tata ruang hijau seimbangan lingkungan hidup dan
dalam bentuk dan skala masing- lingkungan binaan pada masing-
masing, sehingga pada saatnya
masing kawasan dapat terjaga
produk penataan RTH pada Kawasan dengan baik.
RPH Samarinda yang dihasilkan
Melalui penataan RTH pada
dapat diimplementasikan dengan Kawasan RPH Samarinda,
baik, karena timbulnya rasa memiliki
diharapkan akan dapat diperoleh
dari keterlibatannya dalam proses arah, bentuk, fungsi, dan peran RTH
penataan RTH pada Kawasan RPH
pada masing-masing kawasan, secara
Samarinda. Harus pula disadari, menyeluruh, baik dalam kedudu-
bahwa usaha-usaha yang dilakukan
kannya sebagai RTH alami: berupa
dalam melakukan kegiatan penataan
habitat liar alami, kawasan lindung,
ruang terbuka hijau (RTH) pada dan taman nasional, maupun RTH
Kawasan RPH Samarinda, harus
non-alami atau binaan, sebagai hasil
dilihat dalam skala dan kedudukan olah karya perencana. Sehingga pada
RTH dan ruang terbuka non-hijau
tahap berikutnya dapat dilakukan
dari keseluruhan arah dan bentuk identifikasi terhadap ketersediaan
penyediaan ruang terbuka yang ada
RTH non-alami pada setiap kawasan
di Kawasan RPH Samarinda.
yang ada di Koridor Bandara Sei terjadinya banjir, mengurangi
Siring. polusi udara, dan pendukung
dalam pengaturan iklim mikro.
4. KEBUTUHAN RTH b. Fungsi Sosial Budaya: RTH
diharapkan dapat berperan ter-
Pada dasarnya penataan Ruang
Terbuka Hijau (RTH) pada Kawasan ciptanya ruang untuk interaksi
sosial, sarana rekreasi, dan
RPH Samarinda disusun sebagai
upaya untuk mengantisipasi per- sebagai penanda (tetenger-
landmark) kawasan.
tumbuhan dan perkembangan
c. Fungsi Arsitektural: RTH
kegiatan pembangunan pada Koridor
Bandara Sei Siring, sebagai upaya diharapkan dapat meningkatkan
nilai keindahan dan kenyamanan
menjaga keseimbangan, keserasian,
dan keselarasan antara ruang kawasan, melalui keberadaan
taman-taman maupun jalur hijau.
terbangun dengan ruang terbuka
(hijau). Upaya ini sejalan dengan d. Fungsi Ekonomi: RTH
diharapkan dapat berperan
Undang-undang Nomor 28 Tahun
2002 tentang Bangunan Gedung, dan sebagai pengembangan sarana
wisata hijau perkotaan, sehingga
Peraturan Pemerintah Nomor 36
Tahun 2005 tentang Pelaksanaan menarik minat wisatawan untuk
Undang-undang tentang Bangunan berkunjung ke suatu kawasan,
sehingga secara tidak langsung
Gedung, khususnya Pasal 25, Ayat
(1). Keberadaan RTH juga dapat meningkatkan kegiatan
ekonomi.
merupakan bagian dari Rencana
Strategis Kota Samarinda, sebagai Idealnya sebuah kota memiliki
RTH minimal 30% dari total luas
kegiatan yang perlu ditangani.
kota. Hal ini mengacu pada konvensi
Dalam rencana tata ruang, maka KTT Bumi di Rio de Janeiro, Brazil
kedudukan RTH merupakan ruang (1992), dan dipertegas pada KTT
terbuka publik yang direncanakan Johannesburg, Afrika Selatan (2002).
pada suatu kawasan, yang tersusun Konvensi tersebut telah diratifikasi
atas RTH dan ruang terbuka non- oleh Pemerintah RI dengan
hijau. RTH memiliki fungsi dan diterbitkannya Undang-Undang
peran khusus pada masing-masing Nomor 26 Tahun 2007 tentang
kawasan yang ada pada setiap Penataan Ruang yang menegaskan
perencanaan tata ruang di Koridor bahwa 30% area kota harus berupa
Bandara Sei Siring, yang diren- RTH, dan 20% area kota merupakan
canakan dalam bentuk penataan ruang publik, sehingga di antaranya
tumbuhan, tanaman, dan vegetasi, akan terdapat RTH publik. Bagi
agar dapat berperan dalam wilayah dengan ciri kekotaan yang
mendukung fungsi ekologis, sosial semakin kuat, maka Kota Samarinda
budaya, dan arsitektural, sehingga (khususnya sepanjang Koridor
dapat memberi manfaat optimal bagi Bandara Sei Siring) dihadapkan pada
ekonomi dan kesejahteraan bagi kondisi semakin menurunnya
masyarakat, sebagai berikut: kualitas dan kuantitas RTH yang
a. Fungsi Ekologis: RTH di- dapat dialokasikan, karena desakan
harapkan dapat memberi pertumbuhan sarana dan prasarana
kontribusi dalam peningkatan kota, sebagai konsekuensi dari
kualitas air tanah, mencegah
dinamika meningkatnya kebutuhan perkembangan pembangunan RTH
warga kota akan wadah kegiatan. di masa mendatang.
Upaya penataan RTH dilakukan Masukan yang berupa aspirasi
melalui pengaturan dan upaya-upaya dari setiap pemangku kepentingan
untuk memberi arah pada berbagai tersebut diperlukan sebagai bagian
kegiatan pembangunan, agar untuk menata kembali dan
perubahan yang terjadi dapat menyesuaikan dengan pesatnya
berkembang pada kondisi yang lebih peningkatan kegiatan pembangunan,
baik dari yang ada pada saat ini, dan tuntutan dari keinginan
sehingga pada akhirnya dapat masyarakat atas citra RTH kawasan
memberi ciri yang spesifik dari sifat- yang diharapkan di masa mendatang,
sifat kehidupan kawasan yang dari skala lingkungan terkecil
mantap dan dinamis, namun tetap (RT/RW), skala lingkungan, sampai
dapat menjaga keseimbangan antara skala Kota Samarinda.
ruang terbangun dengan ruang
terbuka. Dengan demikian di- 5. RTH SEBAGAI BAGIAN
harapkan penataan RTH pada DARI TUJUAN
Kawasan RPH Samarinda dapat PEMBANGUNAN KOTA
diperoleh gambaran tentang potensi SAMARINDA
yang selanjutnya akan menjadi RTH Penataan Ruang Terbuka Hijau
yang spesifik, sehingga dapat
(RTH) pada Kawasan RPH
menumbuhkan minat para pelaku Samarinda pada hakekatnya
pembangunan untuk berpartisipasi
merupakan upaya untuk mencapai
dalam pengembangan RTH kawasan tujuan pengembangan RTH kawasan
yang bersangkutan.
perkotaan khususnya, sebagai bagian
Dalam perencanaan pem- dari keseluruhan tujuan pemba-
bangunan RTH yang dilakukan
ngunan Kota Samarinda yang serasi
tersebut, diupayakan untuk dan optimal dari berbagai kegiatan
memperoleh masukan atas berbagai
pembentuk tata kehidupan yang
permasalahan yang secara spesifik
didasarkan pada upaya menjaga
terjadi pada setiap bagaian kawasan keseimbangan antara ruang
yang ada di sepanjang Koridor
terbangun dan ruang terbuka.
Bandara Sei Siring yang nantinya Adapun penataan RTH pada
akan dialokasikan RTH-nya, baik
Kawasan RPH Samarinda
yang berupa karakteristik dan potensi dimaksudkan untuk meningkatkan
kawasan, pengaturan penggunaan
kemampuan Kota Samarinda dengan
lahan dan pengalokasian ruang didukung para pemangku kepen-
kawasan, penyempurnaan bentuk dan
tingan dalam rangka menyiapkan
skala RTH dengan melihat RTH pada Kawasan RPH Samarinda
komposisi penduduk pendukungnya, bagi perwujudan kota yang hijau,
dan berbagai perencanaan vegetasi
nyaman, asri, produktif, dan
sebagai bagian dari tata kehidupan berkelanjutan.
masyarakat di kawasan tersebut.
Melalui berbagai pertemuan dengan Tujuan dari penataan RTH pada
seluruh pemangku kepentingan pada Kawasan RPH Samarinda adalah
beberapa bagian kawasan untuk melakukan identifikasi dan penataan
menyerap aspirasi yang diharapkan terhadap kebutuhan RTH dengan
bagi upaya terwujudnya
mengacu pada tata ruang kota yang
berlaku. b. Lingkup Material:
Adapun sasaran kegiatan ini
Penataan RTH pada Kawasan
adalah tersedianya usulan kebijakan, RPH Samarinda ini akan
program dan kegiatan penataan RTH
mencakup kelompok aspek-aspek
pada Kawasan RPH Kota Samarinda, administrasi dan pengelolaan
untuk mewujudkan kawasan Kota
kawasan (khususnya kedudukan
Samarinda yang nyaman dan sehat. RTH), kependudukan (berkaitan
Pemilihan dan jumlah kabu-
dengan komposisi penyediaan
paten/kota yang dipilih, disesuaikan
RTH untuk skala daya dukung
dengan kriteria pemilihan dan jumlah penduduk tertentu), dan kema-
anggaran yang dialokasikan.
syarakatan (keseluruhan pe-
mangku kepentingan, termasuk di
dalamnya masyarakat yang
6. LINGKUP DAN BATASAN
bergiat pada kawasan-kawasan
Lingkup penataan Ruang yang nantinya akan direncanakan
Terbuka Hijau (RTH) pada Kawasan RTH-nya dengan fenomena
RPH Samarinda, meliputi: lingkup spesifik ruang hijau yang
spasial (wilayah), lingkup material nantinya akan dikembangkan),
(substansial), dan lingkup temporal fisik dan sumberdaya alam
(waktu). Sedangkan batasan studi, (berkaitan jenis vegetasi yang
meliputi batas-batas fisik dari memungkinkan untuk dikem-
kawasan yang direncanakan identi- bangkan), perekonomian dan
fikasinya. kegiatan usaha (berhubungan
dengan nilai produktivitas jenis
a. Lingkup Spasial: vegetasi yang nantinya akan
Lingkup spasial meliputi direncanakan untuk mendukung
keberadaan RTH yang di-
Kawasan RPH Samarinda dan
konstelasinya dengan kawasan rencanakan), serta sarana dan
lain sepanjang Koridor Bandara prasarana kawasan yang ada pada
RTH yang direncanakan,
Sei Siring yang nantinya
diprediksikan akan dapat khususnya penunjang kehidupan
masyarakat pada kawasan-
dikembangkan sebagai dalam
mendukung RTH Kota kawasan yang nantinya akan
direncanakan rencana RTHnya.
Samarinda seutuhnya. Kawasan-
kawasan tersebut merupakan Adapun materi yang digunakan
beberapa kawasan yang dapat sebagai landasan kegiatan ini
dijadikan andalan bagi adalah identifikasi pada Kawasan
peningkatan fungsi dan peran RPH Samarinda direncanakan
kawasan secara ekologis, sosial pembangunan RTHnya, dalam
budaya, arsitektural, maupun suatu kerangka penataan ruang
ekonomis, baik yang saat ini kawasan/kota yang bersangkutan.
sudah ada, maupun kawasan Materi utama yang diharapkan
yang dinilai dalam beberapa dapat menjadi pertimbangan dari
waktu mendatang sangat penataan Ruang Terbuka Hijau
prospektif untuk dijadikan (RTH) pada Kawasan RPH
RTH. Samarinda disesuaikan dengan
Instruksi Menteri Dalam Negeri Pokok-Pokok Agraria, yang
14 Tahun 1988 tentang Penataan menjelaskan hukum dalam
Ruang Terbuka Hijau di Wilayah mengatur pemilikan, peng-
Perkotaan, maka arah gunaan, dan pencabutan hak atas
penataannya menyangkut seluruh tanah;
area-area terbuka yang dapat b. Undang-Undang Nomor 20
dimanfaatkan sebagai ruang hijau Tahun 1961 tentang Pencabutan
kota di wilayah perencanaan Hak-hak Atas Tanah dan Benda-
yaitu: benda di Atasnya;
c. Undang-Undang Nomor 11
a. Penghijauan pada area re-
kreasi kota Tahun 1974 tentang Pengairan;
d. Undang-Undang Nomor 5 Tahun
b. Penghujauan pada kegiatan-
kegiatan olah raga 1992 tentang Benda Cagar
Budaya;
c. Penghijauan pada tanah
pertanian e. Undang-Undang Nomor 23
Tahun 1997 tentang Pengelolaan
d. Penghijauan pada pekarangan
e. Penghijauan pada jalur hijau Lingkungan Hidup;
f. Undang-Undang Nomor 28
(sungai dan pinggir jalan)
f. Penghijauan pada pema- tentang Bangunan Gedung, dan
kaman Peraturan Pemerintah Nomor 36
Tahun 2005 tentang Pelaksanaan
c. Lingkup Temporal UUBG;
g. Undang-Undang Nomor 32
penataan Ruang Terbuka Hijau Tahun 2002 tentang Pemerintah
(RTH) pada Kawasan RPH Daerah;
Samarinda mengacu pada h. Undang-Undang Nomor 38
rencana pembangunan RTH Tahun 2004 tentang Jalan, dan
sebagaimana digariskan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 34
rencana tata ruang Kota Tahun 2006 yang menyertainya;
Samarinda, sehingga jangkauan i. Undang-Undang Nomor 26
perencanaannya pun mengikuti Tahun 2007 tentang Penataan
rencana tata ruang kota yang Ruang;
bersangkutan. Adapun prioritas j. Peraturan Menteri Dalam Negeri
akan diberikan pada sejumlah Nomor 8 Tahun 1998 tentang
ruang hijau tertentu yang Penyelenggaraan Penataan Ru-
strategis untuk dibangun pada 3 ang di Daerah;
tahun mendatang, yakni tahun k. Peraturan Menteri Dalam Negeri
2015, 2016, dan 2017. Nomor 9 Tahun 1998 tentang
Tata Cara Peran Serta
7. KETENTUAN DAN Masyarakat dalam Proses Peren-
LANDASAN HUKUM canaan Tata Ruang di Daerah;
l. Keputusan Menteri Pekerjaan
Penataan RTH pada Kawasan Umum Nomor 378/KPTS/1987,
RPH Samarinda disusun dengan Lampiran Nomor 22, tentang
mendasarkan pada perundangan dan Petunjuk Perencanaan Kawasan
peraturan yang berlaku, yaitu: Perumahan Kota, yang di-
a. Undang-Undang Nomor 5 Tahun jabarkan dalam perencanaan
1960 tentang Peraturan Dasar dalam bentuk standardisasi untuk
sarana lingkungan pada beberapa Berkenaan dengan hal tersebut
tingkatan penduduk pendukung; diatas, untuk dapat menghasilkan
m. Instruksi Menteri Dalam Negeri daging yang aman, sehat, utuh dan
Nomor 14 Tahun 1988 tentang halal (ASUH), maka proses produksi
Penataan RTH di Wilayah daging di RPH harus memenuhi
Perkotaan. persyaratan teknis baik fisik
(bangunan dan peralatan), sumber-
8. PERAN RTH DALAM RPH daya manusia serta prosedur teknis
SAMARINDA pelaksanaannya.
RTH dirancang untuk dapat Pembangunan RPH moderen
mendukung peran RPH dalam dengan mengatur RTH sebagai
peningkatan mutu pengolahan upaya untuk secara arsitektural
produk peternakan yang salah mampu mendukung citra RPH yang
satunya adalah daging segar selama ini berkembang menjadi
merupakan salah satu aspek penting kawasan yang menarik dan menjadi
dalam menunjang kegiatan agri ikon Kota Samarinda melalui
bisnis peternakan. Hal ini sesuai peningkatan infrastruktur sesuai
dengan visi Renstra Direktorat dengan 5 (lima) upaya pokok atau
Jenderal Pengolahan dan Pemasaran yang lebih dikenal dengan Panca
Hasil Pertanian (P2HP) yaitu Yasa yang menjadi dasar filosofi
meningkatkan kinerja pembangunan pembangunan pertanian secara
pengolahan dan pemasaran hasil umum, yaitu perbaikan infrastruktur
pertanian sehingga tujuan yang telah pertanian.
ditetapkan dapat dicapai secara
optimal. 9. PENATAAN RTH DALAM
RPH merupakan sarana penting KONSEP PEMBAGUNAN
dalam peningkatan mutu pengolahan YANG TERLANJUTKAN
hasil peternakan. Undang Undang Penataan RTH pada Kawasan
Nomor 18 Tahun 2009 tentang RPH Samarinda merupakan landasan
Peternakan dan Kesehatan Hewan yang menentukan dalam serangkaian
pada Rumah Pemotongan Hewan proses rekayasa bangun-bangunan
mengamanatkan bahwa setiap dan Perencanaan Teknis Gedung,
Kabupaten/Kota harus mempunyai Landscape, dan Fasilitas Penunjang
RPH yang memenuhi persyaratan RPH, merupakan kegiatan jasa yang
teknis yang ditetapkan oleh Menteri termasuk dalam era perdagangan
Pertanian. Pelaksanaan dari undang– bebas, sejak kesiapan dalam
undang tersebut adalah keluarnya melakukan studi kelayakan
keputusan Menteri Pertanian Nomor (feasibility study), perancangan
13 Tahun 2010 tentang persyaratan (design-engineering), pengadaan
Rumah Potong Hewan Rumianansia sumberdaya (procurement),
dan unit penanganan daging (meat konstruksi (construction), operasi
cutting plan). Dalam mendukung dan pemeliharaan (operation and
keberadaan RPH tersebut, maka maintenance), dan pengelolaan
RTH dirancang sebagai fungsi lingkungan hidup-termasuk di
pelindung agar seluruh proses di dalamnya lingkungan binaan
dalam RTH dapat berlangsung (bionomic).
optimal.
Hasil Perancangan RTH sebagai menjadi teladan bagi lingkungan di
pendukung keberadaan RPH sekitarnya.
Samarinda, nantinya tidak cukup Penggunaan model input-output
hanya perancangan (design) namun yang disampaikan oleh Benyamin
harus sampai pada rekayasa Handler menjadi salah satu model
(engineering). Proses perancangan yang menekankan konsep-konsep
juga harus memperhatikan proses- yang dapat memperlihatkan
proses yang mendahului maupun keseluruhan langkah yang ditempuh
akan berlangsung di depannya dalam secara teratur, sejak rancangan
satu kesatuan strategi dan tahapan disiapkan sampai dengan aktivitas
pembangunan. yang berlangsung di dalam maupun
Perancangan RTH sebagai di luar RPH Ruminansia, RPU, dan
pendukung keberadaan RPH Pasar Hewan yang nantinya
Samarinda merupakan satu-satunya direncanakan dapat berfungsi dan
fasilitas perikanan dan peternakan memberi dampak kepada institusi
milik Pemerintah Kota Samarinda, maupun manusia pemakainya.
yang diharapkan dalam Konsep tersebut disusun berdasarkan
perkembangannya di masa men- pertimbangan, bahwa pada dasarnya
datang mampu berperan sebagai Perancangan RTH sebagai pen-
rujukan dalam memberikan dukung keberadaan RPH Samarinda
pelayanan perikanan dan peter- merupakan sebuah sistem fisik yang
nakan yang memberi manfaat besar yang terdiri dari berbagai sub
optimal bagi pemenuhan kebutuhan sistem dan masing-masing sub
akan perikanan dan peternakan bagi sistem tersusun atas beberapa
seluruh masyarakat di Kota komponen fisik yang mempunyai
Samarinda, maupun wilayah- fungsi sendiri dan terkoordinasi
wilayah lain di sekitarnya. sebagai satu kesatuan sistem yang
Sebagai bagian dari pem- besar.
bangunan yang terlanjutkan Memperhatikan pada kemung-
dibidang pelayanan perikanan dan kinan penggunaannya pada
peternakan, maka diperlukan serangkaian proses yang nantinya
upaya-upaya yang tertuang dalam akan dilalui dalam Perancangan RTH
bentuk rencana strategis melalui sebagai pendukung keberadaan RPH
Perancangan RTH sebagai pen- Samarinda (khususnya dalam ke-
dukung keberadaan RPH Samarinda dudukannya sebagai pembangunan
yang terpadu dan berkelanjutan. yang berskala besar), dan penerapan
Harapan ke depan dari tersusunnya model tersebut pada kondisi yang
hasil penataan RTH sebagai ada di Kota Samarinda, maka
pendukung keberadaan RPH diperlukan penyesuaian-penyesuaian
Samarinda dapat terencana dengan langkah-langkah terhadap proses
baik, sehingga mampu memberikan penataan RTH sebagai pendukung
fungsinya sebagai salah satu pusat keberadaan RPH Samarinda, tanpa
pelayanan dalam wadah Rumah meninggalkan model input-output
Pemotongan Hewan (RPH) yang disampaikan oleh Benyamin
Ruminansia,Rumah Pemotongan Handler (Pedju, 1993).
Unggas (RPU) dan Pasar Hewan Model input-output Benyamin
secara optimal, handal, dan dapat Handler yang terdiri atas sub sistem:
perancangan (design), konstruksi
(construction), operasi dan 10. HASIL YANG DIPERBOLEH
perawatan (operation and Penataan RTH pada Kawasan
maintenance) dan proses manusia RPH Kota Samarinda diorientasikan
(human process), berkembang untuk dapat mendukung Program
sejalan dengan memperhatikan Penataan Bangunan dan Lingkungan
penataan RTH sebagai pendukung Kota Samarinda
keberadaan RPH Samarinda yang
harus diyakini akan melibatkan pada
proses pembangunan dengan
aktivitas yang kompleks, sehingga
membutuhkan pegangan tertentu
yang berupa body of knowledge yang
memberikan gambaran umum dari
keseluruhan proses penataan RTH
sebagai pendukung keberadaan RPH
Samarinda yang terlanjutkan (Pedju,
1993), yang terdiri atas sub sistem: Gambar 03.
studi kelayakan (feasibility study), Merancang RTH yang Cukup
perancangan (engineering-detail
Luas sebagai Upaya
enggineering design/DED), penga-
daan sumberdaya (procurement), Menciptakan Daya Dukung
konstruksi-rekayasa (construction), dan Keseimbangan Ruang
operasi dan pemeliharaan (operation Terbuka dan Ruang
and maintenance), dan lingkungan Terbangun, Konsekuensi
hidup yang luas (bionomic). Konsep Ekologis dalam
Selanjutnya perlu dipertimbangkan
Perancangan RTH di
kemungkinan tahapan pemusnahan
(demolishion), mengingat pada batas Kawasan RPH Samarinda
waktu tertentu beberapa bagian dari
hasil rancang-bangun penataan RTH Pemerintah Kota Samarinda
sebagai pendukung keberadaan RPH melalui Program Penataan Bangunan
Samarinda tidak lagi sesuai, dan dan Lingkungan, mengangkat visi
sangat mungkin karena faktor usia, pembangunan Samarinda yaitu
akan membahayakan bagi ling- “Terwujudnya Kota Samarinda
kungan di sekitarnya. Penyesuaian sebagai Kota Metropolitan Berbasis
ini berkembang sebagai konsekuensi Industri, Perdagangan dan Jasa
dari semakin berkembangnya proses yang maju berwawasan lingkungan,
pem-bangunan yang memerlukan mempunyai keunggulan daya saing
persyaratan-persyaratan dan keten- untuk meningkatkan kesejahteraan
tuan tertentu. Pada sisi lain, masyarakat”.
diperlukan pengkajian khusus Visi Pembangunan Samarinda
sebelum rancangan penataan RTH mengarahkan kita untuk meyakini
sebagai pendukung keberadaan RPH bahwa masa depan Samarinda tidak
Samarinda, dalam bentuk kajian terletak pada non-renewable
dampak proyek terhadap lingkungan resources melainkan pada kota
hidup, baik fisik (pencemaran), tepian dengan mengoptimalkan
maupun lingkungan ekonomis dan pengembangan jasa dan pergadangan
sosial. yang dimiliki. Hal ini sangat rasional
dan tentu saja telah melalui kajian- peningkatan kualitas lingkungan
kajian ilmiah yang mendalam. Untuk dengan menciptakan kawasan-
mencapai visi tersebut dan dikaitkan kawasan dengan fungsi tertentu
dengan kegiatan ini, misi keempat seperti Kawasan RPH dengan
yang diprioritaskan yaitu mendorong penataan RTH yang mampu menjadi
pembangunan lingkungan kota ikon Koridor Bandara Sei Siring.
dengan memperhatikan budaya lokal Dengan adanya Kawasan RPH yang
dan menciptakan iklim yang ditata RTH-nya dengan sebaik-
kondusif bagi pengembangan baiknya ini diharapkan dapat
ekonomi rakyat dengan membangun meningkatan kualitas pelayanan
kota hijau yang tertata dan bermutu. kepada masyarakat. Penataan tetap
Sasaran pembangunan Kota pada konsep pembangunan yang
Samarinda diarahkan pada memperhatikan lingkungan melalui
pemenuhan kebutuhan pokok kota penataan RPH sebagai bagian dari
yang diselaraskan dengan Rencana konsep “green areas” pada suatu
Strategis Kota Nasional. Lima pilar kawasan.
pembangunan kota tersebut adalah :
a. Ketersediaan sarana kota,
b. Kemampuan pengguna/ masya-
rakat mendapatkan akses ter-
hadap sarana kota
c. Mutu pelayanan sarana kota,
d. Kesetaraan dalam kota, dan
e. Keterjaminan 4 pilar sebe-
lumnya dapat berjalan dengan
Gambar 04.
baik.
Dome untuk Komunitas Burung,
Dinamika perkembangan Kota
Samarinda sebagai ibukota Provinsi sebagai Sarana Rekreasi Aktif
Kalimantan Timur dapat dilihat dari Pengunjung dengan Aneka Satwa
pengadaan sarana dan prasarana Dirancang dengan Konsep Ruang Hijau
umum yang relatif memadai. Hal ini dan Pendekatan Arsitektur Modern
mendorong berkembangnya sektor
perdagangan, jasa, perkantoran, dan
perhotelan. Pertumbuhan ekonomi
yang cukup tinggi, secara tidak
langsung mendorong laju urbanisasi
komuter yang bersifat menetap, yang
menjadi salah satu penyebab Gambar 05.
mengakibatkan turunnya daya Suasana Rekreasi Aktif Diciptakan
dukung dan kualitas lingkungan. dengan Merancang Area Ketangkasan
Penurunan daya dukung memberi Satwa untuk Komunitas Penggemar
kontribusi secara tidak langsung Burung dengan Suasana Hijau yang
pada kesemrawutan kota yang Menyejukkan
sedang berkembang, dan harus
dihadapi bersama.
Amanah dari strategi tersebut
adalah memenuhi kebutuhan pokok
kota, yang salah satunya adalah
arsitektur moderen dengan tidak
meninggalkan unsur khas daerah.

Gambar 06.
Bangunan yang Dirancang Luas
dan Tinggi, Memungkinkan
Terciptanya Suasana Penjualan
Tanaman Hias yang Nyaman dan
Memungkinkan Terciptanya
Sirkulasi Udara yang Dierlukan
untuk Habitat Berkembang dengan
Baik

Gambar 07.
Ruang Terbuka untuk Pergerakan
Pengunjung dalam RPH Samarinda,
akan Memberikan Suasana yang
Nyaman sebagai Bagian dalam
Mewujudkan Ikon pada Koridor
Bandara Sei Siring
Gambar 08.
Berbagai Suasana Lingkungan yang
Melalui penataan RTH pada
Kawasan RPH Samarinda yang Sengaja Dirancang sehingga
komprehensif dan berkesinam- Mendukung RPH Samarinda tidak
bungan diharapkan nantinya Hanya Berperan sebagai Area
kawasan ini secara fungsional Fungsional untuk Pemotongan
mampu memenuhi berbagai Hewan dan Pasar Hewan, Namun
persyaratan yang dituntut sebagai Memiliki Nilai Lebih sebagai RTH
RPH sekaligus kawasan yang dan Ikon Koridor Bandara Sei Siring
menarik sebagai ikon Kota
Samarinda dengan penataan RTH-
nya, melalui desain penataan Selain itu, desain juga harus
Kawasan dan lingkungannya ini mendukung dan selaras dengan
diarahkan pada dominasi desain situasi dan fungsi kawasan yang
direncanakan sebagai salah satu tentang Tata Cara Peran
kawasan terpadu antara fungsi Serta Masyarakat dalam
RPH dengan RTH yang di- Proses Perencanaan Tata
rencanakan dengan tetap Ruang di Daerah;
mengutamakan kenyamanan, ke- Peter Collins, Changing Ideals in
amanan, tertib, teratur dan efisien. Modern Architecture,
Desain harus dilengkapi dengan Faber and Faber, 1965
studi kelayakan dan bagaimana Patric Nuttgens, Understanding
cara menyelesaikan disertai advis Modern Architecture,
terhadap manajemen yang Unwin Hyman, 1989
disarankan agar kawasan ini dapat Spiro Kostoff, A History of
menjadi salah satu landsekap kota Architecture, Oxford
yang mandiri dan diharapkan University Press, 1987
kawasan ini menjadi salah satu Undang-Undang Nomor 5 Tahun
kawasan terpadu percontohan. 1960 tentang Peraturan
Dasar Pokok-Pokok
11. DAFTAR PUSTAKA Agraria, yang
Charles Jencks, The Language of menjelaskan hukum
Post Modern dalam mengatur
Architecture, Academic pemilikan, penggunaan,
Press, 1977 dan pencabutan hak atas
tanah;
Indro Sulistyanto, Arsitektur dan Undang-Undang Nomor 20 Tahun
Pembangunan 1961 tentang Pencabutan
Terlanjutkan, Makalah Hak-hak Atas Tanah dan
Diseminarkan, Surakarta, Benda-benda di Atasnya;
2010 Undang-Undang Nomor 11 Tahun
Instruksi Menteri Dalam Negeri 1974 tentang Pengairan;
Nomor 14 Tahun 1988 Undang-Undang Nomor 5 Tahun
tentang Penataan RTH di 1992 tentang Benda
Wilayah Perkotaan. Cagar Budaya;
Keputusan Menteri Pekerjaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun
Umum Nomor 1997 tentang Pengelolaan
378/KPTS/1987, Lampiran Lingkungan Hidup;
Nomor 22, tentang Undang-Undang Nomor 28 tentang
Petunjuk Perencanaan Bangunan Gedung, dan
Kawasan Perumahan Peraturan Pemerintah
Kota Nomor 36 Tahun 2005
Kevin Lynch, The Image of The tentang Pelaksanaan
City, MIT Press, UUBG;
Washington, 1960 Undang-Undang Nomor 32 Tahun
Peraturan Menteri Dalam Negeri 2002 tentang Pemerintah
Nomor 8 Tahun 1998 Daerah;
tentang Penyelenggaraan Undang-Undang Nomor 38 Tahun
Penataan Ruang di 2004 tentang Jalan, dan
Daerah; Peraturan Pemerintah
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 34 Tahun 2006
Nomor 9 Tahun 1998 yang menyertainya;
Undang-Undang Nomor 26 Tahun
2007 tentang Penataan
Ruang;

Biodata Penulis :
Indro Sulistyanto, Alumni
Jurusan Teknik Arsitektur
Universitas Gadjahmada
Yogyakarta (1982), Pasca Sarjana
(S2) Program Magister Teknik
Universitas Atmajaya Yogyakarta
(1999), Dosen pada Program Studi
Teknik Arsitektur Fakultas Teknik
UTP surakarta Tahun 1995 sampai
sekarang, Pernah memegang
jabatan sebagaiKetua Jurusan
Arsitektur Fakultas Teknik UTP,
dan Dekan Fakultas Teknik UTP
surakarta, Ketua Ikatan Arsitek
Indonesia (IAI) Cabang Surakarta
Tahun 2010 sampai sekarang, Tim
Ahli Bangunan Gedung (TABG)
Kota Surakarta Tahun 2011 sampai
sekarang.

Anda mungkin juga menyukai