Anda di halaman 1dari 23

COVID 19

Pembimbing : dr. Khomimah, Sp.PD. KEMD

Disusun oleh : Annisa Pratiwi / 2015730010

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM

RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA PONDOK KOPI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA


2020

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat
dan hidayah-Nya tugas laporan kasus mengenai “Covid 19” ini dapat terselesaikan dengan
baik. Tugas laporan kasus ini disusun sebagai salah satu tugas kepanitraan klinik stase Ilmu
Penyakit Dalam di Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta
di RS Islam Jakarta Pondok Kopi

Dalam penulisan tugas laporan kasus ini, tidak lepas dari bantuan dan kemudahan
yang diberikan secara tulus dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Khomimah, Sp.PD, KEMD yang telah
membimbing penulis.

Dalam penulisan tugas laporan kasus ini tentu saja masih banyak kekurangan dan jauh
dari sempurna, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran yang bersifat
membangun akan sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tugas laporan kasus ini.

Akhirnya, dengan mengucapkan Alhamdulillahirobbil ‘Alamin tugas ini telah selesai


dan semoga bermanfaat bagi semua pihak serta semoga Allah SWT membalas semua
kebaikan dengan balasan yang terbaik, Aamiin Yaa Allah Robbal ‘Alamin.

Jakarta, November 2020

Penulis
TINNJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
WHO maupun kementrian Kesehatan Indonesia (KEMENKES)
mendefinisikan coronavirus (COVID-19) sebagai penyakit infeksi yang disebabkan
oleh virus baru yaitu severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-
2) yang berasal dari famili coronavirus.
B. Epidemiologi
Berdasarkan data per 16 November 2020, WHO melaporkan kasus COVID-19
yang telah dikonfirmasi di seluruh dunia sebanyak 54,3 juta dengan kematian lebih
dari 1,3 juta dan posisi terbanyak berada di daerah Amerika.
Berdasarkan data nasional pada 17 November 2020, didapatkan 474.455
kasus positif (3.807 kasus baru), yang terdiri dari 60.426 kasus aktif, 398.636 kasus
sembuh dan 15.393 kematian. Kasus COVID-19 di Indonesia, paling banyak terjadi di
DKI Jakarta dengan jumlah kasus sebesar 60.828 (25,3% dari total kasus nasional)
dengan 932 kasus baru dan COVID-19 di Indonesia paling sedikit terjadi di
Kalimantan Tengah dengan jumlah kasus 3.228 (1,3%) dengan 50 kasus baru
C. Etiologi
Virus corona (CoV) adalah virus berbentuk bulat atau elips dan sering kali
pleomorfik dengan diameter 60 – 140 nm. Virus inimemiliki RNA rantai tunggal
(single-stranded RNA) dengan positive sense dan memiliki gambaran seperti mahkota
karena memiliki selubung glikoprotein berujung runcing. Virus corona dibagi menjadi
4 jenis berdasarkan struktur genome yaitu α, β, γ, dan δ. α dan β adalah jenis virus
corona yang hanya menginfeksi mamalia, SARS-CoV, MERS-CoV dan SARS-CoV-
2 termasuk kelompok virus corona β dengan berbagai manifestasi klinis yang
mempadukan antara gejala klinis sistem respirasi dan non-respirasi.
Seperti CoV lainnya, SARS-CoV-2 juga sensitive terhadap sinar ultraviolet
dan suhu tinggi sekitar 27o C. Sebaliknya, virus ini akan tetap aktif pada suhu dibawah
0o C.Selain itu, virus ini juga dapat diinaktivasi oleh larutan lemak seperti ether
(75%), etanol, disinfektan berisi klorin, asam peroksiasetik, dan kloroform
D. Patofisiologi
Siklus hidup virus dengan indung terdiri dari 5 langkah yaitu, pelekatan
(attachment), penetrasi, biosintesis maturasi dan pelepasan. Saat virus berikatan
dengan reseptor indung (attachment), virus akan masuk ke sel indung melalui
endositosis atau fusi membrane (penetrasi). Saat isi virus dilepaskan di dalam sel
indung, RNA virus akan masuk ke nucleus sehingga terjadi replikasi. Lalu, mRNA
virus digunakan untuk membuat protein virus (biosintesis). Selanjutnya, akan dibuat
partikel dari virus yang baru, kemudian partikel ini dilepaskan. CoV terdiri dari 4
struktur protein, yaitu spike (S), membran (M), envelope (E) dan nukleoplasid (N).
Spike berisi transmembran glikoprotein trimetric yang timbul pada permukaan virus,
yang mana ini akan menentukan keberagaman CoV dan respon indung. Spike
memiliki 2 subunit fungsional yaitu S 1 yang bertugas untuk proses pengikatan
terhadap reseptor sel indung dan S2 yang bertugas untuk penetrasi virus dan
membrane sel.
Setelah SARS-CoV-2 berikatan dengan protein indung, maka protein
spike akan mengalami pembelahan protease. Dua Langkah pembelahan protease
akan mengaktivasi protein spike dari SARS-CoV dan MERS-CoV.
E. Definisi Operasional
1. Kasus Suspek
Seseorang yang memiliki salah satu dari kriteria berikut:
a. Seseorang yang memenuhi salah satu kriteria klinis DAN salah satu kriteria
epidemiologis
Kriteria Klinis:
- Demam akut (≥ 380C)/riwayat demam* dan batuk;ATAU
- Terdapat 3 atau lebih gejala/tanda akut berikut:
demam/riwayat demam*, batuk, kelelahan (fatigue), sakit kepala, myalgia, nyeri
tenggorokan, coryza/ pilek/ hidung tersumbat*, sesak nafas, anoreksia/mual/muntah*,
diare, penurunan kesadaran DAN
Kriteria Epidemiologis:
- Pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memilik iriwayat tinggal atau bekerja
di tempat berisiko tinggipenularan**; ATAU
- Pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memilik iriwayat tinggal atau
bepergian di negara/wilayahIndonesia yang melaporkan transmisi lokal***;
ATAU
- Pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala bekerja difasilitas pelayanan
kesehatan, baik melakukan pelayanan medis, dan non-medis, serta petugas yang
melaksanakan kegiatan investigasi, pemantauan kasus dan kontak; ATAU
- Pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memilikiriwayat kontak dengan kasus
konfirmasi/probable COVID-19.
b. Seseorang dengan ISPA Berat;
c. Seseorang dengan gejala akut anosmia atau ageusia.
2. Kasus Probable
Kasus suspek yang meninggal dengan gambaran klinis yang meyakinkan
COVID-19; DAN memiliki salah satu kriteria sebagai berikut:
a. Tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium RT-PCR; ATAU
b. Hasil pemeriksaan laboratorium RT-PCR satu kali negatif dan tidak dilakukan
pemeriksaan laboratorium RT-PCR yang kedua.
3. Kasus Konfirmasi: Seseorang yang dinyatakan positif terinfeksi virus COVID-19
yang dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium RT-PCR.
4. Kontak Erat : Orang yang memiliki riwayat kontak dengan kasus probable atau
konfirmasi COVID-19. Riwayat kontak yang dimaksud antara lain:
- Kontak tatap muka/berdekatan dengan kasus probable atau kasus konfirmasi dalam
radius 1 meter dan dalam jangka waktu 15 menit atau lebih.
- Sentuhan fisik langsung dengan kasus probable atau konfirmasi (seperti bersalaman,
berpegangan tangan, dan lain-lain).
- Orang yang memberikan perawatan langsung terhadap kasus probable atau
konfirmasi tanpa menggunakan APD yang sesuai standar.
- Situasi lainnya yang mengindikasikan adanya kontak berdasarkan penilaian risiko
lokal
F. Manifestasi Klinis
a. Derajat Ringan
Pasien dengan gejala klinis infeksi virus pada saluran pernapasan, termasuk demam
ringan, batuk kering, radang tenggorok, hidung tersumbat, malaise, sakit kepala dan
mialgia, Hilangnya fungsi perasa dan penciuman, diare, dan muntah. Tidak ditemukan
dispnea
b. Pneumonia derajat sedang
Pasien dengan gejala respirasi seperti batuk, napas yang pendek (atau takipnea pada
anak-anak) yang tidak disertai tanda pneumonia berat.
c. Pneumonia derajat berat
Demam, dis0pnea berat, distress pernapasan, takipnea (>30 kali/menit), dan hipoksia
(SpO2 < 90% pada udara ruangan). Meskipun demikian, interpretasi demam harus-hati
karena bisa saja demam tidak muncul pada pasien pneumonia berat. Selain itu, pada
derajat berat juga dapat ditemukan rasio PaO2/FiO2 (rasio antara tekanan oksigen
dalam darah dan persentase oksigen yang tersedia) < 300, dan/atau infiltrasi paru-paru
> 50% selama 24-48 jam.Sedangkan pada anak-anak, dapat ditemukan adanya klinis
sianosis
d. Kondisi kritis:
Gagal napas, syok sepsis, dan/atau disfungsi organ multiple atau kegagalan organ
multiple.
Selain pneumonia, pada COVID-19 juga dapat ditemukan gejala klinis lain
seperti:
a. Sindrom Distress Respiratori Akut (ARDS)
Dalam penegakkan diagnosisnya diperlukan kriteria klinis dan ventilasi. Sindrom ini
menggambarkan kegagalan napas serius yang baru terjadi (new-onset) atau
menggambarkan perburukan dari gambaran respirasi yang sudah teridentifikasi.
Berbagai bentuk ARDS dibedakan berdasarkan derajat hipoksia dari parameter rasio
PaO2/FiO2:
 ARDS derajat ringan dengan hasil rasio antara 200-300 mmHg. Pada pasien
yang tidak dalam pemberian ventilasi atau pada pasien dengan penanganan ventilasi
non-invasif yang menggunaakn positive end-epiratory pressure (PEEP) atau
continuous positive airway pressure (CPAP) > 5 cmH2O.
 ARDS derajat sedang dengan hasil rasio antara 100-200 mmHg
 ARDS derajat berat dengan rasio < 100 mmHg
 Jika tidak terdapat PaO2, maka rasio SpO2/FiO2 < 315 menunjukkan
kemungkinan adanya ARDS
G. Penegakkan Diagnosis

Pengambilan swab di hari ke-1 dan 2 untuk penegakan diagnosis. Bila pemeriksaan di
hari pertama sudah positif, tidak perlu lagi pemeriksaan di hari kedua, Apabila
pemeriksaan di hari pertama negatif, maka diperlukan pemeriksaan di hari berikutnya
(hari kedua). Pada pasien yang di rawat inap, pemeriksaan PCR maksimal hanya
dilakukan sebanyak tiga kali selama perawatan. Untuk kasus tanpa gejala, ringan, dan
sedang tidak perlu dilakukan pemeriksaan PCR untuk follow-up. Pemeriksaan follow-up
hanya dilakukan pada pasien yang berat dan kritis. Untuk PCR follow-up pada kasus
berat dan kritis, dapat dilakukan setelah sepuluh hari dari pengambilan swab yangpositif.
Untuk kasus berat dan kritis, bila setelah klinis membaik, bebas demam selama tiga hari
namun pada follow-up PCR menunjukkan hasil yang positif, kemungkinan terjadi
kondisi positif persisten yang disebabkan oleh terdeteksinya fragmenatau partikel virus
yang sudah tidak aktif. Pertimbangkan nilai Cycle Threshold(CT) value untuk menilai
infeksius atau tidaknya dengan berdiskusi antara DPJP dan laboratorium pemeriksa PCR
karena nilai cutt off berbeda-beda sesuai dengan reagen dan alat yang digunakan.

1 2 3 4 5 6 7 8 9 ..
X X X X

Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai dengan manifestasi klinis, antara lain:


a. Laboratorium: Darah lengkap/Darah rutin, LED, Gula Darah, Ureum, Creatinin,
SGOT, SGPT, Natrium, Kalium, Chlorida, Analisa Gas Darah, Procalcitonin, PT,
APTT, Waktu perdarahan, Bilirubin Direct, Bilirubin Indirect, Bilirubin Total,
pemeriksaan laboratorium RT-PCR, dan/atau semua jenis kultur MO (aerob) dengan
resistensi Anti HIV.

b. Radiologi: Thorax AP/PA


H. Tatalaksana
Tanpa gejala
a. Isolasi dan Pemantauan
- Isolasi mandiri di rumah selama 10 hari sejak pengambilan spesimen diagnosis
konfirmasi
- Pasien dipantau melalui telepon oleh petugas Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
(FKTP)
- Kontrol di FKTP terdekat setelah 10 hari karantina untuk pemantauan klinis
b. Non-Farmakologis
 Pasien :
- Selalu menggunakan masker jika keluar kamar dan saat berinteraksi
- Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau hand sanitizer sesering mungkin.
- Jaga jarak dengan keluarga (physical distancing)
- Upayakan kamar tidur sendiri / terpisah
- Menerapkan etika batuk
- Alat makan-minum segera dicuci
- Berjemur matahari minimal sekitar 10-15 menit setiap harinya (sebelum jam 9 pagi
dan setelah jam 3 sore)
- Pakaian yang telah dipakai dipisah dengan pakaian kotor keluarga segera
dimasukkan mesin cuci
- Ukur dan catat suhu tubuh 2 kali sehari (pagi dan malam hari)
- Segera berinformasi ke petugas pemantau/FKTP atau keluarga jika terjadi
peningkatan suhu tubuh > 38oC
- Membuka jendela kamar secara berkala
- Bersihkan kamar setiap hari , bisa dengan air sabun atau bahan desinfektan lainnya
 Keluarga:
- Bagi anggota keluarga yang berkontak erat dengan pasien sebaiknya memeriksakan
diri ke FKTP/Rumah Sakit.
- Pakai masker
- Jaga jarak minimal 1 meter dari pasien
- Senantiasa mencuci tangan
- Jangan sentuh daerah wajah kalau tidak yakin tangan bersih
- Membuka jendela rumah agar sirkulasi udara tertukar
- Bersihkan daerah yang tersentuh pasien misalnya gagang pintu
c. Farmakologi
- Bila terdapat penyakit penyerta / komorbid, maka tetap melanjutkan pengobatan
yang rutin dikonsumsi. Apabila pasien rutin meminum terapi obat antihipertensi
dengan golongan obat ACEinhibitor dan Angiotensin Reseptor Blocker perlu
berkonsultasi ke Dokter Spesialis Penyakit Dalam atau Dokter Spesialis Jantung
- Vitamin C (untuk 14 hari) berupa tablet Vitamin C non acidic 500 mg/6-8 jam oral
(untuk 14 hari) atau tablet isap vitamin C 500 mg/12 jam oral (selama 30 hari) atau
multivitamin yang mengandung vitamin C 1-2 tablet /24 jam (selama 30 hari) dan
dianjurkan multivitamin yang mengandung vitamin C,B, E, Zink
- Obat-obatan suportif baik tradisional (Fitofarmaka) maupun Obat Modern Asli
Indonesia (OMAI) yang teregistrasi di BPOM, namun tetap memperhatikan
perkembangan kondisi klinis pasien
- Obat-obatan yang memiliki sifat antioksidan
Gejala Ringan
a. Isolasi dan Pemantauan
- Isolasi mandiri di rumah/ fasilitas karantina selama maksimal 10 hari sejak muncul
gejala ditambah 3 hari bebas gejala demam dan gangguan pernapasan.
- Dilakukan pemantauan oleh petugas FKTP
- Setelah melewati masa isolasi pasien akan kontrol ke FKTP terdekat.
b. Non-Farmakologis
 Pasien :
- Selalu menggunakan masker jika keluar kamar dan saat berinteraksi
- Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau hand sanitizer sesering mungkin.
- Jaga jarak dengan keluarga (physical distancing)
- Upayakan kamar tidur sendiri / terpisah
- Menerapkan etika batuk
- Alat makan-minum segera dicuci dengan air/sabun
- Berjemur matahari minimal sekitar 10-15 menit setiap harinya (sebelum jam 9 pagi
dan setelah jam 3 sore)
 Keluarga:
- Bagi anggota keluarga yang berkontak erat dengan pasien sebaiknya memeriksakan
diri ke FKTP/Rumah Sakit.
- Pakai masker
- Jaga jarak minimal 1 meter dari pasien
- Senantiasa mencuci tangan
- Jangan sentuh daerah wajah kalau tidak yakin tangan bersih
- Membuka jendela rumah agar sirkulasi udara tertukar
- Bersihkan daerah yang tersentuh pasien misalnya gagang pintu
c. Farmakologi
- Bila terdapat penyakit penyerta / komorbid, maka tetap melanjutkan pengobatan
yang rutin dikonsumsi. Apabila pasien rutin meminum terapi obat antihipertensi
dengan golongan obat ACEinhibitor dan Angiotensin Reseptor Blocker perlu
berkonsultasi ke Dokter Spesialis Penyakit Dalam atau Dokter Spesialis Jantung
- Obat-obatan suportif baik tradisional (Fitofarmaka) maupun Obat Modern Asli
Indonesia (OMAI) yang teregistrasi di BPOM, namun tetap memperhatikan
perkembangan kondisi klinis pasien
- Obat-obatan yang memiliki sifat antioksidan
- Vitamin C (untuk 14 hari) berupa tablet Vitamin C non acidic 500 mg/6-8 jam oral
(untuk 14 hari) atau tablet isap vitamin C 500 mg/12 jam oral (selama 30 hari) atau
multivitamin yang mengandung vitamin C 1-2 tablet /24 jam (selama 30 hari) dan
dianjurkan multivitamin yang mengandung vitamin C,B, E, Zink
- Azitromisin 1 x 500 mg per hari selama 5 hari
- Salah satu antivirus berikut: Oseltamivir (Tamiflu) 75 mg/12 jam/oral selama 5-7
hari atau kombinasi Lopinavir + Ritonavir (Aluvia) 2 x 400/100mg selama 10 hari
atau favipiravir (Avigan) 600 mg/12 jam/oral selama 5 hari
- Klorokuin fosfat 500 mg/12 jam oral (untuk 5-7 hari), atau Hidroksiklorokuin
(sediaan yang ada 200 mg) dosis 400 mg/24 jam/oral (untuk 5-7 hari) dapat
dipertimbangkan apabila pasien dirawat inap di RS dan tidak ada kontraindikasi.
Derajat sedang
a. Isolasi dan Pemantauan
- Rujuk ke Rumah Sakit ke Ruang Perawatan COVID-19/ Rumah Sakit Darurat
COVID-19
- Isolasi di Rumah Sakit ke Ruang Perawatan COVID-19/ Rumah Sakit Darurat
COVID-19
b. Non-Farmakologis
- Istirahat total, asupan kalori adekuat, kontrol elektrolit, status hidrasi/terapi cairan,
oksigen
- Pemantauan laboratorium Darah Perifer Lengkap, hitung jenis, bila memungkinkan,
CRP, fungsi ginjal, fungsi hati dan foto toraks secara berkala.
c. Farmakologis
- Pengobatan simptomatis (Parasetamol dan lain-lain).
- Pengobatan komorbid dan komplikasi yang ada
- Vitamin C 200 – 400 mg/8 jam dalam 100 cc NaCl 0,9% habis dalam 1 jam
diberikan secara drips Intravena (IV)
- Klorokuin fosfat 500 mg/12 jam oral (untuk 5-7 hari) atau Hidroksiklorokuin
(sediaan yg ada 200 mg) hari pertama 400 mg/12 jam/oral, selanjutnya 400 mg/24
jam/oral (untuk 5-7 hari) Ditambah
- Azitromisin 500 mg/24 jam per iv atau per oral (untuk 5-7 hari) atau sebagai
alternatif Levofloksasin dapat diberikan apabila curiga ada infeksi bakteri: dosis 750
mg/24 jam per iv atau per oral (untuk 5-7 hari). Ditambah
- Salah satu antivirus berikut : Oseltamivir 75 mg/12 jam oral selama 5-7 hari
atauKombinasi Lopinavir + Ritonavir (Aluvia) 2 x 400/100mg selama 10 hari atau
Favipiravir (Avigan sediaan 200 mg) loading dose 1600 mg/12 jam/oral hari ke-1
dan selanjutnya 2 x 600 mg (hari ke 2-5) atau Remdesivir 200 mg IV drip/3jam
dilanjutkan 1x100 mg IV drip/3 jam selama 9 – 13 hari
- Antikoagulan LMWH/UFH berdasarkan evaluasi DPJP 1
Derajat berat
a. Isolasi dan Pemantauan
 Isolasi di ruang isolasi Rumah Sakit Rujukan atau rawat secara kohorting
b. Non-Farmakologis
 Istirahat total, asupan kalori adekuat, kontrol elektrolit, status hidrasi (terapi cairan),
dan oksigen
 Pemantauan laboratorium Darah Perifer Lengkap, hitung jenis, CRP, fungsi ginjal,
fungsi hati, hemostasis, LDH dan D-dimer.
 Pemeriksaan foto toraks serial bila perburukan
 Monitor tanda-tanda Takipnea (frekuensi napas ≥ 30x/min), saturasi Oksigen ≤93%,
PaO2/FiO2 ≤ 300 mmHg, peningkatan sebanyak >50% di keterlibatan area paru-
paru pada pencitraan thoraks dalam 24-48 jam, limfopenia progresif, peningkatan
CRP progresif dan asidosis laktat progresif.
 Monitor keadaan kritis yang teridiri dari gagal napas yg membutuhkan ventilasi
mekanik, syok atau gagal multiorgan yang memerlukan perawatan ICU.
 Melakukan 3 langkah pencegahan perburukan penyakit dengan menggunakan high
flow nasal cannula (HFNC) atau non-invasive mechanical ventilation (NIV) pada
pasien dengan ARDS atau efusi paru luas. Namun, HFNC lebih disarankan
dibandingkan NIV. Membatasi resusitasi cairan, terutama pada pasien dengan
edema paru dan memposisikan pasien sadar dalam posisi tengkurap (awake prone
position).
 Terapi Oksigen
- (Non-rebreathing mask) NRM : 15 liter per menit, lalu titrasi sesuai SpO2
- HFNC (High Flow Nasal Canulla), FiO2 100% lalu titrasi sesuai SpO2
- Lakukan pemberian HFNC selama 1 jam, kemudian lakukan evaluasi. Jika
pasien mengalami perbaikan dan mencapai kriteria ventilasi aman (indeks ROX
>4.88 pada jam ke- 2, 6, dan 12 menandakan bahwa pasien tidak membutuhkan
ventilasi invasif, sementara ROX <3.85 menandakan risiko tinggi untuk
kebutuhan intubasi).

- Ventilasi
non invasive (NIV) : Lakukan pemberian NIV selama 1 jam, kemudian
evaluasi. Jika ada perbaikan dan mencapai kriteria ventilasi aman (volume tidal
[VT] <8 ml/kg, tidak ada gejala kegagalan pernapasan atau peningkatan
FiO2/PEEP) maka lanjutkan ventilasi dan lakukan penilaian ulang 2 jam
kemudian. Pada kasus ARDS berat, disarankan untuk dilakukan ventilasi invasif
dan jangan gunakan NIV pada pasien dengan syok. Selain itu, kombinasi Awake
Prone Position + HFNC / NIV 2 jam 2 kali sehari dapat memperbaiki oksigenasi
dan mengurangi kebutuhan akan intubasi pada ARDS ringan hingga sedang.
Hindari penggunaan strategi ini pada ARDS berat bila ternyata prone position
ditujukan untuk menunda atau mencegah intubasi.
- Ventilasi Mekanik invasif (Ventilator) : Tatalaksana setting ventilator pada
COVID-19 sama seperti protokol ventilator ARDS dimana dilakukan Tidal
volume < 8 mL/kg, Pplateau < 30 cmH2O, titrasi PEEP dan Recruitment
Maneuver, serta target driving pressure yang rendah.
- ECMO (Extra Corporeal Membrane Oxygenation) : Pasien COVID-19 kritis
dapat menerima terapi ECMO bila memenuhi indikasi ECMO, setelah pasien
tersebut menerima terapi posisi prone (kecuali dikontraindikasikan) dan terapi
ventilator ARDS yang maksimal menurut klinisi.
I. Komplikasi
Komplikasi jangka panjang dari pasien COVID-19 belum ditemukan, namun
angka kematian dari COVID-19 ini berkisar 1-2%. Terapkan tindakan berikut untuk
mencegah komplikasi pada pasien pada pasien dengan gejala berat datau kritis.
1. Mengurangi lamanya hari penggunaan ventilasi mekanik invasif, dengan
cara penilaian harian kesiapan untuk bernafas spontan.
2. Mengurangi terjadinya ventilator associated pneumonia, penggunaan
intubasi oral lebih baik daripada intubasi nasal pada remaja dan dewasa.
Dan pertahankan pasien dengan posisi kepala yang lebih tinggi.
3. Mengurangi terjadinya tromboemboli vena, gunakan obat profilaksis bila
tersedia atau heparin 5000 unit subkutan dua kali sehari.
4. Mengurangi catheter related bloodstream, gunakan checklist sederhana
pada pemasangan kateter IV untuk menjaga pemasangan tetap steril
5. Mengurangi terjadi ulkus karena tekanan, posisi pasien miring ke kiri
kanan bergantian setiap 2 jam.

J. Kriteria Pemulangan Pasien


Sembuh
Sembuh Pasien konfirmasi tanpa gejala, gejala ringan, gejala sedang, dan
gejala berat/kritis dinyatakan sembuh apabila telah memenuhi kriteria selesai isolasi
dan dikeluarkan surat pernyataan selesai pemantauan, berdasarkan penilaian dokter
di pemantauan atau oleh DPJP.
Pasien konfirmasi dengan gejala berat/kritis dimungkinkan memiliki hasil
pemeriksaan follow up RT-PCR persisten positif, karena pemeriksaan RT-PCR masih
dapat mendeteksi bagian tubuh virus COVID-19 walaupun virus sudah tidak aktif lagi
(tidak menularkan lagi). Terhadap pasien tersebut, maka penentuan sembuh
berdasarkan hasil assessmen yang dilakukan oleh DPJP.

Pemulangan pasien

Pasien dapat dipulangkan dari perawatan di rumah sakit, bila memenuhi


kriteria selesai isolasi dan memenuhi kriteria klinis sebagai berikut:

a. Hasil asesmen klinis menyeluruh termasuk diantaranya gambaran radiologis


menunjukkan perbaikan, pemeriksaan darah menunjukan perbaikan, yang
dilakukan oleh DPJP menyatakan pasien diperbolehkan untuk pulang. 14
b. Tidak ada tindakan/perawatan yang dibutuhkan oleh pasien, baik terkait sakit
COVID-19 ataupun masalah kesehatan lain yang dialami pasien. DPJP perlu
mempertimbangkan waktu kunjungan kembali pasien dalam rangka masa
pemulihan.
Khusus pasien konfirmasi dengan gejala berat/kritis yang sudah dipulangkan
tetap melakukan isolasi mandiri minimal 7 hari dalam rangka pemulihan dan
kewaspadaan terhadap munculnya gejala COVID-19, dan secara konsisten
menerapkan protokol kesehatan.14
Serupa dengan kriteria yang dikeluarkan oleh kementerian Kesehatan republic
Indonesia, kriteria pemulangan pasien COVID-19 dari isolasi yang dikeluarkan yaitu:

a. Pasien simtomatik: 10 hari mulai dari setelah onset timbulnya gejala, ditambah 3
hari setelah gejala menghilang (termasuk gejala demam dan gangguan respirasi)
b. Pasien asimtomatik: 10 hari setelah hasil pemeriksaan SARS-CoV-2 positif
BAB II

CONTOH KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
Jenis kelamin : Laki-Laki
Alamat : Penggilingan
Usia : 68 Tahun
Tanggal lahir : 13 Oktober 1951
Status perkawinan :Menikah
Pekerjaan : Pensiun
Agama : Islam
Tanggal masuk RS : 25 Oktober 2020

B. ANAMNESIS
a. Keluhan utama
Sesak tiba tiba setelah sholat shubuh ± setengah jam SMRS
b. Riwayat penyakit sekarang
Sesak nafas tiba-tiba sejak menjelang sholat shubuh. Keluhan disertai dengan
batuk ±1 hari SMRS. Dari anamnesis juga di dapatkan adanya keluhan nyeri
kepala, lemas, dan nyeri perut. Keluhan demam disangkal.
c. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat Diabetes Melitus (+)
d. Riwayat penyakit keluarga
Tidak dilakukan anamnesis
e. Riwayat alergi
Riwayat alergi pada makanan, obat-obatan, dan suhu lingkungan disangkal
f. Riwayat pengobatan
Tidak dilakukan anamnesis
g. Riwayat psikososial
Memiliki rwayat bepergian ke daeraah transmisi lokal
C. PEMERIKSAAN FISIK

KU :Tampak Sakit Berat Nadi : 130 x/menit


Kesadaran : CM Respirasi : 38 x/menit
Tanda vital Suhu : 37.0 ℃
TD : 120/80 mmHg Sa02 : 67 %

Kepala : Normocephal (+)


Mata : CA -/- SI -/- Reflek cahaya +/+
Hidung : Sekret -/- Epistaksis -/-
Telinga : Sekret -/-
Mulut : Mukosa bibir basah, sianosis (+) lidah kotor (-)
Leher : Pembesaran KGB (-) pembesaran tiroid (-) peningkatan
JVP(-)
Paru – paru
Inspeksi : Normochest (+) pergerakan dinding dada kanan = kiri , retraksi
dinding dada -/-
Palpasi : Nyeri tekan (-/-) Krepitasi (-/-) Vocal fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor (+/+) Hipersonor (-/-)
Auskultasi : Vesikuler (-/-) Rhonki (+/+) Wheezing (+/+)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis terlihat (-)
Palpasi : Ictus cordis teraba (+)
Perkusi : Batas atas ICS III line parasternalis dextra
Batas kanan ICS IV linea parasternalis sinistra
Batas kiri ICS IV linea midclavicularis sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung I II murni reguler , murmur (-) gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Tampak simetris , distensi (-) jaringan parut (-)
Auskultasi : BU (+) N
Palpasi : Supel (+) NTE (-) tugor kulit (+) cepat Hepatosplenomegali (-)
Perkusi : Timpani di seluruh lapang abdomen
Extremitas
Akral hangat : ekstremitas atas +/+
ekstremitas bawah +/+
CRT <2’’ : ekstremitas atas -/-
ekstremitas bawah -/-
Edema : esktremitas atas -/-
ekstremitas bawah -/-
Sianosis : ekstremitas atas +/+
ekstremitas bawah +/+

D. PENUNJANG

AGD 25/10 25/10 26/10 27/10 Elektroli 25/10 26/10


05.31 15.22 t

PH 7,06 7,46 7,40 7,48 Natrium 138 mmol/L 138 mmol/L

PC02 50,4 32,6 44,6 34,2 Kalium 4,8 mmol/L 3,6 mmol/L
P02 58,8 70,6 90,8 113,4 Chlorida 107 mmol/L 102 mmol/L

Sa02 74,8 95,1 96,9 98,4 Keton 0,1 mmol/L


Lab 25/10 03/11 Lab 25/10 05/11
05.31 05.31

Hb 13,7 11,2 Lekosit 22,5 13,0

Eritrosi 4,8 3,9 ESR 9,9 18,19

t
HT 43 33 Trombosit 189 251
Lab 25/10 27/10 3/11 Hemostasi 26/10 02/11 04/11
05.31 s

CRP 2,6 31,6 3,4 PT 14,2 14,8 15.8

APTT 29,1 28,0 440,2

Fibrnogen 208

Fungsi
Ginjal = Ureum : 31,70 Fungsi Hati = SGOT : 64,8
Creatinine : 1,05 SGPT : 30,60
D dimer : 1350 ug/l
F/ Jantung = Troponin I 6,74 mg/dl
Anti SARS CoV2 IgM Non Reactive
Anti SARS Cov2 IgG Non Reactive
Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4
Negatif Negatif

RO Thorax 25/10 = Severe Pneumonia, sugestif viral


RO Thorax 28/10 = Cardiomegali configurasi aorta
Pulmo dengan tanda Bronchopneumonia bilateral perbaikan
RO Thorax 03/11 = Cardiomegali
Pulmo dibanding foto sebelumnya perbaikan

25/10 26/10 1/11 4/11 5/11

06.00 205
363 206 06.00 116 06.00 114 06.00 111
11.00 132
11.00 98 11.00 140
16.00 153
16.00 156 16.00 116
HbA1C 6,6

Irama : Sinus
Rate : ±107 x/menit
Axis : Normoaxis
Gel P : Normal, P Mitral (-) P Pulmonal (-)
Interval PR : 0,16’’
Gelombang QRS : LVH (-) RVH (-)
Interval GRS : Normal
Segmen : ST elevasi (+) di V1 –V2 , ST Depresi (-)
Kesan : STEMI
Irama : sinus
Rate : ±93 x /menit
Axis : Normoaxis
Gel P : normal, P pulmunoal (-) P Mitral (-)
Interval PR : 0,16’’
Gel QRS : ditemukan Q Patologis di V1-V3
Interval QRS normal
Segmen ST : ST elevasi (-) St Depresi (-)
Kesan OMI dengan CAD di bagian anterior

E. MANAJEMEN KLINIS
25 / 10 / 2020
S : Sesak, batuk,, nyeri kepala, lemas, dan nyeri perut. Merokok (+)
Riwayat DM (+) , Riwayat berpegian ke transimisi lokal
O : Takipnea, Takikardia, Hipoperfusi SaO2 67%, Rhonki (+/+), Wheezing (+/+)

P : Oksigenasi 15 lpm
A : Susp Probable Covid DD/ Pneumonia Infus Asering + Aminofilin 1 ½ amp/24 jam
Susp Angina Pectoris Unstable Inj Aminofilin ½ amp
Inj Kalmetason 2 amp
Inj Ventolin 2 puff

Pemeriksaan EKG
Pemeriksaan RO
Pemerikssan Gula darah, darah lengkap, elektrolit
Analisa Gas Darah
Fungsi jantung, Fungsi Ginjal, hemostasis
PCR Covid
Profil Lipid
S : Sesak berkurang
25/10/2020 O : Takikardi, Takipnea
EKG : Gambaran STEMI
RO : Severe Pneumonia
GDS : Hiperglikemia (363, 206, 205, 132, 153)
Leukositosis, ↑CRP, asidosis respiratorik, PCR CoV 2 Negative, ↑Troponin I

A : Susp Probable Covid DD/ Pneumonia P : Oksigenasi 10 lpm P : Inj Aminofilin ½ amp
STEMI Infus Asering Inj Apidra 3 x 6 unit
Diabetes Melitus Tipe 2 Inj Meropenem 3 x 1 gr Inj Insulin 1 x 8 unit
Inj Vit C 3 x 400 mg Prove D3 2 x 1000 unit
Inj resfar 4 x 7,5 cc Vit E 1 x 400
Inj Partison 2 x 100 Inpepsa 3 x 15 ml
Inj pantoprazole 1 x 1 ISDN 1 x 5 mg
Inj Moxifloxacin 1 x 400 Clopidogrel 1 x 75 mg
Aspilet 1 x 80 mg
Menecto 2 x 20
Atorvastatin 1 x 20
Diviti 1 x 2,5 cc
Pemeriksan PCR Ke 2
EKG ulang
GDS berkala
Pemerikaan CRP
27/10/2020
S : sesak (-)
O : EKG : Gambaran OMI aterior
RO : Cardiomegali, Bronkopneumonia perbaikan
GDS : 116, 98, 156
Leukositosis, PCR CoV 2 ke 2 Negative, ↑CRP

P : Infus Asering P : ISDN 1 x 5 mg


Inj Apidra 3 x 6 unit Clopidogrel 1 x 75 mg
A : OMI Inj sansulin 1 x 8 unit Aspilet 1 x 80 mg
Diabetes Melitus Tipe 2 Inj Meropenem 3 x 1 gr Monecto 2 x 20
Bronkopneumonia Inj Vit C 3 x 400 mg Atorvastatin 1 x 20
Inj resfat 4 x 7,5 cc Diviti 1 x 2,5 cc
Inj Partison 2 x 100 Pemeriksaan GDS berkala
Inj Pantoprazole 1 x 1 RO ulang
Inj Moxifloxacin 1 x 400 mg Pemeriksaan darah lengkap
Prove D3 2 x 1000 unit Pemeriksaan hemostasis
Vit E 1 x 400 Pemerikssan CRP
Sucralfat 3 x 1

4/11/2020
S : sesak (-)
O : RO : Cardiomegali, pulmo dibandingkan foto sebelumnya perbaikan
GDS : 111, 140,116
Leukositosis, pemanjangan PT APTT

P : Infus Asering P : ISDN 1 x 5 mg


Inj Apidra 3 x 6 unit Clopidogrel 1 x 75 mg
A : OMI Inj Sansulin 1 x 8 unit Aspilet 1 x 80 mg
Diabetes Melitus Tipe 2 Inj Meropenem 3 x 1 gr Monecto 2 x 20
Bronkopneumonia perbaikan Inj Vit C 3 x 400 mg Atorvastatin 1 x 20
Inj resfat 4 x 7,5 cc
Inj Partison 2 x 100 Pemeriksaan GDS berkala
Inj Pantoprazole 1 x 1 Rencana peenngobatan
Inj Moxifloxacin 1 x 400 mg rawat jalan
Prove D3 2 x 1000 unit
Vit E 1 x 400
Sucralfat 3 x 1
F. RESUME
Os laki-laki, Tn S, 68 tahun datang dengan keluhan sesak tiba tiba saat shubuh
±1/2 jam SMRS. Keluhan disertai dengan batuk sejak 1 hari SMRS dan nyeri kepala,
badan terasa lemas, dan nyeri perut. Pasien memiliki riayat bepergian ke daerah
transmisi lokal Covid 19. Pasien memiliki riwayat Diabetes Melitus
Pada pemeriksaan status vital di dapatkan Sa02 67% dan takikardia, dan
takipneau dengan hasil pemeriksaan pada bagian paru terdengar adanya suara rhonki
(+/+) dan wheezing (+/+).
Pada pemeriksaan penunjang, pada AGD didapatkan asidosis respiratorik dan
adanya perbaikan dengan permberian oksigen 10 - 15 lpm, hiperglikemia , RT PCR
SARS CoV2 yang dilakukan 2 kali didapatkan negative dan diagnosis COVID 19
dapat disingkirkan,adanya gangguan hemostasis darah, peningkatan CRP, dan
peningkatan enzim jantung. Gambaran Rontgen thorax menunjukan adanya gambaran
severe pneumonia dan diulangi setelah dilakukan terapi degan hasil bronkopneumonia
bilateral perbaikan dan gambaran EKG saat pasien datang ke IGD didapatkan kesan
STEMI lalu saat 4 hari masa perawatan dilakukan EKG ulang dan didapatkan kesan
OMI dengan CAD anterior.
Sehingga didapatkan diagnosis pada pasien yaitu adanya OMI di CAD
anterior, Diabetes Melitus Tipe 2, dan Bronkopneummonia. Dilakukan pengobatan
sesuai dengan diagnosis pada pasien dan pasien di pulangkan pada hari 12 masa
perawatan dengan kondisi stabil dan sudah tidak ada keluhan. Pasien akan melakukan
pengobatan rawat jalan dan akan kontrol ke RS kembali 1 minggu setelah di
pulangkan.
G. DAFTAR MASALAH
 Infeksi saluran pernafasan atas derajat berat ec dd Covid 19 d, pneumonia
 Diabetes melitus tipe 2
 Old Myiocard Infarction dengan CAD dibagian anterior
BAB III
ANALISA KASUS

Infeksi saluran pernafasan atas e.c dd Covid 19 d, pneumonia


S : Sesak memberat, batuk, sakit kepala, lemas dan riwayat bepergian ke daerah
transmisi lokal Covid 19
O : Sa02 : 67% RR : 32x/m
Rhonki (+/+) Wheezing (+/+)
A : A,Probable Covid dengan gejala berat

RD : Pemeriksaan RT PCR - Oksigenasi


RT : - Inj Vit C 3x400 mg
- Isolasi pasien - Inj Partison 2 x 100 mg
- Istirahat total - Inj Moxifloxacin 1 x 400 mg
- Asupan adekuat Diviti 1 x 2,5 cc

Diabetes Melitus

S : Riwayat DM A : Diabetes Melitus


O : GDS : 363mg/dl HbA1C : RT : Apidra 3 x 6 unit
6,6% Sanulin 1 x 8 unit
Terapi nutrisi medis

Old Myiocard Infarction dengan CAD dibagian anterior


S:-
O : Ada Q patalogis di V1-V3 dan adanya peningkatan enzim jantung
A : OMI
DAFTAR PUSTAKA

• Burhan E, Susanto AD, Nasution SA, et. al. Pedoman Tatalaksana COVID-19 2 nd ed.
Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, Perhimpunan Spesialis Kardiovaskular
Indonesia, Perhimpunan Spesialis Penyakit Dalam Indonesia, Perhimpunan Dokter
Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia dan Ikatan Dokter Anak Indonesia;2020
Aug. [Cited 2020 Sept 2020]; Available from:
https://www.papdi.or.id/pdfs/938/Pedoman%20Tatalaksana%20COVID-19%20edisi
%202.pdf
• World Health Organization. Coronavirus. World Health Organization; 2020. [cited
2020 Sept 15]; Available from: https://www.who.int/health-
topics/coronavirus#tab=tab_1
• Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. COVID-19. Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia; 2020.
• World Health Organization. Coronavirus Disease (COVID-19): Weekly
Epidemiological Update. World Health Organization; 2020
• Satuan Tugas Penanganan COVID-19. Data COVID-19. Satuan Tugas Penanganan
COVID-19; 2020 Yuki K, Fujiogi M. COVID-19 Pathophysiology: A Review.
National Center for Biotechnology Information; 2020 Apr 20. [cited 2020 Sept 19];
Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7169933/
• Cascella M, Rajnik M, et. al. Features, Evaluation and Treatment of Coronavirus
(COVID-19). National Center for Biotechnology Information; 2020 Jun 07. [cited
2020 Sept 15]; Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK554776/
• Yuki K, Fujiogi M. COVID-19 Pathophysiology: A Review. National Center for
Biotechnology Information; 2020 Apr 20. [cited 2020 Sept 19]; Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7169933/

Anda mungkin juga menyukai