KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat
dan hidayah-Nya tugas laporan kasus mengenai “Covid 19” ini dapat terselesaikan dengan
baik. Tugas laporan kasus ini disusun sebagai salah satu tugas kepanitraan klinik stase Ilmu
Penyakit Dalam di Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta
di RS Islam Jakarta Pondok Kopi
Dalam penulisan tugas laporan kasus ini, tidak lepas dari bantuan dan kemudahan
yang diberikan secara tulus dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Khomimah, Sp.PD, KEMD yang telah
membimbing penulis.
Dalam penulisan tugas laporan kasus ini tentu saja masih banyak kekurangan dan jauh
dari sempurna, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran yang bersifat
membangun akan sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tugas laporan kasus ini.
Penulis
TINNJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
WHO maupun kementrian Kesehatan Indonesia (KEMENKES)
mendefinisikan coronavirus (COVID-19) sebagai penyakit infeksi yang disebabkan
oleh virus baru yaitu severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-
2) yang berasal dari famili coronavirus.
B. Epidemiologi
Berdasarkan data per 16 November 2020, WHO melaporkan kasus COVID-19
yang telah dikonfirmasi di seluruh dunia sebanyak 54,3 juta dengan kematian lebih
dari 1,3 juta dan posisi terbanyak berada di daerah Amerika.
Berdasarkan data nasional pada 17 November 2020, didapatkan 474.455
kasus positif (3.807 kasus baru), yang terdiri dari 60.426 kasus aktif, 398.636 kasus
sembuh dan 15.393 kematian. Kasus COVID-19 di Indonesia, paling banyak terjadi di
DKI Jakarta dengan jumlah kasus sebesar 60.828 (25,3% dari total kasus nasional)
dengan 932 kasus baru dan COVID-19 di Indonesia paling sedikit terjadi di
Kalimantan Tengah dengan jumlah kasus 3.228 (1,3%) dengan 50 kasus baru
C. Etiologi
Virus corona (CoV) adalah virus berbentuk bulat atau elips dan sering kali
pleomorfik dengan diameter 60 – 140 nm. Virus inimemiliki RNA rantai tunggal
(single-stranded RNA) dengan positive sense dan memiliki gambaran seperti mahkota
karena memiliki selubung glikoprotein berujung runcing. Virus corona dibagi menjadi
4 jenis berdasarkan struktur genome yaitu α, β, γ, dan δ. α dan β adalah jenis virus
corona yang hanya menginfeksi mamalia, SARS-CoV, MERS-CoV dan SARS-CoV-
2 termasuk kelompok virus corona β dengan berbagai manifestasi klinis yang
mempadukan antara gejala klinis sistem respirasi dan non-respirasi.
Seperti CoV lainnya, SARS-CoV-2 juga sensitive terhadap sinar ultraviolet
dan suhu tinggi sekitar 27o C. Sebaliknya, virus ini akan tetap aktif pada suhu dibawah
0o C.Selain itu, virus ini juga dapat diinaktivasi oleh larutan lemak seperti ether
(75%), etanol, disinfektan berisi klorin, asam peroksiasetik, dan kloroform
D. Patofisiologi
Siklus hidup virus dengan indung terdiri dari 5 langkah yaitu, pelekatan
(attachment), penetrasi, biosintesis maturasi dan pelepasan. Saat virus berikatan
dengan reseptor indung (attachment), virus akan masuk ke sel indung melalui
endositosis atau fusi membrane (penetrasi). Saat isi virus dilepaskan di dalam sel
indung, RNA virus akan masuk ke nucleus sehingga terjadi replikasi. Lalu, mRNA
virus digunakan untuk membuat protein virus (biosintesis). Selanjutnya, akan dibuat
partikel dari virus yang baru, kemudian partikel ini dilepaskan. CoV terdiri dari 4
struktur protein, yaitu spike (S), membran (M), envelope (E) dan nukleoplasid (N).
Spike berisi transmembran glikoprotein trimetric yang timbul pada permukaan virus,
yang mana ini akan menentukan keberagaman CoV dan respon indung. Spike
memiliki 2 subunit fungsional yaitu S 1 yang bertugas untuk proses pengikatan
terhadap reseptor sel indung dan S2 yang bertugas untuk penetrasi virus dan
membrane sel.
Setelah SARS-CoV-2 berikatan dengan protein indung, maka protein
spike akan mengalami pembelahan protease. Dua Langkah pembelahan protease
akan mengaktivasi protein spike dari SARS-CoV dan MERS-CoV.
E. Definisi Operasional
1. Kasus Suspek
Seseorang yang memiliki salah satu dari kriteria berikut:
a. Seseorang yang memenuhi salah satu kriteria klinis DAN salah satu kriteria
epidemiologis
Kriteria Klinis:
- Demam akut (≥ 380C)/riwayat demam* dan batuk;ATAU
- Terdapat 3 atau lebih gejala/tanda akut berikut:
demam/riwayat demam*, batuk, kelelahan (fatigue), sakit kepala, myalgia, nyeri
tenggorokan, coryza/ pilek/ hidung tersumbat*, sesak nafas, anoreksia/mual/muntah*,
diare, penurunan kesadaran DAN
Kriteria Epidemiologis:
- Pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memilik iriwayat tinggal atau bekerja
di tempat berisiko tinggipenularan**; ATAU
- Pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memilik iriwayat tinggal atau
bepergian di negara/wilayahIndonesia yang melaporkan transmisi lokal***;
ATAU
- Pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala bekerja difasilitas pelayanan
kesehatan, baik melakukan pelayanan medis, dan non-medis, serta petugas yang
melaksanakan kegiatan investigasi, pemantauan kasus dan kontak; ATAU
- Pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memilikiriwayat kontak dengan kasus
konfirmasi/probable COVID-19.
b. Seseorang dengan ISPA Berat;
c. Seseorang dengan gejala akut anosmia atau ageusia.
2. Kasus Probable
Kasus suspek yang meninggal dengan gambaran klinis yang meyakinkan
COVID-19; DAN memiliki salah satu kriteria sebagai berikut:
a. Tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium RT-PCR; ATAU
b. Hasil pemeriksaan laboratorium RT-PCR satu kali negatif dan tidak dilakukan
pemeriksaan laboratorium RT-PCR yang kedua.
3. Kasus Konfirmasi: Seseorang yang dinyatakan positif terinfeksi virus COVID-19
yang dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium RT-PCR.
4. Kontak Erat : Orang yang memiliki riwayat kontak dengan kasus probable atau
konfirmasi COVID-19. Riwayat kontak yang dimaksud antara lain:
- Kontak tatap muka/berdekatan dengan kasus probable atau kasus konfirmasi dalam
radius 1 meter dan dalam jangka waktu 15 menit atau lebih.
- Sentuhan fisik langsung dengan kasus probable atau konfirmasi (seperti bersalaman,
berpegangan tangan, dan lain-lain).
- Orang yang memberikan perawatan langsung terhadap kasus probable atau
konfirmasi tanpa menggunakan APD yang sesuai standar.
- Situasi lainnya yang mengindikasikan adanya kontak berdasarkan penilaian risiko
lokal
F. Manifestasi Klinis
a. Derajat Ringan
Pasien dengan gejala klinis infeksi virus pada saluran pernapasan, termasuk demam
ringan, batuk kering, radang tenggorok, hidung tersumbat, malaise, sakit kepala dan
mialgia, Hilangnya fungsi perasa dan penciuman, diare, dan muntah. Tidak ditemukan
dispnea
b. Pneumonia derajat sedang
Pasien dengan gejala respirasi seperti batuk, napas yang pendek (atau takipnea pada
anak-anak) yang tidak disertai tanda pneumonia berat.
c. Pneumonia derajat berat
Demam, dis0pnea berat, distress pernapasan, takipnea (>30 kali/menit), dan hipoksia
(SpO2 < 90% pada udara ruangan). Meskipun demikian, interpretasi demam harus-hati
karena bisa saja demam tidak muncul pada pasien pneumonia berat. Selain itu, pada
derajat berat juga dapat ditemukan rasio PaO2/FiO2 (rasio antara tekanan oksigen
dalam darah dan persentase oksigen yang tersedia) < 300, dan/atau infiltrasi paru-paru
> 50% selama 24-48 jam.Sedangkan pada anak-anak, dapat ditemukan adanya klinis
sianosis
d. Kondisi kritis:
Gagal napas, syok sepsis, dan/atau disfungsi organ multiple atau kegagalan organ
multiple.
Selain pneumonia, pada COVID-19 juga dapat ditemukan gejala klinis lain
seperti:
a. Sindrom Distress Respiratori Akut (ARDS)
Dalam penegakkan diagnosisnya diperlukan kriteria klinis dan ventilasi. Sindrom ini
menggambarkan kegagalan napas serius yang baru terjadi (new-onset) atau
menggambarkan perburukan dari gambaran respirasi yang sudah teridentifikasi.
Berbagai bentuk ARDS dibedakan berdasarkan derajat hipoksia dari parameter rasio
PaO2/FiO2:
ARDS derajat ringan dengan hasil rasio antara 200-300 mmHg. Pada pasien
yang tidak dalam pemberian ventilasi atau pada pasien dengan penanganan ventilasi
non-invasif yang menggunaakn positive end-epiratory pressure (PEEP) atau
continuous positive airway pressure (CPAP) > 5 cmH2O.
ARDS derajat sedang dengan hasil rasio antara 100-200 mmHg
ARDS derajat berat dengan rasio < 100 mmHg
Jika tidak terdapat PaO2, maka rasio SpO2/FiO2 < 315 menunjukkan
kemungkinan adanya ARDS
G. Penegakkan Diagnosis
Pengambilan swab di hari ke-1 dan 2 untuk penegakan diagnosis. Bila pemeriksaan di
hari pertama sudah positif, tidak perlu lagi pemeriksaan di hari kedua, Apabila
pemeriksaan di hari pertama negatif, maka diperlukan pemeriksaan di hari berikutnya
(hari kedua). Pada pasien yang di rawat inap, pemeriksaan PCR maksimal hanya
dilakukan sebanyak tiga kali selama perawatan. Untuk kasus tanpa gejala, ringan, dan
sedang tidak perlu dilakukan pemeriksaan PCR untuk follow-up. Pemeriksaan follow-up
hanya dilakukan pada pasien yang berat dan kritis. Untuk PCR follow-up pada kasus
berat dan kritis, dapat dilakukan setelah sepuluh hari dari pengambilan swab yangpositif.
Untuk kasus berat dan kritis, bila setelah klinis membaik, bebas demam selama tiga hari
namun pada follow-up PCR menunjukkan hasil yang positif, kemungkinan terjadi
kondisi positif persisten yang disebabkan oleh terdeteksinya fragmenatau partikel virus
yang sudah tidak aktif. Pertimbangkan nilai Cycle Threshold(CT) value untuk menilai
infeksius atau tidaknya dengan berdiskusi antara DPJP dan laboratorium pemeriksa PCR
karena nilai cutt off berbeda-beda sesuai dengan reagen dan alat yang digunakan.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 ..
X X X X
- Ventilasi
non invasive (NIV) : Lakukan pemberian NIV selama 1 jam, kemudian
evaluasi. Jika ada perbaikan dan mencapai kriteria ventilasi aman (volume tidal
[VT] <8 ml/kg, tidak ada gejala kegagalan pernapasan atau peningkatan
FiO2/PEEP) maka lanjutkan ventilasi dan lakukan penilaian ulang 2 jam
kemudian. Pada kasus ARDS berat, disarankan untuk dilakukan ventilasi invasif
dan jangan gunakan NIV pada pasien dengan syok. Selain itu, kombinasi Awake
Prone Position + HFNC / NIV 2 jam 2 kali sehari dapat memperbaiki oksigenasi
dan mengurangi kebutuhan akan intubasi pada ARDS ringan hingga sedang.
Hindari penggunaan strategi ini pada ARDS berat bila ternyata prone position
ditujukan untuk menunda atau mencegah intubasi.
- Ventilasi Mekanik invasif (Ventilator) : Tatalaksana setting ventilator pada
COVID-19 sama seperti protokol ventilator ARDS dimana dilakukan Tidal
volume < 8 mL/kg, Pplateau < 30 cmH2O, titrasi PEEP dan Recruitment
Maneuver, serta target driving pressure yang rendah.
- ECMO (Extra Corporeal Membrane Oxygenation) : Pasien COVID-19 kritis
dapat menerima terapi ECMO bila memenuhi indikasi ECMO, setelah pasien
tersebut menerima terapi posisi prone (kecuali dikontraindikasikan) dan terapi
ventilator ARDS yang maksimal menurut klinisi.
I. Komplikasi
Komplikasi jangka panjang dari pasien COVID-19 belum ditemukan, namun
angka kematian dari COVID-19 ini berkisar 1-2%. Terapkan tindakan berikut untuk
mencegah komplikasi pada pasien pada pasien dengan gejala berat datau kritis.
1. Mengurangi lamanya hari penggunaan ventilasi mekanik invasif, dengan
cara penilaian harian kesiapan untuk bernafas spontan.
2. Mengurangi terjadinya ventilator associated pneumonia, penggunaan
intubasi oral lebih baik daripada intubasi nasal pada remaja dan dewasa.
Dan pertahankan pasien dengan posisi kepala yang lebih tinggi.
3. Mengurangi terjadinya tromboemboli vena, gunakan obat profilaksis bila
tersedia atau heparin 5000 unit subkutan dua kali sehari.
4. Mengurangi catheter related bloodstream, gunakan checklist sederhana
pada pemasangan kateter IV untuk menjaga pemasangan tetap steril
5. Mengurangi terjadi ulkus karena tekanan, posisi pasien miring ke kiri
kanan bergantian setiap 2 jam.
Pemulangan pasien
a. Pasien simtomatik: 10 hari mulai dari setelah onset timbulnya gejala, ditambah 3
hari setelah gejala menghilang (termasuk gejala demam dan gangguan respirasi)
b. Pasien asimtomatik: 10 hari setelah hasil pemeriksaan SARS-CoV-2 positif
BAB II
CONTOH KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
Jenis kelamin : Laki-Laki
Alamat : Penggilingan
Usia : 68 Tahun
Tanggal lahir : 13 Oktober 1951
Status perkawinan :Menikah
Pekerjaan : Pensiun
Agama : Islam
Tanggal masuk RS : 25 Oktober 2020
B. ANAMNESIS
a. Keluhan utama
Sesak tiba tiba setelah sholat shubuh ± setengah jam SMRS
b. Riwayat penyakit sekarang
Sesak nafas tiba-tiba sejak menjelang sholat shubuh. Keluhan disertai dengan
batuk ±1 hari SMRS. Dari anamnesis juga di dapatkan adanya keluhan nyeri
kepala, lemas, dan nyeri perut. Keluhan demam disangkal.
c. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat Diabetes Melitus (+)
d. Riwayat penyakit keluarga
Tidak dilakukan anamnesis
e. Riwayat alergi
Riwayat alergi pada makanan, obat-obatan, dan suhu lingkungan disangkal
f. Riwayat pengobatan
Tidak dilakukan anamnesis
g. Riwayat psikososial
Memiliki rwayat bepergian ke daeraah transmisi lokal
C. PEMERIKSAAN FISIK
D. PENUNJANG
PC02 50,4 32,6 44,6 34,2 Kalium 4,8 mmol/L 3,6 mmol/L
P02 58,8 70,6 90,8 113,4 Chlorida 107 mmol/L 102 mmol/L
t
HT 43 33 Trombosit 189 251
Lab 25/10 27/10 3/11 Hemostasi 26/10 02/11 04/11
05.31 s
Fibrnogen 208
Fungsi
Ginjal = Ureum : 31,70 Fungsi Hati = SGOT : 64,8
Creatinine : 1,05 SGPT : 30,60
D dimer : 1350 ug/l
F/ Jantung = Troponin I 6,74 mg/dl
Anti SARS CoV2 IgM Non Reactive
Anti SARS Cov2 IgG Non Reactive
Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4
Negatif Negatif
06.00 205
363 206 06.00 116 06.00 114 06.00 111
11.00 132
11.00 98 11.00 140
16.00 153
16.00 156 16.00 116
HbA1C 6,6
Irama : Sinus
Rate : ±107 x/menit
Axis : Normoaxis
Gel P : Normal, P Mitral (-) P Pulmonal (-)
Interval PR : 0,16’’
Gelombang QRS : LVH (-) RVH (-)
Interval GRS : Normal
Segmen : ST elevasi (+) di V1 –V2 , ST Depresi (-)
Kesan : STEMI
Irama : sinus
Rate : ±93 x /menit
Axis : Normoaxis
Gel P : normal, P pulmunoal (-) P Mitral (-)
Interval PR : 0,16’’
Gel QRS : ditemukan Q Patologis di V1-V3
Interval QRS normal
Segmen ST : ST elevasi (-) St Depresi (-)
Kesan OMI dengan CAD di bagian anterior
E. MANAJEMEN KLINIS
25 / 10 / 2020
S : Sesak, batuk,, nyeri kepala, lemas, dan nyeri perut. Merokok (+)
Riwayat DM (+) , Riwayat berpegian ke transimisi lokal
O : Takipnea, Takikardia, Hipoperfusi SaO2 67%, Rhonki (+/+), Wheezing (+/+)
P : Oksigenasi 15 lpm
A : Susp Probable Covid DD/ Pneumonia Infus Asering + Aminofilin 1 ½ amp/24 jam
Susp Angina Pectoris Unstable Inj Aminofilin ½ amp
Inj Kalmetason 2 amp
Inj Ventolin 2 puff
Pemeriksaan EKG
Pemeriksaan RO
Pemerikssan Gula darah, darah lengkap, elektrolit
Analisa Gas Darah
Fungsi jantung, Fungsi Ginjal, hemostasis
PCR Covid
Profil Lipid
S : Sesak berkurang
25/10/2020 O : Takikardi, Takipnea
EKG : Gambaran STEMI
RO : Severe Pneumonia
GDS : Hiperglikemia (363, 206, 205, 132, 153)
Leukositosis, ↑CRP, asidosis respiratorik, PCR CoV 2 Negative, ↑Troponin I
A : Susp Probable Covid DD/ Pneumonia P : Oksigenasi 10 lpm P : Inj Aminofilin ½ amp
STEMI Infus Asering Inj Apidra 3 x 6 unit
Diabetes Melitus Tipe 2 Inj Meropenem 3 x 1 gr Inj Insulin 1 x 8 unit
Inj Vit C 3 x 400 mg Prove D3 2 x 1000 unit
Inj resfar 4 x 7,5 cc Vit E 1 x 400
Inj Partison 2 x 100 Inpepsa 3 x 15 ml
Inj pantoprazole 1 x 1 ISDN 1 x 5 mg
Inj Moxifloxacin 1 x 400 Clopidogrel 1 x 75 mg
Aspilet 1 x 80 mg
Menecto 2 x 20
Atorvastatin 1 x 20
Diviti 1 x 2,5 cc
Pemeriksan PCR Ke 2
EKG ulang
GDS berkala
Pemerikaan CRP
27/10/2020
S : sesak (-)
O : EKG : Gambaran OMI aterior
RO : Cardiomegali, Bronkopneumonia perbaikan
GDS : 116, 98, 156
Leukositosis, PCR CoV 2 ke 2 Negative, ↑CRP
4/11/2020
S : sesak (-)
O : RO : Cardiomegali, pulmo dibandingkan foto sebelumnya perbaikan
GDS : 111, 140,116
Leukositosis, pemanjangan PT APTT
Diabetes Melitus
• Burhan E, Susanto AD, Nasution SA, et. al. Pedoman Tatalaksana COVID-19 2 nd ed.
Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, Perhimpunan Spesialis Kardiovaskular
Indonesia, Perhimpunan Spesialis Penyakit Dalam Indonesia, Perhimpunan Dokter
Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia dan Ikatan Dokter Anak Indonesia;2020
Aug. [Cited 2020 Sept 2020]; Available from:
https://www.papdi.or.id/pdfs/938/Pedoman%20Tatalaksana%20COVID-19%20edisi
%202.pdf
• World Health Organization. Coronavirus. World Health Organization; 2020. [cited
2020 Sept 15]; Available from: https://www.who.int/health-
topics/coronavirus#tab=tab_1
• Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. COVID-19. Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia; 2020.
• World Health Organization. Coronavirus Disease (COVID-19): Weekly
Epidemiological Update. World Health Organization; 2020
• Satuan Tugas Penanganan COVID-19. Data COVID-19. Satuan Tugas Penanganan
COVID-19; 2020 Yuki K, Fujiogi M. COVID-19 Pathophysiology: A Review.
National Center for Biotechnology Information; 2020 Apr 20. [cited 2020 Sept 19];
Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7169933/
• Cascella M, Rajnik M, et. al. Features, Evaluation and Treatment of Coronavirus
(COVID-19). National Center for Biotechnology Information; 2020 Jun 07. [cited
2020 Sept 15]; Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK554776/
• Yuki K, Fujiogi M. COVID-19 Pathophysiology: A Review. National Center for
Biotechnology Information; 2020 Apr 20. [cited 2020 Sept 19]; Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7169933/