Anda di halaman 1dari 43

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan masalah yang sangat penting dalam kehidupan,
baik dalam kehidupan keluarga maupun dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Karena itu pendidikan dijadikan suatu ukuran maju mundurnya suatu
bangsa.1 Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) Nomor 20
Tahun 2003, menyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional ialah untuk :
“...berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab”.2
Amanah Undang-undang tersebut pada akhirnya melahirkan keniscayaan
bahwa pelaksanaan pendidikan di sekolah terutama bagi dosen agama, harus
memperhatikan keragaman peserta didik, baik dalam konteks kemampuan
berfikir, berkreativitas, keterampilan serta tidak boleh mengabaikan etnis dan
budaya yang dimilki oleh peserta didik.3
Menyadari adanya keragaman tersebut maka dalam proses belajar
mengajar, harus diadakan inovasi pembelajaran, di sini dosen harus
mempersiapkan metode yang tepat dalam menyampaikan materi agar mahasiswa
bisa belajar sesuai dengan amanah undang-undang tersebut.
Seiring dengan berkembangnya fenomena globalisasi, pendidikan di
Indonesia tentang untuk menghasilkan out put yang berkualitas. Out put
pendidikan yang berkualitas bukan hanya sebatas mahasiswa memiliki
kemampuan intelektual, melainkan dalam pengertian yang lebih luas
menghasilkan mahasiswa yang mampu mengembangkan potensinya.

1
Zuhairi dan Abdul Ghofir, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Malang : UM Press, 2004),
hlm. 3.
2
Anonimus, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem
Pendidikan Nasional, (Bandung : Fokus Media, 2006), hlm. 2.
3
Abdur Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa, (Jakarta : PT
Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 149.
2

Berdasarkan Pasal 5 Keputusan Direktur Jendral Pendidikan Tinggi


Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor :
43/DIKTI/Kep/2006 tentang Rambu-rambu Pelaksanaan Kelompok Matakuliah
Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi, menegaskan bahwa dalam
metodologi pembelajaran hendaknya:
“Proses pembelajaran hendaknya diselenggarakan secara interaktif, menyenagkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan
ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian, mitra dalam proses
pembelajaran, dan sebagai umat, anggota keluarga, masyarakat dan warga negara.” 4
Dalam proses pembelajaran ada banyak komponen yang dilibatkan yang
dapat menunjang keberhasilan. Suatu pembelajaran tidak hanya tergantung pada
pengajar semata, akan tetapi juga melibatkan pengajar (dosen), mahasiswa, juga
sarana dan prasarana penunjang serta materi yang disampaikan.
Peranan metode atau cara dalam penyampaian materi perkuliahan akan
menentukan output atau keberhasilan dari sasaran yang ingin dicapai. Metode
diskusi adalah salah satu cara yang efektif untuk meningkatkan kualitas berfikir
mahasiswa. Melalui sistem metode diskusi mahasiswa akan terstimulasi untuk
berfikir kreatif.
Proses pengajaran pendidikan agama Islam adalah satu mata kuliah yang
kurang diminati oleh mahasiswa, karena beberapa alasan. Pertama dilihat dari sisi
materi, mahasiswa beranggapan bahwa materi pendidikan agama bersifat statis,
artinya mereka sudah mendapatkan materi ini sejak mahasiswa berada di
lingkungan terkecil, yaitu keluarga. Sehingga ketika mahasiswa mendapatkan
materi kuliah ini, mereka terkesan tidak memiliki ketertarikan lebih. Kedua,
metode yang disampaikan cenderung monoton.
Metode diskusi adalah salah satu alternatif untuk bisa merubah
ketertarikan minat mahasiswa terhadap mata kuliah ini. Melalui metode diskusi
yang bersifat buttom up akan menstimulasi fenomena-fenomena keagamaan yang
mereka jalankan sehari-hari, sehingga permasalahan yang mungkin muncul dapat
secara bersama mereka diskusikan dan mereka pecahkan bersama.
4
Tukiran Taniredja, Efi Miftah Faridli, Sri Harmianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif,
(Bandung : Alfabeta, 2011), cet. ke-2, hlm. 3.
3

Akan tetapi dalam kenyataannya, proses pembelajaran untuk mata kuliah


pendidikan agama Islam ini, melalui materi diskusi masih kurang mendapat
perhatian, sehingga kurang mampu menumbuhkan minat belajar mahasiswa.
Tentu saja hal ini terkait dengan beberapa permasalahan di lingkungan Universitas
Subang.
Cara atau proses belajar mengajar yang diselenggarakan memiliki
kecenderung bersifat konvensional. Artinya, proses pembelajaran bersifat one way
communication (hanya bersifat satu arah). Sedangkan yang ideal adalah
bagaimana proses penyelenggaraan pengajaran dilakukan dengan dua arah, yaitu
metode two way communication.
Proses pembelajaran pendidikan agama Islam di Universitas Subang dalam
kenyataannya lebih banyak bersifat konvensional, sehingga mahasiswa memiliki
kecenderungan untuk tidak berfikir kreatif. Metode diskusi yang dikembangkan
kurang direspon mahasiswa dengan antusias. Persoalan utama yang mendukung
mereka berperilaku demikian adalah karena keterbatasan mahasiswa dalam
mengakses berbagai sumber informasi yang tepat. Akses mahasiswa untuk
mendapat buku-buku berkualitas yang juga terbatas.
Adapun penyebab krativitas tidak dapat berkembang secara optimal adalah
karena seseorang terlalu dibiasakan untuk berfikir secara tertib dan dihalangi
secara kemungkinannya untuk merespon dan memecahkan persoalan secara
bebas. Dengan berfikir secara tertib semacam ini, maka seseorang dibiasakan
mengikuti pola bersikap dan berperilaku sebagaimana pola kebiasaan yang
dikembangkan oleh masyarakatnya atau lingkungannya.
Pandangan ini, dinilai oleh pendapat lain sebagai pandangan yang tidak
mengenal agama. Menurut pendapat yang terakhir ini, agama diciptakan tuhan
agar kehidupan manusia menjadi lebih baik. Islam misalnya dilahirkan agar
menjadi petunjuk bagi alam semesta (rahmatan lil’alamin). Mereka mengakui
bahwa agama mengajarkan norma-norma, tapi norma itu bukan berarti membatasi
kreativitas manusia. Agama justru mendorong manusia berfikir dan bertindak
kreatif. Allah selalu mendorong manusia berfikir.5
5
Fuad Nashori dan Rachmy Diana Mucharam, Mengembangkan Kreativitas dalam Prespektif
Psikologi Islam, (Jogjakarta : Menara Kudus, 2002), hlm. 27-28.
4

šÏ9ºx‹x. ßûÎiüt7ムª!$# ãNä3s9 ÏM»tƒFy$# öNà6¯=yès9 3

?tbr㍩3xÿtFs
" Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu
berfikir. (QS. Al-Baqarah {2} :219)
žcÎ) ©!$# Ÿw çŽÉitóム$tB BQöqs)Î/ 4Ó®Lym (#rçŽÉitóム$tB ”...3
...”öNÍkŦàÿRr'Î/ 3
“...Sesungguhnya Allah tidak merubah Keadaan sesuatu kaum sehingga
mereka merubah keadaan...”6 (QS. Ar - Ra’du {13} : 11).
Dari dua ayat tadi Allah SWT sudah jelas memerintahkan kepada kita
untuk selalu berkreativitas dan selalu berfikir kreatif, untuk menyongsong masa
depan yang lebih baik, sehingga semua problem-problem bisa diatasi salah
satunya adalah dengan memecahkan nya (berfikir kreatif).
Proses metode diskusi ini selain memerlukan keberanian untuk berdebat,
tentu harus distimulus oleh daya dukung kemampuan pengetahuan dan
kemampuan intelektual yang memadai. Mayoritas mahasiswa yang berasal dari
daerah yang berbeda, dan bertempat tinggal di wilayah yang jauh dari sumber
informasi, memperparah keadaan mereka. Kemampuan individu mahasiswa yang
berbeda-beda tersebut menumbuhkan budaya belajar yang statis.
Budaya belajar yang statis di kalangan mahasiswa di Universitas Subang,
tentu saja diindikasikan berpengaruh besar terhadap upaya proses pembelajaran
yang dilakukan oleh dosen. Proses dari suatu kegiatan belajar ini akan
menyangkut input atau asupan yang diberikan oleh dosen yang bersangkutan,
sehingga sampai kepada output yang merupakan capaian dari pembelajaran materi
pendidikan agama Islam.
Budaya belajar yang statis tidak menumbuhkan kreatifitas berfikir
mahasiswa. Ada kecenderungan mahasiswa hanya mendapat materi saja dari
dosen sehingga mahasiswa hanya mendapat pelajaran, bukan pengetahuan.
Kondisi ini tidak akan mampu menstimulus cara berfikir mahasiswa untuk lebih
kreatif, memiliki daya inovasi dan ide-ide cemerlang untuk dikembangkan.
6
Maksud merubah keadaa itu, Tuhan tidak akan merubah keadaan mereka, selama mereka tidak
merubah sebab-sebab kemunduran mereka. (Quran World surat ke-13 ayat 11)
5

Budaya belajar akan saling terkait dengan keberadaan tidak saja


mahasiswa akan tetapi juga keberadaan dosen pengajar. Keberadaan dosen harus
benar-benar berkompeten di bidangnya. Dosen yang tidak memiliki kompetensi
tentu tidak akan membuat mahasiswa memiliki pengetahuan lebih. Kompetensi
dosen akan terkait dengan keahlian dan daya nalar, serta pemahaman yang utuh
mengenai suatu bidang keilmuan.
Kondisi keadaan pengajar mata kuliah pendidikan agama Islam di
Universitas Subang mayoritas memang sesuai dengan bidang keilmuannya. Hanya
saja, kesesuaian bidang ilmu yang digeluti tidak akan menjamin bahwa dosen
yang bersangkutan akan memiliki suatu metode keterampilan yang memadai
dalam proses penyampaian ilmunya. Itu artinya, diperlukan keahlian khusus untuk
bisa memberikan pendidikan yang baik.
Softskill merupakan kemampuan yang harus dimiliki seorang pengajar.
Softskill dalam pengajaran merupakan keahlian khusus yang menjadi bagian
integral bagaimana mahasiswa mendapatkan suatu pemahaman dari mata kuliah
pendidikan agama Islam. Keahlian yang seyogyanya juga ikut difasilitasi oleh
lembaga, seperti pendidikan dan pelatihan dalam kenyataannya tidak pernah
diselenggarakan atau difasilitasi oleh lembaga. Alhasil kompetensi tenaga
pengajar pendidikan agama Islam berada pada kondisi yang bisa dikategorikan
sangat standar.
Berfikir kreatif merupakan ajang aktualisasi diri dari mahasiswa maupun
dosen untuk berekspresi, memberikan keleluasaan bagi dosen dan mahasiswa
untuk mengembangkan konsep berfikir di ranah mimbar akademis. Motivasi
belajar menjadi bagian yang memberi ruh spirit dari upaya proses pembelajaran
itu sendiri. Tanpa adanya motivasi, apakah itu yang dimiliki oleh dosen maupun
mahasiswa maka alhasil optimalisasi yang diharapkan dari capaian tujuan
pendidikan agama Islam tidak akan pernah terealisasikan.
Oleh karena itu kreativitas memilki makna penting dalam kehidupan
individu maupun masyarakat. Dengan begitu ia dapat mengurangi meskipun tidak
mungkin menghilangkan kesulitan –kesulitan dan tantangan hidup, dan pada sisi
6

lain dapat meningkatkan kesejahteraan. SC Utami Munandar merumuskan makna


krativitas bagi kehidupan manusia sebagai berikut :
a. Sebagai aktualisasi diri manusia yang menurut Abraham Maslaw
merupakan kebutuhan tertinggi manusia.
b. Sebagai kemampuan melihat bermacam-macam kemungkinan dalam
memecahkan masalah yang memberikan manfaat bagi manusia.
c. Memberikan kepuasan bagi orang yang bersangkutan.
d. Meningkatkan kesejahteraan hidup manusia.7
Motivasi akan menjadi unsur dominan yang memberi spirit bagi
mahasiswa dalam menuntut ilmu. Motivasi positif akan melahirkan dan
membangun budaya belajar yang positif, sehingga mahasiswa akan terinspirasi
dan terdorong untuk dapat berfikir kreatif.
Dari hasil pengamatan diperoleh gambaran bahwa kondisi mahasiswa di
Universitas Subang kurang memiliki motivasi yang kuat untuk mengikuti
pendidikan agama Islam. Hal ini dibuktikan oleh jumlah kehadiran mahasiswa
semester 1 Universitas Subang yang mengikuti mata kuliah pendidikan agama
Islam yang rata-rata hanya mencapai 70 persen setiap pertemuan, dengan nilai
rata-rata antara 60 sampai 70, dengan huruf mutu B.
Motivasi yang muncul pada mahasiswa maupun dosen sebenarnya saling
terkait. Motivasi yang berasal dari dalam (intrinsik) dan motivasi yang berasal
dari luar diri (ekstrinsik) maupun dosen mata kuliah pendidikan agama Islam.
Dari hasil penjajagan mahasiswa kurang termotivasi dikarenakan
ketakutan mahasiswa untuk menjalankan ajaran Islam, misalnya untuk baca tulis
Al Quran karena mereka tidak menguasai hal tersebut.
Dari hasil penjajagan dosen kurang termotivasi dikarenakan cenderung
menggunakan metode yang mudah/praktis,tertinggal dalam akses perkembangan
metodologi pembelajaran, lambat merespon perubahan kultur yang terjadi
dimasyarakat, dan kurang berminat mengembangkan sumber belajar yang dimiliki
atau ada dilingkungan sekolah.

7
SC Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, (Jakarta : Rineka Cipta,
2004), cet. ke-2, hlm. 31.
7

Waktu yang diterapkan untuk pembelajaran mata kuliah pendidikan agama


Islam juga perlu dipertimbangkan. Selama ini, jam mata kuliah pendidikan agama
Islam terlalu siang atau bahkan terlalu sore. Hal ini berpengaruh terhadap
konsentrasi siswa untuk bisa berfikir lebih jernih.
Salain itu, sarana dan prasarana penunjang proses pembelajaran tidak
membuat mahasiswa dan dosen nyaman dalam menjalani kegiatan proses belajar
mengajar di Universitas Subang.
Penerapan metode diskusi yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran
pendidikan agama Islam sekiranya akan mampu membangun tidak saja cara
berfikir mahasiswa, akan tetapi mampu membangun karakter mahasiswa yang
berakhlakul karimah.
Karakter mahasiswa yang terbangun akan berdampak positif terhadap
lembaga. Dampak positif tersebut diidentifikasi sebagai daya kritis mahasiswa
terhadap proses dan kegiatan belajar mengajar yang berlangsung di Universitas
Subang.
Langkah dan cara berfikir mahasiswa yang kritis, mampu membangun
tindakan dan prilaku yang juga mampu mengkritisi berbagai kebijakan yang
dikeluarkan oleh lembaga, selama mereka menyelesaikan studi di Universitas
Subang.
Selama ini, sikap yang ditunjukkan oleh mahasiswa, cenderung bersifat
statis dan memiliki kecenderungan menerima saja proses studi yang terjadi,
apakah itu menyangkut dosen, waktu belajar, sarana dan prasarana penunjang,
materi perkuliahan, dan hal lainnya yang menyangkut kegiatan belajar mengajar,
sekalipun dalam proses itu mahasiswa dirugikan.
Dengan terbangunnya pola berfikir kreatif, mahasiswa mampu menjalani
upaya korektif, yang menumbuhkan kesadaran mahasiswa akan hak dan
kewajiabannya, dan mampu membangun nilai-nilai yang secara keseluruhan
berdampak terhadap peningkatan mutu dan kualitas studi di Universitas Subang.
Penelitian ini diharapkan mampu memotret dan memberikan gambaran
yang jelas bagi pelaksanaan penanaman motivasi melalui metodologi diskusi
selama mahasiswa menempuh studi di Universitas Subang yang pada akhirnya
8

memberikan input berkaitan dengan teknik dan strategi penanaman motivasi, yang
tidak saja hanya ada dalam kegiatan belajar mengajar, akan tetapi model diskusi di
dalam dan di luar kelas (intra dan ekstra kurikuler).
Oleh karena itu penulis ingin mengeksplorasi metode pembelajaran diskusi
selanjutnya sering disebut pengaruh penerapan metode diskusi dan penanaman
motivasi belajar terhadap peningkatan berfikir kreatif mahasiswa dalam studi
pendidikan agama Islam di Universitas Subang. Metode pembelajaran memiliki
pengaruh yang signifikan dalam mencapai keberhasilan dalam proses belajar
mengajar.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, diidentifikasi pernyataan masalah
bahwa peningkatan berfikir kreatif mahasiswa belum maksimal hal itu diduga
antara lain karena penanaman motivasi belajar belum optimal dan penerapan
metode diskusi belum epektif. Sesuai dengan pernyataan masalah tersebut, maka
dapat dirumuskan masalah-masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh penerapan metode diskusi terhadap peningkatan
berfikir kreatif mahasiswa semester I dalam studi pendidikan agama Islam di
Universitas Subang ?
2. Bagaimana pengaruh penanaman motivasi belajar terhadap peningkatan
berfikir kreatif mahasiswa semester I dalam studi pendidikan agama Islam di
Universitas subang ?
3. Bagaimana pengaruh penerapan metode diskusi dan penanaman motivasi
belajar terhadap peningkatan berfikir kreatif mahasiswa semester I dalam
studi pendidikan agama Islam di Universitas Subang ?
4. Bagaimana hubungan penerapan metode diskusi dengan penanaman motivasi
belajar ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dari
penelitian ini adalah sebagai berikut :
9

1. Untuk mengetahui pengaruh penerapan metode diskusi terhadap


peningkatan berfikir kreatif mahasiswa semester I dalam studi pendidikan
agama Islam di Universitas Subang.
2. Untuk mengetahui pengaruh penanaman motivasi belajar terhadap
peningkatan berfikir kreatif mahasiswa semester I dalam studi pendidikan
agama Islam di Universitas Subang.
3. Untuk mengetahui pengaruh penerapan metode diskusi dan penanaman
motivasi belajar terhadap peningkatan berfikir kreatif mahasiswa semester I
dalam studi pendidikan agama Islam di Universitas Subang.
4. Untuk mengetahui bagaimana hubungan penerapan metode diskusi dengan
penanaman motivasi belajar.
D. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian tentang pengaruh penerapan metode diskusi dan
penanaman motivasi belajar terhadap peningkatan berfikir kreatif mahasiswa
semester I dalam studi pendidikan agama Islam di Universitas Subang dapat
memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat Teoretis :
Penelitian ini berguna untuk mengembangkan teori tentang
pembelajaran khususnya tentang metode diskusi, motivasi belajar dan
berfikir kreatif.
2. Manfaat Praktis :
a. Memberi masukan kepada dosen Unsub dalam perbaikan dan
penyempurnaan metode pembelajaran guna memacu
peningkatan motivasi belajar mahasiswa Universitas Subang.
b. Memberi masukan kepada dosen Unsub dalam perbaikan dan
penyempurnaan metode pembelajaran untuk mengefektifkan
setiap penggunaan metode pembelajaran.
c. Memberi masukan kepada dosen Unsub agar menekankan
pembelajaran yang berorientasi pada proses dan hasil belajar
secara bersamaan.
10

d. Memberi masukan kepada dosen Unsub agar menekankan


pembelajaran yang berorientasi pada pembelajaran interaktif
seperti diskusi sesuai dengan paradigma pendidikan modern
yang menekankan pembelajarn yang berpusat pada mahasiswa
(studenet centerd).
e. Memberi masukan kepada dosen Unsub agar menambah variasi
penggunaan metode pembelajaran disertai pemahaman nilai-
nilai filosofis metode dan materi bahan ajar, agar pembelajaran
memilki makna bagi tujuan-tujuan edukatif.
E. Kerangka Pemikiran
Diskusi kelas atau kelompok pada dasarnya bukanlah model pembelajaran
yang sebenarnya (true learning models), tetapi merupakan prosedur atau strategi
mengajar yang bermanfaat dan banyak dipakai sebagai bagian langkah (sintaks)
dari banyak model pembelajaran yang lain.
Tetapi yang perlu dipahami, bahwa diskusi merupakan titik sentral dalam
semua aspek pembelajaran, maka diskusi dikelas atau kelompok merupakan
pendekatan yang berbeda dalam suatu pembelajaran. Atas alasan demikian diskusi
kelas atau kelompok merupakan salah satu bagian penting dalam suatu proses
pembelajaran. Dengan kata lain, interaksi dosen dengan mahasiswa, mahasiswa
dengan mahasiswa dalam proses pembelajarn sangat ditentukan oleh bagaimana
proses diskusi dikelas dioptimalisasi. Dengan diskusi kelas ini dosen dapat
merubah beberapa pola komunikasi yang tidak produktif yang menjadi ciri
kebanyakan kelas pada saat ini.
Pengertian metode yang bersifat umum dapat digunakan untuk berbagai
objek, baik yang berhubungan dengan pemikiran maupun penalaran akal, atau
yang menyangkut pekerjaan fisik.8
Metode adalah cara yang telah teratur dan berfikir baik-baik untuk
mencapai suatu maksud.9 Metode juga berarti cara kerja yang bersistem untuk
memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.10

8
Ibid., hlm. 97.
9
WJS Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Balai Pustaka : Jakarta, 2007), hlm. 649.
11

Menurut Zakiah Daradjat, Metode ialah suatu cara kerja yang sistematik
dan umum, terutama dalam mencari kebenaran ilmiah.11
Diskusi ialah suatu proses penglihatan dua atau lebih individu yang
berinteraksi secara verbal dan saling berhadapan muka mengenai tujuan atau
sasaran yang sudah ditentukan melalui cara tukar menukar informasi,
mempertahankan pendapat, atau pemecahan masalah.
Sedangkan metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran
dimana dosen memberi kesempatan kepada para siswa/mahasiswa (kelompok-
kelompok siswa) untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan
pendapat, membuat kesimpulan, atau menyusun berbagai alternatif pemecahan
atas suatu masalah.12
Diskusi adalah suatu percakapan yang terarah yang berbentuk pertukaran
pikiran antara dua orang atau lebih secara lisan untuk mendapatkan kesepakatan
atau kecocokan dalam usaha memecahkan masalah yang dihadapi.13
Tujuan pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi siswa sebagai
peserta didik, sehingga mahasiswa mampu menghadapi realitas kehidupan diera
global. Sementara pada saat yang sama, realitas kehidupan menuntut pula agar
pendidikan menghasilkan output kualitas terbaik sehingga mampu memenangkan
kompetisi dalam persaingan hidup yang sangat ketat. Untuk itu dibutuhkan hasil
belajar mahasiswa yang tidak sebatas memilki kemampuan intelektual, melainkan
dari itu memiliki kemampuan berfikir kreatif. Bersamaan dengan itu, secara
stimulan mahasiswa perlu mendapatkan penguatan motivasi belajar. Dengan
berfikir kreatif mahasiswa mampu menyelsaikan banyak persoalan hidup yang
dihadapinya. Sementara dengan motivasi belajar yang kuat, mahasiswa akan tetap
memilki energi untuk merealisasiakan gagasan dan keinginannya.
Menurut Suryosubroto Metode diskusi dalam proses pembelajaran adalah
suatu cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberi kesempatan kepada
10
Abdul Latief, Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam, ( Bandung : Pustaka
Bani Quraisy, 2006), hlm. 103.
11
Zakiah Daradjat, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1996),
hlm.1.
12
Hasibun, dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Remaja Rosdakarya 2008), hlm.
20.
13
M Atar Semi, Terampil Berdiskusi dan Berdebat, (Bandung : Titian Ilmu 2008), hlm.12.
12

para siswa (kelompok-kelompok siswa) untuk mengadakan perbincangan ilmiah


guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai
alternatif pemecahan atas suatu masalah.14
Menurut Suryosubroto keuntungan metode diskusi cukup banyak,
diantaranya :
1. Melibatkan semua siswa secara langsung dalam proses belajar;
2. Setiap siswa dapat menguji tingkat pengetahuan dan penguasaan bahan
pelajarannya masing-masing;
3. Dapat menumbuhkan dan mengembangkan cara berfikir dan sikap ilmiah;
4. Dengan mengajukan dan mempertahankan pendapatnya dalam diskusi
diharapkan para siswa akan dapat memperoleh kepercayaan akan
(kemampuan) diri sendiri;
5. Dapat menunjang usaha-usaha pengembangan sikap sosial dan sikap
demokratis para siswa.15
Persoalan yang tepat untuk didiskusikan ialah :
1. Menarik perhatian siswa;
2. Sesuai dengan tingkat perkembangan siswa;
3. Memilki lebih dari satu kemungkinan pemecahan atau jawaban;
4. Pada umumnya tidak mencari jawaban mana yang benar, melainkan
mengutamakan pertimbangan dan perbandingan.16
Berdasarkan pengertian tersebut diatas, pemanfaatan metode diskusi oleh
dosen mempunyai arti untuk memahami apa yang ada didalam pemikiran
mahasiswa dan bagaimana memperoses gagasan dan informasi yang diajarkan
melalui komunikasi yang terjadi selama pembelajaran berlangsung baik antar
mahasiswa maupun komunikasi dosen dengan mahasiswa, sehingga metode
diskusi menyediakan tatanan sosial dimana dosen bisa membantu mahasiswa
menganalisis proses berfikir mereka.
Motivasi merupakan komponen penting dalam proses belajar mengajar.
Untuk mencapai keberhasilan suatu proses belajar mengajar, mahasiswa perlu
14
Suryosubroto B, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta : Rineka Cipta, 2002), hlm.179.
15
Ibid., hlm. 185.
16
Tukiran Taniredja, Efi Miftah Faridli, Sri Harmianto , Model, hlm. 24.
13

memilki motivasi belajar yang kuat. Pelibatan mahasiswa secara inten dalam
proses belajar mengajar, secara ideal akan mampu membangkitkan motivasi
belajar kuat dari pada motivasi belajar yang dibangun atas dasar penguatan
(reinforcement) dan atau hukuman (punishment). Proses ini lebih menggugah
emosi peserta didik yang pada gilirannya memacu motivasi belajar atas dasar
kesadaran diri. Motivasi yang dibangun atas landasan kesadaran akan memilki
daya tahan lebih kuat. Kekuatan motivasi yang ditimbulkan oleh kesadaran
merupakan energi yang sulit dikalahkan oleh apapun.
Namun dengan demikian menurut Robert E Slavin, motivasi belajar itu
sesuatu yang sulit diukur, karena terkait dengan beragam faktor, seperti
kepribadian siswa, kemampuan melaksanakan tugas belajar, suasana belajar,
rangsangan untuk belajar dan perilaku guru.17
Motivasi adalah pendorong suatu usaha yang disadari untuk
mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia menjadi tergerak hatinya untuk
bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.18
Menurut MC. Donald, yang dikutip oleh Sardiman A.M, motivasi ialah
suatu perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya
“Feeling” dan didahului dengan tanggapan adanya tujuan.19
Dari beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli bahwa
motivasi adalah suatu perubahan yang terdapat pada diri seseorang untuk
melakukan sesuatu guna mencapai tujuan. Dapat disimpulkan bahwa motivasi
sebagai suatu perubahan enenrgi dalam diri seseorang yang ditandai munculnya
perasaan dan didahului dengan adanya tujuan, maka dalam motivasi terkandung
tiga unsur penting yaitu :
1. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri
setiap individu manusia, perkembangan motivasi akan membawa beberapa
perubahan energi didalam system “neurophysiological” yang ada pada

17
Robert E Slavin, Educational Psyhiology Theory and Practice, (Boston : Allyn And Bacon,
1994), hlm. 347.
18
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 1998), cet. ke-5,
hlm.71.
19
Sardiman A M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,
2011), cet. ke-20, hlm.73.
14

organisme manusia. Karena menyangkut perubahan energi manusia


(walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri manusia), penampakannya
akan menyangkut kegiatan fisik manusia.
2. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa “feeling” afeksi seseorang.
Dalam hal ini motivasi sangat relevan dengan persoalan-persoalan
kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.
3. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal
ini sebenarnya respon dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi memang
muncul dari dalam diri manusia, tapi kemunculannya karena terrangsang
atau terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan
ini akan menyangkut soal kebutuhan.20
Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata
mengumpulkan atau menghapalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk
informasi atau materi pelajaran. Oarng yang beranggapan demikian biasanya akan
merasa bangga ketika anak-anaknya telah mampu menyebutkan kembali secara
lisan (verbal) sebagian informasi yang terdapat dalam buku teks atau yang
diajarkan guru.
Disamping itu, ada sebagian orang yang memandang belajar sebagai
latihan belaka seperti yang tampak pada latihan membaca dan menulis.
Berdasarkan presepsi semacam ini, mereka akan merasa cukup puas bila anak-
anak mereka telah mampu memperlihatkan keterampilan jasmaniah tertentu
walaupun tampa pengetahuan mengenai arti, hakikat, dan tujuan keterampilan
tersebut.
Ahmad Tafsir mengutip teori belajar Thorndike memandang belajar
sebagai suatu usaha memecahkan problem. Berdasarkan eksperimen yang
dilakukannya ia memperoleh tiga buah hukum dalam belajar , yaitu Law of effect,
law of exercise, dan law of readiness.
1. Law of effect menyatakan tercapainya keadaan yang memuaskan akan
memperkuat hubungan antara stimulus (S) dan repon (R). Maksudnya bila
respon terhadap stimulus menimbulkan sesuatu yang memuaskan

20
Ibid., hlm. 74.
15

(mengenakkan misalnya) maka bila setimulus seperti itu muncul lagi


subjek memberikan respon yang lebih tepat, cepat dan intens. Bila
hubungan S-R tidak diikat oleh sesuatu yang memuaskan maka respon itu
akan melemah atau bahkan tidak ada respon sama sekali.
2. Law of exercise menyatakan bahwa respon terhadap stimulus dapat
diperkuat dengan seringnya respon itu dipergunakan. Hal ini menghasilkan
implikasi bahwa peraktek, khususnya pengulangan dalam pengajaran
adalah penting dilakukan.
3. Law of readiness mengajarkan bahwa dalam memberikan respon subjek
harus siap. Hukum ini menyangkut syarat kematangan dalam pengajaran,
baik kematangan pisik maupun mental dan intelek. Stimulus tidak akan
direspon, atau responya akan lemah saja, bila pelajar kurang atau belum
siap.21
Berdasarkan pengertian secara etimologis sebagaimana dinyatakan oleh
pakar psikologi, dan teori-teori motivasi sebagaimana yang dikutip Robert E
Slavin bahwa motivasi belajar ialah keinginan atau dorongan dalam diri siswa
untuk belajar dan mengembangkan semua potensi dirinya seoptimal mungkin
sebagai hasil interaksinya dengan faktor luar melalui proses pembelajaran
disekolah dengan tanggung jawab terhadap tugas, kedisiplinan dalam waktu,
perhatian dalam materi pelajaran, keinginan menjadi yang terbaik, kehadiran tatap
muka dan kesiapan untuk belajar.22
Sebagai hasil belajar, berfikir kreatif memilki nilai lebih dari sekedar hasil
belajar kognitif. Nilai lebih itu sangat dibutuhkan dalam menghadapi tantangan
hidup kedepan. Namun demikian untuk mencapai hasil belajar ini tergantung pada
faktor metode pembelajaran sebagai sebuah proses yang menentukan.
Menurut Fuad Nashori dan Rachmy Diana Mucharam berfikir kreatif ialah
kemampuan untuk menciptakan gagasan baru dan menerapkannya dalam
pemecahan masalah. kreativitas itu meliputi, yaitu : 23

21
Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
2011), cet. ke-11, hlm. 29.
22
Robert E Slavin, Educationl , hlm. 347.
23
Fuad Nashori dan Rachmy Diana Mucharam, Mengembangkan, hlm. 43-44.
16

1. Kelancaran berfikir (fluency of thinking) yaitu kemampuan untuk


menghasilkan banyak ide yang keluar dari pemikiran seseorang secra
cepat. Dalam kelancaran berfikir yang ditekankan adalah kuantitas, bukan
kualitas.
2. Keluwesan (flexibility) yaitu kemampuan untuk memproduksi sejumlah
ide, jawaban-jawaban atau pertayaan-pertayaan yang berpariasi, dapat
melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda, mencari
alternatif atau arah yang berbeda-beda, dan mampu menggunakan
bermacam-macam pendekatan atau cara pemikiran. Orang yang kreatif
adalah orang luwes yang berfikir. Mereka dengan mudah dapat
meninggalkan cara berfikir lama dan menggantikan cara berfikir yang
baru.
3. Elaborasi (Elaboration) yaitu kemampuan dalam mengembangkan
gagasan dan menambahkan atau memperinci detil-detil dari suatu objek,
gagasan, atau situasi sehingga menjadi menarik.
4. Keaslian (Originality) yaitu kemampuan untuk mencetuskan gagasan unik
(unusual) atau kemampuan untuk mencetuskan gagasan asli.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dikemukakan model penelitian sebagai


berikut:

Gambar I.I
Model Penelitian

Penerapan Metode
Diskusi

Peningkatan Berfikir
Kreatif
17

Penanaman Motivasi
Belajar

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini menunjukan bahwa secara


teoretis terdapat hubungan timbal balik antara penerapan metode diskusi dengan
penanaman motivasi belajar. Pada saat yang sama, sendiri-sendiri atau bersama-
sama penerapan metode diskusi dan penanaman motivasi belajar berpengaruh
terhadap peningkatan berfikir kreatif.
Hipotesis
Sesuai dengan krangka befikir dan masalah yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka dapat diajukan beberapa hipotesis sebagai berikut :
HI :

1. Terdapat pengaruh penerapan metode diskusi terhadap peningkatan


berfikir kreatif mahasiswa semestert I dalam studi pendidikan agama
Islam di Universitas Subang.
2. Terdapat pengaruh penanaman motivasi belajar terhadap peningkatan
berfikir kreatif mahasiswa semester I dalam studi pendidikan agama
Islam di Universitas Subang.
3. Terdapat pengaruh penerapan metode diskusi dan penanaman motivasi
terhadap peningkatan berfikir kreatif mahasiswa semester I dalam
studi pendidikan agama Islam di universitas Suabng.
4. Terdapat hubungan penerapan metode diskusi dengan penanaman
motivasi belajar.
HO :
1. Terdapat tidak pengaruh Penerapan metode diskusi terhadap
peningkatan berfikir kreatif mahasiswa semester I dalam studi
pendidikan agama Islam di Universitas Subang.
18

2. Terdapat tidak pengaruh penanaman motivasi belajar terhadap


peningkatan berfikir kreatif mahasiswa semester I dalam studi
pendidikan agama Islam di Universitas Subang.
3. Terdapat tidak pengaruh penerapan metode diskusi dan penanaman
motivasi terhadap peningkatan berfikir kreatif mahasiswa semester I
dalam studi pendidikan agama Islam di universitas Suabng.
4. Terdapat tidak hubungan penerapan metode diskusi dengan
penanaman motivasi belajar.
F. Metode Penelitian
1. Metode yang Digunakan
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analitik karena
penelitian ini ditunjukan untuk mengungkapkan pengaruh penerapan metode
diskusi dan penanaman motivasi belajar terhadap peningkatan berfikir kreatif
mahasiswa semester I dalam studi pendidikan agama Islam di Universitas Subang
. Dalam penelitian ini penerapan metode diskusi difungsikan sebagai variabel
independen dengan notasi statistic, dan penanaman motivasi belajar difungsikan
sebagai variabel independen dengan notasi statistic, sedangkan peningkatan
berfikir kreatif difungsikan sebagai variabel dependen dengan notasi statistic.

2. Jenis Data
Yang menjadi jenis data dalam penelitian ini berupa sumber data baik yang
tertulis, tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai. Sumber data
utama ini dipergunakan untuk memecahkan masalah-masalah.24 Jenis data
merupakan jawaban atas pertayaan penelitian yang diajukan terhadap masalah
yang dirumuskan dan tujuan yang telah ditetapkan.25 Oleh karena itu, sesuai
dengan rumusan penelitian yang telah ditetapkan, yang menjadi jenis data dalam

24
Lexi J Meleong, Metedologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004),
hlm. 112.
25
Cik Hasan Bisri, Penuntun Penyusunan Rencana Penelitian dan Penulisan Skripsi Bidang Ilmu
Agama Islam, (Jakarta : Logos, 1999), cet. ke-2, hlm. 58.
19

penelitian adalah pengaruh penerapan metode diskusi dan penanaman motivasi


belajar terhadap peningkatan berfikir kreatif mahasiswa semester I dalam studi
pendidikan agama Islam di Universitas subang.
3. Sumber Data Populasi dan Sampel
Sumber data didasarkan atas jenis data yang telah ditentukan. Pada
tahapan ini ditentukan sumber primer dan sumber sekunder. 26 Yang menjadi
sumber primer adalah yang berkaitan dengan kegiatan pengaruh penerapan
metode diskusi dan penanaman motivasi belajar terhadap peningkatan berfikir
kreatif mahasiswa semester I dalam studi pendidikan agama Islam di Universitas
Subang. Sedangkan yang menjadi data sekunder, meliputi dokumen-dokumen
laporan-laporan kegiatan pembelajaran, buku-buku yang dipandang relevan
dengan masalah yang diteliti, dan juga termasuk hasil wawancara dari dosen-
dosen PAI yang ada di lingkungan Universitas Subang.
Tabel 1
Data Mahasiswa Semester I Fakultas Ilmu Adminmistrasi
Universitas Subang

No Prodi Populasi Sampel

1. Ilmu Administrasi Negara 79 Orang 37 Orang


2. Ilmu Administrasi Bisnis 24 Orang 11 Orang
3. Ilmu Administrasi Keuangan D3 19 Orang 9 Orang

Jumlah 122 Orang 57 Orang


Sumber : Bagian Akademik FIA UNSUB 2012.

4. Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data disusun dalam berbagai tahapan kegiatan yang meliputi
setudi eksplorasi, merancang dan menyusun usulan penelitian, serta pengumpulan
data.
Tahap studi eksplorasi merupakan reinforcemenet terhadap pengalaman
sebelumnya dalam melihat fenomena kegiatan strategi pengaruh penerapan
metode diskusi dan penanaman motivasi belajar terhadap peningkatan berfikir
26
Ibid, hlm.59.
20

kreatif mahasiswa dalam studi pendidikan agama Islam di Universitas Subang.


Studi eksplorasi merupakan penjajagan lebih lanjut dari informasi-informasi dan
minat yang meneliti dalam masalah ini. Dalam hal ini dipertimbangkan apakah
pengaruh penerapan metode diskusi dan penanaman motivasi terhadap
peningkatan berfikir kreatif mahasiswa dalam studi pendidikan agama Islam di
Universitas Subang menarik untuk diteliti.
Tahap merancang dan menyusun usulan penelitian adalah tahapan yang
terkait dengan penyusunan proposal tentang pengaruh penerapan metode diskusi
dan motivasi belajar terhadap peningkatan berfikir kreatif mahasiswa dalam studi
pendidikan agama Islam di Universitas Subang.
Tahapan pengumpulan data merupakan tahapan kegiatan dilapangan untuk
memperoleh data. Teknik yang digunakan yaitu :

a. Observasi
Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spssifik
bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner. Kalau
wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang, maka observasi
tidak terbatas pada orang, tetapi juga pada objek-objek alam yang lain.27
Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila, penelitian
berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila
responden yang diamati tidak terlalu besar.
Observasi merupakan studi yang disengaja dan sistematis tentang
fenomena dan gejala-gejala alam dengan jalan pengamatan dan pencatatan.28 Apa
yang diamati adalah hasil sebuah persepsi. Menafsirkan berdasarkan latar belakng
pengalaman. Oleh karena itu persepsi tentang dunia sekitar tidak akan sama
dengan presepsi orang lain. Bahkan tidak tahu apakah presepsi dalam sebuah

27
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan R & D, (Bandung : Albeta, 2012), cet. ke-
16, hlm. 145.
28
Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Riset Sosial, (Bandung : Mandar Maju, 1990), cet. ke-6,
hlm.150.
21

penelitian sama dengan dunia sebenarnya. Dalam observasi ini digunakan tiga
cara, yakni :
1. Observasi deskriptif dengan tujuan berusaha mengamati cara umum
situasi dan keadaan di Universitas Subang.
2. Observasi terfokus, berusaha mengamati secara khusus situasi
pembelajaran dengan strategi pengaruh penerapan metode diskusi dan
penanaman motivasi belajar terhadap peningkatan berfikir kreatif
mahasiswa dalam studi pendidikan agama Islam di Universitas Subang .
3. Observasi selektif, berusaha mengamati fokus terkecil dalam latar
belakang penelitian untuk menghasilkan katagori-katagori yang spesifik
tentang pengaruh penerapan metode diskusi dan penanaman motivasi
belajar terhadap peningkatan berfikir kreatif mahasiswa dalam studi
pendidikan agama Islam di Universitas Subang.

b. Wawancara
Wawancara ialah teknik mendapatkan informasi dengan cara beretanya
langsung dengan responden.29 Wawancara juga dapat diartikan sebagai proses
memperoleh keterangan bertujuan untuk mendapatkan informasi mendalam.30
Wawancara dapat dilakukan secara struktur maupun tidak tersetruktur, dan
dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face) maupun dengan menggunakan
telepon.
1. Wawancara tersetruktur ialah wawancara sebagai teknik pengumpulan
data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti
tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam
melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen
penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis secara alternatif
jawabannyapun telah disiapkan. Dengan wawancara tersebut ini setiap
responden diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul data mencatatnya.
29
Masri Singarimbun dan Sofian Efendi, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: Pustaka LP3S
Indonesia, 1995), cet. ke-2. hlm. 192.
30
Moh Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1988), cet. ke-3. hlm.232.
22

2. Wawancara tidak tersetruktur adalah wawancara yang bebas dimana


peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun
secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan data. Pedoman
wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan
yang akan ditanyakan.31
c. Dokumentasi
Metode atau teknik ini adalah merupakan cara atau pengumpulan data
yang dilakukan dengan mengumpulkan berbagai tulisan dan atau gambar serta
arsip baik dengan cara ditulis secara langsung atau dengan cara mengfotokopi.32
Tidak kalah penting dari metode-metode lain,adalah metode dokumentasi,
yaitu encari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip,
buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan
sebagainya.33
Dibandingkan dengan metode lain, maka metode ini agak tidak begitu
sulit, dalam arti apabila ada kekeliruan sumber datanya masih tetap belum
berubah. Dengan metode dokumentasi yang diamati bukan benda hidup tetapi
benda mati.
d. Angket
Ada beberapa pengertian angket yang diungkap oleh para ahli, menurut
Sugiono ialah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertayaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efesien bila
peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang
diharapkan dari responden. Selain itu kuesioner juga cocok digunakan bila jumlah
responden cukup dan terbesar diwilayah yang luas. Kuesioner dapat berupa
pertanyaan/pernyataan tertutup atau terbuka, dapat diberikan kepada responden
secara langsung atau dikirim melalui pos, atau internet.34

31
Sugiyono, Metode, hlm. 140.
32
Winarno, Pengantar Penelitian, (Jakarta : Rineka Ciptz, 1988), hlm. 136.
33
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Edisi Revisi), (Jakarta : Bumi Aksara,
2005), hlm. 206.
34
Ibid., hlm. 142.
23

Menurut Suharsimi Arikunto kuesioner atau angket ialah sejumlah


pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden
dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui. 35
Bentuk pengukur angket ini menggunakan pertayaan atau pernyataan dan
di dalam menanggapi pertanyaan atau pernyataan tersebut subjek memilih salah
satu lima alternatif jawaban yang sesuai dengan keadaan subjek yanmg
sebenarnya. Katagori alternatif lima jawaban yang digunakan adalah Sangat
Setuju sekali (STS), Sangat Setuju (ST), Setuju (S), Tidak Setuju (ST), dan Sangat
Tidak Setuju (STS) berdasarkan Skala Likert. Angket untuk pengumpulan data
dalam penelitian ini terlampir.
5. Analisis Data
a. Variabel Penelitian
Variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan
penelitian. Sering pula dinyatakan variabel penelitian sebagai faktor-faktor yang
berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti.36
Dalam penelitian ini ada tiga variabel yaitu penerapan metode diskusi
sebagai variabel bebas (independent variable, dengan notasi statistik X 1) dan
penanaman motivasi belajar sebagai variabel bebas (independent variables,
dengan notasi statistik X2), sedangkan peningkatan berfikir kreatif sebagai
variabel terikat (dependent variable, dengan notasi statistik Y).

b. Paradigma Penelitian
Penelitian ini dibentuk dengan kerangka sebagai berikut :

Gambar 1. 2
Paradigma Penelitian

X1 PY∑
35
Suharsimi Arikunto, Prosedur, hlm. 128.
36
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1995), hlm. 72.
24

PYX1
PYX1X2
Y
rX1X2

PYX2
X2

Adapun maksud dari gambar di atas adalah :


X1 : Penerapan metode diskusi
X2 : Penanaman motivasi belajar
Y : Peningkatan berfikir kreatif
PYX1 : Pengaruh penerapan metode diskusi terhadap peningkatan berfikir
kreatif
PYX2 : Pengaruh penanaman motivasi belajar terhadap peningkatan
berfikir kreatif
PYX1X2 : Pengaruh penerapan metode diskusi dan penanaman motivasi
belajar secara bersama-sama terhadap berfikir kreatif
rX1X2 : Hubungan antara penerapan metode diskusi dan penanaman
motivasi belajar
∑ : Faktor lain yang tidak diteliti
PY∑ : Pengaruh faktor lain yang tidak diteliti terhadap peningkatan
berfikir kreatif.
c. Oprasionalisasi Variabel
1) Penerapan Metode Diskusi
Menurut Suryosubroto penerapan metode diskusi dalam proses
pembelajaran adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberi
kesempatan kepada para siswa (kelompok-kelompok siswa) untuk mengadakan
25

perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau


menyusun berbagai alternatif pemecahan atas suatu masalah.37
Menurut Suryosubroto keuntungan metode diskusi cukup banyak,
diantaranya :
1. Melibatkan semua siswa secara langsung dalam proses belajar;
2. Setiap siswa dapat menguji tingkat pengetahuan dan penguasaan bahan
pelajarannya masing-masing;
3. Dapat menumbuhkan dan mengembangkan cara berfikir dan sikap ilmiah;
4. Dengan mengajukan dan mempertahankan pendapatnya dalam diskusi
diharapkan para siswa akan dapat memperoleh kepercayaan akan
(kemampuan) diri sendiri;
5. Dapat menunjang usaha-usaha pengembangan sikap sosial dan sikap
demokratis para siswa.38
2) Penanaman Motivasi Belajar
Menurut Robert E Slavin bahwa motivasi belajar ialah keinginan atau
dorongan dalam diri siswa untuk belajar dan mengembangkan semua potensi
dirinya seoptimal mungkin sebagai hasil interaksinya dengan faktor luar melalui
proses pembelajaran disekolah dengan tanggung jawab terhadap tugas,
kedisiplinan dalam waktu, perhatian dalam materi pelajaran, keinginan menjadi
yang terbaik, kehadiran tatap muka dan kesiapan untuk belajar.39
3) Peningkatan Berfikir Kreatif
Menurut Fuad Nashori dan Rachmy Diana Mucharam berfikir kreatif
ialah kemampuan untuk men ciptakan gagasan baru dan menerapkannya dalam
pemecahan masalah. kreativitas itu meliputi , yaitu : 40
1. Kelancaran berfikir (fluency of thinking) yaitu kemampuan untuk
menghasilkan banyak ide yang keluar dari pemikiran seseorang secra
cepat. Dalam kelancaran berfikir yang ditekankan adalah kuantitas, bukan
kualitas.

37
Suryosubroto B, Proses, hlm.179.
38
Ibid., hlm.185
39
Robert E Slavin, Educational, hlm. 347.
40
Fuad Nashori dan Rachmy Diana Mucharam, Mengembangkan, hlm. 43-44.
26

2. Keluwesan (flexibility) yaitu kemampuan untuk memproduksi sejumlah


ide, jawaban-jawaban atau pertayaan-pertayaan yang berpariasi, dapat
melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda, mencari
alternatif atau arah yang berbeda-beda, dan mampu menggunakan
bermacam-macam pendekatan atau cara pemikiran. Orang yang kreatif
adalah orang luwes yang berfikir. Mereka dengan mudah dapat
meninggalkan cara berfikir lama dan menggantikan cara berfikir yang
baru.

3. Elaborasi (Elaboration) yaitu kemampuan dalam mengembangkan


gagasan dan menambahkan atau memperinci detil-detil dari suatu objek,
gagasan, atau situasi sehingga menjadi menarik.
4. Keaslian (Originality) yaitu kemampuan untuk mencetuskan gagasan unik
(unusual) atau kemampuan untuk mencetuskan gagasan asli.
Berdasarkan uraian jenis data tersebut dapat dioperasionalkan kedalam sub
variabel dan indikator sebagai berikut :
Tabel 2
Oprasionalisasi Variabel
N Variabel Sub Variabel Indikator
o
1. Penerapan 1. Mengumpulkan a. Mempertajam
Metode Diskusi Pendapat
kemampuan akal
(Suryosubroto, 2002
: 17 ) b. Memperkuat argumentasi
c. Melatih belajar cepat
d. Membuat perbandingan
yang tepat.
e. Mengembalikan
kepercayaan diri dan
kemampuan
mengemukakan pendapat
sendiri
f. Kemampuan
mengemukakan pendapat
27

g. Memperkaya
pengetahuan
2. Membuat Kesimpulan a. Memahami materi.
b. Mengerti tanggapan
audien/teman.
c. Dapat mengkolaborasi
hal-hal yang berkaitan
dengan materi.
d. Mengerti inti materi.
e. Mengerti dan memahami
permasalahan yang
muncul.
f. Pengembangan
kemampuan
3. Menyusun Berbagai a. Bisa menginpertarisir
Alternatif Pemecahan
daftar permasalahan.
b. Mengidentifikasi
permasalahan
c. Menyususn prioritas
permasalahan.
d. Menentukan
permasalahan utama.
e. Menentukan alternatif
masalah.
f. Ketepatan pemecahan
masalah
g. Mengambil manfaat dari
masalah
2 Penanaman 1. Tanggung Jawab a. Menyelesaikan tugas
Motivasi Terhadap Tugas
dengan baik
Belajar
(Robert E Slavin, b. Memenuhi giliran sesuai
1994: 347)
dengan jadwal
c. Menunjukan keseriusan
dalam belajar
d. Mencari referensi/buku
28

yang diperlukan
e. Menyakini bahwa ilmu
yang diajarkan kelak
akan bermanfaat.
2. Kedisiplinan dalam a. Masuk lebih awal dari
Waktu
dosen
b. Menggunakan waktu
dengan optimal untuk
belajar
c. Selsai tepat waktu
d. Pemanfaatan waktu luang
e. Adanya pelaturan yang
jelas
3. Perhatian Terhadap a. Sering bertanya tentang
Materi Pelajaran
pelajaran diluar
jam/ruang belajar
b. Mencari info tentang
materi pelajaran
c. Merasa rugi bila tidak
bisa mengikuti pelajarn
dikelas
d. Mendiskusikan materi
pelajaran
e. Memperhatikan
penjelasan dosen
4. Keinginan Menjadi a. Memiliki cita-cita yang
yang Terbaik
kuat untuk berprestasi
b. Berusaha untuk aktif
dalam belajar
c. Merasa khawatir
terkalahkan oleh orang
lain
d. Berusaha tampil sebaik
mungkin dalam diskusi.
5. Kehadiran Tatap a. Berusaha untuk selalu
Muka
29

mengikuti penjelasan
dosen
b. Merasa rugi bila ada jam
belajar yang kosong
c. Sering mengunjungi
perpustakaan.
d. Presentase kehadiran
e. Penilaian kegiatan belajar
mengajar
6. Kesiapan untuk a. Menyiapkan peralatan
Belajar
yang dibutuhkan
b. Memiliki buku referensi
yang memadai
c. Selalu siap belajar setiap
waktu yang ditentukan.
3. Peningkatan Berfikir 1. Kelancaran Berfikir a. Mengajukan banyak
Kreatif (Fluency Of
pertayaan.
(Euad Nashori & Thinking)
Rachmy Diana b. Menemukan jawaban jika
Mucharam, 2002 :
ada pertanyaan.
43-44)
c. Mempunyai banyak
gagasan mengenai suatu
masalah.
d. Lancar mengungkapkan
gagasan-gagasanya.
e. Bekerja lebih cepat dan
melakukan lebih. banyak
dari orang lain.
f. Dapat dengan cepat
mengkritik kesalahan dan
kelemahan dari suatu
objek dan situasi.
2. Keluwesan a. Perbedaan konsep dalam
(Flexibility)
materi pelajaran
b. Memberika bermacam-
macam penaffsiran
30

terhadap sutu gambar


cerita atau masalah.
c. Menerapkan suatu
konsep atau asas dengan
cara yang berbeda.
d. Memberikan
pertimbangan terhadap
suatu situasi berbeda dari
yang diberikan orang
lain.
e. Dalam membahas atau
mendiskusikaan suatu
masalah selalu
mempunyai posisi yang
bertentangan dengan
mayoritas kelompok.
f. Jika diberikan suatu
masalah biasanya
memikirkan bermacam-
macam cara untuk
menyelesaikannya.
3. Elaborasi a. Mencari arti yang lebih
(Elaboration)
mendalam terhadap
jawaban atau pemecahan
masalah dengan
melakukan langkah-
langkah terperinci.
b. Mengembangkan atau
memperkaya gagasan
orang lain.
c. Memperkaya
pengetahuan dalam
belajar
d. Mempunyai rasa
31

keinginan yang kuat,


sehingga tidak puas
dengan penampilan yang
kosong atau sederhana.
e. Menguji kemampuan dan
keterampilan
4. Keaslian a. Memikiran masalah-
(Originality)
masalah yang tidak
terfikirkan orang lain.
b. Mempertahankan cara-
cara yang lama dan
berusaha memikirkan
cara yang baru.
c. Memilih asimetri dalam
menggambarkan atau
membuat desain.
d. Memilih cara yang lain
dari pada yang lain.
e. Setelah membaca atau
mendengarkan gagasan-
gagasan, bekerja untuk
menyelesaikan yang
baru.
f. Mengembangkan konsep
g. Menemukan konsep
h. Mencari formulasi baru

6. Alat Pengumpul Data


1) Angket
Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah kuesioner. kuesioner
disusun dalam bentuk angket dan disediakan lima opsi pilihan dengan teknik skala
penilaian. Keseluruhan angket disusun dengan teknik self report, yaitu dengan
meminta responden untuk memberikan penilaian sesuai dengan tanggapan atau
32

kesan mereka. Alternatif pilihan yang disediakan terdiri atas, Sangat Setuju,
Setuju, Ragu-ragu, tidak setuju, Sangat Tidak setuju.
Untuk menyatakan positif masing-masing pilihan ini diberikan bobot
penilaian 5 untuk pilihan :”Sangat Setuju” (SS), 4 untuk pilihan “Setuju” (S), 3
untuk pilihan “Ragu-ragu” (R), 2 untuk pilihan “Tidak Setuju” (TS), 1 untuk
pilihan “Sangat Tidak setuju” (STS).
Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi
indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk
menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertayaan.
Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai
gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif yang dapat berupa kata-kata.41
2) Uji Validitas
Sebelum soal test diberikan kepada responden terlebih dahulu dilakukan
uji soal untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya
pembeda.
Validitas butir soal dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
- Menentukan Mt (Mean skor total)

Mt=
∑ Xt
N
- Menentukan SDtp
2

-
SDt=

Menentukan Mp
∑ Y 2t − (∑ Y t )
N N

MP=
∑ Yang be tul
n be tul
- Menentukan koefisien korelasi biserial
M p −M t p
γ pb i=
St q √
Keterangan :
ã pb i=¿koefisien validitas item

41
Sugiyono, Metode, hlm. 93.
33

M p=¿ rerata sekor dari subjek yang menjawab betul bagi item
yang dicari validitasnya
M t =¿ rerata sekor total
St =¿ setandar deviasi dari sekor total
p=¿ proposi responden yang menjawab benar
q=¿ proposi responden yang menjawab salah (q =1-p)
Dikatakan valid jika r validitas ( nilai korelasinya) ≥ 0,3.42
3) Uji Reliabilitas
Reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah reliabilitas
internal, artinya butir-butir soal yang ada pada instrumen dianalisis secara
konsistensi dengan teknik tertentu.
Untuk menggunakan reliabilitas digunakan rumus K-R.20 sebagai
berikut :

n S 2−∑ pq
r �11= ( )(
n−1 S2 )
Ke terangan:
r11 = reliabilitas secara keseluruhan
n = banyaknya item
S = standar deviasi dari tes
P = proposi subjek yang menjawab item dengan benar
q = proposi subjek yang menjawab item dengan salah
(q =1-p)43
Interpretasi indeks reliabilitas:
r11 ≤ 0,20 : sangat rendah
0,21 < r11 ≤ 0,40 : rendah
0,41 < r11 ≤ 0,60 : sedang
0,61 < r11 ≤ 0,80 : tinggi
0,81 < r11 ≤ 1,00 : sangat tinggi.
7. Uji Hipotesis
42
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Edisi Revisi), (Jakarta : Bumi Aksara,
2005), hlm. 79.
43
Ibid., hlm. 102.
34

Langkah-langkah yang ditempuh untuk menguji hipotesis tersebut adalah


sebagai berikut :
a. Menentukan Uji Normalisasi Data
Pengujian normalitas distribusi bertujuan untuk mengetahui normal
tidaknya distribusi data hasil penyebaran angket dan tes. Dengan kata
lain, uji ini dimasudkan untuk mengetahui apakah sampel diambil dari
populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Untuk mencoban
normalitas distribusi data dalam penelitian ini, digunakan uji chi
kuadrat ( x 2 ¿ dengan langkah-langkah berikut :
1) Menentukan rentang, dengan rumus44
R = (H – L) + 1
2) Menentukan banyaknya kelas interval45
K = 1 +3,3 log n
3) Menetukan panjang kelas interval (P)46
R
P=
K
4) Membuat tabel distribusi frekuensi
5) Menganalisis tendensi sentral, meliputi:
a) Mencari Mean, dengan rumus47

M=
∑ fx
N
b) Mencari Median, dengan rumus48
1
M e =b+ p
2
( )
n−F
f
c) Mencari Modus, dengan rumus49

44
Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta : Raja Geafindo Persada, 2002), hlm.
49.
45
Sudjana, Metode Statistika, (Bandung : Tarsito, 2005), hlm. 46.
46
Ibid., hlm. 47.
47
Anas Sudjiono, Pengantar, hlm. 80.
48
Sudjana, Metode, hlm. 79.
49
Ibid., hlm. 77.
35

b1
M o=b+ p ( b1 +b2 )
6) Mencari Satndar Deviasi, dengan rumus50
2

SD=
√ ∑ fx2 − ∑ fx
N ( ) N
7) Mencari daftar tabel frekuensi observasi dan ekspestasi dengan
mengetahui Z skor, Z daftar, L dan Ei
8) Mencari nilai chi kuadrat hitung dengan rumus51
k
2 ( Oi−Ei )2
X =∑
i−1 Ei
9) Mencari derajat kebebasan (dk) dengan rumus:
Dk = k -3
10) Menentukan uji chi kuadrat (X2) tabel dengan signifikansi 5% (0,05)
11) Uji normalitas dengan kriteria:
a) Frekuensi itu berdistribusi normal jika X2 hitung < dari X2 tabel
b) Frekuensi berdistribusi tidak normal jika X2 hitung > dari X2 tabel
b. Membuat tabel data pasangan variabel XY1, variabel XY2, dan
variabel XY1Y2
c. Menentukan persamaan regresi linear sederhana dengan rumus52
Ỷ= a + bX dimana :
( ∑ Y i ) (∑ X i2 )−( ∑ X i )( ∑ X i Y i )
a= 2
n ∑ X i2−( ∑ X i )

n ∑ X i Y i−( ∑ X i )( ∑ Y i )
b= 2
n ∑ X i2−( ∑ X i )
d. Uji linieritas regresi ini digunakan untuk menyakinkan apakah regresi
yang didapatkannya berdasarkan penelitian ada artinya bila dipakai
untuk membuat kesimpulan tentang hubungan variabel yang diteliti.
50
Anas Sudjiono, Pengantar, hlm. 155.
51
Sudjana, Metode, hlm. 273.
52
Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, (Bandung : Alfabeta,
1988), hlm. 377.
36

Menguji linieritas regresi menurut Nana Sudjana53 dilakukan dengan


langkah-langkah :
1) Menghitung jumlah kuadrat koefisien a (Jka), dengan rumus:

2
∑y
Jk a= ( )
n
2) Menghitung jumlah kuadrat gabungan regresi b terhadap a:

( ∑ X i )( ∑ Y i)
JK ( b/a ) =b {∑ XiY i−
n }
3) Menghitung jumlah kuadrat residu (Jkres) dengan rumus:
JK ℜ s=∑ Y i2−JK a−JK b/a
4) Menghitung jumlah kuadrat kekeliruan (JKkk) dengan rumus:
JK kk =∑ ¿ ¿
5) Menentukan jumlah kuadrat ketidakcocokan, dengan rumus:
JKtc = JKr - JKkk
6) Menentukan derajat kebebasan kekeliruan, dengan rumus:
Dbkk = n - k
7) Menentukan derajat kebebasan ketidakcocokan, dengan rumus:
Dbtc = k - 2
8) Menentukn rata-rata kuadrat kekeliruan, dengan rumus:
RKkk = JKkk : dbkk
9) Menentukan rata-rata kuadrat ketidakcocokan, dengan rumus:
RKtc = JKtc : dbtc
10) Menentukan nilai F ketidakcocokan, dengan rumus:
Ftc = RKtc : RKkk
11) Menentukan nilai F dari daftar atau tabel dengan derajat
kepercayaan 95% (pada taraf 0,05) dengan db = (dbtc/dbkk)
12) Memeriksa linieritas regresi dengan ketentuan sebagai berikut:
- Jika Ftc < F tabel, maka regresi tersebut linier
- Jika Ftc > F tabel, maka regresi trersebut tidak linier

53
Ibid., hlm, 327- 336.
37

e. Menghitung korelasi dua variabel yang diteliti dengan menggunakan


rumus korelasi product momen, yang rumusnya.54
n ∑ XY −( ∑ X )( ∑ Y )
r xy =
2
√ {n ∑ X −(∑ X )}{n ∑ Y −(∑ Y ) }
2 2 2

f. Menghitung korelasi tiga variabel dengan rumus regresi dan korelasi


ganda sebagai berikut :
1) Menghitung regresi ganda55
Y = a – b1X1 – b2X2
Dimana a, b1, b2 dengan rumus sebagai berikut:
∑ Y =an+b 1 ∑ X i+ b2 ∑ X 2
∑ X 1 Y =a ∑ X 1 +b 1 ∑ X 12 +b 2 ∑ X 1 X 2
∑ X 2 Y =a ∑ X 2 +¿ b 1 ∑ X 1 X 2 +b 2 ∑ X 22 ¿

2) Menghitung korelasi ganda56

r yx 2 +r yx 2 −2r yx r yx r x x
RY X X =
1 2
√ 1 2

1−r x 1 X2
2
1 2 i 2

3) Menguji Hipotesis dengan langkah-langkah sebagai berikut:57


a) Menentukan nilai t hitung58
r √n−2
t=
√1−r 2
b) Menghitung derajat kebebasan, dengan rumus :
Dk = n - 1
c) Mencari nilai t dari daftar (tabel) pada taraf signifikasi 5% (α =
0,05)
d) Menentukan hasil t, dengan ketentuan sebagai berikut :
 Jika t hitung lebih besar dari pada t daftar, maka hipotesis
alternatif (Ha) diterima, dan
54
Anas Sudjiono, Pengantar, hlm. 228.
55
Ibid., hlm. 275.
56
Ibid., hlm. 233.
57
Ibid., hlm. 238.
58
Sudjana, Metode Statistik, hlm. 377.
38

 Jika t hitung lebih kecil daripada t daftar, maka hifotesis nol


(Ho) ditolak.
g. Kemudian hasilnya dikonsultasikan pada angka korelasi koefisien
sebagai berikut :
0,00 – 0,02 = korelasi sangat rendah
0,021 – 0,04 = korelasi rendah
0,41 – 0,70 = korelasi cukup atau sedang
0,71 – 0,90 = korelasi tinggi
0,91 – 1,00 = korelasi sangat tinggi (sempurna)59
h. Menentukan derajat pengaruh
Untuk mengetahui derajat pengaruh perubahan variabel XY1, XY2,
Y1Y2, dan XY1Y2, maka diadakan perhitungan dengan menggunakan
rumus: E = 100(1 - k).
Sedangkan untuk mencari nilai k dengan menggunakan rumus60
K= √ 1−r 2

Untuk analisis data, sesuai dengan pendapat Nana Syaodih


Sukmadinata,berlansung dalam lingkaran yang saling tumpang tindih, teknik yang
digunakan fleksibel, tergantung pada strategi terdahulu yang digunakan dan data
yang diperoleh.61
Adapun analisis data yang digunakan dalam penelitian ini :
a. Pengumpulan data dan pengamatan dokumen dengan cara triangulasi,
yaitu data pada pertemuan pertama belum dicatat, tetapi data pada
pertemuan-pertemuan selanjutnya dicatat, disusun, dikelompokan secara
intensif kemudian diberi kode.
b. Sementara pengumpulan data terus berjalan, analis data mulai dilakukan
dan keduanya dilakukan berdampingan sampai tidak ditemukan data baru
lagi.

59
Ibid., hlm. 139.
60
Witherington, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Bulan Bintang, 1991), hlm. 74.
61
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung : Remaja Rosda Karya,
2007), hlm. 114.
39

c. Setelah data tersusun peneliti membuat diagram-diagram, tabel, dan


bentuk-bentuk pemaduan fakta lainnya. Hasil analisis data, diagram,bagan,
dan tabel tersebut dinterpertasikan, dikembangkan menjadi proposisi dan
prinsip-prinsip.
d. Kesimpulan pada dasarnya merupakan generalisasi dari hasil interpretasi
terhadap temuan-temuan penelitian, yaitu menemukan hal-hal yang
esensial atau prinsipil dari suatu deskripsi.62
Interpretasi dalam penelitian kualitatif mencakup : melihat hubungan antar
unsur, segi, aspek, bagian, variabel, atau komponen, dan menarik makna dari
adanya hubungan-hubungan tersebut.63
G. Telaah Pustaka
Adapun penelitian yang relevan dengan motivasi belajar dan metode
diskusi telah ada dilakukan sebelumnya. Berdasarkan tinjauan pustaka ini,
beberapa penelitian antara lain :
1. Muhamad Nurdin Al-Aziz, Pengaruh metode diskusi dan
motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa dalam, Tesis ini
tidak dipublikasikan.Bandung : UIN SGD Bandung, 2012
2. Sholichul Hadi, Pengaruh metode diskusi terhadap motivasi
belajar untuk meningkatkan kreativitas belajar siswa dalam mata
pelajaran Al-Quran Hadits, Tesis ini tidak dipublikasikan,
Bandung : UIN SGD Bandung, 2012
3. Jubaedi, pengaruh penerapan metode pembelajaran diskusi dan
penggunaan media pendidikan audiovisual terhadap prestasi
belajar siswa, Tesis ini tidak dipublikasikan, Bandung : UIN SGD
Bandung, 2012
4. Bahaudin, pengaruh kegiatan membaca Al-Quran dan motivasi
belajar terhadap prestasi kognitif siswa pada mata pelajaran PAI,
Tesis ini tidak dipublikasikan, Bandung : UIN SGD Bandung,
2012.

62
Ibid., hlm. 290.
63
Ibid., hlm. 303.
40

Dari beberapa penelitian tersebut, dapat dikatakan tidak ada satupun


penelitian yang mencoba menjelaskan penenaman motivasi belajar melalui
metode diskusi dan pengaruhnya terhadap berfikir kreatif mahasiswa.Dengan
demikian, berdasarkan tinjauan pustaka ini, maka masalah penelitian ini relatif
masih baru, terlebih jika dikaitkan dengan waktu dan lokasi penelitiannya.

DAFTAR PUSTAKA
A. M,Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta :
PT.Raja Grafindo Persada.
Anonimus. 2006. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003,
tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bandung : Fokus Media.
Arikunto, Suharsimi. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Edisi Revisi).
Jakarta : Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek, Edisi Revisi V. Jakarta : PT Rineka Cipta.
B, Suryosubroto. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta :
Rineka Cipta.
Bisri, Cik Hasan. 1999. Penuntun Penyusunan Rencana Penelitian dan Penulisan
41

Skripsi Bidang Ilmu Agama Islam. Jakarta : Logos.


Daradjat, Zakiah. 1996. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Jakarta :
Bumi Aksara.
Fuad Nashori dan Rachmy Diana Mucharam, 2002. Mengembangkan Kreativitas
dalam Prespektif Psikologi Islam. Jogjakarta : Menara Kudus.
Hasibun, dan Moedjiono. 2008. Proses Belajar Mengajar. Bandung :
Remaja Rosdakarya.
Kartono, Kartini. 1990. Pengantar Metodologi Riset Sosial. Bandung :
Mandar Maju.
Latief, Abdul. 2006. Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam.
Bandung : Pustaka Bani Quraisy.
Maksud merubah keadaa itu, Tuhan tidak akan merubah keadaan mereka, selama
mereka tidak merubah sebab-sebab kemunduran mereka. (Quran
World surat ke-13 ayat 11)
Meleong, Lexi J. 2004. Metedologi Penelitian Kualitatif. Bandung :
Remaja Rosdakarya.
Munandar, SC. Utami. 2004. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, Jakarta:
Rineka Cipta.
Nazir, Moh. 1988. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Pasal 5 Keputusan Direktur Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan
Nasional Republik Indonesia Nomor : 43/DIKTI/Kep/2006 tentang
Rambu-rambu Pelaksanaan Kelompok Matakuliah Pengembangan
kepribadian di Perguruan Tinggi.
Poerwadarminta, W.J,S. 2007. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Balai Pustaka :
Jakarta.
Purwanto, Ngalim. 1998. Psikologi Pendidikan. Bandung :
PT. Remaja Rosdakarya.
Saleh, Abdur Rachman. 2005. Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak
Bangsa. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Semi, M. Atar. 2008. Terampil Berdiskusi dan Berdebat. Bandung :
Titian Ilmu.
42

Singarimbun, Masri. dan Sofian Efendi.1995. Metode Penelitian Survei. Jakarta:


Pustaka LP3S Indonesia.
Slavin, Robert E. 1994. Educational Psyhiology Theory And Practice, Boston :
Allyn And Bacon.
Sudjana, Nana. 1988. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah.
Bandung : Alfabeta.
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung : Tarsito.
Sudjiono, Anas. 2002. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta :
Raja Geafindo Persada.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan R & D. Bandung :
Albeta.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung :
Remaja Rosda Karya.
Suryabrata, Sumadi. 1995. Metode Penelitian. Jakarta : Raja Grafindo
Persada
Tafsir, Ahmad. 2011. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Bandung :
PT. Remaja Rosdakarya.
Tukiran Taniredja, Efi Miftah Faridli, sri Harmianto. 2011. Model-Model
Pembelajaran Inovatif. Bandung : Alfabeta.
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003.
Witherington. 1991. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Bulan Bintang.
Zuhairi dan Abdul Ghofir. 2004. Metodologi Pembelajaran Agama Islam.
Malang : UM Press.
43

Anda mungkin juga menyukai