Bab 1 Tesis
Bab 1 Tesis
BAB I
PENDAHULUAN
1
Zuhairi dan Abdul Ghofir, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Malang : UM Press, 2004),
hlm. 3.
2
Anonimus, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem
Pendidikan Nasional, (Bandung : Fokus Media, 2006), hlm. 2.
3
Abdur Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak Bangsa, (Jakarta : PT
Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 149.
2
?tbrã©3xÿtFs
" Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu
berfikir. (QS. Al-Baqarah {2} :219)
cÎ) ©!$# w çÉitóã $tB BQöqs)Î/ 4Ó®Lym (#rçÉitóã $tB ”...3
...”öNÍkŦàÿRr'Î/ 3
“...Sesungguhnya Allah tidak merubah Keadaan sesuatu kaum sehingga
mereka merubah keadaan...”6 (QS. Ar - Ra’du {13} : 11).
Dari dua ayat tadi Allah SWT sudah jelas memerintahkan kepada kita
untuk selalu berkreativitas dan selalu berfikir kreatif, untuk menyongsong masa
depan yang lebih baik, sehingga semua problem-problem bisa diatasi salah
satunya adalah dengan memecahkan nya (berfikir kreatif).
Proses metode diskusi ini selain memerlukan keberanian untuk berdebat,
tentu harus distimulus oleh daya dukung kemampuan pengetahuan dan
kemampuan intelektual yang memadai. Mayoritas mahasiswa yang berasal dari
daerah yang berbeda, dan bertempat tinggal di wilayah yang jauh dari sumber
informasi, memperparah keadaan mereka. Kemampuan individu mahasiswa yang
berbeda-beda tersebut menumbuhkan budaya belajar yang statis.
Budaya belajar yang statis di kalangan mahasiswa di Universitas Subang,
tentu saja diindikasikan berpengaruh besar terhadap upaya proses pembelajaran
yang dilakukan oleh dosen. Proses dari suatu kegiatan belajar ini akan
menyangkut input atau asupan yang diberikan oleh dosen yang bersangkutan,
sehingga sampai kepada output yang merupakan capaian dari pembelajaran materi
pendidikan agama Islam.
Budaya belajar yang statis tidak menumbuhkan kreatifitas berfikir
mahasiswa. Ada kecenderungan mahasiswa hanya mendapat materi saja dari
dosen sehingga mahasiswa hanya mendapat pelajaran, bukan pengetahuan.
Kondisi ini tidak akan mampu menstimulus cara berfikir mahasiswa untuk lebih
kreatif, memiliki daya inovasi dan ide-ide cemerlang untuk dikembangkan.
6
Maksud merubah keadaa itu, Tuhan tidak akan merubah keadaan mereka, selama mereka tidak
merubah sebab-sebab kemunduran mereka. (Quran World surat ke-13 ayat 11)
5
7
SC Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, (Jakarta : Rineka Cipta,
2004), cet. ke-2, hlm. 31.
7
memberikan input berkaitan dengan teknik dan strategi penanaman motivasi, yang
tidak saja hanya ada dalam kegiatan belajar mengajar, akan tetapi model diskusi di
dalam dan di luar kelas (intra dan ekstra kurikuler).
Oleh karena itu penulis ingin mengeksplorasi metode pembelajaran diskusi
selanjutnya sering disebut pengaruh penerapan metode diskusi dan penanaman
motivasi belajar terhadap peningkatan berfikir kreatif mahasiswa dalam studi
pendidikan agama Islam di Universitas Subang. Metode pembelajaran memiliki
pengaruh yang signifikan dalam mencapai keberhasilan dalam proses belajar
mengajar.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, diidentifikasi pernyataan masalah
bahwa peningkatan berfikir kreatif mahasiswa belum maksimal hal itu diduga
antara lain karena penanaman motivasi belajar belum optimal dan penerapan
metode diskusi belum epektif. Sesuai dengan pernyataan masalah tersebut, maka
dapat dirumuskan masalah-masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh penerapan metode diskusi terhadap peningkatan
berfikir kreatif mahasiswa semester I dalam studi pendidikan agama Islam di
Universitas Subang ?
2. Bagaimana pengaruh penanaman motivasi belajar terhadap peningkatan
berfikir kreatif mahasiswa semester I dalam studi pendidikan agama Islam di
Universitas subang ?
3. Bagaimana pengaruh penerapan metode diskusi dan penanaman motivasi
belajar terhadap peningkatan berfikir kreatif mahasiswa semester I dalam
studi pendidikan agama Islam di Universitas Subang ?
4. Bagaimana hubungan penerapan metode diskusi dengan penanaman motivasi
belajar ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dari
penelitian ini adalah sebagai berikut :
9
8
Ibid., hlm. 97.
9
WJS Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Balai Pustaka : Jakarta, 2007), hlm. 649.
11
Menurut Zakiah Daradjat, Metode ialah suatu cara kerja yang sistematik
dan umum, terutama dalam mencari kebenaran ilmiah.11
Diskusi ialah suatu proses penglihatan dua atau lebih individu yang
berinteraksi secara verbal dan saling berhadapan muka mengenai tujuan atau
sasaran yang sudah ditentukan melalui cara tukar menukar informasi,
mempertahankan pendapat, atau pemecahan masalah.
Sedangkan metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran
dimana dosen memberi kesempatan kepada para siswa/mahasiswa (kelompok-
kelompok siswa) untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan
pendapat, membuat kesimpulan, atau menyusun berbagai alternatif pemecahan
atas suatu masalah.12
Diskusi adalah suatu percakapan yang terarah yang berbentuk pertukaran
pikiran antara dua orang atau lebih secara lisan untuk mendapatkan kesepakatan
atau kecocokan dalam usaha memecahkan masalah yang dihadapi.13
Tujuan pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi siswa sebagai
peserta didik, sehingga mahasiswa mampu menghadapi realitas kehidupan diera
global. Sementara pada saat yang sama, realitas kehidupan menuntut pula agar
pendidikan menghasilkan output kualitas terbaik sehingga mampu memenangkan
kompetisi dalam persaingan hidup yang sangat ketat. Untuk itu dibutuhkan hasil
belajar mahasiswa yang tidak sebatas memilki kemampuan intelektual, melainkan
dari itu memiliki kemampuan berfikir kreatif. Bersamaan dengan itu, secara
stimulan mahasiswa perlu mendapatkan penguatan motivasi belajar. Dengan
berfikir kreatif mahasiswa mampu menyelsaikan banyak persoalan hidup yang
dihadapinya. Sementara dengan motivasi belajar yang kuat, mahasiswa akan tetap
memilki energi untuk merealisasiakan gagasan dan keinginannya.
Menurut Suryosubroto Metode diskusi dalam proses pembelajaran adalah
suatu cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberi kesempatan kepada
10
Abdul Latief, Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam, ( Bandung : Pustaka
Bani Quraisy, 2006), hlm. 103.
11
Zakiah Daradjat, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1996),
hlm.1.
12
Hasibun, dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Remaja Rosdakarya 2008), hlm.
20.
13
M Atar Semi, Terampil Berdiskusi dan Berdebat, (Bandung : Titian Ilmu 2008), hlm.12.
12
memilki motivasi belajar yang kuat. Pelibatan mahasiswa secara inten dalam
proses belajar mengajar, secara ideal akan mampu membangkitkan motivasi
belajar kuat dari pada motivasi belajar yang dibangun atas dasar penguatan
(reinforcement) dan atau hukuman (punishment). Proses ini lebih menggugah
emosi peserta didik yang pada gilirannya memacu motivasi belajar atas dasar
kesadaran diri. Motivasi yang dibangun atas landasan kesadaran akan memilki
daya tahan lebih kuat. Kekuatan motivasi yang ditimbulkan oleh kesadaran
merupakan energi yang sulit dikalahkan oleh apapun.
Namun dengan demikian menurut Robert E Slavin, motivasi belajar itu
sesuatu yang sulit diukur, karena terkait dengan beragam faktor, seperti
kepribadian siswa, kemampuan melaksanakan tugas belajar, suasana belajar,
rangsangan untuk belajar dan perilaku guru.17
Motivasi adalah pendorong suatu usaha yang disadari untuk
mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia menjadi tergerak hatinya untuk
bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.18
Menurut MC. Donald, yang dikutip oleh Sardiman A.M, motivasi ialah
suatu perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya
“Feeling” dan didahului dengan tanggapan adanya tujuan.19
Dari beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli bahwa
motivasi adalah suatu perubahan yang terdapat pada diri seseorang untuk
melakukan sesuatu guna mencapai tujuan. Dapat disimpulkan bahwa motivasi
sebagai suatu perubahan enenrgi dalam diri seseorang yang ditandai munculnya
perasaan dan didahului dengan adanya tujuan, maka dalam motivasi terkandung
tiga unsur penting yaitu :
1. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri
setiap individu manusia, perkembangan motivasi akan membawa beberapa
perubahan energi didalam system “neurophysiological” yang ada pada
17
Robert E Slavin, Educational Psyhiology Theory and Practice, (Boston : Allyn And Bacon,
1994), hlm. 347.
18
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 1998), cet. ke-5,
hlm.71.
19
Sardiman A M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,
2011), cet. ke-20, hlm.73.
14
20
Ibid., hlm. 74.
15
21
Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
2011), cet. ke-11, hlm. 29.
22
Robert E Slavin, Educationl , hlm. 347.
23
Fuad Nashori dan Rachmy Diana Mucharam, Mengembangkan, hlm. 43-44.
16
Gambar I.I
Model Penelitian
Penerapan Metode
Diskusi
Peningkatan Berfikir
Kreatif
17
Penanaman Motivasi
Belajar
2. Jenis Data
Yang menjadi jenis data dalam penelitian ini berupa sumber data baik yang
tertulis, tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai. Sumber data
utama ini dipergunakan untuk memecahkan masalah-masalah.24 Jenis data
merupakan jawaban atas pertayaan penelitian yang diajukan terhadap masalah
yang dirumuskan dan tujuan yang telah ditetapkan.25 Oleh karena itu, sesuai
dengan rumusan penelitian yang telah ditetapkan, yang menjadi jenis data dalam
24
Lexi J Meleong, Metedologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004),
hlm. 112.
25
Cik Hasan Bisri, Penuntun Penyusunan Rencana Penelitian dan Penulisan Skripsi Bidang Ilmu
Agama Islam, (Jakarta : Logos, 1999), cet. ke-2, hlm. 58.
19
a. Observasi
Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spssifik
bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner. Kalau
wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang, maka observasi
tidak terbatas pada orang, tetapi juga pada objek-objek alam yang lain.27
Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila, penelitian
berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila
responden yang diamati tidak terlalu besar.
Observasi merupakan studi yang disengaja dan sistematis tentang
fenomena dan gejala-gejala alam dengan jalan pengamatan dan pencatatan.28 Apa
yang diamati adalah hasil sebuah persepsi. Menafsirkan berdasarkan latar belakng
pengalaman. Oleh karena itu persepsi tentang dunia sekitar tidak akan sama
dengan presepsi orang lain. Bahkan tidak tahu apakah presepsi dalam sebuah
27
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan R & D, (Bandung : Albeta, 2012), cet. ke-
16, hlm. 145.
28
Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Riset Sosial, (Bandung : Mandar Maju, 1990), cet. ke-6,
hlm.150.
21
penelitian sama dengan dunia sebenarnya. Dalam observasi ini digunakan tiga
cara, yakni :
1. Observasi deskriptif dengan tujuan berusaha mengamati cara umum
situasi dan keadaan di Universitas Subang.
2. Observasi terfokus, berusaha mengamati secara khusus situasi
pembelajaran dengan strategi pengaruh penerapan metode diskusi dan
penanaman motivasi belajar terhadap peningkatan berfikir kreatif
mahasiswa dalam studi pendidikan agama Islam di Universitas Subang .
3. Observasi selektif, berusaha mengamati fokus terkecil dalam latar
belakang penelitian untuk menghasilkan katagori-katagori yang spesifik
tentang pengaruh penerapan metode diskusi dan penanaman motivasi
belajar terhadap peningkatan berfikir kreatif mahasiswa dalam studi
pendidikan agama Islam di Universitas Subang.
b. Wawancara
Wawancara ialah teknik mendapatkan informasi dengan cara beretanya
langsung dengan responden.29 Wawancara juga dapat diartikan sebagai proses
memperoleh keterangan bertujuan untuk mendapatkan informasi mendalam.30
Wawancara dapat dilakukan secara struktur maupun tidak tersetruktur, dan
dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face) maupun dengan menggunakan
telepon.
1. Wawancara tersetruktur ialah wawancara sebagai teknik pengumpulan
data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti
tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam
melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen
penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis secara alternatif
jawabannyapun telah disiapkan. Dengan wawancara tersebut ini setiap
responden diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul data mencatatnya.
29
Masri Singarimbun dan Sofian Efendi, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: Pustaka LP3S
Indonesia, 1995), cet. ke-2. hlm. 192.
30
Moh Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1988), cet. ke-3. hlm.232.
22
31
Sugiyono, Metode, hlm. 140.
32
Winarno, Pengantar Penelitian, (Jakarta : Rineka Ciptz, 1988), hlm. 136.
33
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Edisi Revisi), (Jakarta : Bumi Aksara,
2005), hlm. 206.
34
Ibid., hlm. 142.
23
b. Paradigma Penelitian
Penelitian ini dibentuk dengan kerangka sebagai berikut :
Gambar 1. 2
Paradigma Penelitian
X1 PY∑
35
Suharsimi Arikunto, Prosedur, hlm. 128.
36
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1995), hlm. 72.
24
PYX1
PYX1X2
Y
rX1X2
PYX2
X2
37
Suryosubroto B, Proses, hlm.179.
38
Ibid., hlm.185
39
Robert E Slavin, Educational, hlm. 347.
40
Fuad Nashori dan Rachmy Diana Mucharam, Mengembangkan, hlm. 43-44.
26
g. Memperkaya
pengetahuan
2. Membuat Kesimpulan a. Memahami materi.
b. Mengerti tanggapan
audien/teman.
c. Dapat mengkolaborasi
hal-hal yang berkaitan
dengan materi.
d. Mengerti inti materi.
e. Mengerti dan memahami
permasalahan yang
muncul.
f. Pengembangan
kemampuan
3. Menyusun Berbagai a. Bisa menginpertarisir
Alternatif Pemecahan
daftar permasalahan.
b. Mengidentifikasi
permasalahan
c. Menyususn prioritas
permasalahan.
d. Menentukan
permasalahan utama.
e. Menentukan alternatif
masalah.
f. Ketepatan pemecahan
masalah
g. Mengambil manfaat dari
masalah
2 Penanaman 1. Tanggung Jawab a. Menyelesaikan tugas
Motivasi Terhadap Tugas
dengan baik
Belajar
(Robert E Slavin, b. Memenuhi giliran sesuai
1994: 347)
dengan jadwal
c. Menunjukan keseriusan
dalam belajar
d. Mencari referensi/buku
28
yang diperlukan
e. Menyakini bahwa ilmu
yang diajarkan kelak
akan bermanfaat.
2. Kedisiplinan dalam a. Masuk lebih awal dari
Waktu
dosen
b. Menggunakan waktu
dengan optimal untuk
belajar
c. Selsai tepat waktu
d. Pemanfaatan waktu luang
e. Adanya pelaturan yang
jelas
3. Perhatian Terhadap a. Sering bertanya tentang
Materi Pelajaran
pelajaran diluar
jam/ruang belajar
b. Mencari info tentang
materi pelajaran
c. Merasa rugi bila tidak
bisa mengikuti pelajarn
dikelas
d. Mendiskusikan materi
pelajaran
e. Memperhatikan
penjelasan dosen
4. Keinginan Menjadi a. Memiliki cita-cita yang
yang Terbaik
kuat untuk berprestasi
b. Berusaha untuk aktif
dalam belajar
c. Merasa khawatir
terkalahkan oleh orang
lain
d. Berusaha tampil sebaik
mungkin dalam diskusi.
5. Kehadiran Tatap a. Berusaha untuk selalu
Muka
29
mengikuti penjelasan
dosen
b. Merasa rugi bila ada jam
belajar yang kosong
c. Sering mengunjungi
perpustakaan.
d. Presentase kehadiran
e. Penilaian kegiatan belajar
mengajar
6. Kesiapan untuk a. Menyiapkan peralatan
Belajar
yang dibutuhkan
b. Memiliki buku referensi
yang memadai
c. Selalu siap belajar setiap
waktu yang ditentukan.
3. Peningkatan Berfikir 1. Kelancaran Berfikir a. Mengajukan banyak
Kreatif (Fluency Of
pertayaan.
(Euad Nashori & Thinking)
Rachmy Diana b. Menemukan jawaban jika
Mucharam, 2002 :
ada pertanyaan.
43-44)
c. Mempunyai banyak
gagasan mengenai suatu
masalah.
d. Lancar mengungkapkan
gagasan-gagasanya.
e. Bekerja lebih cepat dan
melakukan lebih. banyak
dari orang lain.
f. Dapat dengan cepat
mengkritik kesalahan dan
kelemahan dari suatu
objek dan situasi.
2. Keluwesan a. Perbedaan konsep dalam
(Flexibility)
materi pelajaran
b. Memberika bermacam-
macam penaffsiran
30
kesan mereka. Alternatif pilihan yang disediakan terdiri atas, Sangat Setuju,
Setuju, Ragu-ragu, tidak setuju, Sangat Tidak setuju.
Untuk menyatakan positif masing-masing pilihan ini diberikan bobot
penilaian 5 untuk pilihan :”Sangat Setuju” (SS), 4 untuk pilihan “Setuju” (S), 3
untuk pilihan “Ragu-ragu” (R), 2 untuk pilihan “Tidak Setuju” (TS), 1 untuk
pilihan “Sangat Tidak setuju” (STS).
Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi
indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk
menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertayaan.
Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai
gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif yang dapat berupa kata-kata.41
2) Uji Validitas
Sebelum soal test diberikan kepada responden terlebih dahulu dilakukan
uji soal untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya
pembeda.
Validitas butir soal dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
- Menentukan Mt (Mean skor total)
Mt=
∑ Xt
N
- Menentukan SDtp
2
-
SDt=
√
Menentukan Mp
∑ Y 2t − (∑ Y t )
N N
MP=
∑ Yang be tul
n be tul
- Menentukan koefisien korelasi biserial
M p −M t p
γ pb i=
St q √
Keterangan :
ã pb i=¿koefisien validitas item
41
Sugiyono, Metode, hlm. 93.
33
M p=¿ rerata sekor dari subjek yang menjawab betul bagi item
yang dicari validitasnya
M t =¿ rerata sekor total
St =¿ setandar deviasi dari sekor total
p=¿ proposi responden yang menjawab benar
q=¿ proposi responden yang menjawab salah (q =1-p)
Dikatakan valid jika r validitas ( nilai korelasinya) ≥ 0,3.42
3) Uji Reliabilitas
Reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah reliabilitas
internal, artinya butir-butir soal yang ada pada instrumen dianalisis secara
konsistensi dengan teknik tertentu.
Untuk menggunakan reliabilitas digunakan rumus K-R.20 sebagai
berikut :
n S 2−∑ pq
r �11= ( )(
n−1 S2 )
Ke terangan:
r11 = reliabilitas secara keseluruhan
n = banyaknya item
S = standar deviasi dari tes
P = proposi subjek yang menjawab item dengan benar
q = proposi subjek yang menjawab item dengan salah
(q =1-p)43
Interpretasi indeks reliabilitas:
r11 ≤ 0,20 : sangat rendah
0,21 < r11 ≤ 0,40 : rendah
0,41 < r11 ≤ 0,60 : sedang
0,61 < r11 ≤ 0,80 : tinggi
0,81 < r11 ≤ 1,00 : sangat tinggi.
7. Uji Hipotesis
42
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Edisi Revisi), (Jakarta : Bumi Aksara,
2005), hlm. 79.
43
Ibid., hlm. 102.
34
M=
∑ fx
N
b) Mencari Median, dengan rumus48
1
M e =b+ p
2
( )
n−F
f
c) Mencari Modus, dengan rumus49
44
Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta : Raja Geafindo Persada, 2002), hlm.
49.
45
Sudjana, Metode Statistika, (Bandung : Tarsito, 2005), hlm. 46.
46
Ibid., hlm. 47.
47
Anas Sudjiono, Pengantar, hlm. 80.
48
Sudjana, Metode, hlm. 79.
49
Ibid., hlm. 77.
35
b1
M o=b+ p ( b1 +b2 )
6) Mencari Satndar Deviasi, dengan rumus50
2
SD=
√ ∑ fx2 − ∑ fx
N ( ) N
7) Mencari daftar tabel frekuensi observasi dan ekspestasi dengan
mengetahui Z skor, Z daftar, L dan Ei
8) Mencari nilai chi kuadrat hitung dengan rumus51
k
2 ( Oi−Ei )2
X =∑
i−1 Ei
9) Mencari derajat kebebasan (dk) dengan rumus:
Dk = k -3
10) Menentukan uji chi kuadrat (X2) tabel dengan signifikansi 5% (0,05)
11) Uji normalitas dengan kriteria:
a) Frekuensi itu berdistribusi normal jika X2 hitung < dari X2 tabel
b) Frekuensi berdistribusi tidak normal jika X2 hitung > dari X2 tabel
b. Membuat tabel data pasangan variabel XY1, variabel XY2, dan
variabel XY1Y2
c. Menentukan persamaan regresi linear sederhana dengan rumus52
Ỷ= a + bX dimana :
( ∑ Y i ) (∑ X i2 )−( ∑ X i )( ∑ X i Y i )
a= 2
n ∑ X i2−( ∑ X i )
n ∑ X i Y i−( ∑ X i )( ∑ Y i )
b= 2
n ∑ X i2−( ∑ X i )
d. Uji linieritas regresi ini digunakan untuk menyakinkan apakah regresi
yang didapatkannya berdasarkan penelitian ada artinya bila dipakai
untuk membuat kesimpulan tentang hubungan variabel yang diteliti.
50
Anas Sudjiono, Pengantar, hlm. 155.
51
Sudjana, Metode, hlm. 273.
52
Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, (Bandung : Alfabeta,
1988), hlm. 377.
36
2
∑y
Jk a= ( )
n
2) Menghitung jumlah kuadrat gabungan regresi b terhadap a:
( ∑ X i )( ∑ Y i)
JK ( b/a ) =b {∑ XiY i−
n }
3) Menghitung jumlah kuadrat residu (Jkres) dengan rumus:
JK ℜ s=∑ Y i2−JK a−JK b/a
4) Menghitung jumlah kuadrat kekeliruan (JKkk) dengan rumus:
JK kk =∑ ¿ ¿
5) Menentukan jumlah kuadrat ketidakcocokan, dengan rumus:
JKtc = JKr - JKkk
6) Menentukan derajat kebebasan kekeliruan, dengan rumus:
Dbkk = n - k
7) Menentukan derajat kebebasan ketidakcocokan, dengan rumus:
Dbtc = k - 2
8) Menentukn rata-rata kuadrat kekeliruan, dengan rumus:
RKkk = JKkk : dbkk
9) Menentukan rata-rata kuadrat ketidakcocokan, dengan rumus:
RKtc = JKtc : dbtc
10) Menentukan nilai F ketidakcocokan, dengan rumus:
Ftc = RKtc : RKkk
11) Menentukan nilai F dari daftar atau tabel dengan derajat
kepercayaan 95% (pada taraf 0,05) dengan db = (dbtc/dbkk)
12) Memeriksa linieritas regresi dengan ketentuan sebagai berikut:
- Jika Ftc < F tabel, maka regresi tersebut linier
- Jika Ftc > F tabel, maka regresi trersebut tidak linier
53
Ibid., hlm, 327- 336.
37
r yx 2 +r yx 2 −2r yx r yx r x x
RY X X =
1 2
√ 1 2
1−r x 1 X2
2
1 2 i 2
59
Ibid., hlm. 139.
60
Witherington, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Bulan Bintang, 1991), hlm. 74.
61
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung : Remaja Rosda Karya,
2007), hlm. 114.
39
62
Ibid., hlm. 290.
63
Ibid., hlm. 303.
40
DAFTAR PUSTAKA
A. M,Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta :
PT.Raja Grafindo Persada.
Anonimus. 2006. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003,
tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bandung : Fokus Media.
Arikunto, Suharsimi. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Edisi Revisi).
Jakarta : Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek, Edisi Revisi V. Jakarta : PT Rineka Cipta.
B, Suryosubroto. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta :
Rineka Cipta.
Bisri, Cik Hasan. 1999. Penuntun Penyusunan Rencana Penelitian dan Penulisan
41