Anda di halaman 1dari 51

1

BAB II
KAJIAN TEORITIS TENTANG PENERAPAN METODE DISKUSI,
PENANAMAN MOTIVASI BELAJAR DAN PENINGKATAN BERFIKIR
KREATIF DALAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

A. Metode Diskusi dalam Studi Pendidikan Agama Islam


1. Pengertian Metode Diskusi
Belajar mengajar merupakan sebuah kegiatan yang komplek. Mengingat hal
demikian maka hampir tidak mungkin untuk menunjukan dan menyimpulkan
bahwa suatu metode belajar mengajar tertentu lebih favorit dari pada metode
belajar mengajar yang lain dalam usaha mencapai semua tujuan pembelajaran,
oleh dosen, mahasiswa, dan semua mata pelajaran,khususnya dalam studi
pendidikan agama Islam.

a. Metode
Kata metodologi berasal dari bahasa Yunani, yakni dari kata metha dan
hodos. Metha artinya melewati dan hodos artinya jalan atau cara. Methodos berarti
jalan untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan logos artinya Ilmu.1 Dalam
bahasa Arab metode disebut Thariqat artinya jalan, cara, sistem atau ketertiban
dalam mengerjakan sesuatu.2
Sedangkan secara terminologi, pengertian umum dapat digunakan untuk
berbagai objek, baik yang berhubungan dengan pemikiran maupun penalaran akal,
atau yang menyangkut pekerjaan fisik.3
Metode ialah cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai
suatu maksud.4 Metode ialah cara kerja yang bersistematik dan umum, terutama

1
Abuy Sodikin, Metodologi Studi Islam, (Bandung : Insan Mandiri, 2004), hlm. 3.
2
Ahmad Izzan, Metodologi Ilmu Tafsir, (Bandung : Tafakur, 2007), hlm. 97.
3
WJS Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1985), hlm.
649.
4
Abdul Latief, Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung : Pustaka
Bani Quraisy, 2006), hlm. 103.

1
2

dalam mencari kebenaran ilmiah.5 Metode ialah semua cara yang digunakan
dalam upaya mendidik.6
Dari berbagai pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa metode
ialah suatu cara, jalan, atau alat yang harus dilalui untuk mencapai tujuan
pembelajaran, sehingga metode dalam pembelajaran memiliki peran penting
dalam pencapaian hasil belajar. Kemampuan menguasai metode dalam
pembelajaran menjadi salah satu kompetensi yang harus dimilki oleh seorang
dosen.

b. Diskusi
Secara etimologi diskusi berasal dari bahasa Inggris discuss dan discussion.
Discuss berarti examine and argue abaut a subject (menguji dan beradu pendapat
tentang suatu masalah), dan discussion berati talk for the purpose of discussing
(membahas sesuatu sesuai tujuan diskusi).7
Dalam bahasa Arab pengertian yang sepadan dengan diskusi ialah
munaqasyah, mujadalah, mudzakarah, dan munadzarah, yang berarti berdiskusi,
berdebat dan menentang. Kata lain yang mendekati arti diskusi ialah hiwar yang
berarti saling menjawab dan mengulangi perkataan.8 Menurut Ahmad Tafsir kata
hiwar atau dialog ialah perkataan silih berganti antara dua pihak atau lebih
mengenai suatu topik, dan dengan sengaja diarahkan kepada suatu tujuan yang
dikehendaki.9
Menurut Rostiyah NK diskusi adalah proses interaksi antara dua atau lebih
yang terlibat, saling tukar menukar pengalaman, informasi, dan memecahkan
masalah.10 Dalam kamus populer diskusi diartikan sebagai pembahasan bersama
tentang suatu masalah, tukar pikiran, dan bahas membahas tentang suatu hal.11
5
Zakiah Daradjat, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1996), hlm. 1.
6
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Prespektif Islam, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
2008), cet. ke-8, hlm. 131.
7
As Hoornby, Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English, (London : Oxford
University Press, 1974), jilid, II, hlm. 24.
8
Lihat Ma’luf Louis, al Munjid fi al Lughah, (Jakarta : Mutiara, 1977), cet. ke-22, hlm. 82.
9
Ahmad Tafsir, Ilmu, hlm. 136.
10
Rostiyah NK, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : Rineka Cipta, 2001), cet. ke-6, hlm. 5.
11
Ahmad Maulana dkk, Kamus Ilmiah Populer, (Yogyakarta : Absolut, 2004), hlm. 306.

2
3

Diskusi ialah suatu percakapan yang terarah yang berbentuk pertukaran


pikiran antara dua orang atau lebih secara lisan untuk mendapatkan kesepakatan
atau kecocokan dalam usaha memecahkan masalah yang dihadapi.12
Sementara menurut JS Kamdhi diskusi ialah suatu proses berfikir bersama
untuk memahami suatu masalah, menemukan sebab musababnya, serta mencari
pemecahannya dengan berfikir bersama terjadi interkomunikasi, hubungan timbal
balik, kemufakatan, pengakuan, penghargaan, penerimaan akan keunikan orang
lain, kepedulian untuk bersama-sama mengakui suatu realitas atau
mengingkarinya.13
Diskusi pada dasarnya ialah tukar menukar informasi, pendapat, dan unsur-
unsur pengalaman secara teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian
bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu, atau untuk
mempersiapkan dan menampungkan keputusan bersama.14
Dari definisi kedua kamus diatas, diskusi didefinisikan sebagai sesuatu yang
bersifat teknis. Sementara Roestiyah NK dalam penjelasannya menyertakan
diskusi sebagai proses belajar menerima pendapat yang berbeda. Selanjutnya
Kamdhi menambahkan diskusi sebagai proses mental yang terkait dengan nilai
rasa, yaitu kepekaan dan kepeduliaan untuk mengakui atau mengingkari suatu
realitas.
Jadi menurut Suryosubroto Metode diskusi dalam proses pembelajaran
adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dimana dosen memberi kesempatan
kepada para mahasiswa (kelompok-kelompok siswa) untuk mengadakan
perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau
menyusun berbagai alternatif pemecahan atas suatu masalah.15
Metode diskusi ialah suatu cara mengajar yang dicirikan oleh suatu
keterikatan pada suatu topik atau pokok pertanyaan atau problema, dimana para

12
M Atar Semi, Terampil Berdiskusi dan Berdebat, (Bandung : Titian Ilmu Bandung, 2008), hlm.
10.
13
JS Kamdhi, Diskusi yang Efektif, (Yogyakarta : Kanisius, 1995), hlm. 12-14.
14
Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Bina Baru Algesiado, 2005), hlm.
79.
15
Suryosubroto B, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta : Rineka Cipta, 2002), hlm.
179.

3
4

peserta diskusi dengan jujur berusaha untuk mencapai atau memperoleh suatu
keputusan atau pendapat bersama yang disepakati.16
Metode diskusi merupakan suatu kegiatan dimana sejumlah orang
membicarakan secara bersama-sama melalui tukar pendapat tentang suatu topik
atau masalah, atau untuk mencari jawaban dari suatu masalah berdasarkan semua
fakta yang memungkinkan terjadi.17
Berdasarkan pandangan diatas, dalam penerapan metode diskusi perlu
diperhatikan beberapa aspek, antara lain problem yang didiskusikan, pembicara
diatur, pembicaraan tidak menyimpang dari pokok persoalan, dan kesalahan
segera diperbaiki. Dengan demikian persoalan yang diberikan dosen dapat
dipecahkan secara bersama-sama.
Dalam metode diskusi dimaksudkan untuk merangsang pemikiran serta
berbagai jenis pandangan. Ada tiga langkah utama dalam metode diskusi :
a. Penyajian yaitu pengenalan terhadap masalah atau topik yang meminta
pendapat, evaluasi dan pemecahan dari mahasiswa.
b. Bimbingan yaitu pengarahan yang terus menerus dan secara bertujuan
yang diberikan dosen selama proses diskusi. Pengarahan ini diharapkan
dapat menyatukan pikiran-pikiran yang telah dikemukakan
c. Pengihtisaran yaitu rekapitulasi pokok-pokok pikiran penting dalam
diskusi.18
Sedangkan menurut Ali bahwa metode diskusi pada dasarnya merupakan
musyawarah untuk mencari titik pertemuan pendapat, tentang suatu masalah.
Permasalahan yang dimaksud dalam pengertian diatas merupakan persoalan yang
sengaja dimunculkan agar para mahasiswa berfikir kreatif dan tidak selalu
menuinggu informasi dari dosen. Dengan demikian mahasiswa dilatih berfikir
kritis dan bekerja sama untuk memecahkan persoalan yang dihadapi.19

16
Depdikbud, Metodik Khusus Pengajaran IPS Sekolah Dasar, (Jakarta : Depdikbud, 1994), hlm.
6.
17
Moedjiono dan Dimyati, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : Depdikbud, 2004), hlm. 51.
18
Muhaimin dkk, strategi Belajar Mengajar, (Surabaya : CV Citra Media, 1996), hlm. 83-84.
19
Muhamad Ali, Guru dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Sinar Baru Algesindo, 2004),
hlm. 81.

4
5

Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan diatas, dapat disimpulkan


bahwa penerapan metode diskusi merupakan cara penyajian atau penyampaian
materi pembelajaran yang melibatkan mahasiswa untuk membahas masalah yang
bersipat problematis untuk mencapai solusi dan kesimpulan berdasarkan
kesepakatan bersama.
Penerapan metode diskusi dalam peroses pembelajaran yang bersifat
problematis, juga bermanfaast untuk melatih mahasiswa mengembangkan
keterasmpilan berkomunikasi dan berani mengemukakan gagasan.

2. Macam-Macam Metode Diskusi


Metode diskusi memiliki beberapa variasi, karena itu perlu dipilih agar
selaras dengan kepentingan proses pembelajaran di kelas. Robert E Slavin
menyebutkan dua model metode pembelajaran diskusi yaitu :
a. Small Group Discussion, yaitu diskusi kelompok yang terdiri antara empat
sampai enam orang mahasiswa yang tidak diikuti oleh keterlibatasn dosen.
Diskusi kelompok membahas suatu topik. Keterlibatan dosen sebatas pada
kegiatan memonitor dari suatu kelompok ke kelompok lain.
b. Whole Class Discussion, yaitu diskusi semua mahasiswa dalam satu kelas
dan biasanya dosen bertindak sebagai moderator. Diskusi kelas membahas
suatu isu dengan bimbingan dosen.

Ditinjau dari sudut formalitas dan jumlah peserta yang mengikutinya,


diskusi digolongkan menjadi :
a. Diskusi Formal

5
6

Diskusi ini terdapat pada lembaga-lembaga pemerintahan atau semi


pemerintahan, dimana dalam diskusi itu perlu adanya ketua dan penulis serta
pembicara yang diatur secara formal. Contoh seperti sidang DPR.20
b. Diskusi Informal
Aturan dalam diskusi ini lebih longgar dari pada diskusi lainnya, karena
sifatnya tidak resmi. Penerapannya bisa dalam diskusi keluarga, dan dalam belajar
mengajar dilaksanakan dalam kelompok-kelompok belajar dimana satu sama lain
bersifat “face to face relationshif”.
c. Diskusi Panel
Dalam diskusi ini ada dua katagori peserta, yaitu peserta aktif dan non
aktif. Pesrta aktif langsung melibatkan diri dalam diskusi, sedangkan peserta non
aktif hanya menjadi pendengar. Adakalanya peserta non aktif ini terdiri dari
beberapa kelompok yang memiliki wakil-wakil yang ditugasi berbicara atas nama
kelompoknya.
d. Diskusi dalam Bentuk Symposium
Suatu diskusi yang aggotanya harus menyiapkan prasaran sesuai
pandangannya. Pendengar diberikan kesempatan untuk mengajukan pandangan
umum. Dan diskusi syimposium ini biasanya tidak mencari kebenaran tertentu.
e. Lecture Discussion
Diskusi ini dilaksanakan dengan membeberkan suatu persoalan, kemudian
di diskusikan. Disini biasanya hanya satu pandangan atau satu persoalan saja.
f. Whole Group
Kelas merupakan satu kelompok diskusi. Whole group yang ideal apa bila
jumlah anggaotanya tidak lebih dari 15 orang.

g. Buzz Group
Satu kelompok besar dibagi menjadi beberapa kelompok kecil, terdiri dari
4-5 orang, tempat diatur agar siswa dapat berhadapan muka dan bertukar pikiran

20
Abu Ahmadi, Metode Khusus Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : PT Bima Aksara, 1986), hlm.
114.

6
7

dengan mudah. Diskusi diadakan ditengah atau diakhir pelajaran dengan maksud
menajamkan kerangka bahan pengajaran, memperjelas bahan pelajaran atau
menjawab pertanyaan-pertanyaan.
h. Debat
Suatu diskusi yang pesertanya terbagi dua dalam kelompok besar yang
kekuatan dan jumlahnya berimbang untuk membahas objek tertentu, dan biasanya
masalah-masalah nilai atau norma.
i. Fish Bowl
Suatu diskusi terdiri dari satu sampai tiga orang nara sumber. Para nara
sumber duduk semi melingkar berderet dengan tiga kursi kosong menghadap
kelompok besar. Moderator memberikan pengantar singkat dan meminta peserta
kelompok besar duduk dikursi kosong untuk mengajukan pertanyaan dan
mempersilahkan peserta lain berpartisipasi.21
Sehubungan dengan beberapa model diskusi tersebut, maka tugas
pemimpin diskusi atau moderator dapat berbeda. Menurut Jos Daniel Parera tugas
pemimpin diskusi adalah :
1. Menjelaskan maksud dan tujuan diskusi
2. Menjamin kelangsungan diskusi secara teratur
3. Memberikan stimulasi, anjuran, ajakan agar setiap peserta benar-benar
mengambil bagian dalam diskusi tersebut
4. Menyimpulkan dan merumuskan setiap pembicaraan, serta kelak membuat
beberapa kesimpulan persepakatan dan persetujuan bersama
5. Mempersiapkan laporan kelak.22

Sementara tugas peserta diskusi dijelaskan Parera sebagai berikut :


1. Menunjukan solidaritas dan partisipasi
2. Menjaga suasana yang nyaman dan segar untuk diskusi
3. Membuat beberapa usul dan sugesti (saran)
21
Hasibun dan Mujiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1986), hlm.
20-23.
22
Jos Daniel Parera, Belajar Mengemukakan Pendapat, (Jakarta : Erlangga, 1984), hlm. 194.

7
8

4. Memberikan pendapat dan informasi


5. Meminta pendapat dan informasi sebanyak mungkin
6. Mengajukan pertanyaan dan meminta dasar pendirian seseorang
7. Mengajukan keberatan dan mengajukan contoh serta bukti
8. Mengusulkan kesimpulan, memintya kesimpulan, dan dapat
menyimpulkan bersama
9. Memusatkan perhatian dalam diskusi.23
Dengan demikian jelas mengapa suatu mata pelajaran menggunakan
metode diskusi dan model diskusi yang mana saja yang dapat/mungkin dipakai
untuk kepentingan proses pembelajaran yang epektif dan efesien. Sedangkan dari
prespektif arah/tujuan pembelajaran tergambar, bahwa diskusi digunakan untuk
mengembangkan keterampilan bertanya dan membuat kesimpulan serta
keterampilan mengembangkan gagasan.

3. Tujuan Penggunaan Metode Diskusi


Tujuan penggunaan metode diskusi dalam proses pembelajaran
dimaksudkan agar mahasiswa berani mengeluarkan pendapat tentang suatu
persoalan secara bebas, supaya mahasiswa berfikir kreatif, memberi kesempatan
dan saling menghargai pendapat orang lain.
Selain dari pada itu tujuan penggunaan metode diskusi dalam proses belajar
mengajar tentu untuk efektifitas proses pembelajaran agar memberi hasil yang
optimal. Kualitas output pendidikan yang ditentukan oleh kualitas proses
pembelajaran, dan kualitas proses pembelajaran diantaranya ditentukan oleh
penentuan metode pembelajaran.
Tujuan penggunaan metode diskusi menurut Slavin adalah :
a. Inquiry Training, yaitu pembelajaran yang bertujuan agar mahasiswa dapat
mengembangkan keterampilan bertanya dan membuat kesimpulan

23
Ibid., hlm. 196-197

8
9

b. Exploring point of view, yaitu pembelajaran yang bertujuan agar


mahasiswa mampu menggali dan mengembangkan ide tentang suatu
topik.24
Menurut Roestiyah tujuan penggunaan metode diskusi adalah :
a. Mendorong pengetahuan dan pengalaman dalam memecahkan masalah
b. Berlatih menerima pendapat
c. Berlatih menyatakan pendapat secara lisan
d. Belajar berpartisipasi dalam pembicaraan untuk memecahkan masalah
bersama.25

4. Manfaat Penggunaan Metode Diskusi


Bertolak dari gagasan bahwa metode diskusi dapat digunakan pada mata
pelajaran yang memiliki karakteristik sebagaimana disebutkan diatas, selanjutnya
dapat disimpulkan, metode diskusi akan mampu mengantarkan mahasiswa
memiliki pandangan yang variatif terhadap suatu masalah (berfikir diveregen),
akan mengkondisikan mahasiswa memiliki kesigapan dalam mencari penyelsaian
masalah dengan berbagai cara termasuk yang tidak lajim, dan akan mengantarkan
mahasiswa pada kepekaan psikologis karena adanya internalisasi nilai-nilai.
Demikian pula metode diskusi meniscayakan mahasiswa aktif dalam
proses belajar mengajar. Aktivitas itu didasarkan pada ketentuan yang bermuatan
etika dan diarahkan pada pencapaian tujuan pembelajaran dengan menjunjung
nialai kebenaran dan kebaikan. Mengingat metode diskusi menuntut aktivitas
mahasiswa yang cukup tinggi, maka kegiatan belajar mengajar pada metode ini
berpusat pada mahasiswa.
Metode diskusi berbeda dengan metode ceramah. Pada metode ceramah
kegiatan pembelajaran berpusat pada dosen (teacher centered), sedangkan metode
diskusi kegiatan pembelajaran berpusat pada mahasiswa (studenet centered). Jadi
dalam metode diskusi, dosen lebih berfungsi sebagai pembimbing dan fasilitator.

24
Robert E Slavin, Educational Psyhiology Theory and Practice, (Boston : Allyn and Bacon,
1994), hlm. 290-291.
25
Rostiyah NK, Strategi , hlm. 6.

9
10

Menurut Abuddin Nata segi negatif pembelajaran berpusat pada dosen


adalah :
a. Menekankan mengajar sebagai kegiatan rasionalitas akademis bukan
sebagai pembinaan dan pengembangan potensi
b. Dosen hanya mencukupkan penguasaan pengetahuan tanpa melihat nilai
dibalik mata pelajaran
c. Menghasilkan peserta didik yang luas berfikir tetapi kurang memiliki
kepribadian
d. Dosen dapat terjebak pada pamer pengetahuannya dan menikmati
kekaguman peserta didik terhadapnya
e. Jika pamer pengetahuan itu disengaja, maka dosen telah memanfaatkan
kelemahan peserta didik
f. Pamer pengetahuan dari dosen tidak selalu melahirkan kekaguman, tetapi
dapat membosankan mahasiswa.26
Menurut Jos Daniel Parera manfaat berdiskusi sebagai berikut :
a. Pelaksanaan sikap demokrasi
b. Pengujian toleransi
c. Pengembangan kebebasan pribadi
d. Pengembangan latihan berfikiur
e. Penambahan pengetahuan dan pengalaman.27
Dengan melalui metode diskusi, terjadi proses pembelajaran dengan
perolehan pengetahuan kognitif tingkat tinggi, kesadaran afektif dengan
internalisasi nilai-nilai dalam kandungan metodologis serta berbagai keterampilan.
Dari pendapat para pakar sebagaimana telah disebutkan diatas, selanjutnya dapat
difahami bahwa metode diskusi memberikan manfaat, sebagai berikut :
a. Tidak membosankan mahasiswa, sebaliknya justru dapat membangkitkan
minat belajar
b. Mudah untuk meralat setiap kesalahan/kekeliruan yang dilakukan oleh
mahasiswa

26
Abuddin Nata, Paradigma Pendidikan Islam, (Jakarta : Grasindo, 2001), hlm. 203-204.
27
Jos Daniel Parera, Belajar, hlm. 190.

10
11

c. Memberi kesan kuat pada mahasiswa


d. Memberi pengaruh terhadap penerapan nilai-nilai ahlak
e. Mempertajam kemampuan berfikir
f. Melatih belajar cepat
g. Mengembangkan kepercayaan pada diri sendiri
h. Mendidik berfikir, bersikap, dan berperilaku mandiri
i. menerapkan sikap demokrasi dan toleran
j. Menambah wawasan dan pengetahuan.

5. Kelebihan dan Kekurangan Metode Diskusi


Setiap metode memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Untuk
itu, dosen seyogyanya memiliki keterampilan dan penguasaan setiap metode yang
lebih jelas, dibawah ini akan dikemukakan keunggulan dan kekurangan
penggunaan metode diskusi dalam proses pembelajaran yang dikemukakan para
ahli pendidikan.
Menurut Suryosubroto kelebihan metode diskusi cukup banyak, yakni :
a. Melibatkan semua mahasiswa secara langsung dalam proses belajar
b. Setiap mahasiswa dapat menguji tingkat pengetahuan dan penguasaan
bahan pelajarannya masing-masing
c. Dapat menumbuhkan dan mengembangkan cara berfikir dan sikap ilmiah
d. Dengan mengajukan dan mempertahankan pendapatnya dalam diskusi
diharapkan para mahasiswa akan dapat memperoleh kepercayaan akan
kemampuan diri sendiri
e. Dapat menunjang usaha-usaha pengembangan sikap sosial dan sikap
demokratis para mahasiswa28
Sedangkan kelemahan metode diskusi menurut Suryosubroto ialah
a. Tidak dapat diramalkan sebelumnya mengenai bagaimana hasilnya sebab
tergantung kepada kepemimpinan mahasiswa dan partisipasi anggota-
anggotanya

28
Suryosubroto B, Proses, hlm. 185.

11
12

b. Memerlukan keterampilan-keterampilan tertentu yang belum pernah


dipelajari sebelumnya
c. Jalannya diskusi dapat dikuasai oleh beberapa mahasiswa yang menonjol
d. Tidak semua topik dapat dijadikan pokok diskusi, tetapi hanya hal-hal
yang bersifat problematis saja yang dapat di diskusikan
e. Diskusi yang mendalam perlu waktu yang banyak, mahasiswa tidak boleh
dikejar-kejar oleh waktu, sehingga hasilnya tidak bermanfaat bahkan bisa
menimbulkan kesalahan
f. Apabila suasana diskusi hangat dan mahasiswa sudah berani
mengemukakan buah pikiran mereka, biasanya sulit untuk membatasi
pokok masalahnya
g. Jumlsh mahasiswa didalam kelas yang terlalu besar akan mempengaruhi
kesempatan setiap mahasiswa untuk mengemukakan pendapatnya.29

6. Alasan Penggunaan Metode Diskusi


Pada dasarnya, alasan perlunya penggunaan metode diskusi dalam proses
pembelajaran karena adanya problem yang perlu dipecahkan bersama untuk
menemukan titik kesepakatan.
Penggunaan suatu metode pembelajaran harus mempertimbangkan banyak
faktor, karakteristik mata pelajaran yang akan diajarkan, keterbatasan fasilitas,
sarana pendukung dan kesiapan dari mahasiswa dan dosen menjadi pertimbangan
dalam memilih metode diskusi dan model dari diskusi.
Tidak semua pelajaran dapat menggunakan semua metode, tetapi
sebaliknya suatu mata pelajaran tidak perlu hanya dapat menggunakan suatu
metode. Oleh karena itu mata pelajaran tertentu hanya cocok dengan beberapa
metode saja. Dalam kaitan ini Robert E Slavin, mengemukakan latar belakang
kepentingan penggunaan metode pembelajaran diskusi. Menurut Slavin ada tiga
alasan mengapa suatu mata pelajaran perlu menggunakan metode diskusi :
a. Materi pelajaran itu subjektif dan kontroversial. Mata pelajaran yang
memiliki nilai-nilai subjektif bahkan kontroversial layak untuk di

29
Ibid., hlm.186

12
13

diskusikan. Diskusi dalam mata pelajran tersebut akan menghasilkan


pendalaman dan perluasan pengetahuan.
b. Materi pelajaran merupakan konsep yang sulit dan baru, sehingga
mahasiswa perlu melihat dari cara pandang yang berbeda
c. Materi pelajaran yang mengandung tujuan afektif membutuhkan metode
diskusi. Transmisi nilai-nilai akan bertambah efektif setelah mahasiswa
memahami materi yang di diskusikan dan kemudian menyadarinya.30
Dengan demikian metode diskusi tepat untuk digunakan pada mata
pelajaran yang memilki karakteristik :
a. Subjektive and controversial, seperti sejarah, ilmu pemerintahan, ekonomi
dan seni
b. Sulit dan baru, misalnya mata pelajaran sins
c. Memilki kandungan affective seperti seperti pada mata pelajaran civic/tata
negara dan agama.
Sumantri dan Permana mengemukakan beberapa alasan penggunaan metode
diskusi dalam proses pembelajaran, yaitu :
a. Topik bahasan bersifat problematis
b. Merangsang mahasiswa untuk lebih secara aktif dalam berdebat ilmiah
c. Melatih mahasiswa untuk berfikir kritis dan terbuka
d. Mengembangkan suasana demokratis dan melatih mahasiswa berjiwa
besar
e. Mahasiswa memilki pandangan yang berbeda-beda tentang masalah yang
dijadikan topik diskusi
f. Mahasiswa memilki pengetahuan dan pendapat tentang masalah yang akan
didiskusikan
g. Masalah akan didiskusikan akan dihubungkan dengan persoalan-persoalan
yang lain pula.31
Berdasarkan uraian diatas, pada hakikatnya diskusi dilaksanakan agar
mahasiswa belajar berfikir kritis dan berani mengemukakan pendapatnya.
30
Robert E Slavin, Educational, hlm. 290-291.
31
Sumantri dan Permana, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : Departemen P dan K. Dikti. PGSD,
1998/1999), hlm. 145.

13
14

Perdebatan yang terjadi dalam diskusi bukan berarti perang mulut dan beradu
argumentasi untuk memenagkan pemahamannya, melainkan saling memberikan
sumbangan pikiran, tukar menukar informasi hingga tercapai suatu kesepakatan.

7. Aplikasi Metode Diskusi dalam Studi Pendidikan Agama Islam


Metode pembelajaran adalah salah satu faktor yang menentukan
keberhasilan pembelajaran. Dengan metode inilah dosen dapat menyampaikan
materi pelajaran sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh mahasiswa.
Diantara sekian banyak metode pembelajaran, diskusi merupakan salah satu
metode belajar mengajar yang penting untuk diterapkan di sekolah, termasuk pada
mata pelajaran pendidikan agama Islam.
Dengan metode diskusi maka dapat dikembangkan keberanian
mengemukakan pendapat dan pemikiran mahasiswa, serta mengembangkan rasa
toleran dan terbuka dalam menerima kritikan dan pendapat orang lain. Pendidikan
yang mampu memfasilitasi perubahan adalah pendidikan yang merata, bermutu
dan relevan dengan kebutuhan masyarakatnya.32
Salah satu metode yang dianggap relevan dapat memotivasi belajar
mahsiswa dalam pendidikan agama Islam adalah metode diskusi dalam hal ini
dosen memberikan materi yang didiskusikan oleh mahasiswa yang dibentuk
dalam suatu kelompok, hal inilah bentuk diskusi yang dianggap ideal. Metode
diskusi merupakan suatu metode pembelajaran dimana dosen mendiskusikan
materi pelajaran  dengan mahasiswa secara bersama-sama atau dosen memberikan
topik atau materi yang akan didiskusikan dengan membentuk kelompok-
kelompok diskusi mahasiswa agar mahasiswa mendiskusikan materi yang
diajarkan kemudian mengambil kesimpulan terhadap hasil diskusi kelompok
tersebut.
Metode mengajar merupakan salah satu cara yang dipergunakan dosen
dalam mengadakan hubungan dengan mahasiswa pada saat pengajaran
berlangsung. Oleh karena itu peranan metode mengajar sebagai alat untuk

32
Faisal Jalal, Didi Supriadi, Reformasi Pendidikan dalam Konsteks Otonomi Daerah, (Yogyakarta
: Karya Nusa, 2001), hlm. 21.

14
15

menciptakan proses belajar mengajar.33 Karena belajar mengajar merupakan inti


dari kegiatan pendidikan di sekolah.
Pada dasarnya metode diskusi diaplikasikan untuk :
a. Mendorong mahasiswa berfikir kritis
b. Mendorong mahasiswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas
c. Mendorong mahasiswa mengembangkan pikirannya untuk memecahkan
masalah bersama
d. Mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk
memecahkan masalah berdasarkan pertimbangan yang seksama
e. Membiasakan mahasiswa suka mendengar pendapat orang lain sekalipun
berbeda dengan pendapatnya sendiri
f. Membiasakan bersikap toleran.34
Berangkat dari aplikasi metode diskusi tersebut seorang dosen agama
membekali mahasiswanya dengan ilmu agama, sehingga nantinya diharapkan
dapat mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
Dalam ajaran Islam banyak menunjukkan betapa pentingnya metode
diskusi ini dipergunakan dalam pendidikan agama. 35 Allah telah mengajarkan
manusia agar segala sesuatu masalah itu dipecahkan atas dasar musyawarah
mufakat, sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur’an :
öNèdö‘Ír$x©ur ’Îû ͐öDF{$# ( #sŒÎ*sù |MøBz•tã ö@©.uqtGsù ’n?tã «!$# 4 ¨bÎ) ©!$#
=Ïtä† tû,Î#Ïj.uqtGßJø9$#
Artinya : “Dan bermusyawarahlah engkau dalam urusan itu kemudian apabila
kamu telah membulatkan tekadmu maka bertawakkallah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (Q.S.
an-Nahl 125).36

33
Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta : Rineka Cipta,1997), hlm. 43.
34
Zuhairini, Abd. Ghofir-Slamet As Yusuf-M. Sarju, Metodologi Pendidikan Agama, (Solo :
Ramadhani, 1993), hlm. 103.
35
Ibid., hlm. 80.
36
Al-Qur’an Surat Ali Imron ayat 159, Yayasan Penyelenggara Al-Qur’an, Al-Qur’an dan
Terjemahannya, Depag, RI, Jakarta, 1990, hal. 103.

15
16

äí÷Š$# 4’n<Î) È@‹Î6y™ y7În/u‘ ÏpyJõ3Ïtø:$$Î/ ÏpsàÏãöqyJø9$#ur ÏpuZ|¡ptø:$# (


Oßgø9ω»y_ur ÓÉL©9$$Î/ }‘Ïd ß`|¡ômr& 4 ¨bÎ) y7/u‘ uqèd ÞOn=ôãr& `yJÎ/ ¨@|Ê `tã
/¾Ï&Î#‹Î6y™ ( uqèdur ÞOn=ôãr& tûïωtGôgßJø9$$Î
Artinya : serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah 37 dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya
dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
(Q.S. an-Nahl: ayat 125)38
Ayat diatas memberi pengertian tentang pentingnya metode penyampaian
dalam proses berdakwah, yakni dengan cara bijaksana, pemberian pelajaran yang
baik dan dengan cara berdebat (diskusi). Ketiga bentuk tersebut juga menunjukan
kepada objek, situasi, dan berbagai faktor lain ketika da’wah itu disampaikan. Al-
Quran menyatakan pentingnya metode berdakwah, agar tepat dan memperoleh
hasil optimal, maka demikian juga dalam aplikasi pembelajaran harus menerapkan
metode yang tepat.
Menurut Azyumardi Azra, kajian tentang kependidikan Islam sebagai
bagian dari studi Islam belum tergarap secara serius. Ia mencontohkan kajian
kependidikan Islam masih relatif rendah dibanding dengan kajian tentang
pemikiran kalam.39
Metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dengan tehnik
dosen memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengadakan
perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau
penyusunan berbagai alternatif pemecahan atas sesuatu masalah.40
Metode diskusi dalam pendidikan Islam bisa berhasil apa bila didukung
oleh alat yang dimilki oleh manusia, yang berfungsi untuk memperoleh
pengetahuan yaitu kalbu (al-Qalbu), mata (al-Basar), dan telinga (al-Udzun).
Manusia yang tidak menggunakan alat-alat tersebut ini untuk memperoleh
37
Hikmah: ialah Perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan
yang bathil.
38
DEPAG RI, Al-Qurqn dan Terjemaah, (Jakarta : PT Syamil Cipta Media, 2005), hlm. 281.
39
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, (Jakarta :
Kalimah, 2001), hlm. 7.
40
Suryobroto, Proses, hlm. 43.

16
17

pengetahuannya, pemikirannya akan naif (magbun), bahkan ketika tidak


menggunakan ketiga potensi tersebut, ia akan sesat. Dengan demikian kegunaan
dan fungsi potensi itu ialah untuk memperoleh pengetahuan yang dinyatakan
dalam Al-Quran Surat al-Nahl ayat 78.
ª!$#ur Nä3y_t÷zr& .`ÏiB ÈbqäÜç/ öNä3ÏF»yg¨Bé& Ÿw šcqßJn=÷ès? $\«ø‹x©
?Ÿ@yèy_ur ãNä3s9 yìôJ¡¡9$# t»|Áö/F{$#ur noy‰Ï«øùF{$#ur   öNä3ª=yès9 šcrãä3ô±s
Artinya : Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan
tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan
dan hati, agar kamu bersyukur. (Q. S. an-Nahl : 78).41
Ayat di atas mempertegas bahwa ketika manusia dilahirkan ia baru
mempunyai potensi-potensi (fitrah) untuk memperoleh pengetahuan. Di samping
potensi-potensi tersebut, manusia mempunyai alat-alat fisik, yakni indra
pendengar, penglihat, dan kalbu yang dapat merasa dan berfikir.
Jadi uraian diatas dapat difahami bahwa aplikasi metode diskusi
pendidikan agama Islam adalah membina mahasiswa agar dalam proses berfikir
itu tidak hanya sebatas teori yang diketahui tapi harus bisa merealisasikan dari
sebuah teori itu baik dilingkungan sekolah, keluarga,dan masyarakat, sehingga
tercermin pada sikap dan tindakan dalam seluruh kehidupannya dalam rangka
mencapai kebahagiaan dan kejayaan di dunia dan di akhirat.

B. Motivasi Belajar dalam Studi Pendidikan Agama Islam


Motivasi merupakan komponen penting dalam proses belajar mengajar.
Untuk mencapai keberhasilan suatu proses belajar mengajar, mahasiswa perlu
memilki motivasi belajar yang kuat. Pelibatan mahasiswa secara inten dalam
proses belajar mengajar, secara ideal akan mampu membangkitkan motivasi
belajar kuat dari pada motivasi belajar yang dibangun atas dasar penguatan
(reinforcement) dan atau hukuman (punishment).
Proses ini lebih menggugah emosi peserta didik yang pada gilirannya
memacu motivasi belajar atas dasar kesadaran diri. Motivasi yang dibangun atas

41
Juhaya S Praja, Filsafat Hukum Islam, (Bandung : Pusat Penerbitan Universitas LPPM-
Universitas Islam Bandung, 1995), hlm. 39.

17
18

landasan kesadaran akan memilki daya tahan lebih kuat. Kekuatan motivasi yang
ditimbulkan oleh kesadaran merupakan energi yang sulit dikalahkan oleh apapun.

1. Pengertian Motivasi Belajar


Motivasi merupakan salah satu aspek psikis yang memiliki pengaruh
terhadap pencapaian prestasi belajar. Dalam Psikologi, istilah motif sering
dibedakan dengan istilah motivasi. Untuk lebih jelasnya apa yang dimaksud
dengan motif dan motivasi, berikut ini penulis akan memberikan pengertian dari
kedua istilah tersebut.
Kata “Motif” diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang
untuk melakukan sesuatu.42 Atau yang dikatakan Sardiman dalam bukunya
Psychology Understanding of Human Behavior yang dikutip M.Ngalim
Purwanto, motif adalah tingkah laku atau perbuatan suatu tujuan atau
perangsang.43 Sedangkan S. Nasution, motif adalah segala daya yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu.44
Dengan demikian motif ialah dorongan atau kekuatan dari dalam diri
seseorang yang dapat menggerakan dirinya untuk melakukan sesuatu.
Adapun pengertian motivasi (Inggris) Motivation give a motive or
incentive to act. Motivasi adalah memberikan atau rangsangan untuk melakukan
tindakan.45 Sedangkan pengertian motivasi dalam Kamus Besar Indonesia
Kontemporer, adalah keinginan atau dorongan yang timbul dalam diri seseorang
baik secara sadar maupun tidak sadar untuk melakukan sesuatu perbuatan dengan
tujuan tertentu.46
Namun dengan demikian menurut Robert E Slavin, motivasi belajar itu
sesuatu yang sulit diukur, karena terkait dengan beragam faktor, seperti

42
Sardiman A M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,
2011), cet. ke-20, hlm. 73.
43
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 1998), cet. ke-5,
hlm. 60.
44
S Nasution, Didaktik Asas-asas Mengajar, (Jakarta : Bumi Aksara, 2011), cet. ke-7, hlm. 73.
45
AS Hornby, Oxpord Advanced Learner’s Dictionary of Current English, (London : Oxpord
University Press, 1974), hlm. 246.
46
Peter Salim dan Yenny, Kamus Besar Indonesia Kontemporer, (Jakarta : Modern English, 1991),
hlm. 997.

18
19

kepribadian siswa, kemampuan melaksanakan tugas belajar, suasana belajar,


rangsangan untuk belajar dan perilaku guru.47
Motivasi adalah pendorong suatu usaha yang disadari untuk
mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia menjadi tergerak hatinya untuk
bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.48
Menurut MC. Donald, yang dikutip oleh Sardiman A.M, motivasi ialah
suatu perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya
“Feeling” dan didahului dengan tanggapan adanya tujuan.49
Motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri seseorang yang
ditandai munculnya perasaan dan didahului dengan adanya tujuan, maka dalam
motivasi terkandung tiga unsur penting yaitu :
a. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri
setiap individu manusia, perkembangan motivasi akan membawa beberapa
perubahan energi didalam system “neurophysiological” yang ada pada
organisme manusia. Karena menyangkut perubahan energi manusia
(walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri manusia), penampakannya
akan menyangkut kegiatan fisik manusia.
b. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa “feeling” afeksi seseorang.
Dalam hal ini motivasi sangat relevan dengan persoalan-persoalan
kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.
c. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal
ini sebenarnya respon dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi memang
muncul dari dalam diri manusia, tapi kemunculannya karena terrangsang
atau terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan
ini akan menyangkut soal kebutuhan.50
Dari pengertian para pakar tersebut, dapat difahami bahwa motivasi adalah
proses yang terjadi dalam diri seseorang, baik sebagai dorongan kebutuhan dari

47
Robert E Slavin, Educational, hlm. 347.
48
Ngalim Purwanto, Psikologi, hlm. 71.
49
Sardiman A M, Interaksi, hlm. 73.
50
Ibid., hlm. 74.

19
20

dalam (internal), maupun sebagai respon terhadap realitas, yang menggerakan


orang untuk bersikap dan berperilaku.
Pemahaman mengenai arti belajar ini akan diawali dengan mengemukakan
definisi tentang belajar. Ada beberapa definisi tentang belajar, antara lain dapat
diuraikan sebagai berikut :
a. Cronbach memberikan definisi : Learning is Shown by a change in
behavior as a result of experience. Belajar adalah sebagai suatu aktivitas
yang ditunjunkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman.
b. Harold Spear memberikan batasan belajar ialah Learning is to observe, to
read, to imitate to try something themselves. yo listen, to follow direction.
Belajar ialah untuk observasi, untuk membaca, untuk meniru,untuk
mencoba diri sendiri atas sesuatu, untuk mendengar, untuk mengikuti arah.
c. Geoach mengatakan Leraning is a change in performance as a result of
practice.Belajar ialah suatu perubahan performa (penampilan sikap)
sebagai hasil dari peraktek.51
Dari definisi diatas, maka dapat diterangkan bahwa belajar itu senantiasa
merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan
misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan lain
sebagainya.
Muhibbin Syah Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan
unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang
pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan
pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami peserta didik
baik ketika peserta didik berada disekolah maupun di lingkungan.52
Ahmad Tafsir mengutip teori belajar Thorndike memandang belajar
sebagai suatu usaha memecahkan problem. Berdasarkan eksperimen yang

51
Sardiman AM, Interaksi, hlm. 20.
52
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 63.

20
21

dilakukannya ia memperoleh tiga buah hukum dalam belajar , yaitu Law of effect,
law of exercise, dan law of readiness.
a. Law of effect menyatakan tercapainya keadaan yang memuaskan akan
memperkuat hubungan antara stimulus (S) dan respon (R). Maksudnya
bila respon terhadap stimulus menimbulkan sesuatu yang memuaskan
(mengenakkan misalnya) maka bila setimulus seperti itu muncul lagi
subjek memberikan respon yang lebih tepat, cepat dan intens. Bila
hubungan S-R tidak diikat oleh sesuatu yang memuaskan maka respon itu
akan melemah atau bahkan tidak ada respon sama sekali.
b. Law of exercise menyatakan bahwa respon terhadap stimulus dapat
diperkuat dengan seringnya respon itu dipergunakan. Hal ini menghasilkan
implikasi bahwa peraktek, khususnya pengulangan dalam pengajaran
adalah penting dilakukan.
c. Law of readiness mengajarkan bahwa dalam memberikan respon subjek
harus siap. Hukum ini menyangkut syarat kematangan dalam pengajaran,
baik kematangan pisik maupun mental dan intelek. Stimulus tidak akan
direspon, atau responya akan lemah saja, bila pelajar kurang atau belum
siap.53
Dari beberapa pendapat para ahli tentang pengertian belajar yang
dikemukakan diatas dapat dipahami bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang
dilakukan dengan melibatkan dua unsur, yaitu jiwa dan raga. Gerak raga yang
harus ditunjukan harus sejalan dengan proses jiwa untuk mendapatkan perubahan.
Tentu saja perubahan yang didapatkan itu bukan perubahan fisik, tetapi perubahan
jiwa dengan sebabnya masuk kesan-kesan baru.
Untuk melengkapi pengertian mengenai makna belajar, perlu kiranya
dikemukakan prinsip-prinsi yang berkaitan dengan belajar. Dalam hal ini ada
beberapa prinsip yang penting untuk diketahui, antara lain :
1. Belajar pada hakikatnya menyangkut potensi manusiawi dan kelakuannya

53
Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
2011), cet. ke-11, hlm. 29.

21
22

2. Belajar memerlukan proses dan penahapan serta kematangan dari para


siswa
3. Belajar akan lebih mantap dan efektif, bila didorong dengan motivasi,
terutama motivasi dari dalam diri sendiri
4. Informasi tentang kelakuan baik, pengetahuan, kesalahan serta
keberhasilan siswa, dapat membantu kelancaran dan gairah belajar
5. Belajar dapat melakukan tiga cara, yaitu diajar secara langsung,
pengalaman langsung dan pengenalan atau peniruan.54
Akhirnya dapat disimpulkan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan
jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut
kognitif, afektif dan psikomotor.
Jadi motivasi belajar ialah keinginan atau dorongan dalam diri siswa untuk
belajar dan mengembangkan semua potensi dirinya seoptimal mungkin sebagai
hasil interaksinya dengan faktor luar melalui proses pembelajaran disekolah
dengan tanggung jawab terhadap tugas, kedisiplinan dalam waktu, perhatian
dalam materi pelajaran, keinginan menjadi yang terbaik, kehadiran tatap muka
dan kesiapan untuk belajar.55
Motivasi belajar ialah hasrat untuk belajar dari seorang individu. Seorang
peserta didik dapat belajar secara lebih efesien, apa bila ia berusaha belajar secara
maksimal, artinya peserta didik memotivasi dirinya sendiri untuk belajar.56
Motivasi belajar ialah keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa
yang menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin kelagsungan dari kegiatan
belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang
dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.
Selanjutnya untuk memfokuskan pengertian motivasi belajar, dapat
dikemukakan, bahwa yang dimaksud dengan motivasi belajar mahasiswa dalam
tesis ini adalah sesuatu yang mendorong mahasiswa untuk melakukan kegiatan

54
Sardiman A M, Interaksi, hlm. 24-25.
55
Robert E Slavin, Educationl , hlm. 347.
56
Masnur dkk, Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia, (Malang : Jemmars,
1992), hlm. 41.

22
23

belajar, baik dorongan itu berasal dari dalam diri sendiri yaitu berupa
pengetahuan, pengalaman, dan pendidikan mahasiswa, maupun dari luar diri
mahasiswa, seperti orang tua, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah,
lingkungan masyarakat, kondisi sosial ekonomi, dosen, temen, dan metode
belajar.

2. Macam-Macam Motivasi Belajar


Adapun bentuk motivasi belajar itu ada dua macam, yaitu :

a. Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri
siswa sendiri yang dapat mendorong melakukan tindakan belajar. 57 Teremasuk
dalam motivasi intrinsik siswa adalah perasaan menyenangi materi dan
kebutuhannya terhadap materi tersebut, misalnya untuk kehidupan masa depan
siswa yang bersangkutan.
Dalam buku lain yang disebut motivasi intrinsik adalah motivasi yang
timbul dari dalam diri seseorang atau motivasi yang erat hubungannya dengan
tujuan belajar, misalnya : ingin memahami suatu konsep, ingin memperoleh
pengetahuan dan sebagainya.58
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan motivasi intrinsik adalah :
1) Adanya kebutuhan
Kebutuhan juga ada kaitannya dengan motivasi, karena dengan adanya
kebutuhan maka hal ini akan menjadi pendorong bagi mahasiswa untuk berbuat
dan berusaha, misalnya: seorang mahasiswa ingin mengetahui isi cerita akan
menjadi pendorong yang kuat bagi anak untuk belajar membaca, karena apabila ia
dapat membaca maka ia akan mengerti.
2) Adanya pengetahuan tentang kemajuan dirinya sendiri

57
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung : Remaja
Rosdakarya,2004), cet. ke-10, hlm. 136-137.
58
M Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1996), hlm. 85.

23
24

Maksudnya adalah mengetahui hasil-hasil prestasi sendiri, apakah


mengalami kemajuan atau sebaliknya mengalami kemunduran, maka hal ini akan
dapat menjadi pendorong bagi mahasiswa agar lebih giat lagi dalam belajarnya.
3) Adanya cita-cita atau aspirasi59
Seseorang berbuat atau bertindak untuk melaksanakan suatu perbuatan dia
mempunyai asumsi untuk memenuhi cita-cita atau aspirasi, dan itu merupakan
suatu tujuan yang ingin dicapai. Dengan adanya tujuan itulah individu dapat
bekerja dengan giat dan akan terus berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai
tujuan tersebut. Dengan demikian adanya cita-cita tersebut akan dapat memotivasi
seseorang untuk berbuat mencapai kebutuhannya (cita-cita atau aspirasi).

b. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu
siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. 60 Bentuk
motivasi ekstrinsik ini merupakan suatu dorongan yang tidak secara mutlak
berkaitan dengan aktivitas belajar, misalnya mahasiswa rajin belajar untuk
memperoleh hadiah yang telah dijanjikan oleh orang tuanya, pujian dan hadiah,
peraturan atau tata tertib sekolah, suri tauladan orang tua, dosen dan lain-lain, ini
merupakan contoh konkrit dari motivasi ekstrinsik yang dapat mendorong
mahasiswa untuk belajar.
Untuk dapat membangkitkan motivasi ekstrinsik dosen hendaknya dalam
proses belajar mengajar berusaha dengan berbagai cara, diantaranya :
1. Kompetisi (persaingan, dosen berusaha menciptakan persaingan diantara
mahasiswa untuk meningkatkan prestasi belajar
2. Pace making, pada awal kegiatan belajar mengajar dosen hendaknya
menyampaikan trik pada mahasiswa
3. Tujuan yang jelas untuk mencapai pembelajaran

59
Akyas Azhari, Psikologi Pendidikan, (Semarang : Dina Utama Semarang, 1996), cet. ke-1,
hlm.75.
60
Muhibbin Syah, Psikologi, hlm. 137.

24
25

4. Mengadakan penilaian/tes, pada umumnya mahasiswa mau belajar dengan


tujuan nilai yang baik.61
Dalam prespektif kognitif, motivasi yang lebih signifikan bagi mahasiswa
adalah motivasi intrinsik karena lebih murni dan langgeng serta tidak bergantung
pada dorongan atau pengaruh orang lain. Perlu ditegaskan, bukan berarti motivasi
ekstrinsik tidak baik dan tidak penting. Dalam kegiatan belajar mengajar tetap
penting, karena kemungkinan besar keadaan mahasiswa itu dinamis berubah-ubah
dan juga mungkin komponen-komponen lain dalam proses belajar mengajar ada
yang kurang menarik bagi mahasiswa,sehingga mahasiswa tidak bersemangat
dalam melakukan proses belajar mengajar baik disekolah maupun di rumah.
Di dalam kegiatan belajar mengajar peranan motivasi baik intrinsik maupun
ekstrinsik sangat diperlukan. Dengan motivasi, mahasiswa dapat mengembangkan
aktifitas dan inisiatif sehingga dapat mengarahkan dan memelihara kerukunan
dalam melakukan kegiatan belajar.

3. Fungsi Motivasi Belajar


Fungsi motivasi sangat berperan dalam belajar, mahasiswa yang dalam
proses belajar mempunyai motivasi yang kuat dan jelas pasti akan tekun dan
berhasil dalam belajarnya. Makin tepat motivasi yang diberikan, maka makin
berhasil pelajaran yang ditekuninya. Maka motivasi akan menentukan intensitas
usaha belajar bagi mahasiswa.
Adapun fungsi motivasi ada tiga, yaitu :
a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor
yang melepaskan energi
b. Menentukan arah perbuatan yakni kearah tujuan yang hendak dicapai
c. Menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang
harus dijalankan yang serasi guna mencapai tujuan itu dengan
menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan
tersebut.62
61
Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1992), hlm. 24-
25.
62
Sardiman A M, Interaksi, hlm. 85.

25
26

Seorang mahasiswa yang akan menghadapi ujian dengan harapan dapat


lulus, tentu akan melakukan kegiatan belajar dan tidak akan menghabiskan
waktunya untuk bermain, sebab tidak serasi dengan tujuan. Selain itu ada juga
fungsi lainyaitu, motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan
pencapaian prestasi, karena secara konseptual motivasi berkaitan dengan prestasi
dan hasil belajar. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukan hasil
yang baik. Intesitas motivasi seorang mahasiswa akan sangat menentukan tingkat
pencapaian prestasi belajarnya.

4. Prinsip-Prinsip Motivasi Belajar


Prinsip-prinsip ini disusun atas dasar penelitian yang seksama,dalam rangka
mendorong motivasi belajar mahasiswa di sekolah yang mengandung pandangan
demokratis dan dalam rangka menciptakan self motivation dan self discipline di
kalangan mahasiswa. Kenneth H.Hover, mengemukakan prinsip-prisip motivasi
sebagai berikut:
a. Pujian lebih efektif daripada hukuman. Hukuman bersifat menghentikan
sesuatu perbuatan, sedangkan pujian bersifat menghargai apa yang telah
dilakukan. Karena itu pujian lebih besar nilainya bagi motivasi belajar
siswa.
b. Semua mahasiswa mempunyai kebutuhan-kebutuhan psikologis (yang
bersifat dasar) tertentu yang harus mendapat kepuasan. Kebutuhan
kebutuhan itu menyatakan diri dalam berbagai bentuk yang berbeda.
c. Motivasi yang berasal dari dalam diri individu lebih efektif daripada
motivasi yang dipaksakan dari luar.
d. Terhadap jawaban (perbuatan) yang serasi (sesuai dengan keinginan) perlu
dilakukan usaha pemantauan (reinforcement). Apabila sesuatu perbuatan
belajar mencapai tujuan maka terhadap perbuatan itu perlu segera diulang
kembali setelah beberapa menit kemudian, sehingga hasilnya lebih
mantap.

26
27

e. Motivasi itu mudah menjalar atau tersebar terhadap orang lain. Dosen
yang berminat tinggi dan antusias akan menghasilkan mahasiswa yang
berminat tinggi dan antusias pula.
f. Pemahaman yang jelas terhadap tujuan-tujuan akan merangsang motivasi.
g. Tugas-tugas yang dibebankan oleh diri sendiri akan menimbulkan minat
ynag lebih besar untuk mengerjakannya daripada apabila tugastugas itu
dipaksakan oleh dosen.
h. Pujian-pujian yang datangnya dari luar (external reward) kadang kadang
diperlukan dan cukup efektif untuk merangsang minat yang sebenarnya.
i. Teknik dan proses mengajar yang bermacam-macam adalah efektif untuk
memelihara minat mahasiswa.
j. Manfaat minat yang telah dimiliki oleh mahasiswa adalah bersifat
ekonomis.
k. Kegiatan-kegiatan yang akan dapat merangsang minat mahasiswa yang
kurang mungkin tidak ada artinya bagi mahasiswa yang tergolong pandai.
l. Kecemasan yang besar akan menimbulkan kesulitan belajar. Sebab akan
mengakibatkan pindahnya perhatian mahasiswa kepada hal lain, sehingga
kegiatan belajarnya tidak efektif.
m. Kecemasan dan frustasi yang lemah dapat membantu belajar, dapat juga
lebih baik.
n. Apabila tugas tidak terlalu sukar dan tidak ada, maka frustasi secara cepat
menuju ke demoralisasi.
o. Setiap mahasiswa mempunyai tingkat-tingkat frustasi toleransi yang
berlainan.
p. Tekanan kelompok mahasiswa (per grup) kebanyakan lebih efektif dalam
motivasi daripada tekanan/ paksaan dari orang dewasa.
q. Motivasi yang besar erat hubungannya dengan kreativitas mahasiswa.63

5. Tujuan Motivasi

63
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Bumi Aksara, 2007), hal. 163-166.

27
28

Adanya tujuan yang jelas dan didasari akan mempengaruhi kebutuhan dan
ini akan mendorong timbulnya motivasi. Jadi, suatu tujuan dapat juga
membangkitkan timbulnya motivasi dalam diri seseorang.64 Sesuai dengan
pengertian motivasi di atas, maka tujuan dari motivasi adalah untuk
menggerakkan atau mengugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya
untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan
tertentu.
Motivasi bertujuan untuk menggerakkan dan sekaligus menggugah
seseorang agar mau melakukan sesuatu dengan sekuat tenaga supaya apa yang
diinginkannya itu dapat tercapai. Menggerakkan berarti mengalihkan kekuatan
kepada kemauan, kemauan sudah jelas ditandai dengan suatu hasil yang
diinginkan. Hanya saja kemauan yang diinginkan itu bermacam-macam sesuai
dengan bentuk kegiatan yang akan dilakukan.Sebelum melaksanakan motivasi
terhadap seseorang harus terlebih dahulu mencari atau mengamati untuk apa kita
memotivasi seseorang.
Di dalam kegiatan belajar mengajar, dosen harus terlebih dahulu
merencanakan untuk apa mahasiswa mempelajari materi-materi pelajaran yang
akan diajarkan di dalam kegiatan belajar mengajar. Cara yang digunakann untuk
menimbulkan motivasi mahasiswa belajar, apakah dengan cara yang sama untuk
semua, atau apakah cara motivasi mahasiswa itu berbeda antara mahasiswa yang
satu dengan mahasiswa lainnya.
Hal ini juga harus dipikirkan oleh dosen secara hati-hati. Memang
demikian, ada cara untuk memotivasi sama untuk mahasiswa, dan ada saatnya
tidak sama antara mahasiswa yang satu dengan mahasiswa yang lainnya. Tentu
setiap pekerjaan yang dilakukan semuanya melalui proses. Baik proses yang
direncanakan terlebih dahulu atau yang disengaja, akan tetapi ada juga yang tidak
direncanakan yakni timbul dengan sendirinya atau perencanaan yang tidak
disengaja. Begitu juga halnya denga cara-cara memotivasi bermacam-macam, ada

64
Ibid., hlm. 160.

28
29

motivasi yang direncanakan dan ada juga motivasi yang tidak direncanakan,
bergantung kepada situasi dan kondisi.65

6. Upaya dalam Menumbuhkan Motivasi dalam Studi Pendidikan Agama


Islam.
Peranan dosen sebagai motivator ini sangat penting artinya dalam rangka
meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar mahasiswa. Dosen
harus dapat merangsang dan memberikan dorongan reinforcement untuk
mendinamisasikan potensi mahasiswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan
daya cipta (kreatifitas), sehingga akan terjadinya dinamika dalam proses belajar
mengajar.66
Berkaitan dengan pentingnya dosen sebagai motivator Drs. Slameto
Menjelaskan:
“Dosen hanya merupakan salah satu diantara berbagai sumber dan media belajar.
Maka dengan demikian peranan dosen dalam belajar ini menjadi lebih luas dan
lebih mengarah kepada peningkatan motivasi belajar mahasiswa. Melalui
perannya sebagai pengajar,dosenu diharapkan mampu mendorong mahasiswa
untuk senantiasa belajar dalam berbagai kesempatan melalui berbagai sumber dan
media”.67
Dengan demikian, maka jelaslah bahwa dosen pendidikan agama Islam
perlu meningkatkan perannya sebagai motivator, yakni sebagai pendorong agar
mahasiswa melakukan kegiatan belajar agama Islam, dengan menciptakan kondisi
kelas yang dapat merangsang mahasiswa untuk melakukan kegiatan belajar
agama, baik secara individual maupun secara kelompok.
Untuk dapat berperan sebagai motivator, dosen pendidikan agama Islam
harus memiliki kemampuan tertentu, baik sebagai dosen maupun sebagai
motivator, syarat yang harus dimiliki oleh dosen pendidikan agama Islam di
antaranya adalah:

65
Nashar, Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal dalam Kegiatan Pembelajaran, (Jakarta :
Delia, 2004), hlm. 26-27.
66
Sardiman AM, Interaksi, hlm. 142.
67
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta : Bina Aksara, 1988),
hlm. 100.

29
30

a. Syarat formil : mempunyai ijasah, sehat jasmani dan rohani, tidak memiliki
cacat yang menyolok, memiliki pengetahuan agama yang mendalam,
bertaqwa dan berakhlak mulia, warga negara yang baik dan di angkat oleh
pejabat yang berwenang.
b. Syarat materiil : memiliki pengetahuan agama Islam secara luas, menguasai
didaktik dan metodik, memiliki ilmu methodologi pengajaran, memiliki
pengetahuan pelengkap terutama yang ada hubungannya dengan profesinya.
c. Syarat non formil : mengamalkan ajaran agama, berkepribadian yang
muslim, memiliki sikap demokratis, tenggang rasa, bersikap positif terhadap
ilmu, disiplin. Berinisiatif dan kreatif, kritis, objektif, menghargai dan waktu
serta produktif.68

Selain itu dosen juga harus mempunyai kompetensi sebagai berikut:

a. Kompetensi dalam kepribadian, dosen hendaknya mempunyai kepribadian


keguruan dan mengembangkan terus sehingga dapat terampil dalam
mengenal dan memahami potensi dan harkat tiap individu dalam membina
situasi interaksi sosial guru, murid dan dalam membina perasaan saling
hormat menghormati dan bertanggung jawab.
b. Kompetensi atas penguasaan bahan pengajaran, yaitu penguasaan yang
mengarah kepada spesialisasi atas ilmu/ kecakapan yang akan diajarkan
serta penguasaan atas bahan pendalaman aplikasi bidang studi.
c. Kompetensi dalam cara mengajar, khususnya dalam merencanakan dan
menyusun satuan pelajaran, menggunakan dan mengembangkan media
pendidikan dan kemampuan dalam menggunakan metode sehingga
menjadi efektif.69

Nana Sudjana menegaskan beberapa syarat yang harus dimiliki dosen


dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang motivator belajar, yaitu:

a. Menjalin hubungan baik dan harmonis dengan mahasiswa agar kepatuhan


dan kepercayaan pada dosen tertanam pada mahasiswa.
68
Moh Zein, Metodologi Pengajaran Agama ( Yogyakarta: AK Group, 1995), hlm. 57.
69
PT IAIN, Metode Khusus PAI , hlm. 206-207.

30
31

b. Kaya akan berbagai bentuk dan jenis upaya untuk melakukan motivasi
pada mahasiswa baik yang bersifat intrinsik maupun yang bersifat
ekstrinsik.
c. Mempunyai perasaan humor yang positif dan normatif sehingga tetap
disegani dan disenangi mahasiswa.
d. Menampilkan sosok kepribadian dosen yang menjadi panutan mahasiswa,
baik dalam prilaku di kelas maupun di luar kelas.70

Dosen adalah merupakan salah satu komponen manusiawi dalam proses


belajar mengajar yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya
manusia yang potensial di bidang pembangunan. Oleh karena itu, guru harus
berperan aktif dalam menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional,
sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang.71
Menurut Zuhairini dkk dosen pendidikan agama Islam merupakan
pendidik yang mempunyai tanggung jawab dalam membentuk kepribadian Islam
mahasiswa, serta bertanggung jawab terhadap Allah SWT. Dia juga membagi
tugas dosen pendidikan agama Islam sebagai berikut:

1. Mengajarkan ilmu pengetahuan Islam


2. Menanamkan keimanan dalam jiwa mahasiswa.
3. Mendidik anak agar taat menjalankan agama.
4. Mendidik mahasiswa agar berbudi pekerti yang mulia.72

Dengan mengambil pengertian diatas maka yang dimaksud dosen


pendidikan agama Islam adalah seorang yang bertanggung jawab dalam
melaksanakan pendidikan agama Islam dan pembentukan pribadi anak yang
sesuai dengan ajaran Islam dan juga bertanggung jawab terhadap Allah SWT.
Pekerjaan jabatan seorang dosen pendidikan agama Islam adalah luas yaitu
untuk membina seluruh kemampuan-kemampuan dan sikap-sikap yang baik dari
mahasiswa sesuai ajaran Islam.
70
Nana Sudjana, CBSA (Bandung : Sinar Baru, 1989), hlm. 34-35.
71
Sardiman AM., Interaksi, hlm. 123.
72
Zuhairini dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya : Usaha Nasional, 1983), hlm. 34.

31
32

Dalam buku CBSA, Nana Sudjana menyebutkan bahwa tugas dosen itu
meliputi:

a. Dosen sebagai pengajar lebih menekankan kepada tugas dalam


merencanakan pengajaran. Dalam tugas itu guru dituntut untuk memiliki
seperangkat pengetahuan dan keterampilan, teknis mengajar, menguasai
ilmu atau bahan yang akan diajarkan.
b. Dosen sebagai pembimbing memberi tekanan kepada tugas, memberikan
bantuan kepada siswa dalam pemecahan masalah yang dihadapinya. Tugas
ini merupakan aspek mendidik, sebab tidak hanya berkenaan dengan
penyampaian ilmu pengetahuan tetapi juga menyangkut pengembangan
kepribadian dan pembentukan nilai-nilai para siswa.
c. Dosen sebagai administrator kelas pada hakekatnya merupakan jalinan
antara pelaksanaan bidang pengajaran dan pelaksanaan pengajaran pada
umumnya.73

Menurut Claife, dosen adalah pemegang hak otoritas atas cabang-cabang


ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan pendidikan. Walaupun begitu dosen
tidak hanya memuaskan ilmu pengetahuan pada siswa, tetapi juga melatih
ketrampilan (ranah karsa) dan menanamkan sikap serta nilai (ranah rasa) pada
siswa.74
Hal ini sesuai dengan rumusan tujuan PAI yang mengandung pengertian
bahwa proses PAI yang dilalui dan di alami oleh mahasiswa di sekolah di mulai
dari tahapan, yaitu
a. Kognisi, yakni pengetahuan dan pemahaman mahasiswa terhadap ajaran
dan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam.
b. Afeksi, yakni terjadinya proses internalisasi ajaran dan nilai agama ke
dalam diri mahasiswa, dalam arti menghayati dan meyakininya.
c. Konasi, dalam arti penghayatan dan keyakinan mahasiswa menjadi kokoh
jika dilandasi oleh pengetahuan dan pemahamannya terhadap nilai-nilai

73
Nana Sudjana, CBSA dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Sinar Baru, 1989), hlm. 15.
74
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Rosda Karya, 1995), hlm. 252.

32
33

agama Islam, melalui tahapan afeksi tersebut diharapkan dapat tumbuh


motivasi dalam diri siswa.75
Untuk mengetahui motivasi belajar PAI, terlebih dahulu penulis sampaikan
beberapa hal yang mendorong mahasiswa beragama. Hal ini untuk memberi
dalam menjelaskan motivasi belajar agama.
Menurut Nico Syakur bahwa setiap tingkah laku, termasuk tingkah laku
beragama dipengaruhi oleh tiga faktor :

a. Faktor gerak atau dorongan secara spontan dan alamiah terjadi pada diri
manusia.
b. Faktor kekuatan manusia sebagai inti pusat kepribadian.
c. Faktor situasi manusia atau lingkungan hidup.76

Namun demikian dalam buku tersebut ditegaskan bahwa teori tingkah laku
yang seperti diatas sepertinya sangat umum, dan monistis sebab tidak ada tempat
untuk konfrontasi dengan dunia luar.77
Terlebih dalam kaitannya motivasi beragama sebab kenyataan orang yang
bertingkah laku agama banyak juga didasari oleh unsur hidayah sehingga analisis
psikologi dan sosiologi hanya sampai pada analisis tingkah laku fungsional.
Selanjutnya untuk mengetahui beberapa motif yang mendasari kegiatan
belajar agama, penulis mngambil beberapa pendapat ahli psikologi dan
pendidikan dibawah ini :
Menurut Arden N. Fandsen menyebutkan bahwa yang mendorong belajar
itu ialah :

a. Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang luas
b. Adanya sifat yang kreatif pada manusia yang selalu maju dan
berkembang.
c. Keinginan untuk mendapat simpati orang tua, guru dan teman-
temannya.
75
Muhaimin dkk, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung : Rosda Karya, 2001), hlm. 79.
76
Nico Syakur, Pengalaman dan Motivasi Beragama (Yogyakarta : Kanisius, 1988), hlm. 72.
77
Ibid., hlm. 73.

33
34

d. Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan


usaha yang baru, baik dengan koperasi maupun dengan kompetisi.
e. Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman jika menguasai
pelajaran
f. Adanya ganjaran dan hukuman sebagai akhir dari belajar.

Sedangkan menurut Thorndike melihat hubungan motivasi dan law of


effect, dalam hukum belajar tersebut pembuatan belajar diulangi karena :

a. Interest, motivasi belajar karena tertarik akan pelajaran bagi diri.


b. Significance, pelajaran itu berguna bagi diri.
c. Improvement, tertarik pada usaha memperbaiki diri
d. Problem attitude, karena mengalami problem dalam diri, lalu ingin
memperbaiki dengan jalan benar
e. Attentiveness, ingin ikut serta dalam hal yang dipelajari.78

Kalau pendapat para ahli di atas dikaitkan dengan motivasi belajar agama,
maka dapat di tarik kesimpulan bahwa di antara yang dapat sebagai motivasi
belajar agama Islam :

a. Belajar pendidikan agama untuk memenuhi keinginan mendapat simpati


orang tua.
b. Belajar pendidikan agama untuk memenuhi tuntutan kebutuhan dasar.
c. Belajar pendidikan agama untuk memenuhi tuntutan jiwa mendapat rasa
aman dan tentram.
d. Belajar pendidikan untuk memenuhi keinginan masyarakat dan kreatifitas
yang ada pada diri.
e. Belajar pendidikan agama untuk mendapat ganjaran dan penghormatan.
f. Belajar pendidikan agama karena agama itu berguna.
g. Belajar pendidikan karena ingin kepribadian bertingkah laku secara
agama.79
78
Sumardi Suryabrata, Psikologi Pendidikan (Jakarta : Rajawali, 1990), hlm. 253.
79
I L Pasaribu dan B Simanjuntak, Proses Belajar Mengaja,r ( Bandung : Tarsito, 1989) hlm. 76.

34
35

Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas bahwa motivasi merupakan


faktor yang mempunyai arti penting bagi mahasiswa. Apalah artinya bagi seorang
mahasiswa pergi ke sekolah tanpa mempunyai motivasi belajar. Bahwa diantara
sebagian mahasiswa ada yang mempunyai motivasi untuk belajar dan sebagian
lagi belum termotivasi untuk belajar.Seorang dosen melihat perilaku mahasiswa
seperti itu, maka perlu diambil langkah-langkah untuk membangkitkan motivasi
belajar mahasiswa.
Kegiatan belajar akan tercipta apabila motivasi belajar yang ada di dalam
diri mahasiswa itu akan memperkuat ke arah tingkah laku tertentu (belajar).

Adapun motivasi dapat ditumbuhkan dengan cara:

a. Membangkitkan suatu kebutuhan, yaitu kebutuhan untuk menghargai


suatu keindahan, untuk mendapat penghargaan dan sebagainya
b. Menghubungkannya dengan pengalaman-pengalaman yang lampau
c. Memberikan kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik, knowing
success like success atau mengetahui sukses yang diperoleh individu itu,
sebab sukses akan menimbulkan rasa puas.80

Membangkitkan motivasi belajar mahasiswa tidaklah mudah, dosen harus


dapat menggunakan berbagai cara untuk memotivasi belajar mahasiswa.Cara
membangkitkan motivasi belajar diantaranya adalah :
a. Menjelaskan kepada mahasiswa, alasan suatu bidang studi dimasukan
dalam kurikulum dan kegunaannya untuk kehidupan.
b. Mengkaitkan materi pelajaran dengan pengalaman mahasiswa diluar
lingkungan sekolah.
c. Menunjukan antusias dalam mengajar bidang studi yang dipegang.
d. Mendorong mahasiswa untuk memandang belajar disekolah sebagai harus
suatu tugas yang tidak harus serba menekan, sehingga mahasiswa

80
A Tabrani R, Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Rosdakarya, 1994), hlm.
121.

35
36

mempunyai intensitas untuk belajar dan menjelaskan tugas dengan sebaik


mungkin.
e. Menciptakan iklim dan suasana dalam kelas yang sesuai dengan kebutuhan
mahasiswa.
f. Memberikan hasil ulangan dalam waktu sesingkat mungkin.
Menggunakan bentuk, bentuk kompetisi (persaingan ) antar mahasiswa.
g. Menggunakan intensif seperti pujian,hadiah secara wajar.81
Menurut Sardiman A.M ada beberapa bentuk dan cara untuk
menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah. Beberapa bentuk dan
cara motivasi tersebut diantaranya:
a. Memberi Angka
b. Hadiah
c. Saingan/Kompetisi
d. Memberi ulangan
e. Mengetahui hasil
f. Pujian
g. Hukuman
h. Hasrat untuk belajar
i. Minat
j. Tujuan yang dakui.82
Demikian pembahasan tentang upaya dalam menumbuhkan motivasi
belajar mahasiswa dan bentuk-bentuk motivasi yang dapat dipergunakan oleh
dosen agar berhasil dalam proses belajar mengajar serta dikembangkan dan
diarahkan untuk dapat melahirkan hasil belajar yang bermakna bagi kehidupan
mahasiswa.
Pendidikan agama Islam adalah suatu usaha berupa bimbingan dan asuhan
terhadap mahsiswa dengan tujuan agar dapat memahami dan mengamalkan
ajaran-ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai way of life (jalan
kehidupan).

81
Tadjab, Ilmu Jiwa Pendidikan, (Surabaya : Karya Arbitama, 1994), cet, ke-1, hlm. 103.
82
Sardiman A, Interaksi, hlm. 92-95.

36
37

Dengan demikian, jelas bahwa tugas dosen pendidikan agama dalam


proses pembelajaran PAI, sangat berperan dalam meningkatkan mutu pendidikan
bagi mahasiswa sehingga proses belajar mengajar akan berhasil sesuai dengan
tujuan yang diharapkan.

C. Berfikir Kreatif dalam Studi Pendidikan Agama Islam


Sebagai hasil belajar, berfikir kreatif memilki nilai lebih dari sekedar hasil
belajar kognitif. Nilai lebih itu sangat dibutuhkan dalam menghadapi tantangan
hidup kedepan. Namun demikian untuk mencapai hasil belajar ini tergantung pada
faktor metode pembelajaran sebagai sebuah proses yang menentukan.

1. Pengertian Kreativitas
Kata kreativitas berasal dari kata Inggris Creativity, yang berarti daya cipta83
Kreativitas sebagai hasil kemampuan berfikir kreatif memiliki pengertian
beragam. Kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan atau menghasilkan
sesuatu yang baru.84 kreativitas ialah thinking which produces new methodes, new
concepts, new understanding, new inventions, new work of art. (yang
menghasilkan metode baru, konsep baru, pemahaman baru, pemahaman baru,
karya seni yang baru).85
Menurut Cony R semiawan, Kreativitas ialah kemampuan tuk memberikan
gagasan baru dan menerapkannya dalam pemecahan maslah. Kreativitas meliputi
baik ciri-ciri aptitude seperti kelancaran (fluency), keluwesan (Flexibility), dan
keaslian (originality) dalam pemikiran, maupun ciri-ciri non aptitude seperti rasa
ingin tahu, senang mengajukan pertanyaan dan selalu mencari pengalaman-
pengalaman baru.86

83
Jon Echol, Kamus Ingris Indonesia, (Jakarta : Gramedia, 1987), hlm. 154.
84
Fuad Nashori dan Rachmy Diana Mucharam, Mengembangkan Kreativitas dalam Prespektif
Psikologi Islam, (Jogjakarta : Menara Kudus, 2002), cet. ke-2, hlm. 33.
85
Agus Nggermanto, Quantum Quotitent Kecerdasan Quantum, (Bandung : Nuansa, 2003), cet.
ke-5, hlm. 72.
86
Cony R Semiawan dkk, Dimensi Kreatif dalam Filsafat Ilmu, (bandung : Remaja Rosda Karya,
2002), hlm. 4.

37
38

Pengertian kreativitas juga dapat difahami pada 10 (sepuluh) peringkat ciri


pribadi kreatif yang diperoleh dari 30 (tiga puluh) orang pakar psikologi di
Indonesia sebagai berikut:
a. Imajinatif
b. Mempunyai prakarsa
c. Mempunyai minat luas
d. Mandiri dalam berfikir
e. Melit
f. Senang berpetualang
g. Penuh energi
h. Percaya diri
i. Bersedia mengambil resiko
j. Berani dalam pendirian dan kenyakinan.87
Sementara Reni Akbar Hawadi dkk mendefinisikan kreativitas sebagai
kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan
maupun karya nyata, baik dari ciri-ciri aptitude maupun non aptitude, baik dalam
karya maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah lama, yang semua itu relatif
berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya.88
Dari pengertian di atas dapat dimengerti bahwa kreativitas adalah
kemampuan memunculkan dan mengembangkan gagasan baru, ide baru
sebagaimana pengembangan dan ide yang telah lahir sebelumnya serta
memecahkan masalah yang dihadapi.
Kreativitas tampaknya sulit untuk didefinisikan secara singkat dan padat
karena kompleknya persoalan, karena disebabkan oleh :
a. Sebagai suatu "konstruk hipotetis", kreativitas merupakan ranah
psikologis yang kompleks dan multidimensional, yang mengandung
berbagai tafsiran yang beragam.

87
Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, (Jakarta : Rineka Cipta, 2009), cet.
ke-3, hlm. 36-37.
88
Reni Akbar Hawadi dkk, Kreativitas, (Jakarta :Grasindo : 2001), hlm. 5.

38
39

b. Definisi-definisi kreativitas memberikan tekanan yang berbeda-beda,


tergantung dasar teori yang menjadi acuan pembuat definisi89
Dengan demikian bergantung dari sudut pandang mana kreativitas didefinisikan.
Meskipun begitu secara sederhana dan tentu tidak mutlak kreativitas setidaknya
mengandung pengertian kemampuan seseorang yang tercermin dalam tata fikir,
sikap dan perilaku yang memiliki karakteristik kelancaran (Fluency), keluwesan
(flexibility), dan keaslian (originality).

2. Teori Kreativitas
Teori tentang kreativitas (berfikir kreatif) ditemukan oleh Guilford (1950)
dan Torrance (1960). Teori ini berkaitan dengan teori keberbakatan (kecerdasan),
yang menurut Renzulli, keberbakatan itu merupakan interaksi antara tiga
kelompok ciri (cluster) :
a. Kemampuan diatas rata-rata (inteligensi)
Dalam istilah kemampuan umum tercakup berbagai bidang kemampuan
yang biasanya diukur oleh tes inteligensi, prestasi, bakat, kemampuan, dan
berfikir kreatif.
b. Krativitas
Kelompok (cluster) kedua yang dimilki anak/orang berbakat ialah
kreativitas sebagai kemampuan umum untuk menciptakan sesuatu yang baru,
sebagai kemampuan memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan
dalam pemecahan maslah, atau kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan
baru antara unsur yang sudah ada sebelumnya.
c. Peningkatan diri terhadap tugas.
Kelompok karakteristik ketiga yang ditemukan pada individu yang kreatif
produktif ialah peningkatan diri terhadap tugas sebagai bentuk motivasi yang
internal yang mendorong seseorang untuk tekun dan ulet mengerjakan tugasnya,
karena ia telah mengikatkan diri terhadap tugas tersebut atas kehendaknya
sendiri.90

89
Sutrisno, Revolusi Pendidikan di Indonesia, (Yogyakarta : Ar-Ruzz, 2005), hlm. 124.
90
Utami Munandar, Pengembangn, hlm. 24-25.

39
40

Mengutip pendapat Guilford, Fuad Nashori dan Rachmy Diana


Mucharam berfikir kreatif ialah kemampuan untuk menciptakan gagasan baru dan
menerapkannya dalam pemecahan masalah. kreativitas itu meliputi, yaitu : 91
1. Kelancaran berfikir (fluency of thinking) yaitu kemampuan untuk
menghasilkan banyak ide yang keluar dari pemikiran seseorang secra
cepat. Dalam kelancaran berfikir yang ditekankan adalah kuantitas, bukan
kualitas.
2. Keluwesan (flexibility) yaitu kemampuan untuk memproduksi sejumlah
ide, jawaban-jawaban atau pertayaan-pertayaan yang berpariasi, dapat
melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda, mencari
alternatif atau arah yang berbeda-beda, dan mampu menggunakan
bermacam-macam pendekatan atau cara pemikiran. Orang yang kreatif
adalah orang luwes yang berfikir. Mereka dengan mudah dapat
meninggalkan cara berfikir lama dan menggantikan cara berfikir yang
baru.
3. Elaborasi (Elaboration) yaitu kemampuan dalam mengembangkan
gagasan dan menambahkan atau memperinci detil-detil dari suatu objek,
gagasan, atau situasi sehingga menjadi menarik.
4. Keaslian (Originality) yaitu kemampuan untuk mencetuskan gagasan unik
(unusual) atau kemampuan untuk mencetuskan gagasan asli.
Sementara itu Ariet mengemukakan tentang teori bagaimana produk
kreatif itu akan lair dalam masyarakat. Arieti sebagaimana yang dikutip Utami
Munandar mengemukakan sembilan faktor sosiokultural yang creativogenic yaitu
kebudayaan yang menunjang, memupuk, dan memungkinkan kreativitas.
Kesembilan faktor itu adalah :
a. Tersedianya sarana kebudayaan
b. Keterbukaan terhadap rangsangan kebudayaan
c. Penekanan pada becoming (menjadi tumbuh) bukan hanya pada to being
(sekedar berada)

91
Fuad Nashori dan Rachmy Diana Mucharam, Mengembangkan, hlm. 43-44.

40
41

d. Memberikan kesempatan bebas bagi media kebudayaan bagi semua warga


negara tanpa diskriminasi
e. Timbulnya kebebasan setelah penekanan merupakan insentif terhadap
pertumbuhan kreativitas
f. Keterburukan terhadap rangsangan kebudayaan yang berbeda/kontras
g. Toleransi dan minat pada pandangan yang diveregen
h. Interaksi pribadi yang berganti
i. Ada insentif, penghargaan atau hadiah.92
Dari pendapat ini dapat difahami bahwa lahirnya gagasan kreativitas
terkait erat dengan kondisi sosio kultural masyarakat. Dari sisi ini setidaknya
memberi informasi bagaimana seharusnya mengkondisikan agar kreativitas atau
berfikir kreatif itu tidak mati, bahkan sebaliknya harus berkembang untuk
memberikan manfaat bagi kehidupan masyarakat.
Untuk lebih memahami pengertian kreativitas perlu pula diketahui
bagaimana proses berfikir kreatif itu terjadi. Menurut Wallas sebagaimana dikutip
Reni Akbar Hawadi dkk, proses berfikir kreatif pada diri seseorang terjadi melalui
tahapan sebagai berikut :
a. Persiapan, yaitu pengumpulan informasi atau data
b. Inkubasi yaitu pengeraman proses pemecahan masalah
c. Iluminasi, yaitu munculnya inspirasi atau gagasan untuk pemecahan
masalah
d. Verifikasi, yaitu munculnya aktivitas evaluasi terhadap gagasan secara
kritis.93
Tahapan-tahapan yang dikemukakan diatas merupakan analisis psikologi
untuk memberi pemahaman terjadinya proses kreatif. Penjelasan ini berguna bagi
orang yang berminat untuk mengembangkan kemampuan kreativitasnya sebagai
bentuk aktualisasi dirinya dalam hidup ini.

3. Ciri Mahasiswa Kreatif

92
Utami Munandar, Pengembangan, hlm. 119-123.
93
Reni Akbar Hawadi dkk, Kreativitas, hlm. 3.

41
42

Meskipun kreativitas merupakan konsep yang pengertiannya sangat


komplek, mengidetifikasi ciri-ciri kreativitas pada mahasiswa, sedikitnya dapat
membantu mengenal bagaimana sebenarnya mahasiswa yang kreatif. Menurut
Reni Akbar Hawadi mahasiswa kreatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Memiliki rasa ingin tahu yang mendalam
b. Sering mengajukan pertayaan yang berbobot
c. Memberikan banyak gagasan, usul-usul terhadap suatu masalah
d. Mampu menyatakan pendapat secara spontan dan tidak malu-malu
e. Mempunyai rasa keindahan
f. Menonjol dalam satu atau lebih dalam bidang studi
g. Dapat mencari pemecahan masalah dari berbagi segi
h. Mempunyai rasa humor
i. Mempunyai daya Imaginasi (misalnya memikirkan hal-hal baru)
j. Mampu mengajukan pemikiran, gagasan pemecahan masalah yang
berbeda dengan orang lain
k. Kelancaran dalam menghasilkan bermacam-macam gagasan
l. Mampu menghadapi masalah dari berbagai sudut pandang.94

4. Manfaat kreativitas
Di zaman era globalisasi ini yang penuh tantangan dan perjuangan hampir
semua manusia ingin meraih sesuatu yang dipikirkann, sehingga persaingan
individual maupun kelompok menjadi lebih keras. Kesiapan individu untuk
menghadapi hidup dengan kondisi seperti ini membutuhkan kemampuan yang
kompetetif. Untuk itu mahasiswa perlu dipersiapkan dengan membekali mereka
melauli pembelajaran yang berkualitas. Indikator pembelajaran yang berkualitas
adalah memberikan hasil belajar yang pervect, dalam bentuk memiliki kegunaan
bagi hidup mahasiswa (bukan sekedar output pendidikan melainkan sampai
outcome). Mencapai taraf mahasiswa memeliki kompetensi berfikir kreatif yang
terwujud dalam kreativitas para lulusannya adalah hasil dari proses pembelajaran
yang berkualitas.

94
Cony R Semiawan dkk, Dimensi, hlm. 5.

42
43

Sehubungan dengan itu kegunaan menggunakan kreativitas menurut Robert


L Solso, dapat menjadikan orang lentur dalam berfikir, dapat menguji lebih dalam
isu-isu ilmu pengetahuan, memungkinkan (dosen) menghitung skor tes kreativitas,
dan memungkinkan mahasiswa memiliki kemampuan dalam puzzle kratif. 95
Robert L Solso juga mengutip HR Hayes tentang pengajaran kreativitas yang
dapat digunakan untuk :
a. Pengembangan dasar pengetahuan
b. Menciptakan lingkungan kreatif yang benar
c. Pencarian analogi dalam pemecahan masalah.96
Conny R Semiawan menguraikan manfaat belajar kreatif didasarkan pada
teori Treffiger sebagai berikut :
a. Menjadikan anak lebih mandiri
b. Menciptakan kemungkinan pemecahan masalah yang tidak bisa diramal
sebelumnya
c. Mengubah dan mempengaruhi hidup seseorang
d. Menunjang kesehatan jasmani dan rohani
e. Melahirkan Penciptaan ide, cara, dan produk baru.97

5. Kendala Kreativitas
Dalam mengembangkan dan mewujudkan potensi kreatifnya, seseorang
apakah dia anak atau orang dewasa dapat mengalami berbagai hambatan, kendala
atau rintangan yang dapat merusak bahkan mematikan kreativitasnya. Terdapat
banyak faktor yang dapat menghambat pengembangan kreativitas mahasiswa.
Kendala-kendala tersebut diidentifikasi oleh Utami Munandar sebagai berikut.98
a. Kendala historis : bahwa ada kurun waktu tertentu suatu kelompok
masyarakat sangat kreatif, sebaliknya ada pula kurun waktu yang tidak
menunjang bahkan menghambat kreativitas individu maupun masyarakat

95
Robert L Solso dkk, Cognitive Psychology, (Boston : Pearson, 2005), hlm. 468-469.
96
Ibid., hlm. 265.
97
Reni Akbar Hawadi, Kreativitas, hlm. 24.
98
Utami Munandar, Pengembangan, hlm. 219-221.

43
44

b. Kendala biologis : dari sudut tinjau biologis, beberapa pakar menekankan


bahwa kemampuan kreatif merupakan ciri hereditas, sementara pakar
lainnya percaya bahwa lingkunganlah menjadi faktor penentu utama.Harus
diakui bahwa gen yang diwarisi berperan dalam menentukan batas-batas
intelegensi, tetapi sering dalam hal intelegensi kreatif, hereditas lebih
banyak digunakan sebagai alasan dari pada merupakan kenyataan.
c. Kendala fisiologis : fisik bisa jadi penghambat pengungkapan kreativitas,
seperti gangguan otak, atau cacat. Meskipun demikian dalam beberapa
kasus orang-orang ada yang mampu menghasilkan kreativas kelas dunia
seperti Beethoven ketika tuli ia masih dapat mengubah simfoni (bidang
musik), Helen Keller dia tunarungu dan tunanetra tapi dia bisa sebagai
penyair dan pengarang.
d. Kendala sosiologis : terkadang lingkungan sosial dengan tata nilainya
mengganggu pengembangan nkreativitas seseorang. Sikap dan perilaku
kreativitas terkadang berbeda dengan kebiasaan umum, sehingga
lingkungan sosial menilai perilaku yang tidak umum sebagai suatu yang
negatif.
e. Kendala psikologis : sering kali orang menganggap banyaknya faktor
ekternal yang menghalangi kreativitas menjadikan seseorang menyakini
bahwa dirinya tidak mampu merealisasikan kreativitasnya. Kemudian
sikap ini menjadi relatif menguat dan benar-benar menjadi kendala.
f. Kendala diri sendiri : kebiasaan sering menjadikan orang malas merubah
perilaku meskipun perilaku itu tidak salah. Keengganan merubah
pandangan, sikap atau perilaku disebabkan oleh kebiasaan diri sendiri,
yang kemudian menghambat kreativitas.
Selain itu pengembangan kreativitas di perguruan tinggi secara spesifik
memiliki kendala-kendala yang paradoks dengan fungsi perguruan tinggi sebagai
intuisi pendidikan. Memberikan evaluasi semata-mata dalam bentuk angka, tanpa
penjelasan atau pemberian umpan balik positif mempunyai dampak merugikan
pengembangan kreativitas. Jika mahasiswa sering diawasi dan dinilai dosen,
motivasi dan kreativitas mereka akan berkurang.

44
45

Menurut Utami Munandar beberapa praktek penyelenggaraan pendidikan


di perguruan tinggi yang terkadang menghambat kreativitas mahasiswa antara lain
sebagai berikut99 :
a. Sikap dosen : mahasiswa yang memiliki kecerdasan tinggi terkadang
menjadikan dosen secara tidak sadar mendukung berkembangnya
kecerdasan mahasiswa tersebut. Sebaliknya sikap dosen terhadap
mahasiswa yang kecerdasannya kurang terkadang memvonis bahwa
mahasiswa tersebut tidak akan mampu meningkatkan kecerdasannya.
b. Belajar hafalan : Sebuah kekeliruan bila mahasiswa belajar secara
mekanis, yaitu menghafal fakta-fakta tanpa memahami hubungan antar
fakta-fakta tersebut.
c. Kegagalan : Setiap mahasiswa mungkin pernah mengalami kegagalan
dengan tingkat frekuensi yang berbeda-beda. Sering kali dosen salah
dalam membantu mahasiswa yang mengalami kegagalan. Mahasiswa
seharusnya memahami kegagalan dengan pandangan positif. Kegagalan
dijadikan sebagai pembelajaran dari kesalahan.
d. Tekanan komformitas : teman sebaya di sekolah dapat menjadi tekanan
bagi seorang mahasiswa dalam sikap dan perilakunya. Mahasiswa merasa
dirinya perlu bergabung dalam hal-hal tertentu semisal dalam berpakian,
pemanfaatan waktu kosong dan hiburan.
e. Sistem sekolah : beberapa orang terkenal pada tingkat dunia ada yang
tidak suka dengan sistem sekolah, karena pernah mengalami pengalaman
buruk. Mereka merasa tersiksa oleh sistem yang ada di sekolah karena
banyak aturan. Aturan-aturan itu menjadi penghambat bagi mahasiswa
untuk meralisasikan kreativitasnya.
Berdasarkan pada uraian tentang pengertian, teori-teori, ciri-ciri, manfaat
dan kendala-kendala bagi kreativitas, maka yang dimaksud dengan peningkatan
berfikir kreatif ialah kemampuan seseorang yang ditampakan melalui sikap,
perilaku pada kemampuannya dalam melahirkan gagasan-gagasan orsinil dengan

99
Utami Munandar, Pengembangan, hlm. 227-228.

45
46

cepat dan lancar yang gagasan-gagasan tersebut berbeda dari yang sudah ada serta
bersifat konstruktif atau memberi manfaat.

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kreativitas dalam Studi Pendidikan


Agama Islam
Kreativitas pada dasarnya merupakan anugerah yang diberikan Allah
kepada setiap manusia, yakni berupa kemampuan untuk mencipta (daya cipta) dan
berkreasi. Implementasi dari kreativitas seseorangpun tidak sama, bergantung
pada sejauh mana orang tersebut mau dan mampu mewujudkan daya ciptanya
menjadi sebuah kreasi ataupun karya.
Adapun penyebab krativitas tidak dapat berkembang secara optimal adalah
karena seseorang terlalu dibiasakan untuk berfikir secara tertib dan dihalangi
secara kemungkinannya untuk merespon dan memecahkan persoalan secara
bebas. Dengan berfikir secara tertib semacam ini, maka seseorang dibiasakan
mengikuti pola bersikap dan berperilaku sebagaimana pola kebiasaan yang
dikembangkan oleh masyarakatnya atau lingkungannya.
Pandangan ini, dinilai oleh pendapat lain sebagai pandangan yang tidak
mengenal agama. Menurut pendapat yang terakhir ini, agama diciptakan tuhan
agar kehidupan manusia menjadi lebih baik. Islam misalnya dilahirkan agar
menjadi petunjuk bagi alam semesta (rahmatan lil’alamin). Mereka mengakui
bahwa agama mengajarkan norma-norma, tapi norma itu bukan berarti membatasi
kreativitas manusia. Agama justru mendorong manusia berfikir dan bertindak
kreatif. Allah selalu mendorong manusia berfikir.100
šÏ9ºx‹x. ßûÎiüt7ムª!$# ãNä3s9 ÏM»tƒFy$# öNà6¯=yès9 3

?tbr㍩3xÿtFs
" Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu
berfikir. (QS. Al-Baqarah {2} :219)
žcÎ) ©!$# Ÿw çŽÉitóム$tB BQöqs)Î/ 4Ó®Lym (#rçŽÉitóム$tB ”...3
...”öNÍkŦàÿRr'Î/ 3

100
Fuad Nashori dan Rachmy Diana Mucharam, Mengembangkan, hlm. 27-28.

46
47

“...Sesungguhnya Allah tidak merubah Keadaan sesuatu kaum sehingga


mereka merubah keadaan...”101 (QS. Ar - Ra’du {13} : 11).
Dari dua ayat tadi Allah SWT sudah jelas memerintahkan kepada kita
untuk selalu berkreativitas dan selalu berfikir kreatif, untuk menyongsong masa
depan yang lebih baik, sehingga semua problem-problem bisa diatasi salah
satunya adalah dengan memecahkan nya (berfikir kreatif).
Setiap orang memiliki potensi kreatif yang dibawa sejak lahir
meskipun dalam derajat dan bidang yang berbeda-beda, sehingga potensi itu perlu
ditumbuh kembangkan sejak dini agar dapat difungsikan sebagaimana mestinya.
Untuk itu diperlukan kekuatan pendorong, baik dari dalam individu maupun dari
luar individu yaitu lingkungan. Lingkungan dalam hal ini mencakup lingkungan
dalam arti kata sempit (keluarga, sekolah) maupun dalam arti kata yang luas
(masyarakat, kebudayaan) yang mampu menciptakan kondisi lingkungan yang
dapat menanamkan daya kreatif individu.102
Dengan demikian, baik di dalam individu maupun di luar individu
(lingkungan) dapat menunjang atau menghambat potensi kreativitas, implikasinya
ialah bahwa kemampuan kreatif dapat ditingkatkan melalui pendidikan mengingat
bahwa kreativitas merupakan bakat secara potensial yang dimiliki setiap orang
sejak lahir yang dapat diidentifikasi dan dibekali melalui pendidikan yang tepat.103
Faktor –faktor yang mempengaruhi kreativitas, menurut Utami
Munandar, terdiri atas aspek kognitif dan aspek kepribadian. faktor kemampuan
berfikir terdiri kecerdasan (inteligensi) dan pemerkayaan bahan berfikir berupa
pengalaman dan keterampilan. Faktor keperibadian terdiri dari rasa ingin tahu,

101
Maksud merubah keadaan itu, Tuhan tidak akan merubah keadaan mereka, selama mereka tidak
merubah sebab-sebab kemunduran mereka. (Quran World surat ke-13 ayat 11)
102
Utami Munandar, Kreativitas & Keberbakatan Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif & Bakat,
(Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 1999), hlm. 83.
103
Ibid., hlm.12.

47
48

harga diri dan kepercayaan diri, sifat mandiri, berani mengambil resiko, dan
asertif,104 tipe kepribadian.105
Mengenai faktor internal individu, Rogers mengatakan bahwa kondisi
internal yang memungkinkan timbulnya proses kreatif adalah :
a. Keterbukaan terhadap pengalaman, terhadap rangsangan-rangsangan dari
luar maupun dari dalam. Keterbukaan terhadap pengalaman ialah
kemampuan menerima segala sumber informasi dari pengalaman hidupnya
sendiri dengan menerima apa adanya, tanpa ada usaha mempertahankan
diri (defense), dan kteterbukaan terhadap konsep secra utuh, kepercayaan,
presepsi, dan hipotesis. Dengan demikian, individu kreatif adalah individu
yang menerima perbedaan
b. Evaluasi internal, yaitu pada dasarnya penilaian terhadap produk karya
seseorang terutama ditentukan oleh diri sendiri, bukan karena keritik dan
pujian orang lain.
c. Kemampuan untuk bermain dan bersksplorasi dengan unsur-unsur, bentuk-
bentu, dan konsep-konsep.106
Di samping aspek internal, aspek eksternal juga mempengaruhi kreativitas
seseorang, aspek ekstrenal (lingkungan) yang memungkinkan tumbuh dan
berkembangnya kreativitas adalah lingkungan kebudayaan yang mengandung
keamanaan dan kebebasaan psikologis. Faktor lingkungan yang terpenting adalah
lingkungan yang memberikan dukungan atas kebebasan bagi individu. Filusuf
Yunani, Plato, pernah mengungkapkan bahwa “ apa yang mendapatkan
penghargaan dari lingkungan, itulah yang akan berkembang.107
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kreativitas, yakni :

104
Asertif atau asertivitas ialah faktor kepribadian yang mempengaruhi kreativitas sesorang seperti
kepercayaan diri, kebebasan berekspresi secara jujur, tegas dan terbuka tanpa mengecilkan dan
mengesampingkan arti orang lain, dan berani bertangung jawab. Lihat Fuad Nashori dan Rachmy
Diana Mucharam, Mengembangkan, hlm. 57.
105
Fuad Nashori dan Rachmy Diana Mucharam, Mengembangkan, hlm. 53-54.
106
Ibid., hlm. 56.
107
Ibid., hlm. 58.

48
49

a. Faktor internal meliputi aspek kognitif seperti kecerdasan dan aspek non
kognitif seperti sikap, motivasi, nilai spiritual, dan ciri kepribadian yang
lain.
b. Faktor eksternal meliputi kebudayaan tempat individu hidup dan
berinteraksi dengan lingkungannya.
Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan mahasiswa untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga
mengimani, bertakwa dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran Islam dari
sumber utamanya kitab suci Al-qur’an dan Hadits melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, latihan serta penggunaan pengalaman.
Menurut al-Ghazaly sebagaimana diungkapkan oleh Fatiyah Hasan
Sulaiman bahwa pendidikan sebagai sarana untuk menyebarluaskan keutamaan,
sebagai media untuk mendekatkan umat manusia kepada Allah dan sarana
kemaslahatan untuk membina umat.108
Dengan demikian berfikir kreatif Pendidikan Agama Islam adalah
hasil belajar yang telah dicapai oleh mahasiswa yang merupakan tolok ukur
keberhasilan mahasiswa dalam bidang PAI. Diharapkan dengan berfikir kreatif
ini mahasiswa tidak hanya mampu memahami dan menghayati ajaran-ajaran
agama Islam tetapi juga dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik
perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, ketrampilan berfikir maupun
ketrampilan motorik.
Kreativitas yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi dari
berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor intrinsik)
individu antara lain minat, kecerdasan, bakat, motivasi dan kemampuan kognitif,
sedangkan faktor dari luar diri (faktor ekstrinsik) individu antara lain faktor
lingkungan yaitu alam, sosial budaya dan keluarga dan faktor instrumental yaitu
kurikulum, program, sarana dan fasilitas dan dosen.109

108
fatiyah Hasan Sulaiman, Sistem Pendidikan Versi Al Ghazaly, terj. Fathur Rahman,
Syamsuddin Asyrafi, (Bandung, PT Al Ma’arif, 1993), cet. ke-2, hlm. 11.
109
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar,(Jakarta : Rineka Cipta,
2002), cet. ke-2, hlm. 144.

49
50

Pengenalan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar


penting sekali artinya dalam rangka membantu mahasiswa untuk mencapai
prestasi belajar yang sebaik-baiknya.110
Tolak ukur kemampuan mahasiswa dalam memahami materi ajar di
bagi menjadi 3 aspek pokok  yang di kemukakan oleh  Blooms sebagaimana
dikutip Mudjiono, yaitu :
a. Kemampuan pemahaman  kognitif yaitu  menekankan pada aspek
intelektual dan memiliki jenjang dari yang rendah sampai yang tinggi.
Pemahaman secara kognitif  ini meliputi pengetahuan, pemahaman,
penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.
b. Kemampuan pemahaman afektif yaitu sikap, perasaan emosi dan
karakteristik moral yang diperlukan untuk kehidupan di masyarakat..
Dimensi ketiga dari aspek pemahaman ini adalah
c. Kemampuan pemahaman psikomotorik yaitu  pemahaman yang
menekankan pada gerakan-gerakan jasmaniah dan kontrol fisik.
Kecakapan-kecakapan fisik ini dapat berupa pola-pola gerakan  atau
keterampilan fisik, baik keterampilan fisik halus maupun kasar.111
Kemudian berdasarkan pada uraian tentang kreativitas, dihubungkan
dengan proses pembelajaran metode diskusi dan implikasinya terhadap hasil
belajar, maka dapat diasumsikan bahwa penerapan metode diskusi dapat
memberikan kontribusi terhadap peningkatan berfikir kreatif mahasiswa, dengan
penejlasan sebagai berikut:
a. Diskusi membutuhkan partisipasi aktif mahasiswa. Partisipasi itu
merupakan prakasa diri sendiri untuk terlibat dalam interaksi yang terjadi.
Dengan begitu akan mendorong mahasiswa untuk berani mengemukakan
pendapat, mengkritisi, dan memberikan solusi.
b. Setiap mahasiswa memiliki tingkat keberanian berbicara yang tidak sama.
Dengan penerapan metode diskusi mahasiswa dituntut untuk berani

110
Thursan Hakim, Belajar Secara efektif, (Jakarta : Puspa Swara, 2000), hlm. 11.
111
Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (jakarta : PT Remaja Rosdakarya, 2002), cet.
ke-6, hlm. 35.

50
51

berbicara meskipun isi pembicaraanya disanggah bahkan mungkin


direspon dengan tertawaan.
c. Dengan adanya keberanian untuk mengambil resiko, maka selanjutnya
akan melahirkan sikap percaya diri, mandiri dalam berfikir, bersikap dan
berperilaku.
d. Diskusi melibatkan proses berfikir tinggi, kemampuan menganalisis,
membuat sintetis, dan membuat evaluasi, bahkan kemampuan berfikir
intuitif dan imajinatif.

51

Anda mungkin juga menyukai