Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH KEWIRAAN DAN KEWARGANEGARAAN

“PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT”

Oleh:

DEFFY PUNGKY PATMAWATI (519037)

FITRIA RIZQITA IRVIDIA (519064)

INDAH DIAN PERMATASARI (519076)

ROZIATUL IFADAH (519903)

SEVA ROHMANA H (519153)

PROGRAM SARJANA STRATA 1 PROGRAM STUDI TEKNIK


INDUSTRI KONSENTRASI MANAJEMEN BISNIS INDUSTRI
SEKOLAH TINGGI TEKNIK MALANG 2021
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan
kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu
menyelesaikan tugas makalah Pendidikan Pancasila.

Makalah tentang “Pancasila Sebagai Filsafat” ini disusun untuk melengkapi


tugas Kewiraan dan Kewarganegaraan. Pengembangan dan penyusunan materi
diberikan secara urut. Penyajian materi didesain untuk memperkuat pemahaman
konsep tentang Pancasila Sebagai Filsafat dengan penjelasan yang cukup panjang.

Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang
penyusun hadapi. Namun penyusun menyadari bahwa kelancaran dalam
penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang
tua, sehingga kendala-kendala tersebut dapat teratasi.

Penyusunan makalah ini disesuaikan dengan referensi yang didapat dari


buku maupun internet. Segala kritik dan saran yang membangun senantiasa
diharapkan penyusun demi penyempurnaan tugas makalah ini. Semoga makalah ini
dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran
kepada pembaca dan bermanfaat bagi pendidik serta rekan-rekan dalam
mengembangkan ilmu pendidikan Kewiraan dan Kewarganegaraan.

Malang, 18 Januari 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………..…………………….…………………..……….2

Daftar Isi………………………………………………….……………….…………...…….3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang……………………………………………………….…….………4
B. Rumusan Masalah…………………………………………………….……..…....4
C. Batasan Masalah…………….………………………………………….…………5
D. Tujuan Masalah…………………………………………………………….………5
E. Manfaat Penulisan……………………………………………………….…...……5

BAB II PEMBAHASAN

A. Cara Berfikir Filsafat………………………………………………………..………6


1. Pengertian dan Cara Berfikir Filsafat…………………………….………6
2. Sistem Filsafat………………………………………………………...……8
3. Aliran – Aliran Filsafat………………………………………………......…9
B. Pengertian Pancasila Secara Filsafat……………………………………......…10
1. Pancasila Sebagai Filsafat………………………………………………10
2. Aspek - Aspek Pancasila Sebagai Filsafat……………………….……13
3. Kesatuan Sila – Sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem Filsafat……..14
C. Nilai – Nilai Pancasila Menjadi Dasar dan Arah Keseimbangan antara Hak
dan Kewajiban Asasi Manusia………………………………………………..….17

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN………………………………………………………………..……21
B. SARAN…………………………….………………………………………… ……21

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………….……22

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap negara atau bangsa di dunia ini mempunyai sistem nilai
(filsafat) tertentu yang menjadi pegangan bagi anggota masyarakat dalam
menjalankan kehidupan dan pemerintahannya. Filsafat negara merupakan
pandangan hidup bangsa yang diyakini kebenarannnya dan diaplikasikan
dalam kehidupan masyarakat yang mendiami negara tersebut. Pandangan
hidup bangsa merupakan nilai-nilai yang dimiliki oleh setiap bangsa. Nilai-
nilai tersebut akan mempengaruhi segala aspek suatu bangsa. Nilai adalah
suatu konsepsi yang secara eksplisit maupun implisit menjadi milik atau ciri
khas seseorang atau masyarakat. Pada konsep tersembunyi bahwa pilihan
nilai merupakan suatu ukuran atau standar yang memiliki kelestarian yang
secara umum digunakan untuk mengorganisasikan sistem tingkah laku suatu
masyarakat.
Sistem nilai (filsafat) yang dianut suatu bangsa merupakan filsafat
masyarakat budaya bangsa. Bagi suatu bangsa, filsafat merupakan sumber
dari segala sumber hukum yang berlaku dalam suatu masyarakat, bangsa,
dan negara. Oleh karena itu, filsafat berfungsi dalam menentukan pandangan
hidup suatu masyarakat dalam menghadapi suatu masalah, hakikat dan sifat
hidup, hakikat kerja, hakikat kedudukan manusia, etika dan tata krama
pergaulan dalam ruang dan waktu, serta hakikat hubungan manusia dengan
manusia lainnya.
Indonesia adalah salah satu negara yang juga memiliki filsafat
seperti bangsa bangsa lain. Filsafat ini tak lain adalah yang kita kenal dengan
nama Pancasila yang terdiri dari lima sila. Pancasila merupakan filsafat hidup
bangsa Indonesia.

4
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan yang dimaksud dengan cara berfikir filsafat!
2. Jelaskan pengertian pancasila secara filsafat!
3. Jelaskan nilai-nilai pancasila menjadi dasar dan arah keseimbangan
antara hak dan kewajiban asasi manusia!

C. BATASAN MASALAH
1. Jelaskan yang dimaksud dengan cara berfikir filsafat.
2. Jelaskan pengertian pancasila secara filsafat.
3. Jelaskan nilai-nilai pancasila menjadi dasar dan arah keseimbangan
antara hak dan kewajiban asasi manusia.

D. TUJUAN PENULISAN
1. Dapat memahami cara berfikir filsafat
2. Dapat memahami pengertian pancasila secara filsafat
3. Dapat memahami nilai-nilai pancasila menjadi dasar dan arah
keseimbangan antara hak dan kewajiban asasi manusia

E. MANFAAT PENULISAN
1. Seluruh lapisan masyarakat khususnya kaum muda Bangsa
Indonesia dapat memahami bagaimana arti penting dari pancasila
sebagai filsafat.
2. Para pembaca diharapkan dapat mengamalkan seluruh ajaran dari
pancasila.
3. Dapat memotivasi seluruh generasi muda agar lebih mencintai dasar
negaranya
4. Dapat mendidik bagaimana seharusnya perilaku masyarakat dalam
mengartikan, memaknai, serta mengimplementasikan arti pancasila
sebagai filsafat.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Cara Berpikir Filsafat


1. Pengertian dan Cara Berpikir Filsafat
Secara etimologis, istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani, yaitu
Philoshopia. Istilah ini merupakan bentukan dari kata asal philo (philein) yang
berarti cinta, dan sophos yang artinya hikmah/kebijaksanaan. Jadi, filsafat
artinya mencintai hal-hal yang sifatnya bijaksana. Filsafat merupakan ilmu
pengetahuan mengenai hakekat dari segala sesuatu yang mencari sebab-
sebabnya yang terdalam dengan menggunakan rasio/akal budi manusia.
Menurut D. Runes, filsafat berarti ilmu yang paling umum yang
mengandung usaha mencari kebijakan dan cinta akan kebijakan. Filsafat
tidak hanya menyelidiki struktur obyeknya sebagaimana ilmu pengetahuan
pada umumnya, melainkan selalu menyelidiki hakekat obyeknya, mencari inti
hakekatnya, dengan berpikir yang sedalam-dalamnya secara mendasar
sampai pada akar-akarnya yang terakhir.
Filsafat bukan agama, karena dalam agama manusia bertitik tolak
dari wahyu Ilahi, dari ungkapan Tuhan kepada hamba-Nya. Filsafat sama
sekali tidak bertitik tolak dari wahyu Ilahi, melainkan senantiasa tetap
mempergunakan rasio/akal budi murninya.

Ada tiga hal yang mendorong manusia untuk berfilsafat, yaitu :


2. Keheranan, sebagian filsuf berpendapat bahwa adanya kata heran
merupakan asal dan filsafat. Rasa heran itu akan mendorong untuk
menyelidiki.
3. Kesangsian, merupakan sumber utama bagi pemikiran manusia yang
akan menuntun pada kesadaran. Sikap ini sangat berguna untuk
menemukan titik pangkal yang kemudian tidak disangsikan lagi.

6
4. Kesadaran akan keterbatasan, manusia mulai berfilsafat jika ia
menyadari bahwa dirinya sangat kecil dan lemah terutama bila
dibandingkan dengan alam sekelilingnya. Kemudian muncul
kesadaran akan keterbatasan bahwa di luar yang terbatas pasti ada
sesuatu yang tidak terbatas.

Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa objek kajian filsafat meliputi :
1. Objek Material, yaitu kajian filsafat yang meliputi sesuatu baik berupa
material konkret seperti manusia, alam, benda, binatang, dan
sebagainya, maupun sesuatu yang bersifat abstrak seperti, nilai-nilai,
ide-ide, ideologi, moral, pandangan hidup dan sebagainya.
2. Objek Formal, yaitu cara pandang seseorang terhadap objek material
tersebut. Misalnya dari sudut pandang nilai (bidang aksiologi), dari
sudut pandang pengetahuan (bidang epistemologi), dari sudut
pandang keberadaan (bidang ontologi), dari sudut pandang tingkah
laku baik dan buruk (bidang etika), dari sudut pandang keindahan
(bidang estetika) dan sebagainya. Filsafat khusus misalnya filsafat
sosial, filsafat hukum, filsafat pancasila, filsafat bahasa dan lainnya
yang membicarakan hal-hal yang sifatnya khusus.

Dari pengertian tentang filsafat di atas dapat diketahui cara berpikir


filsafat, antara lain :
1. Kritis, yaitu selalu mempertanyakan segala sesuatu, problema-
problema, dan halhal yang dihadapi manusia.
2. Radikal, yaitu bukan hanya sampai pada fakta-fakta yang sifatnya
khusus dan empiris belaka, namun sampai pada intinya yang
terdalam yaitu hakekat dari sesuatu objek. (radix : akar-akarnya)
3. Konseptual, yaitu tidak hanya sampai pada persepsi manusia saja,
tapi merupakan kegiatan akal budi dan mental manusia yang
berusaha menyusun konsep-konsep yang berasal dari generalisasi
serta abstraksi dari hal-hal yang sifatnya khusus.

7
4. Koheren (runtut), yaitu berfikir secara sistematis, runtut, unsur-
unsurnya tidak saling terpisah, tidak saling bertentangan, tidak acak-
acakan, kacau dan fragmentaris.
5. Rasional, yaitu pemikiran-pemikirannya dapat diterima oleh akal
sehat manusia (logis).
6. Komprehensif (menyeluruh), yaitu kesimpulan diambil berdasarkan
banyak pertimbangan dari berbagai sudut pandang, berbeda dengan
ilmu pengetahuan
7. Universal, yaitu bersifat umum bagi seluruh umat manusia, tidak
terbatas oleh ruang dan waktu, misalnya keadilan, kebenaran dan
kebaikan.
8. Spekulatif, yaitu menduga-duga atau memprediksi dengan kekuatan
akal manusia untuk menemukan jawaban dari fakta yang dihadapi.
9. Bebas, yaitu berpikir sampai batas-batas yang luas, tidak terikat pada
kekangankekangan sosial, politik, tradisi, agama dan moral.
10. Implikatif, yaitu jawaban dari suatu permasalahan tidak pernah tuntas,
tetapi menimbulkan pertanyaan baru lagi.
11. Reflektif, yaitu dalam melihat (berkaca) pada kehidupan di
masyarakat, apa yang sebaiknya dilakukan agar hidup menjadi lebih
baik dan bermakna.

2. Sistem Filsafat
Pemikiran filsafat berasal dari berbagai tokoh yang menjadikan manusia
sebagai subyek. Perbedaan latar belakang tata nilai dan alam kehidupan,
cita-cita dan keyakinan yang mendasari tokoh filsafat itu melahirkan
perbedaan-perbedaan mendasar antar ajaran filsafat. Setiap jalan pikiran
atau penalaran tersusun atas pernyataan-pernyataan yang dapat diselidiki
benar tidaknya. Pernyataan-pernyataan serupa itu juga disebut putusan atau
proposisi.
Suatu ajaran filsafat yang bulat mengajarkan tentang berbagai segi
kehidupan yang mendasar. Suatu sistem filsafat sedikitnya mengajarkan

8
tentang sumber dan hakikat realitas, filsafat hidup dan tata nilai (etika),
termasuk teori terjadinya pengetahuan dan logika. Sebaliknya, filsafat yang
mengajarkan hanya sebagian kehidupan tak dapat disebut sistem filsafat,
melainkan hanya ajaran filosofis seorang ahli filsafat.

3. Aliran-aliran Filsafat
Aliran-aliran utama filsafat yang ada sejak dahulu hingga sekarang adalah
sebagai berikut :
1. Aliran Materialisme
Aliran ini mengajarkan bahwa hakekat realitas kesemestaan, termasuk
makhluk hidup dan manusia ialah materi. Semua realitas tersebut
ditentukan oleh materi (misalnya benda ekonomi, makanan) dan
terikat pada hukum alam, yaitu hukum sebab-akibat (hukum
kausalitas) yang bersifat objektif.
2. Aliran Idealisme/Spiritualisme
Aliran ini mengajarkan bahwa ide dan spirit manusia yang
menentukan hidup dan pengertian manusia. Subjek manusia sadar
atas realitas dirinya dan kesemestaan karena ada akal budi dan
kesadaran rohani. Manusia yang tak sadar atau mati sama sekali
tidak menyadari dirinya apalagi realitas semata. Jadi, hakekat diri dan
kenayataan kesemestaan ialah akal budi (ide dan spirit).
3. Aliran Realisme
Aliran ini mengajarkan bahwa kedua aliran di atas (materialisme dan
idealisme) adalah bertentangan, tidak sesuai dengan kenyataan (tidak
realistis). Sesungguhnya, realitas kesemestaan, terutama kehidupan
bukanlah benda (materi) semata-mata. Kehidupan seperti tampak
pada tumbuh-tumbuhan, hewan, dan manusia, mereka hidup
berkembang biak, kemudian tua dan akhirnya mati. Pastilah realitas
demikian lebih daripada sekadar materi. Oleh karenanya, realitas
adalah paduan benda (materi dan jasmaniah) dengan yang non materi
(spiritual, jiwa, dan rohaniah). Khusus pada manusia, tampak dalam

9
gejala daya pikir, cipta, dan budi. Jadi menurut aliran ini, realitas
merupakan sintesis antara jasmaniah dan rohaniah, materi dan
nonmateri.

B. Pengertian Pancasila Secara Filsafat


1.a Menurut Para Ahli
Pengertian filsafat menurut menurut para ahli memiliki perbedaan
dalam mendefinisikan filsafat yang disebabkan oleh berbedaan konotasi
filsafat dan keyakinan hidup yang dianut mereka. Filsafat melakukan dua
hal : di satu sisi, membangun teori-teori tentang manusia dan alam semesta
serta menyajikannya sebagai landasan-landasan bagi keyakinan dan
tindakan; di sisi lain, filsafat memeriksa secara kritis segala hal yang dapat
disajikan sebagai suatu landasan bagi keyakinan dan tindakan (Gie,
2007:59). Perbedaan pendapat muncul juga dikarenakan perkembangan
filsafat itu sendiri sehingga akhirnya menyebabkan beberapa ilmu
pengetahuan memisahkan diri dari ilmu filsafat. Berikut beberapa pengertian
filsafat menurut menurut para ahli yang memiliki pengertian jauh lebih luas
dibandingkan dengan pengertian menurut bahasa.
 Cicero ( (106 – 43 SM )

Filsafat adalah seni kehidupan sebagai ibu dari semua seni.

 Aristoteles (384 – 322 SM)

Filsafat adalah memiliki kewajiban untuk menyelidiki sebab dan asas segala
benda.

 Plato (427 – 347 SM)

Filsafat itu adalah tidaklah lain dari pengetahuan tentang segala yang ada.

 Al Farabi (wafat 950 M)

Filsafat itu ialah ilmu pengetahuan tentang alam yang maujud dan bertujuan
menyelidiki hakekatnya yang sebenarnya.

10
 Thomas Hobbes (1588 – 1679)

Filsafat ialah ilmu pengetahuan yang menerangkan perhubungan hasil dan


sebab atau sebab dari hasilnya, dan oleh karena itu senantiasa adalah suatu
perubahan.

 Johann Gotlich Fickte (1762-1814)

Filsafat merupakan ilmu dari ilmu-ilmu, yakni ilmu umum, yang jadi dasar
segala ilmu. Filsafat membicarakan seluruh bidang dan seluruh jenis ilmu untuk
mencari kebenaran dari seluruh kenyataan.

 Imanuel Kant ( 1724 – 1804)

Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menjadi pokok dan pangkal dari
segala pengetahuan yang didalamnya tercakup empat persoalan yaitu metafisika,
etika agama dan antropologi.

 Paul Nartorp (1854 – 1924)

Filsafat sebagai ilmu dasar hendak menentukan kesatuan pengetahuan


manusia dengan menunjukan dasar akhir yang sama, yang memikul sekaliannya.

 Harold H. Titus (1979)

Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan


alam yang biasanya diterima secara tidak kritis.

Selain tokoh-tokoh dunia, adapun pendapat dari tokoh bangsa Indonesia


mengenai filsafat, yaitu :

 Notonegoro: Filsafat menelaah hal-hal yang dijadikan objeknya dari sudut


intinya yang mutlak, yang tetap tidak berubah, yang disebut hakekat.
 Driyakarya: filsafat sebagai perenungan yang sedalam-dalamnya tentang
sebab-sebabnya ada dan berbuat, perenungan tentang kenyataan yang
sedalam-dalamnya sampai “mengapa yang penghabisan.

11
 Sidi Gazalba: Berfilsafat ialah mencari kebenaran dari kebenaran untuk
kebenaran, tentang segala sesuatu yang dipermasalahkan, dengan berfikir
radikal, sistematik dan universal.
 Hasbullah Bakry: Ilmu Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu
dengan mendalam mengenai Ke-Tuhanan, alam semesta dan manusia
sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana sikap
manusia itu sebenarnya setelah mencapai pengetahuan itu.
 Prof. Dr. Ismaun, M.Pd.: Filsafat ialah usaha pemikiran dan renungan
manusia dengan akal dan qalbunya secara sungguh-sungguh , yakni secara
kritis sistematis, fundamentalis, universal, integral dan radikal untuk
mencapai dan menemukan kebenaran yang hakiki (pengetahuan, dan
kearifan atau kebenaran yang sejati.
 Prof. Mr.Mumahamd Yamin: Filsafat ialah pemusatan pikiran , sehingga
manusia menemui kepribadiannya seraya didalam kepribadiannya itu
dialamiya kesungguhan.

1.b Pancasila Sebagai Filsafat


Pancasila sebagai filsafat mengandung pandangan, nilai dan pemikiran yang
dapat menjadi substansi dan isi pembentukan ideologi pancasila. Secara ringkas
filsafat pancasila merupakan refleksi kritis dan rasional tentang pancasila sebagai
dasar negara dan kenyataan budaya bangsa. Tujuannya adalah untuk mendapatkan
pokok-pokok pengertiannya secara mendasar dan menyeluruh. Filsafat pancasila
juga mengungkap konsep-konsep yang bukan saja ditujukan pada bangsa
Indonesia,melainkan juga manusia pada umumnya. Pancasila sebagai filsafat
bangsa Indonesia ditetapkan menjadi ideologi bangsa Indonesia pada tanggal 18
Agustus 1945.
Pembahasan filsafat pancasila dapat dilakukan secara deduktif dan induktif.
Secara deduktif dilakukan dengan mencari hakikat pancasila serta menganalisis dan
menyusunnya secara sistematis menjadi keutuhan pandangan yang komprehensif.
Secara induktif yakni dengan mengamati gejala-gejala sosial budaya masyarakat,
merefleksikannya, dan menarik arti dan makna yang hakiki dari gejala-gejala itu.

12
2. Aspek-aspek Pancasila Sebagai Filsafat
 Aspek Ontologi
Ontologi menurut Runes, adalah teori tentang adanya keberadaan atau
eksistensi. Sementara menurut Aristoteles sebagai filsafat pertama, ontologi adalah
ilmu yang menyelidiki hakekat sesuatu dan disamakan artinya dengan metafisika.
Jadi, ontologi adalah bidang atau cabang filsafat yang menyelidiki makna yang ada
(eksistensi dan keberadaan), sumber ada, jenis ada, dan hakekat ada, termasuk ada
alam, manusia, metafisika dan alam semesta atau kosmologi. Bidang ontologi
meliputi ; penyelidikan tentang keberadaan manusia, benda, alam semesta. Artinya
ontologi adalah menjangkau adanya tuhan dan alam ghaib seperti rohani dan
kehidupan sesudah kematian (alam dibalik dunia, alam metafisika).
Dalam konteks ontologi, pancasila “ada” dalam realitas/kenyataan, sebab
“ada” nya Tuhan, manusia, satu, rakyat, dan adil, yang menjadi landasan sila-sila
Pancasila itu “ada” dalam realitas/kenyataan. Nilai-nilai Pancasila yang terdapat
dalam adat istiadat, budaya, dan religi, “ada” pada bangsa Indonesia sejak dahulu
kala, dan masih tetap “ada” sampai sekarang.Hubungan :
Sila pertama Pancasila yang berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa” mengakui
adanya kekuatan gaib yang di luar manusia menjadi pencipta, pengatur serta
penguasa alam semesta.
 Aspek Epistemologi

Epistemologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki asal, syarat, susunan,


metode, dan validitas ilmu pengetahuan. Epistemologi meneliti sumber
pengetahuan, proses dan syarat terjadinya pengetahuan, serta batas dan validitas
ilmu pengetahuan. Yang termasuk cabang epistemologi adalah matematika, logika,
sematik, dan teori ilmu.

Dilihat dari aspek epistemologi, Pancasila merupakan pengetahuan ilmiah


dan filsafati, dan bisa diteliti dan diuji kebenarannya.Hubungan : Dalam pembukaan
UUD 1945 terdapat tujuan Negara Indonesia yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa
dan negara, dan UUD sendiri berlandaskan pada Pancasila.

13
 Aspek Aksiologi

Aksiologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki makna nilai, sumber nilai,
jenis dan tingkatan nilai dan hakekat nilai. Dalam konteks aksiologi, Pancasila
sebagai sistem filsafat mengandung nilai manfaat yaitu untuk mempersatukan
bangsa Indonesia yang beraneka ragam suku bangsa ini, dan mengandung nilai
manfaat sebagai acuan moral bangsa Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.

Pancasila merupakan kristalisasi nilai-nilai yang diangkat dari kehidupan


bangsa Indonesia yang diyakini sebagai sesuatu hal yang baik, benar dan
indah.Hubungan :Dalam menyelidiki makna nilai dari suatu terdapat norma-norma
masyarakat yang sudah mendarah daging dalam beretika yang merupakan Way Of
Life dan ciri khas Bangsa Indonesia yang , Pancasila sendiri adalah cerminan dari
Bangsa Indonesia sendiri. Adapun kepercayaan pada Tuhan termasuk cangkupan
nilai di axiologi, sejak dahulu leluhur kita sudah menciptakan banyak karya yang
terdiri dari cipta, rasa, dan karsa sesuai kepercayaannya.

3. Kesatuan Sila-sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem Filsafat

Meskipun Pancasila terdiri dari lima sila, tetapi kelimanya merupakan satu
kesatuan yang bulat dan utuh. Masing-masing sila tidak dapat berdiri sendiri,
maksudnya sila yang satu terlepas dari sila yang lain. Sila-sila Pancasila mempunyai
hubungan yang erat antara yang satu dengan lainnya. Kelima sila itu bersama-sama
menyusun pengertian yang satu, bulat dan utuh.

Sebagai sistem filsafat, Pancasila telah memenuhi persyaratan di antaranya sebagai


berikut :

 Sebagai satu kesatuan yang utuh, berarti kelima sila dari sila I s.d. V
merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Memisahkan satu sila
berarti menghilangkan arti Pancasila.

14
 Bersifat konsisten dan koheren, berarti lima sila Pancasila itu urut-urutan
sila I s.d. V bersifat runtut tidak kontradiktif, dan nilai yang lebih esensial
didahulukan. Esensi pokok sila I s.d. V : Tuhan, manusia, satu, rakyat, dan
adil. Tuhan menciptakan manusia, manusia butuh interaksi dengan manusia
lain (persatuan), setelah bersatu mencapai tujuan bersama (keadilan) dan
perlu musyawarah terlebih dahulu.
 Ada hubungan antara bagian yang satu dengan bagian lain, berarti sila I
s.d. V ada hubungan keterkaitan dan ketergantungan yang menjadi lima sila
tersebut bulat dan utuh.
 Ada kerjasama, dalam hal ini yang dimaksudkan adalah pendukung
Pancasila itu yang melakukan kerjasama yaitu bangsa Indonesia sendiri.
 Semua mengabdi pada satu tujuan yaitu tujuan bersama, maksudnya
adalah semua pendukung Pancasila (bangsa Indonesia) harus bekerjasama
untuk tujuan bersama seperti yang dimaksud dalam UUD 1945 yaitu
kesejahteraan bersama.

Konsekuensi dari sistem tersebut menyebabkan Pancasila memiliki susunan


hirarkis dan bentuk piramidal. Hirarkis artinya bertingkat, sedangkan piramidal
dipergunakan menggambarkan hubungan yang bertingkat dari sila-sila Pancasila
dalam urutan luas cakupan (kuantitas) dan juga dalam hal isi sifatnya (kualitas).

Jika dilihat dari segi esensinya, urut-urutan lima sila ini menunjukan
rangkaian tingkat dalam “luas cakupan” dan “isi sifatnya.” Artinya sila yang
dibelakang sila lainnya lebih sempit/kecil cakupannya atau merupakan
pengkhususan atau bentuk penjelmaan dari sila-sila yang mendahuluinya. Dengan
adanya urut-urutan dari kelima sila Pancasila yang mempunyai hubungan mengikat
satu sama lain, sehingga Pancasila merupakan satu kesatuan yang bulat dan utuh.
Hal ini menjadikan s setiap sila dari Pancasila didalamnya terkandung sila-sila
lainnya, ini berarti :

15
1. KeTuhanan Yang Maha Esa, adalah KeTuhanan yang
berperikemanusiaan, berpersatuan, berkerakyatan, dan berkeadilan
sosial.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab, adalah Kemanusiaan yang
berkeTuhanan, berpersatuan, berkerakyatan, dan berkeadilan sosial.
3. Persatuan Indonesia, adalah persatuan yang berkeTuhanan,
berkemanusiaan, berkerakyatan, dan berkeadilan sosial.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, adalah kerakyatan yang
berkeTuhanan, berkemanusiaan, berpersatuan, dan berkeadilan
sosial.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, adalah keadilan yang
berkeTuhanan, berkemanusiaan, berpersatuan, dan berkerakyatan.

Konsekuensi logis dari hirarkis piramidal sila-sila Pancasila tersebut, maka


sila ke-Tuhanan Yang Maha Esa menjadi puncak dari sila di bawahnya, yaitu
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan dan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

16
C. Nilai-nilai Pancasila Menjadi Dasar dan Arah
Keseimbangan antara Hak dan Kewajiban Asasi
Manusia
Pandangan mengenai relasi antara manusia dengan masyarakat
merupakan falsafah kehidupan masyarakat yang memberi corak dan warna
bagi kehidupan masyarakat. Untuk merumuskan relasi manusia dalam
masyarakat, ada dua pandangan yang berbeda, yakni pandangan pertama,
melihat manusia sebagai pribadi atau individu. Penekanannya pada
kehidupan personal manusia. Dalam kehidupan seperti ini sering terjadi
persaingan yang tidak sehat. Ada banyak pelanggaran dan penindasan
terhadap kaum lemah. Di sini berlaku istilah “yang kaya tetap kaya yang
miskin tetap miskin.”. Cara hidup seperti ini menimbulkan kepincangan dalam
hidup bermasyarakat dan tidak sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan yang
tertuang dalam sila kedua, yakni kemanusiaan yang adil dan beradab serta
sila kelima, yakni keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Pandangan kedua, yakni pandangan yang melihat hubungan manusia


dengan masyarakat sebagai sosial. Penekanannya terletak pada aspek
masyarakat. Masyarakat dianggap segala-galanya, masyarakat dijadikan
sebagai tolak ukur untuk semua segi kehidupan. Di sini dimensi demokrasi
sangat menonjol. Bila ini yang berlaku, maka manusia kehilangan
kepribadiannya. Individu dianggap seolah-olah sebuah mesin raksasa
masyarakat yang menggerakkan kehidupan bersama. Paham ini akan
menimbulkan tekanan batin karena hak-hak pribadi diabaikan, dengan
demikian kebahagiaan sebagaimana yang dicita-citakan bersama tidak akan
tercapai.

Kedua paham di atas, dari sudut pandang Pancasila dan hubungan manusia
dengan masyarakat tidak memilih salah satu dari keduanya. Juga tidak
memadukan keduanya menjadi satu. Karena karakter individualisme dan
liberalisme serta komunisme tidak sesuai dengan prinsip Pancasila.

17
Pancasila melihat bahwa kebahagiaan manusia hanya bisa tercapai jika
dikembangkan melalui hubungan yang serasi antara manusia dengan
masyarakat, manusia dengan Allah Yang Maha Kuasa dan manusia dengan
alam semesta.

Untuk menciptakan keseimbangan antara hubungan hak dan


kewajiban menurut nilai-nilai dari Pancasila, ada tiga hal yang perlu diketahui
antara lain :

1. Hubungan Vertikal
Hubungan vertikal adalah hubungan manusia dengan Tuhan Yang
Maha Kuasa, seperti yang terealisasi dari nilai-nilai Ketuhanan Yang
Maha Esa. Sila pertama dalam nilai Pancasila menjadi yang terutama
dan pertama. Relasi manusia dengan Tuhan, merupakan hal
fundamental yang harus dihidupi. Manusia wajib taat pada perintah
Tuhan dan menghentikan segala larangan-Nya. Manusia yang tunduk
pada hukum Tuhan akan mendapat ganjarannya, manusia akan
memperoleh imbalan yang menjadi haknya di kemudian hari, tetapi tidak
diterima di dunia ini. Imbalan itu akan diterima pada akhir hayat nantinya.
Hubungan yang baik antara Tuhan sebagai pencipta dan manusia
sebagai ciptaan-Nya, hanya bisa tercipta bila manusia tunduk pada
hukum Ilahi.
Menurut sila Ketuhanan Yang Maha Esa, manusia Indonesia
disadarkan dan diingatkan akan adanya Allah dengan sifat yang dimiliki-
Nya. Pengenalan dan pengamalan akan Allah, diharapkan manusia
memiliki sikap dan tindakan yang tepat dalam hubungannya dengan
Allah. Sikap yang tepat dianjurkan dalam butir-butir P4 (pedoman,
penghayatan, dan pengamalan Pancasila), sebagai pedoman untuk
menghayati dan mengamalkan Pancasila.
2. Hubungan Horizontal
Hubungan horizontal adalah hubungan manusia dengan sesamanya,
baik sebagai warga masyarakat, warga bangsa dan warga negara.

18
Sebagai warga negara memiliki kewajiban kepada negara, misalnya
membayar pajak. Sedangkan hak warga negara yang harus diterima dari
negara, misalnya infrastruktur (jalan raya, PAM, Listrik, dan lain- lain).
Sila kedua sangat menekankan sifat Kemanusiaan Yang Adil dan
Beradab. Manusia diharapkan menyadari keluhuran martabatnya sebagai
manusia. Manusia memiliki kebebasan untuk memilih dan melaksanakan
apa yang dikehendakinya. Sikap saling mengakui, menghargai,
menghormati, dan menjunjung tinggi martabat kemanusiaan adalah sikap
dasar dari pengamalan Pancasila khususnya sila kedua.
3. Hubungan Alamiah
Hubungan alamiah adalah hubungan manusia dengan alam sekitar,
yang meliputi hewan, tumbuh-tumbuhan, dan alam dengan segala isinya.
Seluruh alam semesta dengan segala isinya diperuntukkan bagi
kelangsungan hidup manusia. Manusia juga memiliki kewajiban untuk
melestarikan alam dan kekayaan yang ada di dalamnya. Alam juga
mengalami penyusutan, sedangkan manusia semakin berkembang,
dengan demikian kebutuhannya juga bertambah. Memelihara kelestarian
alam juga merupakan kewajiban manusia, sebab alam sudah
menyumbangkan banyak hal untuk kelangsungan hidup manusia.

Hubungan manusia dengan alam harus seimbang antara kewajiban


dan hak, sama seperti hubungan manusia dengan masyarakat dan
manusia dengan Tuhan. Pancasila adalah suatu pandangan hidup atau
ideologi yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, manusia
dengan masyarakat atau bangsanya, dan manusia dengan alam
lingkungannya.

Alasan mendasar Pancasila sebagai pandangan hidup atau ideologi


bangsa adalah sebagai berikut:

1) Mengakui adanya kekuatan ghaib yang ada di luar diri manusia


sebagi pencipta serta pengatur dan penguasa alam semesta.

19
2) Mengatur keseimbangan dalam hubungan, keserasian-keserasian
dan pengendalian diri. Artinya relasi yang baik dan seimbang
antara ketiganya (manusia dengan masyarakat, manusia dengan
Tuhan, dan manusia dengan alam semesta) akan menciptakan
hidup bahagia dan semuanya berjalan sesuai dengan yang
diharapkan.
3) Dalam mengatur hubungan, peranan dan kedudukan bangsa
sangat penting. Persatuan dan kesatuan sebagai bangsa
merupakan nilai sentral. Sebuah negara yang tidak bisa bersatu
akan sulit menciptakan hidup harmonis. Negara harus bisa
memegang kendali dalam menjalankan roda kehidupan
berbangsa dan bernegara.
4) Rasa kekeluargaan, gotong-royong, kebersamaan serta
musyawarah untuk mufakat dijadikan sebagai sendi dalam
kehidupan bersama.
5) Kesejahteraan bersama menjadi tujuan hidup bersama.

Isi pemikiran Filsafat Pancasila sebagai suatu pemikiran


filsafat tentang negara bahwa Pancasila memberikan jawaban yang
mendasar dan menyeluruh atas masalah-masalah asasi filsafat
tentang negara yang berpusat pada lima masalah sosial.

20
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pancasila merupakan suatu dasar nilai serta norma untuk


mengatur pemerintahan Negara atau dengan kata lain pancasila
merupakan suatu dasar untuk mengatur penyelenggaraan Negara.
Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum, pancasila
merupakan kaidah hukum Negara yang secara konstitusional
mengatur Negara Republik Indonesia beserta seluruh unsur-unsurnya
yaitu rakyat, wilayah serta pemerintah Negara. Oleh karena itu
pancasila ditetapkan sebagai dasar filsafat Negara Indonesia sebagai
landasan. Pancasila sebagai filsafat Negara Indonesia yaitu hasil
pemikiran mendalam dari bangsa Indonesia, yang dianggap, diyakini
sebagai kenyataan nilai dan norma yang paling benar, dan adil untuk
melakukan kegiatan hidup berbangsa dan bernegara di manapun
mereka berada.

B. Saran

Warga negara Indonesia merupakan sekumpulan orang yang


hidup dan tinggal di negara Indonesia. Oleh karena itu, sebaiknya
warga negara Indonesia harus lebih meyakini atau mempercayai,
menghormati, menghargai, menjaga, memahami dan melaksanakan
segala hal yang telah dilakukan oleh para pahlawan khususnya dalam
pemahaman bahwa filsafat Pancasila adalah sebagai dasar filsafat
negara Indonesia.

21
DAFTAR PUSTAKA

[1]Syamsudin, M., dkk. 2009. Pendidikan Pancasila; Menempatkan


Pancasila dalam Konteks Keislaman dan Keindonesiaan. Yogyakarta:
Total Media.

[2] https://arvyndilawijaya.wordpress.com/2013/03/24/pancasila-
sebagai-filsafat/ (diakses tanggal 24 Oktober 2012 Pukul 17.08)

[3] http://ratni_itp.staff.ipb.ac.id/2012/06/11/pancasila-sebagai-filsafat/
(diakses tanggal 24 Oktober 2012 Pukul 17.10)

[4] http://mikhaelihem.blogspot.co.id/2012/03/pengertian-pancasila-
secara-filsafat.html (diakses tanggal 23 Oktober 2012 Pukul 17.10)

[5]http://arynatalina.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/11723/Panc
asila+Sebagai+Sistem+Filsaf at.ppt (diunduh tanggal 24 Oktober 2012
Pukul 18.50)

[6]http://choirul_umam.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/42621/b
ab2pancasila_sebagai_sistem_filsafat.pdf (diunduh tanggal 24
Oktober 2012 Pukul 16.57)

[7]http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/M_K_D_U/196604251992032ELL
Y_MALIHAH/Silabi,_Sap,_Bahan_Kuliah_PKN,_Elly_Malihah/BAB_2.p
df (diunduh tanggal 24 Oktober 2012 Pukul 17.00)

[8]Maulidi, Achmad. 2016. Pengertian Filsafat (Filosofi).


[9]http://www.kanalinfo.web.id/2016/08/pengertian-filsafat-filosofi.html.
Diakses pada tanggal 3 Maret 2017.

22
[10]Edwin, Ferry, dkk, 2006, Prof. Notonagoro & Pancasila: Analisis Tekstual
& Kontekstual, UGM Press, Yogyakarta.

[11]Gie, The Liang, 1997, Pengantar Filsafat Ilmu, Penerbit Liberty,


Yogyakarta.
[12]Gie,The Liang, 2007, Pengantar Filsafat Ilmu, Penerbit Liberty,

23

Anda mungkin juga menyukai