2. Pada akhir tahun pajak (jika masih ada kekurangan bayar) -> 29
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
1. PPh pasal 21
Dasar Hukum :
- Per 16/PJ/2016 tentang Pedoman Teknis dan tata cara Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan
PPh pasal 21 dan atau PPh pasal 26 Sehubungan dengan pekerjaan, Jasa dan Kegiatan orang
pribadi
- Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak
Peraturan Menteri Keuangan - 101/PMK.010/2016, Tanggal 22 Jun 2016
- Penetapan Bagian Penghasilan Sehubungan Dengan Pekerjaan Dari Pegawai Harian Dan
Mingguan Serta Pegawai Tidak Tetap ...
Peraturan Menteri Keuangan - 102/PMK.010/2016, Tanggal 22 Jun 2016
- Tata Cara Pembayaran Dan Penyetoran Pajak
Peraturan Menteri Keuangan - 242/PMK.03/2014, Tanggal 24 Des 2014
- Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 5 Tahun 2008 Tentang
Perubahan Keempat Atas Undang-undang Nomor ...
Undang-Undang - 16 TAHUN 2009, Tanggal 25 Mar 2009
- PP no 68 tahun 2009 tentang Pemotongan PPh pasal 21 berupa uang pesangon, uang tebusan
pensiun dan THT atau JHT
- Petunjuk Pelaksanaan Pemotongan Pajak Atas Penghasilan Sehubungan Dengan Pekerjaan,
Jasa, Dan Kegiatan Orang Pribadi
Peraturan Menteri Keuangan - 252/PMK.03/2008, Tanggal 31 Des 2008
- Besarnya Biaya Jabatan Atau Biaya Pensiun Yang Dapat Dikurangkan Dari Penghasilan Bruto
Pegawai Tetap Atau ...
Peraturan Menteri Keuangan - 250/PMK.03/2008, Tanggal 31 Des 2008
- Perubahan Keempat Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan
Undang-Undang - 36 TAHUN 2008, Tanggal 23 Sept 2008
PPh pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan
pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau
jabatan, jasa dan kegiatan lainnya yang dilakukan oleh orang pribadi subjek pajak dalam
negeri.
1) Pemberi kerja
Yang terdiri dari: OP dan badan baik merupakan pusat maupun cabang,
perwakilan atau unit yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan
pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun, sebagai imbalan
sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang dilakukan oleh pegawai atau bukan
pegawai.
2) Bendahara atau pemegang kas pemerintah
Termasuk: bendahara atau pemegang kas pada pemerintah pusat termasuk
institusi TNI/POLRI, Pemda, instansi atau lembaga pemerintah, lembaga-lembaga
negara lainnya dan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di luar negeri
yang membayarkan gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain
dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau
jabatan, jasa dan kegiatan
3) Dana Pensiun, Badan penyelenggara Jaminaan Sosial Tenaga Kerja, dan badan-
badan lain yang membayar uang pensión dan Tunjangan hari tua atau jaminan
hari tua
4) OP yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas serta badan yang
membayar:
- Honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan
jasa atau kegiatan yang dilakukan oleh OP dengan status SPDN termasuk
jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas dan bertindak untuk dan
atas namanya bukan untuk dan atas nama persekutuannya
- Honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan
kegiatan dan jasa yang dilakukan oleh OP dengan status SPDN
- Honorarium atau imabalan lain lepada peserta pendidikan, pelatihan dan
magang
5) Penyelenggara kegiatan, termasuk badan pemerintah, organisasi yang bersifat
nasional dan internacional, perkumpulan, OP, serta lembaga lainnyayang
menyelenggarakan kegiatan, yang membayar honorarium, hadiah atau
penghargaan dalam bentuk apapun lepada WP OP dalam negeri berkenaan dengan
statu kegiatan.
Kewajiban pemotong:
1. Wajib Mendaftarkan Diri ke KPP
2. Wajib menghitung, memotong, menyetorkan dan melaporkan PPh Pasal 21 dan Pasal 26
yang terutang untuk setiap bulan kalender.
3. PPh Pasal 21/26 yang dipotong wajib disetor ke Kantor Pos atau Bank paling lama 10
hari setelah Masa Pajak berakhir.
4. Pemotong Pajak wajib lapor sekalipun nihil, paling lama 20 hari setelah Masa Pajak
berakhir.
5. Wajib Membuat Catatan atau Kertas Kerja Perhitungan PPh Ps. 21/26 Untuk Setiap Masa
Pajak
6. Wajib Menyimpan Catatan atau Kertas Kerja Sesuai Ketentuan
7. Wajib Membuat Bukti Potong dan Memberikannya Kepada Penerima Penghasilan
1. Pegawai
2. Penerima uang pesangon, uang pensiun atau uang manfaat pensiun, THT atau JHT
termasuk ahli warisnya
3. Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan
pekerjaan , jasa atau kegiatan antara lain:
a. tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas yang terdiri atas: pengacara,
akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaries, penilai dan aktuaris
b. Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang
sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model, peragawan/peragawati,
pemain drama, penari, pemahat, pelukis dan seniman lainnya
c. Olahragawan
d. Penasihat, pengajar, pelatih, pencaeramah, penyuluh, dan moderator
e. Pengarang, peneliti, dan penenrjemah
f. Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik, computer dan system
aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi dan social serta
pemberi jas kepada suati kepanitiaan
g. Agen iklan
1. Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai tetap baik berupa penghasilan yang
bersifat teratur maupun tidak teratur
2. Penghasilan yang diterima atau dipeoleh penerima pensiun secara teratur berupa uang
pensiun atau penghasilan sejenisnya
3. penghasilan sehubungan dengan PHK dan penghasilan sehubungan dengan pensiun yang
diterima secara sekaligus berupa uang pesangon, uang manfaat pensiun, THT atau JHT,
dan pembayaran lain sejenis
4. Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, berupa upah harian, upah
mingguan, upah satuan, upah borongan atau upah yang dibayarkan secara bulanan
5. Imbalan kepada bukan pegawai antara lain berupa honorarium, komisi, fee dan imbalan
sejenisnya dengan nama dan dalam bentuk apapun sebagai imbalan sehubungan dengan
pekerjaan, jasa dan kegiatan yang dilakukan
6. Imbalan kepada peserta kegiatan: antara lain berupa uang saku, uang representasi, uang
rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk apapun dan
imbalan sejenis dengan nama apapun
7. Penerimaan dalam bentuk Natura dan atau kenikmatan lainnya dengan nama dan dalam
bentuk apapun yang diberikan oleh:
A. Pada umumnya sifat pemotongan PPh pasal 21 adalah Tidak Final, sehingga umlah PPh
21 yang telah dipotong oleh penerima penghasilan tersebut dapat dijadikan kredit pajak
(pengurang Pajak) pada saat menguhitung PPh terhutang pada akhir tahun.
B. Tetapi ada beberapa penghasilan yang sifat pemotongannya adalah Final yaitu:
1. Uang tebusan pension yang dibayarkan oleh dana pension yang pendiriannya telah
disahkan oleh menteri Keuangan dan Tunjangan hari tua atau tabungan hari tua yang
dibayarkan sekaligus oleh badan penyelenggara jaminan social tenaga kerja
2. Uang pesangon
3. Hadiah dan penghargaan perlombaan
4. Honorarium atau komisi yang dibayarkan kepada penjaja barang 9barang dagangan
berupa kosmetik, sabun, pasta gigi, buku dan keperluan rumah tangga sehari-hari)
dan petugas dinas luar aasuransi
5. Penghasilan bruto berupa honorarium dan imbalan lain dengan nama apapun yang
diterima oleh pejabat negara, pegawai snegeri sipil, anggota TNI /POLRI yang
sumber dananya berasal dari keuangan Negara atau keuangan daerah, kecuali yang
dibayarkan oleh PNS golongan II d kebawah dan anggota TNI/POLRI berpangkat
pembantu Letnan Satu ke bawah atau Ajun Inspektur Tingkat Satu ke bawah.
Penghasilan yang Bukan Objek PPh 21 (Tidak Dipotong PPh pasal 21):
1. Pembayaran manfaat atas santunan asuransi dari perusahaan asuransi sehubungan dengan
asuransi kesehatan, kecelakaan, jiwa, dwiguna dan beasiswa
2. Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan dalam bentuk apapun yang diberikan
oleh WP atau pemerintah
3. Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disyahkan
oleh Men Keu, Iuran THT atau JHT, kepada badan penyelenggara Jamsostek yang
dibayar oleh pemberi kerja
4. Zakat yang diterima oleh OP yang berhak dari badan atau lembaga amil zakat yang
dibentuk dan disahkan oleh pemerintah, atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib
bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia yang diterima oleh OP yang berhak dari
lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah sepanjang tidak ada
hubungan dengan usaha. Pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan diantara pihak-pihak
yang bersangkutan.
5. Bea siswa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf l UU PPh
6. PPh yang ditangung pemberi kerja/pemerintah merupakan penerimaan dalam bentuk
natura
Besarnya PTKP yang digunakan ditentukan berdasarkan keadaan pada awal tahun kalender. Tapi
PTKP untuk pegawai yang baru datang dan menetap di Indonesia dalam bagian tahun kalender
ditentukan berdasarkan keadaan pada awal bulan dari bagian tahun kalender yang bersangkutan.
B. Khusus untuk karyawati, maka PTKP digunakan adalah menurut ketentuan sebagai berikut:
a. Bagi karyawati kawin, sebesar PTKP untuk dirinya sendiri;
b. Bagi karyawati tidak kawin, sebesar PTKP untuk dirinya sendiri ditambah PTKP untuk
keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya.
c. Dalam hal karyawati kawin dapat menunjukan keterangan tertulis dari pemerintah daerah
setempat serendah-rendahnya kecamatan yang menyatakan suaminya tidak menerima
atau memperoleh penghasilan, besarnya PTKP adalah PTKP untuk dirinya sendiri
ditambah PTKP untuk status kawin dan PTKP untuk keluarga yang menjadi tanggungan
sepenuhnya.
A. Tarif pajak untuk penghitungan PPh pasal 21 untuk WP yang punya NPWP, adalah
B. Tarif pajak untuk penghitungan PPh pasal 21 untuk WP yang tidak punya NPWP adalah:
tersebut, maka kelebihan 20% yang telah dipotong sebelumnya tersebut dapat
diperhitungkan dengan PPh 21 yang terutang bulan-bulan selanjutnya setelah memiliki
NPWP.
d. PPh Pasal 26 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak bersifat final
dalam hal orang pribadi sebagai Wajib Pajak luar negeri tersebut berubah status menjadi
Wajib Pajak dalam negeri.
A. PEGAWAI TETAP
Langkah-langkahnya:
PPh pasal 21 per tahun = PKP x Tarif Umum PPh OP pasal 17 Berlapis
Cara menghitung PPh pasal 21 atas penghasilan tidak teratur tersebut adalah :
- Hitung PPh pasal 21/ tahun atas seluruh pengasilan (teratur dan tidak
teratur)
- Hitung PPh pasal 21/ tahun atas penghasilan teratur
- Hitung PPh pasal 21 atas penghasilan Tidak Teratur dengan cara =
PPh pasal 21/tahun atas seluruh penghasilan – PPh pasal 21/tahun atas
penghasilan teratur
PPh 21 Penghasilan teratur ini dihitung oleh perusahaan pada awal tahun, sehingga
pemotongan PPh 21 atas penghasilan teratur ini akan sama setiap bulan. Jika ada penghasilan
tidak teratur yang diterima oleh karyawan perusahaan tidak akan kesulitan lagi, tinggal
mengalikan dengan lapisan tarif dimana penghasilan tersebut berada
Jika pegawai tetap mengalami kenaikan gaji dimana pengumuman kenaikan gaji baru
dilakukan bukan pada bulan januari,sementara pelaksanaanya berlaku surut mulai bulan
januari., sehingga selisih kenaikan gaji mulai januari sampai dengan bulan pengumuman akan
dibayarkan sekaligus di bulan pengumuman tersebut atau disebut juga menerima uang Rapel
atas kenaikan gaji. Atas uang rapel tersebut akan dikenakan dikenakan PPh 21:
PPh 21/bulan setelah kenaikan Gaji xx
PPh 21/bulan sebelum kenaikan Gaji xx –
Selisih PPh 21 /bulan xx
c. Jika pegawai tetap di sebuah perusahaan , tapi menerima gaji / upah yang dibayarkan
harian atau mingguan maka perhitungan PPh pasal 21 nya adalah:
Jika gajinya dibayarkan harian maka untuk menghitung gaji sebulan kalikan dengan 26
(duapuluh enam) hari dan jika gajinya dibayarkan mingguan maka untuk menghitung
gaji sebulannya dikalikan dengan 4 (empat)
Selanjutnya penghitungan PPh pasal 21 nya persis sama dengan pegawai tetap yang
menerima gaji secara bulanan
d. Pegawai tetap Mulai bekerja di dalam tahun berjalan, dan kewajiban subjektifnya sudah
ada sejak awal tahun.
Cara menghitung PPh pasal 21nya sama dengan point a tapi pada waktu menghitung
penghasilan netto setahun tidak dikali 12 (hanya sebanyak bulan mulai dia bekerja
sampai dengan desember.)
e. Pegawai tetap Mulai bekerja di dalam tahun berjalan, dan kewajiban subjektifnya baru
mulai di dalam tahun berjalan tersebut
Cara menghitung PPh pasal 21nya sama dengan point A tapi pada waktu menghitung
penghasilan netto setahun dikali 12 (disetahunkan)
f. Pegawai tetap berhenti bekerja dalam tahun berjalan , dan masih mempunyai kewajiban
pajak subjektifnya
Cara menghitung PPh pasal 21 selama dia bekerja di perusahaan tersebut adalah:
a. Hitung PPh pasal 21 / tahun dan per bulan (dengan asumsi berkerja setahun
penuh) yang telah dipotong tiap bulan selama dia bekerja jika selama dia bekerja
dapat penghasilan tidak tertaur juga harus diperhitungkan PPh pasal 21nya)
b. Hitung PPh pasal 21 selama dia bekerja (januari sampai bulan terakhir sebelum
berhenti). Dimana penghasilan nettonya tidak disetahunkan (hanya sebanyak
bulan dia dia bekerja), tapi PTKP dihitung penuh 1 (satu) tahun.
c. Hitung apakah terjadi lebih potong, kurang potong atau nihil dengan cara langkah
2 – langkah 1
g. Pegawai tetap berhenti bekerja dalam tahun berjalan , dan tidak mempunyai kewajiban
pajak subjektif lagi ( karena meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya atau
meninggal dunia)
Cara menghitung PPh pasal 21 selama dia bekerja di perusahaan tersebut adalah
a. Hitung PPh pasal 21 / tahun dan per bulan (dengan asumsi berkerja setahun
penuh) yang telah dipotong tiap bulan selama dia bekerja (jika selama dia bekerja
dapat penghasilan tidak tertaur juga harus diperhitungkan PPh pasal 21nya)
b. Hitung PPh pasal 21 selama dia bekerja (januari sampai bulan terakhir sebelum
berhenti) Dimana Biaya jabatan dihitung sebanyak bulan dia bekerja saja
dan penghasilan nettonya akan disetahunkan dan PTKP dihitung penuh 1
(satu) tahun.
c. Hitung apakah terjadi lebih potong, kurang potong atau nihil dengan cara langkah
2 – langkah 1
a. Hitung PPh pasal 21 / bulan sebenarnya dikali bulan selama belum punya NPWP
b. Hitung PPh pasal 21 / bulan sebelum punya NPWP, (dengan cara kalikan dengan
120% x PPh 21 /bulan x bulan selama tidak punya NPWP)
c. Hitung selisih yang akan di kompensasi ke bulan setelah punya NPWP dengan
cara langkah 2 – langkah 1 (Jika WP mengurus NPWP dan memberitahukan
kepada pemberi kerja maka selisih PPh pasal 21 yang lebih tinggi 20% dari yang
sebenarnya tersebut bisa dikompensasikan ke PPh pasal 21 bulan berikutnya atau
periode berikutnya.
Catatan ;
- Jika gaji pegawai tetap tersebut dalam satuan mata uang asing , maka
harus dirupiahkan menggunakan Kurs keputusan Mentri Keuangan.
- Jika Pegawai tetap menerima Natura atau kenikmatan dari pemberi kerja
yang bukan wajib pajak, atau wajib pajak yang dikenakan penghasilan
yang bersifat final atau dihitung dengan Norma perhitungan penghasilan
neto, maka natura atau kenikmatan tersebut harus dinilai uangkan
berdasarkan harga pasar wajar saat itu dan akan menambah penghasilan
brutonya pada saat menghitung PPh pasal 21.
PPh Pasal 21 = Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh x kumulatif jumlah
penghasilan bruto yang dibayarkan selama 1 (satu) tahun kalender.
PPh Pasal 21 = tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh x jumlah penghasilan bruto
untuk setiap kali pembayaran yang bersifat utuh dan tidak dipecah, yang diterima oleh
peserta kegiatan.
2. Dalam hal upah/uang saku harian atau rata-rata upah/uang saku harian belum melebihi
Rp. 450.000,00 dan jumlah kumulatif yang diterima atau diperoleh dalam bulan kalender
yang bersangkutan belum melebihi (sampai dengan) Rp. 4.500.000, maka tidak ada
PPh Pasal 21 yang harus dipotong.
3. Dalam hal upah/uang saku harian atau rata-rata upah/uang harian telah melebihi Rp.
450.000,00 dan sepanjang jumlah kumulatif yang diterima atau diperoleh dalam bulan
kalender yang bersangkutan belum melebihi (sampai dengan) Rp. 4.500.000, maka PPh
Pasal 21 yang harus dipotong adalah :
PPh 21 = (Upah/uang saku harian atau rata-rata upah/uang saku harian setelah
dikurangi Rp. 450.000 ) x 5%.
4. Dalam hal jumlah upah kumulatif yang diterima atau diperoleh dalam bulan kalender
yang bersangkutan telah melebihi Rp. 4.500.000 dan kurang dari Rp 10.200.000 maka :
PPh Pasal 21 = upah/uang saku harian atau rata-rata upah/uang saku harian setelah
dikurangi PTKP sehari ) x 5%.
5. Dalam hal jumlah penghasilan kumulatif dalam satu bulan kalender telah melebihi Rp
10.200.000,00 (sepuluh juta dua ratus ribu rupiah), PPh Pasal 21 dihitung dengan
menerapkan tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-Undang Pajak Penghasilan atas
jumlah Penghasilan Kena Pajak yang disetahunkan.
PTKP/tahun xx -
PKP xx
Untuk pembayaran melebihi 2 tahun kalender maka mulai tahun ketiga berlaku tarif :seperti
pasal 17 UU PPh
Tarif PPh untuk penerima Uang tebusan pensiun, Uang JHT/THT adalah:
0 – 50.000.000 0%
> 50.000.000 5%
Khusus penghasilan yang diterima berupa uang pesangon, uang tebusan pension,
uang JHT/THT yang dibayarkan sekaligus ini sifatnya adalah b
Keterangan:
dalam hal penghasilan yang diterima oleh Dokter yang praktek di rumah sakit / klinik
maka besarnya jumlah penghasilan bruto adalah sebesar jumlah yang dibayar pasien
sebelum dikurangi (biaya-biaya bagi hasil oleh rumah sakit/klinik dan bersifat kumulatif )
(SEPERTI c)
Dalam hal bukan pegawai selain tenaga ahli memberikan jasa kepada pemotong PPh
pasal 21/26
- mempekerjakan pegawai , maka besarnya penghasilan BRUTO adalah
sebesar Penghasilan dalam kontrak – biaya untuk gaji/upah pegawainya.
PPh pasal 21 adalah Tarif pasal 17 x 50% x penghasilan bruto
- melakukan penyerahan material atau barang maka besarnya penghasilan
bruto adalah sebesar Penghasilan dalam kontrak – biaya untuk material
atau bahan PPh pasal 21 adalah Tarif pasal 17 x 50% x penghasilan bruto
a. Penerima pensiun pertama kali (dimana dalam tahun tersebut ada beberapa bulan
yang masih berkerja dan beberapa bulannya sudah pensiun dan menerima uang
pensiun bulanan)
Langkahnya :
Penghitungan PPh Pasal 21 di Tempat Pemberi Kerja Sebelum Pensiun
- Apabila waktu pensiun sudah dapat diketahui dengan pasti pada awal tahun,
misalnya berdasarkan ketentuan yang berlaku di tempat pemberi kerja yang dikaitkan
dengan usia pegawai yang bersangkutan, maka penghitungan PPh Pasal 21 terutang
sebulan dihitung berdasarkan penghasilan kena pajak yang akan diperoleh dalam
periode dimana pegawai yang bersangkutan akan bekerja dalam tahun berjalan
sebelum memasuki masa pensiun.
- Tapi, bila waktu pensiun belum dapat diketahui dengan pasti pada waktu
menghitung PPh Pasal 21 yang terutang untuk setiap bulan, maka penghitungan PPh
Pasal 21 didasarkan pada perkiraan penghasilan neto setahun seperti pada pegawai
tetap yang berhenti bekerja ppada tahun berjalan tapi kewajiban subjektifnya masih
ada.
Pada saat berhenti bekerja dan memasuki masa pensiun, maka pemberi kerja memberikan
bukti pemotongan PPh Pasal 21 (Form 1721 A1)
Apabila pemotongan PPh Pasal 21 setiap bulan didasarkan pada penghasilan yang disetahunkan,
karena pada saat perhitungan belum diketahui secara pasti saat pensiun atau berhenti bekerja,
maka pada saat penghitungan PPh Pasal 21 terutang untuk masa terakhir (saat pensiun atau
berhenti bekerja), akan terjadi kelebihan pemotongan PPh Pasal 21 atas penghasilan pegawai
yang bersangkutan, yang harus dikembalikan oleh pemotong pajak kepada pegawai yang
bersangkutan.
b. PPh pasal 21 untuk penerima pensiun pada tahun kedua dan secara bulanan:
Dikurang :
-biaya pensiun 5% dari penghasilan bruto maksimum 200.000/bulan (xx)
Penghasilan neto sebulan xx
Penghasilan neto/ tahun : Penghasilan neto/bulan x 12 Xx
PTKP (xx)
Penghasilan kena pajak/tahun Xx
PPh pasal 21 /tahun pensiun = PKP x tarif pasal 17 Xx
Tambahan catatan :
A. ketentuan
1. PPh pasal 21/26 terutang bagi penerima penghasilan pada saat dilakukan pembayaran
atau pada saat terutangnya penghasilan yang bersangkutan
2. PPh pasal 21/26 terutang bagi pemotong PPh pasal 21/26 untuk setiap masa pajak yaitu
akhir bulan dilakukannya pembayaran atau pada akhir bulan terutangnya penghasilan
yang bersangkutan
3. Pemotong PPh pasal 21/26 harus menyetorkan PPh pasal 21/26 yang dipotongnya ke
kantor pos atau Bank persepsi palaing lambat tanggal 10 bulan berikutnya setelah masa
pajak berakhir dengan mengisi SSP
4. Pemotong PPh pasal 21 harus memberikan bukti potong kepada pegawai tetapnya paling
lambat satu bulan setelah tahun kalender berakhir
5. Pemotong PPh pasal 21/26 wajib melaporkan pemotongan dan penyetoran PPh 21 /26
yang dilakukannya dengan mengisi Formulir SPT Masa PPh pasal 21 yaitu Formulir
1721 dan SPT ini harus disampaikan paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya setalah
masa pajak berakhir ke KPP terdaftar
Penghasilan Bruto :
(-)
Biaya Jabatan 5%x25.409.000
= 1.270.450. Tapi maks Cuma 500rb (500.000)
Iuran pensiun (bayar sendiri) (150.000)
Iuran THT(bayar sendiri) (200.000)
Penghasilan Neto/bulan 24.559.000
Soal 2
Berdasarkan dari soal 1, Pada bulan Juli 2019 Budi mendapat Bonus dari perusahaan sebesar 3
kali gaji pokok nya.
Diminta :
Hitung PPh 21 atas bonus yang diterima Budi
Penghasilan Bruto :
(-)
Biaya Jabatan 5%x364.908.000
= 18.245.400. Tapi maks Cuma 6jt (6.000.000)
Iuran pensiun (bayar sendiri) (1.800.000)
Iuran THT(bayar sendiri) (2.400.000)
Penghasilan Neto/bulan 354.708.000
PTKP ( K/3) 72.000.000 –
Penghasilan Kena Pajak (PKP) 282.708.000
Soal 3.
Lanjutan dari soal 1, Jika terhitung 1 Januari 2019 Budi mendapat kenaikan gaji pokok menjadi
Rp. 22.000.000 per bulan (yang lain tetap), namun SK kenaikan gaji tersebut baru dikeluarkan
pada bulan Maret 2019. Pada bulan Maret 2019, Budi menerima uang rapel Rp. 4.000.000 atas
kekurangan gaji bulan januari sampai dengan Februari 2019 yang telah dibayar atas dasar gaji
lama.
Diminta :
Hitung PPh pasal 21 atas uang Rapel yang diterima Budi
Jawab:
(-)
Biaya Jabatan 5%x27.419.900
Tapi maks Cuma 500rb (500.000)
Iuran pensiun (bayar sendiri) (150.000)
Iuran THT(bayar sendiri) (200.000)
Penghasilan Neto/bulan 26.569.900
Penghasilan Neto/tahun x12 = 318.838.800
PTKP (72.000.000)
Penghasilan Kena Pajak/ tahun 246.838.800 (bulatkan ke ribuan terakhir
246.838.000)
Soal 4 (PR)
Badu, pegawai tetap yang menerima gaji yang dibayar mingguan. Gaji Badu per minggu
adalah Rp. 3.000.000, Tunjangan transport dan makan Rp. 320.000/minggu status kawin tanpa
tanggungan. Premi JKK dan JK dibayar perusahaan masing-masing 1% dan 0,3% dari gaji dan
perusahaan membayar iuran JHT 3,7% dari gaji. Sedangkan Badu juga membayar sendiri iuran
pensiun Rp. 90.000 per bulan dan JHT 2% dari gaji.
Diminta : hitung PPh 21 Badu perminggu.
Jawab:
(-)
Biaya Jabatan 5%x17.876.000
=893.800. Tapi maks Cuma 500rb (500.000)
Iuran pensiun (bayar sendiri) (90.000)
Iuran JHT(bayar sendiri) (240.000)
Penghasilan Neto/bulan 12.606.000
Penghasilan Neto/tahun 151.272.000
PTKP ( K/0) 58.500.000 –
Penghasilan Kena Pajak (PKP) 92.772.000
Soal 5
Bejo (pegawai tetap) belum menikah, baru menyelesaikan kuliahnya di Universitas Indonesia
pada bulan Agustus 2019. Diterima bekerja di PT. Sarana Husada mulai 1 September 2019.
Sebagai staf akuntansi dengan data gaji:
Gaji Pokok 12.000.000
Tunjangan transport 1.200.000
Tunjangan makan 750.000
Tunjangan Kemahalan 500.000
Premi asuransi kecelakaan kerja 60.000 dibayar perusahaan
Premi asuransi kematian 40.000 dibayar perusahaan
Iuran THT dibayar prsh 350.000
Iuran pensiun dibayar prsh 300.000
Selain itu Bejo juga membayar sendiri ;
Iuran THT 150.000
Iuran pensiun 120.000
Jawab :
a.
Penghasilan Bruto :
(-)
Biaya Jabatan 5%x14.550.000
= 727.500. Tapi maks Cuma 500rb (500.000)
Iuran pensiun (bayar sendiri) (150.000)
Iuran THT(bayar sendiri) (120.000)
Penghasilan Neto/bulan 13.780.000
PPh 21 terutang
5% x 1.120.000 = 56.000
B
PPh 21 / bulan jika belum mempunyai NPWP = 14.000 x 120% =16.800
Bejo baru mengurus NPWP bulan November ( Sept Okt dipotong PPh 21 masing-masing
16.800)
Pada bulan Nov karena sudah punya NPWP maka bejo akan dipotong PPh 21 yang normal dan
kelebihan potong di bulan Sept Okt boleh dikompensasi (sebagai pengurang PPh 21 di bulan
Nov)
Kelebihan potong PPh 21 = 16.800-14.000=2.800 x 2 bulan=5.600
Jadi PPh 21 bulan Nov = 14.000 – 5.600 = 8.400
Soal 6
John seorang warga Negara Inggris, menerima kontrak untuk bekerja di Indonesia (di PT. Sarana
Husada) mulai bulan 1 Mei 2019 sampai dengan 30 April 2022 dengan dianggap sebagai
karyawan tetap. Di dalam kontrak disebutkan bahwa John akan menerima gaji per bulan Rp.
65.0000.000 dan Tunjangan transport, makan dan lain-lain Rp. 15.000.000/bulan. John tidak
diikutkan dalam program pensiun dan program Jamsostek.
Diminta ; Hitunglah PPh 21 John / bulan tahun 2019
Jawab:
Penghasilan Bruto
Gaji 65.000.000
Tunjangan 15.000.000+
Penghasilan bruto/bln 80.000.000
(-)
Biaya Jabatan 5%x80.000.000
= 727.500. Tapi maks Cuma 500rb (500.000)
Penghasilan neto/bulan 79.500.000
PPh 21 disetahunkan
5% x 50 juta = 2.500.000
Soal 7
Benu (pegawai tetap) status kawin menanggung penuh 3 orang anak kandung Benu bekerja pada
PT. Sarana Husada sejak 2008 sebagai Manajer pemasaran.
Data gaji Benu tahun 2019 adalah:
Gaji Pokok 14.000.000
Tunjangan transport 2.300.000
Tunjangan makan 1.000.000
Premi asuransi kecelakaan kerja 100.000 dibayar perusahaan
Premi asuransi kematian 100.000 dibayar perusahaan
Iuran THT dibayar prsh 250.000
Iuran pensiun dibayar prsh 200.000
Jika Pada bulan Juli 2019 Benu berhenti bekerja dari PT. Sarana Husada (berhenti terhitung 1
Agustus)
Diminta:
- Hitung berapa PPh 21 Benu yang sudah dipotong selama bekerja tahun
2019
- Hitung berapa PPh 21 Benu yang seharusnya dipotong tahun 2019
- Tentukan dan hitung apakah Benu kelebihan potong atau kekurangan
potong tahun 2019
Jawab:
Langkah 1:
Penghasilan Bruto :
(-)
Biaya Jabatan 5%x17.500.000
= 875.000. Tapi maks Cuma 500rb (500.000)
Iuran pensiun (bayar sendiri) (100.000)
Iuran THT(bayar sendiri) (100.000)
Penghasilan Neto/bulan 16.800.000
Langkah 2
Penghasilan Bruto :
(-)
Biaya Jabatan 5%x17.500.000
= 875.000. Tapi maks Cuma 500rb (500.000)
Iuran pensiun (bayar sendiri) (100.000)
Iuran THT(bayar sendiri) (100.000)
Penghasilan Neto/bulan 16.800.000
PPh 21 terutang
5% x 45.600.000 = 2.280.000
Total PPh 21 terutang = 2.280.000
Langkah 3
Jadi di bulan Juli (bulan terakhir kerja) Benu tidak dipotong PPh 21 lagi tapi diberikan
pengembalian kelebihan potong PPh 21 nya sebesar 4.940.000
Soal 8
Dengan diterimanya John sebagai karyawan tetap yang dikontrak oleh perusahaan, maka Mr.
Ronan dari Inggris yang sudah bekerja selama 3 tahun berakhir pada 30 April 2019 dan dia akan
kembali ke Inggris. Selama tahun 2019 Mr. Ronan memperoleh gaji + tunjangan total Rp.
150.000.000.(selama 4 bulan)
Diminta:
- Hitung berapa PPh 21 Ronan yang sudah dipotong selama bekerja tahun
2019
- Hitung berapa PPh 21 Ronan yang seharusnya dipotong tahun 2019
- Tentukan dan hitung apakah Ronan kelebihan potong atau kekurangan
potong tahun 2019
Jawab
Langkah 1
(-)
Biaya Jabatan 5%x480.000.000
= 30juta. Tapi maks Cuma 6juta (6.000.000)
Penghasilan neto/tahun 444.000.000
Langkah 2
(-)
Biaya Jabatan 5%x150.000.000
= 7,5juta. Tapi maks Cuma 2juta (2.000.000)
Penghasilan neto disetahunkan 448.000.000
Langkah 3
Soal 9
- Membayar honor konsultan pajak kepada Bapak Akbar,Ak,BKP. Sebesar
Rp. 47.000.000
- Membayar pesangon karyawan yang berenti kerja yaitu pak Badu Rp.
120.000.000
- Membayar honor artis Raiso yang manggung di perusahaan
Rp.30.000.000
Soal 10
Pada bulan Mei 2019 PT. ABC membayar komosi penjualan barang sebesar Rp. 55.000.000
kepada Pak Koko yang merupakan penjaja barang dagangan (status kawin dengan 2 anak )
Diminta : hitung PPh21 Pak Koko
Soal 11
Berikut ini data tentang pembayaran gaji, upah dan imbalan selama tahun 2019 di PT. Balambin
Love. Saudara diminta untuk menghitung PPh pasal 21 atas masing-masing pembayaran
tersebut:
a. Pada bulan Februari 2019 mempekerjakan 1 (satu) orang tenaga lepas yang dibayar
harian, yaitu Bejo yang diupah sebesar Rp. 340.000/hari. Bejo berstatus TK/1 dapat
menyelesaikan pekerjaannya selama 16 hari dalam bulan februari tsb. Bejo menyatakan
bahwa dia belum memiliki NPWP dan belum bersedia untuk membuat NPWP, tetapi
setuju untuk penghasilannya dipotong pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Hitung PPh 21 Bejo
b. Selain itu Perusahaan juga mempekerjakan seorang tenaga lepas lagi yaitu Badu dengan
upah satuan dan dibayar secara mingguan. Status Badu adalah K/2, untuk memperbaiki
kursi dan meja yang sudah rusak di perusahaan tersebut dengan upah Rp. 85.000 per
kursi dan Rp. 70.000 per meja. Badu bekerja selama 6 hari dengan menyelesaikan 60
unit yang terdiri dari 25 kursi dan 35 meja. Hitung PPh 21 Badu
maka PPh 21 6 hari kerja dengan upah satuan yang dibayar mingguan
upah 6 hari 4,575,000
PTKP 6 hari (67,5/360x6) 1,125,000
3,450,000
c. Perusahaan pada bulan Juli 2019 membayar honor kepada Bobo S.E., M.Si., BKP
seorang konsultan pajak yang bekerja atas nama pribadi untuk memberikan pelatihan
(inhouse training) kepada pegawai bagian pajak perusahan mengenai perkembangan
terbaru perpajakan dan implikasinya terhadap perusahaan. Perusahaan memberikan
honor kepada Bobo sebesar Rp. 55.000.000. Hitung PPh 21 atas honor Bobo
Soal 12
PT Juana menggunakan jasa dari Kantor Konsultan Pajak Akbar BKP untuk memberikan
bimbingan penyusunan laporan keuangan, konsultansi pajak dan jasa pendampingan pajak
lainnya. Data pembayaran yang dilakukan oleh PT Juana kepada KKP Akbar, BKP selama
tahun 2016 adalah sebagai berikut:
Konsultansi Pajak
Maret 2013 20.000.000 50.000.000
Juni 2013 20.000.000 100.000.000
September 2013 20.000.000 100.000.000
Desember 2013 20.000.000 100.000.000
Diminta: Hitung PPh yang dipotong oleh PT Juana, atas penghasilan KKP Juwono, BKP.
Soal 13
Berikut ini adalah data yang diperoleh dari RS. Sehati. Atas salah satu dokternya yaitu
dokter Ali (sudah punya NPWP) status K/3. Selama tahun 2019:
Bulan Honor Bruto Dokter Potongan Biaya Adm
Rumah Sakit
Jan 30.000.000 1.500.000
Feb 29.000.000 2.400.000
Mar 38.000.000 1.300.000
April 25.000.000 900.000
Mei 35.000.000 1.900.000
Juni 28.000.000 1.000.000
Juli 31.000.000 2.000.000
Agus 30.000.000 2.200.000
Sept 39.000.000 900.000
Okt 60.000.000 1.150.000
Nov 170.000.000 1.250.000
Des 100.000.000 1.600.000
Selain praktek di RS Sehati dia juga praktek di 2 RS lainnya dan dirumahnya sendiri.
Diminta :
a. Berdasarkan data diatas, Hitunglah besarnya PPh pasal 21
Dr. Ali atas penghasilan dari RS. Sehati.
b. Jika Dr.Ali hanya bekerja di RS sehati saja dan tidak
mempunyai penghasilan lain. Hitunglah besarnya PPh pasal 21 Dr. Ali atas
penghasilan dari RS. Sehati
Jawab 13b Ali kerja disatu pemeberi penghasilan dan punya npwp = jawab pakai rumus b
Bulan Peng Bruto 50% x PTKP/Bulan PKP PPh PKP PPh 21 Tarif PPh 21
Peng Bruto 21 Kumulatif
(f) = Kum
(a) (b) (c) (d) (e)=(c)–(d) (e) (g)=Lihat(f) (h)=(e)x(g)
Jan 30.000.000 15.000.000 6.000.000 9.000.000 9.000.000 5% 450.000
Feb 29.000.000 14.500.000 6.000.000 8.500.000 17.500.000 5% 425.000
Soal 14
Badu adalah anggota dewan komisaris PT. Sumber Maju yang status kawin dengan 2
tanggungan. Badu hanya datang 2 kali dalam sebulan untuk melakukan rapat dewan komisaris.
Badu menerima penghasilan atas posisinya sebagai dewan komisaris sebesar Rp.
40.000.000.setiap 3 bulan. Hitunglah PPh pasal 21 atas penghasilan Badu sebagai dewan
komisaris
karena terima penghasilan setiap 3 bulan maka dalam setahun Badu menerima 4 kali
penghasilan
kedua Rp 40,000,000.00
Kumulatif tahun ini sampai dengan penghasilan kedua Rp 80,000,000.00
15%x30juta 4,500,000
PPh pasal 21 5,000,000
penghasilan
ketiga Rp 40,000,000.00
Kumulatif tahun ini sampai dengan penghasilan kedua Rp 120,000,000.00
Soal 15
Benu, bekerja pada PT Sumber Maju. Pada tanggal 1 Januari 2019 telah berhenti bekerja pada
PT Sumber Maju karena pensiun. Pada bulan Maret 2019 Benu menerima jasa produksi tahun
2015 dari PT Sumber Maju sebesar Rp 300.000.000,00. Diminta : Hitunglah PPh pasal 21 atas
jasa produksi yang diterima Benu
Soal 16
Bejo adalah pegawai PT Sumber Maju menerima gaji Rp 6.000.000,00 sebulan. PT Abadi
Sejahtera mengikuti program pensiun untuk para pegawainya. PT Sumber Maju membayar iuran
dana pensiun untuk Bejo sebesar Rp 300.000,00 sebulan ke Dana Pensiun Sumber Maju, yang
merupakan dana pensiun yang dibentuk bagi pengelolaan uang pensiun pegawai PT Sumber
Maju yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan. Bejo membayar iuran serupa ke
dana pensiun yang sama sebesar Rp120.000,00 sebulan.Diminta : Hitung PPh 21 nya
Bulan April 2019 Bejo memerlukan biaya untuk perbaikan rumahnya maka ia mengambil iuran
dana pensiun yang telah dibayar sendiri sebesar Rp45.000.000,00. Kemudian pada bulan Juni
2019 ia menarik lagi dana sebesar Rp30.000.000,00. Kemudian bulan Oktober 2019 untuk
keperluan lainnya ia menarik lagi dana sebesar Rp25.000.000,00 Diminta Hitunglah PPh 21nya
Soal 17
Akbar adalah seorang atlet bulutangkis professional Indonesia yang bertempat tinggal di Jakarta,
Ia menjuarai turnamen Indonesia Grand Prix Gold dan memperoleh hadiah sebesar Rp
500.000.000 Diminta : PPh Pasal 21 yang terutang atas hadiah turnamen tersebut
Soal 18
Udin (ber-NPWP) menerima pembayaran Uang Pesangon yang dilakukan dalam beberapa kali
pembayaran, sbb : Bulan des 2017 Rp. 50 juta dan bulan April 2018 sebesar 125 juta Diminta
Hitung PPh pasal 21 uang pesangon
Soal 19
Badu merupakan pegawai tetap pada PT. Maju Mundur sejak tahun 2000. Pada bulan April
2016, Badu terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Badu menerima pembayaran uang
pesangon sebesar Rp. 700 juta yang dibayarkan secara bertahap oleh PT Maju Mundur dengan
jadwal pembayaran sebagai berikut: Bulan April 2016 sebesar Rp. 260.000.000,00 Bulan Maret
2017 sebesar Rp. 190.000.000,00 Bulan Januari 2018 sebesar Rp. 250.000.000,00 Diminta
Hitung PPh 21
Soal 20
Badu memasuki masa pensiun pada bulan april 2018. Dia menerima uang tebusan pensiun
sebesar Rp 834.000.000. diminta Hitunglah PPh pasal 21 atas uang tebusan pensiun tersebut
Soal 21
Didin Qomarudin yang berstatus belum meinikah adalah pegawai pada PT Nusantara Mandiri di
Jakarta. Sejak 1 Juni 2016 dipindahtugaskan ke kantor cabang di Bandung dan pada 1 Oktober
2016 dipindahtugaskan lagi ke kantor cabang di Garut. Gaji Didin Qomarudin sebesar
Rp5.000.000,00 dan pembayaran iuran pension yang dibayar sendiri sejumlah Rp100.000,00.
Selama bekerja di PT Nusantara Mandiri Didin Qomarudin hanya menerima penghasilan berupa
gaji saja.
Jawab
Di kantor pertama awal tahun belum tahu Didin mau dipindahlan, jadi di awal tahun PPh 21
Didin akan dihitung layaknya karyawan yang akan bekerja setahun.
(-)
Biaya Jabatan 5%x5.000.000
= 250.000. (250.000)
Iuran pensiun (bayar sendiri) (100.000)
Penghasilan Neto/bulan 4.650.000
PPh 21 di Bandung:
Gaji selama di kantor cabang Bandung 4 x Rp5.000.000 Rp20.000.000
Pengurangan
1. Biaya jabatan 5% x Rp20.000.000 = Rp1.000.000
2. Iuran Pensiun setahun 4 x Rp100.000 = Rp 400.000+
(Rp1.400.000)
Penghasilan neto lima bulan adalah Rp18.600.000
Penghasilan neto di Jakarta Rp23.250.000
Penghasilan neto 9 bulan Rp41.850.000
Penghasilan neto setahun adalah 12/9 x 41.850.000 Rp55.800.000
PTKP (Rp54.000.000)
Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp1.800.000
PPh 21 di Garut:
Gaji selama di kantor cabang Garut 3 x Rp5.000.000 Rp15.000.000
Pengurangan
1. Biaya jabatan 5% x Rp15.000.000 = Rp 750.000
2. Iuran Pensiun setahun 3 x Rp100.000 = Rp 300.000+
(Rp1.050.000)
Penghasilan neto 3 bulan adalah Rp13.950.000
Penghasilan neto di Jakarta Rp23.250.000
Penghasilan neto di Bandung Rp18.600.000
Penghasilan neto setahun Rp55.800.000
Penghasilan neto setahun Rp55.800.000
PTKP (Rp54.000.000)
Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp1.800.000
21. b
PPh 21 Didin selama di Kantor Pusat
Penghasilan Bruto :
(-)
Biaya Jabatan 5%x5.000.000
= 250.000. (250.000)
Iuran pensiun (bayar sendiri) (100.000)
Penghasilan Neto/bulan 4.650.000
PPh 21 di Bandung:
Gaji selama di kantor cabang Bandung 4 x Rp7.000.000 Rp28.000.000
Pengurangan
1. Biaya jabatan 5% x Rp28.000.000 = Rp1.400.000
2. Iuran Pensiun setahun 4 x Rp100.000 = Rp 400.000+
(Rp1.800.000)
Penghasilan neto lima bulan adalah Rp26.200.000
Penghasilan neto di Jakarta Rp23.250.000
Penghasilan neto 9 bulan Rp49.450.000
Penghasilan neto setahun adalah 12/9 x 49.450.000 Rp65.933.333,3
PTKP (Rp54.000.000)
Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp11.933.333,3
PPh 21 di Garut:
Gaji selama di kantor cabang Garut 3 x Rp9.000.000 Rp27.000.000
Pengurangan
1. Biaya jabatan 5% x Rp27.000.000 = Rp 1.350.000
2. Iuran Pensiun setahun 3 x Rp100.000 = Rp 300.000+
(Rp1.650.000)
Penghasilan neto 3 bulan adalah Rp25.350.000
Penghasilan neto di Jakarta Rp23.250.000
Penghasilan neto di Bandung Rp26.200.000
Penghasilan neto setahun Rp74.800.000
22. Ani mengikuti sebuah konferensi ahli Gizi se-Indonesia. Setiap peserta akan memperoleh
uang saku sebesar Rp 500 ribu per hari. Kegiatan konferensi berlangsung selama 6 hari. Hitung
PPh 21 Ani atas uang saku kegiatan konferensi.
ani adalah peserta kegiatan yang menerima uang saku
maka atas uang saku akan dipotong PPh21
23. Udin sudah pension status K/2 menerima pension sebesar Rp 6 juta per bulan
PPh 21 Udin
Kalau sebagian bulan masih bekerja lalu sebagian bulan lagi penssiun yang diterima bulanan