Anda di halaman 1dari 37

Perpajakan Lanjutan

PAJAK PENGHASILAN (PPh)

Cara Pelunasan PPh:

I. Melalui Pemotongan dan Pemungutan pihak lain selama tahun berjalan

II. Langsung oleh wajib pajak sendiri

1. Selama tahun berjalan

2. Pada akhir tahun pajak (jika masih ada kekurangan bayar) -> 29

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------

I. Melalui Pemotongan dan pemungutan Pihak lain

1. PPh pasal 21

Dasar Hukum :
- Per 16/PJ/2016 tentang Pedoman Teknis dan tata cara Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan
PPh pasal 21 dan atau PPh pasal 26 Sehubungan dengan pekerjaan, Jasa dan Kegiatan orang
pribadi
- Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak
Peraturan Menteri Keuangan - 101/PMK.010/2016, Tanggal 22 Jun 2016
- Penetapan Bagian Penghasilan Sehubungan Dengan Pekerjaan Dari Pegawai Harian Dan
Mingguan Serta Pegawai Tidak Tetap ...
Peraturan Menteri Keuangan - 102/PMK.010/2016, Tanggal 22 Jun 2016
- Tata Cara Pembayaran Dan Penyetoran Pajak
Peraturan Menteri Keuangan - 242/PMK.03/2014, Tanggal 24 Des 2014
- Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 5 Tahun 2008 Tentang
Perubahan Keempat Atas Undang-undang Nomor ...
Undang-Undang - 16 TAHUN 2009, Tanggal 25 Mar 2009
- PP no 68 tahun 2009 tentang Pemotongan PPh pasal 21 berupa uang pesangon, uang tebusan
pensiun dan THT atau JHT
- Petunjuk Pelaksanaan Pemotongan Pajak Atas Penghasilan Sehubungan Dengan Pekerjaan,
Jasa, Dan Kegiatan Orang Pribadi
Peraturan Menteri Keuangan - 252/PMK.03/2008, Tanggal 31 Des 2008
- Besarnya Biaya Jabatan Atau Biaya Pensiun Yang Dapat Dikurangkan Dari Penghasilan Bruto
Pegawai Tetap Atau ...
Peraturan Menteri Keuangan - 250/PMK.03/2008, Tanggal 31 Des 2008
- Perubahan Keempat Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan
Undang-Undang - 36 TAHUN 2008, Tanggal 23 Sept 2008

Bahan Kuliah PPh pasal 21 : Genap 2019/2020 – Amelia Sandra 1


Perpajakan Lanjutan

PPh pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan
pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau
jabatan, jasa dan kegiatan lainnya yang dilakukan oleh orang pribadi subjek pajak dalam
negeri.

Pemotong PPh pasal 21 adalah ;

1) Pemberi kerja
Yang terdiri dari: OP dan badan baik merupakan pusat maupun cabang,
perwakilan atau unit yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan
pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun, sebagai imbalan
sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang dilakukan oleh pegawai atau bukan
pegawai.
2) Bendahara atau pemegang kas pemerintah
Termasuk: bendahara atau pemegang kas pada pemerintah pusat termasuk
institusi TNI/POLRI, Pemda, instansi atau lembaga pemerintah, lembaga-lembaga
negara lainnya dan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di luar negeri
yang membayarkan gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain
dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau
jabatan, jasa dan kegiatan
3) Dana Pensiun, Badan penyelenggara Jaminaan Sosial Tenaga Kerja, dan badan-
badan lain yang membayar uang pensión dan Tunjangan hari tua atau jaminan
hari tua
4) OP yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas serta badan yang
membayar:
- Honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan
jasa atau kegiatan yang dilakukan oleh OP dengan status SPDN termasuk
jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas dan bertindak untuk dan
atas namanya bukan untuk dan atas nama persekutuannya
- Honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan
kegiatan dan jasa yang dilakukan oleh OP dengan status SPDN
- Honorarium atau imabalan lain lepada peserta pendidikan, pelatihan dan
magang
5) Penyelenggara kegiatan, termasuk badan pemerintah, organisasi yang bersifat
nasional dan internacional, perkumpulan, OP, serta lembaga lainnyayang
menyelenggarakan kegiatan, yang membayar honorarium, hadiah atau
penghargaan dalam bentuk apapun lepada WP OP dalam negeri berkenaan dengan
statu kegiatan.

Dikecualikan sebagai pemotong :


1) Kantor perwakilan negara asing
2) Organisasi internasional yang telah ditetapkan dengan oleh Menteri Keuangan.
Contoh : IMF, ILO dll
3) Pemberi kerja orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas yang semata-mata mempekerjakan OP untuk melakukan pekerjaan RT atau
pekerjaan dalam rangka melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas

Bahan Kuliah PPh pasal 21 : Genap 2019/2020 – Amelia Sandra 2


Perpajakan Lanjutan

Kewajiban pemotong:
1. Wajib Mendaftarkan Diri ke KPP
2. Wajib menghitung, memotong, menyetorkan dan melaporkan PPh Pasal 21 dan Pasal 26
yang terutang untuk setiap bulan kalender.
3. PPh Pasal 21/26 yang dipotong wajib disetor ke Kantor Pos atau Bank paling lama 10
hari setelah Masa Pajak berakhir.
4. Pemotong Pajak wajib lapor sekalipun nihil, paling lama 20 hari setelah Masa Pajak
berakhir.
5. Wajib Membuat Catatan atau Kertas Kerja Perhitungan PPh Ps. 21/26 Untuk Setiap Masa
Pajak
6. Wajib Menyimpan Catatan atau Kertas Kerja Sesuai Ketentuan
7. Wajib Membuat Bukti Potong dan Memberikannya Kepada Penerima Penghasilan

Bukti Pemotongan PPh pasal 21:


1. Untuk pegawai tetap/penerima pensiun berkala:
– dibuat sekali setahun (Form 1721 A1/A2)
– diberikan paling lama 1 bulan setelah akhir tahun atau pegawai berhenti
2. Untuk selain pegawai tetap/penerima pensiun berkala:
– Dibuat setiap kali ada pemotongan
– Jika dalam satu bulan > 1 kali pembayaran maka bukti potong dapat dibuat sekali
dalam satu bulan
3. Bukti Potong PPh Pasal 21 Tidak wajib dilampirkan dalam SPT Masa PPh Pasal 21

Subjek Pajak PPh pasal 21


Yang dimaksud dengan subjek pajak disini adalah pihak yang menerima penghasilan yang akan
dipotong PPh pasal 21, yaitu

1. Pegawai
2. Penerima uang pesangon, uang pensiun atau uang manfaat pensiun, THT atau JHT
termasuk ahli warisnya
3. Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan
pekerjaan , jasa atau kegiatan antara lain:
a. tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas yang terdiri atas: pengacara,
akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaries, penilai dan aktuaris
b. Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang
sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model, peragawan/peragawati,
pemain drama, penari, pemahat, pelukis dan seniman lainnya
c. Olahragawan
d. Penasihat, pengajar, pelatih, pencaeramah, penyuluh, dan moderator
e. Pengarang, peneliti, dan penenrjemah
f. Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik, computer dan system
aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi dan social serta
pemberi jas kepada suati kepanitiaan
g. Agen iklan

Bahan Kuliah PPh pasal 21 : Genap 2019/2020 – Amelia Sandra 3


Perpajakan Lanjutan

h. Pengawas atau pengelola proyek


i. Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau yang menjadi perantara
j. Petugas penjaja barang dagangan
k. Petugas dinas luar asuransi
l. Distributor perusahan MLM atau direct selling atau kegiatan sejenis lainnya.
4. Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan
keikutsertaanya dalam suatu kegiatan antara lain meliputi:
a. peserta perlombaan dalam segala bidang antara lain perlombaan olah raga, seni,
ketangkasan, ilmu pengetahuan, teknologi dan perlombaan lainnya
b. peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan atau kunjungan kerja
c. peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai penyelenggara kegiatan
tertentu
d. Peserta pendidikan, pelatihan, magang
e. Peserta kagiatan lainnya

Bukan Subjek Pajak


Yaitu penerima penghasilan yang tidak dipotong PPh pasal 21:
a. pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari negara asing dan orang-
orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal
bersama mereka dengan syarat bukan WNI dan di Indonesia tidak menerima atau
memperoleh penghasilan lain diluar jabatan atau pekerjaannya tersebut, negara yang
bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik
b. Pejabat perwakilan organisasi internasional yang telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan
dengan syarat bukan WNI dan tidak menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain
untuk memperoleh penghasilan di Indonesia

Objek PPh pasal 21:


Adalah jenis-jenis penghasilan yang dipotong PPh pasal 21, yaitu;

1. Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai tetap baik berupa penghasilan yang
bersifat teratur maupun tidak teratur
2. Penghasilan yang diterima atau dipeoleh penerima pensiun secara teratur berupa uang
pensiun atau penghasilan sejenisnya
3. penghasilan sehubungan dengan PHK dan penghasilan sehubungan dengan pensiun yang
diterima secara sekaligus berupa uang pesangon, uang manfaat pensiun, THT atau JHT,
dan pembayaran lain sejenis
4. Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, berupa upah harian, upah
mingguan, upah satuan, upah borongan atau upah yang dibayarkan secara bulanan
5. Imbalan kepada bukan pegawai antara lain berupa honorarium, komisi, fee dan imbalan
sejenisnya dengan nama dan dalam bentuk apapun sebagai imbalan sehubungan dengan
pekerjaan, jasa dan kegiatan yang dilakukan
6. Imbalan kepada peserta kegiatan: antara lain berupa uang saku, uang representasi, uang
rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk apapun dan
imbalan sejenis dengan nama apapun
7. Penerimaan dalam bentuk Natura dan atau kenikmatan lainnya dengan nama dan dalam
bentuk apapun yang diberikan oleh:

Bahan Kuliah PPh pasal 21 : Genap 2019/2020 – Amelia Sandra 4


Perpajakan Lanjutan

a. Bukan wajib pajak


b. Wajib pajak yang dikenakan PPh yang bersifat final atau
c. Wajib pajak yang dikenakan PPh berdasarkan Norma Perhitungan Khusus
(deemed profit)

Sifat pemotongan PPh pasal 21:

A. Pada umumnya sifat pemotongan PPh pasal 21 adalah Tidak Final, sehingga umlah PPh
21 yang telah dipotong oleh penerima penghasilan tersebut dapat dijadikan kredit pajak
(pengurang Pajak) pada saat menguhitung PPh terhutang pada akhir tahun.

B. Tetapi ada beberapa penghasilan yang sifat pemotongannya adalah Final yaitu:
1. Uang tebusan pension yang dibayarkan oleh dana pension yang pendiriannya telah
disahkan oleh menteri Keuangan dan Tunjangan hari tua atau tabungan hari tua yang
dibayarkan sekaligus oleh badan penyelenggara jaminan social tenaga kerja
2. Uang pesangon
3. Hadiah dan penghargaan perlombaan
4. Honorarium atau komisi yang dibayarkan kepada penjaja barang 9barang dagangan
berupa kosmetik, sabun, pasta gigi, buku dan keperluan rumah tangga sehari-hari)
dan petugas dinas luar aasuransi
5. Penghasilan bruto berupa honorarium dan imbalan lain dengan nama apapun yang
diterima oleh pejabat negara, pegawai snegeri sipil, anggota TNI /POLRI yang
sumber dananya berasal dari keuangan Negara atau keuangan daerah, kecuali yang
dibayarkan oleh PNS golongan II d kebawah dan anggota TNI/POLRI berpangkat
pembantu Letnan Satu ke bawah atau Ajun Inspektur Tingkat Satu ke bawah.

Penghasilan yang Bukan Objek PPh 21 (Tidak Dipotong PPh pasal 21):
1. Pembayaran manfaat atas santunan asuransi dari perusahaan asuransi sehubungan dengan
asuransi kesehatan, kecelakaan, jiwa, dwiguna dan beasiswa
2. Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan dalam bentuk apapun yang diberikan
oleh WP atau pemerintah
3. Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disyahkan
oleh Men Keu, Iuran THT atau JHT, kepada badan penyelenggara Jamsostek yang
dibayar oleh pemberi kerja
4. Zakat yang diterima oleh OP yang berhak dari badan atau lembaga amil zakat yang
dibentuk dan disahkan oleh pemerintah, atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib
bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia yang diterima oleh OP yang berhak dari
lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah sepanjang tidak ada
hubungan dengan usaha. Pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan diantara pihak-pihak
yang bersangkutan.
5. Bea siswa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf l UU PPh
6. PPh yang ditangung pemberi kerja/pemerintah merupakan penerimaan dalam bentuk
natura

Bahan Kuliah PPh pasal 21 : Genap 2019/2020 – Amelia Sandra 5


Perpajakan Lanjutan

PTKP untuk Perhitungan PPh pasal 21

Besarnya PTKP yang digunakan ditentukan berdasarkan keadaan pada awal tahun kalender. Tapi
PTKP untuk pegawai yang baru datang dan menetap di Indonesia dalam bagian tahun kalender
ditentukan berdasarkan keadaan pada awal bulan dari bagian tahun kalender yang bersangkutan.

A. Besarnya PTKP per tahun adalah sebagai berikut :


a. Rp 54.000.000 untuk diri Wajib Pajak orang pribadi;
b. Rp 4.500.000 tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin;
c. Rp 4.500.000 tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda
dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya,
paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga.

B. Khusus untuk karyawati, maka PTKP digunakan adalah menurut ketentuan sebagai berikut:
a. Bagi karyawati kawin, sebesar PTKP untuk dirinya sendiri;
b. Bagi karyawati tidak kawin, sebesar PTKP untuk dirinya sendiri ditambah PTKP untuk
keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya.
c. Dalam hal karyawati kawin dapat menunjukan keterangan tertulis dari pemerintah daerah
setempat serendah-rendahnya kecamatan yang menyatakan suaminya tidak menerima
atau memperoleh penghasilan, besarnya PTKP adalah PTKP untuk dirinya sendiri
ditambah PTKP untuk status kawin dan PTKP untuk keluarga yang menjadi tanggungan
sepenuhnya.

Tarif PPh pasal 21

A. Tarif pajak untuk penghitungan PPh pasal 21 untuk WP yang punya NPWP, adalah

a. Tarif Umum sebagaimana diatur dalam pasal 17 ayat 1 UU PPh.


0-50 juta 5% 50juta
>50-250 juta 15% 200juta
>250-500 juta 25% 250juta
>500 juta 30% berapapun

b. Tarif lain, apabila ditetapkan lain dengan peraturan pemerintah

B. Tarif pajak untuk penghitungan PPh pasal 21 untuk WP yang tidak punya NPWP adalah:

a. Bagi penerima penghasilan yang tidak mempunyai NPWP akan dikenakan


pemotongan PPh 21 dengan tarif yang lebih tinggi 20% dari pada tarif yang diterapkan
kepada WP yang mempunyai NPWP. Jadi PPhnya 120% dari jumlah PPh 21 wajib pajak
yang punya NPWP.
b. Tarif lebih tinggi 20% ini hanya berlaku untuk pemotongan PPh pasal 21
yang bersifat Tidak Final
c. Jika WP yang tidak punya NPWP tersebut dan sudah dipotong PPh 21
lebih tinggi tersebut mengurus NPWP paling lama sebelum desember pada tahun

Bahan Kuliah PPh pasal 21 : Genap 2019/2020 – Amelia Sandra 6


Perpajakan Lanjutan

tersebut, maka kelebihan 20% yang telah dipotong sebelumnya tersebut dapat
diperhitungkan dengan PPh 21 yang terutang bulan-bulan selanjutnya setelah memiliki
NPWP.
d. PPh Pasal 26 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak bersifat final
dalam hal orang pribadi sebagai Wajib Pajak luar negeri tersebut berubah status menjadi
Wajib Pajak dalam negeri.

Saat Terhutangnya PPh pasal 21

1. PPh Pasal 21 terutang bagi Penerima Penghasilan pada saat dilakukan


pembayaran atau pada saat terutangnya penghasilan yang bersangkutan.
2. PPh Pasal 21 terutang bagi Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal
26 untuk setiap Masa Pajak.
3. Saat terutang untuk setiap Masa Pajak sebagaimana dimaksud pada poin
2 adalah pada akhir bulan dilakukannya pembayaran atau pada akhir bulan terutangnya
penghasilan yang bersangkutan.

Perhitungan PPh Pasal 21

A. PEGAWAI TETAP

a. Atas Penghasilan Teratur yang Diterima bulanan

Langkah-langkahnya:

Penghasilan Bruto /bulan:


 (gaji dan segala tunjangan dan pembayaran teratur lainnya termasuk
lembur dan pembayaran sejenisnya) dalam bentuk uang xx
 Premi Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian
(JK) ,Jaminan Pelayanan Kesehatan (JPK) yang dibayar pemberi xx
kerja
 Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan kerja, asuransi jiwa,
asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa yang dibayarkan oleh
pemberi kerja untuk pegawai kepada perusahaan asuransi lainnya xx +
Total Penghasilan Bruto per bulan Xx
Dikurangi dengan:
Biaya Jabatan (5% x total penghasilan bruto, maksimal Rp. 500.000/bulan ) (xx)
Iuran pensiun, THT atau JHT yang dibayar sendiri oleh pegawai melalui
pemberi kerja kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh
Men Keu (xx)

Penghasilan netto / bulan xx

Penghasilan Netto /tahun (penghasilan netto per bulan x 12) Xx


PTKP/ tahun (xx)

Bahan Kuliah PPh pasal 21 : Genap 2019/2020 – Amelia Sandra 7


Perpajakan Lanjutan

Penghasilan Kena Pajak (PKP) per tahun xx

PPh pasal 21 per tahun = PKP x Tarif Umum PPh OP pasal 17 Berlapis

b. Atas penghasilan Tidak Teratur ( jasa produksi, Tantiem, Gratifikasi, Tunjangan


Hari Raya, Bonus, Premi dan penghasilan sejenis yang diterima tidak setiap bulan
bahkan pada umumnya setahun sekali)

Cara menghitung PPh pasal 21 atas penghasilan tidak teratur tersebut adalah :

- Hitung PPh pasal 21/ tahun atas seluruh pengasilan (teratur dan tidak
teratur)
- Hitung PPh pasal 21/ tahun atas penghasilan teratur
- Hitung PPh pasal 21 atas penghasilan Tidak Teratur dengan cara =
PPh pasal 21/tahun atas seluruh penghasilan – PPh pasal 21/tahun atas
penghasilan teratur

Hal-hal khusus terkaitl perhitungan PPh 21 Pegawai Tetap:

 PPh 21 Penghasilan teratur ini dihitung oleh perusahaan pada awal tahun, sehingga
pemotongan PPh 21 atas penghasilan teratur ini akan sama setiap bulan. Jika ada penghasilan
tidak teratur yang diterima oleh karyawan perusahaan tidak akan kesulitan lagi, tinggal
mengalikan dengan lapisan tarif dimana penghasilan tersebut berada

 Jika pegawai tetap mengalami kenaikan gaji dimana pengumuman kenaikan gaji baru
dilakukan bukan pada bulan januari,sementara pelaksanaanya berlaku surut mulai bulan
januari., sehingga selisih kenaikan gaji mulai januari sampai dengan bulan pengumuman akan
dibayarkan sekaligus di bulan pengumuman tersebut atau disebut juga menerima uang Rapel
atas kenaikan gaji. Atas uang rapel tersebut akan dikenakan dikenakan PPh 21:
PPh 21/bulan setelah kenaikan Gaji xx
PPh 21/bulan sebelum kenaikan Gaji xx –
Selisih PPh 21 /bulan xx

PPh 21 uang rapel = Selisih PPh 21/bulan x Banyaknya bulan Rapel

c. Jika pegawai tetap di sebuah perusahaan , tapi menerima gaji / upah yang dibayarkan
harian atau mingguan maka perhitungan PPh pasal 21 nya adalah:
Jika gajinya dibayarkan harian maka untuk menghitung gaji sebulan kalikan dengan 26
(duapuluh enam) hari dan jika gajinya dibayarkan mingguan maka untuk menghitung
gaji sebulannya dikalikan dengan 4 (empat)
Selanjutnya penghitungan PPh pasal 21 nya persis sama dengan pegawai tetap yang
menerima gaji secara bulanan

Bahan Kuliah PPh pasal 21 : Genap 2019/2020 – Amelia Sandra 8


Perpajakan Lanjutan

d. Pegawai tetap Mulai bekerja di dalam tahun berjalan, dan kewajiban subjektifnya sudah
ada sejak awal tahun.

Cara menghitung PPh pasal 21nya sama dengan point a tapi pada waktu menghitung
penghasilan netto setahun tidak dikali 12 (hanya sebanyak bulan mulai dia bekerja
sampai dengan desember.)

e. Pegawai tetap Mulai bekerja di dalam tahun berjalan, dan kewajiban subjektifnya baru
mulai di dalam tahun berjalan tersebut

Cara menghitung PPh pasal 21nya sama dengan point A tapi pada waktu menghitung
penghasilan netto setahun dikali 12 (disetahunkan)

f. Pegawai tetap berhenti bekerja dalam tahun berjalan , dan masih mempunyai kewajiban
pajak subjektifnya

Cara menghitung PPh pasal 21 selama dia bekerja di perusahaan tersebut adalah:
a. Hitung PPh pasal 21 / tahun dan per bulan (dengan asumsi berkerja setahun
penuh) yang telah dipotong tiap bulan selama dia bekerja jika selama dia bekerja
dapat penghasilan tidak tertaur juga harus diperhitungkan PPh pasal 21nya)
b. Hitung PPh pasal 21 selama dia bekerja (januari sampai bulan terakhir sebelum
berhenti). Dimana penghasilan nettonya tidak disetahunkan (hanya sebanyak
bulan dia dia bekerja), tapi PTKP dihitung penuh 1 (satu) tahun.
c. Hitung apakah terjadi lebih potong, kurang potong atau nihil dengan cara langkah
2 – langkah 1

g. Pegawai tetap berhenti bekerja dalam tahun berjalan , dan tidak mempunyai kewajiban
pajak subjektif lagi ( karena meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya atau
meninggal dunia)

Cara menghitung PPh pasal 21 selama dia bekerja di perusahaan tersebut adalah
a. Hitung PPh pasal 21 / tahun dan per bulan (dengan asumsi berkerja setahun
penuh) yang telah dipotong tiap bulan selama dia bekerja (jika selama dia bekerja
dapat penghasilan tidak tertaur juga harus diperhitungkan PPh pasal 21nya)
b. Hitung PPh pasal 21 selama dia bekerja (januari sampai bulan terakhir sebelum
berhenti) Dimana Biaya jabatan dihitung sebanyak bulan dia bekerja saja
dan penghasilan nettonya akan disetahunkan dan PTKP dihitung penuh 1
(satu) tahun.
c. Hitung apakah terjadi lebih potong, kurang potong atau nihil dengan cara langkah
2 – langkah 1

h. Pegawai tetap yang baru memiliki NPWP dalam tahun berjalan.

Cara menghitung PPh pasal 21nya :

Bahan Kuliah PPh pasal 21 : Genap 2019/2020 – Amelia Sandra 9


Perpajakan Lanjutan

a. Hitung PPh pasal 21 / bulan sebenarnya dikali bulan selama belum punya NPWP
b. Hitung PPh pasal 21 / bulan sebelum punya NPWP, (dengan cara kalikan dengan
120% x PPh 21 /bulan x bulan selama tidak punya NPWP)
c. Hitung selisih yang akan di kompensasi ke bulan setelah punya NPWP dengan
cara langkah 2 – langkah 1 (Jika WP mengurus NPWP dan memberitahukan
kepada pemberi kerja maka selisih PPh pasal 21 yang lebih tinggi 20% dari yang
sebenarnya tersebut bisa dikompensasikan ke PPh pasal 21 bulan berikutnya atau
periode berikutnya.

Catatan ;
- Jika gaji pegawai tetap tersebut dalam satuan mata uang asing , maka
harus dirupiahkan menggunakan Kurs keputusan Mentri Keuangan.
- Jika Pegawai tetap menerima Natura atau kenikmatan dari pemberi kerja
yang bukan wajib pajak, atau wajib pajak yang dikenakan penghasilan
yang bersifat final atau dihitung dengan Norma perhitungan penghasilan
neto, maka natura atau kenikmatan tersebut harus dinilai uangkan
berdasarkan harga pasar wajar saat itu dan akan menambah penghasilan
brutonya pada saat menghitung PPh pasal 21.

i. Pengawai yang pindah cabang

B. PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 BAGI ANGGOTA DEWAN PENGAWAS


ATAU DEWAN KOMISARIS YANG TIDAK MERANGKAP SEBAGAI
PEGAWAI TETAP, MANTAN PEGAWAI YANG MENERIMA JASA
PRODUKSI, TANTIEM, GRATIFIKASI, BONUS ATAU IMBALAN LAIN
YANG BERSIFAT TIDAK TERATUR, DAN PESERTA PROGRAM PENSIUN
YANG MASIH BERSTATUS SEBAGAI PEGAWAI YANG MENARIK DANA
PENSIUN

a. Penghitungan PPh Pasal 21 untuk Anggota Dewan


Pengawas atau Dewan Komisaris Yang Tidak Merangkap Sebagai Pegawai Tetap

PPh Pasal 21 = Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh x Kumulatif


jumlah penghasilan bruto yang diterima atau diperoleh selama 1 (satu)
tahun kalender.

b. Penghitungan PPh Pasal 21 bagi Mantan Pegawai Yang


Menerima Penghasilan Berupa Jasa Produksi, Tantiem, Gratifikasi, Bonus atau
Imbalan Lain yang Bersifat Tidak Teratur
PPh Pasal 21 = Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh x kumulatif jumlah
penghasilan bruto yang diterima atau diperoleh selama 1 (satu) tahun kalender.
c. Penghitungan PPh Pasal 21 bagi Peserta Program Pensiun
Yang Masih Berstatus Sebagai Pegawai yang Menarik Dana Pensiun

PPh Pasal 21 = Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh x kumulatif jumlah
penghasilan bruto yang dibayarkan selama 1 (satu) tahun kalender.

Bahan Kuliah PPh pasal 21 : Genap 2019/2020 – Amelia Sandra 10


Perpajakan Lanjutan

C. PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 BAGI PESERTA KEGIATAN (meliputi:


a. peserta perlombaan dalam segala bidang antara lain perlombaan olah raga, seni,
ketangkasan, ilmu pengetahuan, teknologi dan perlombaan lainnya
b. peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan atau kunjungan kerja
c. peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai penyelenggara kegiatan tertentu
d. Peserta pendidikan, pelatihan, magang
e. Peserta kagiatan lainnya

PPh Pasal 21 = tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh x jumlah penghasilan bruto
untuk setiap kali pembayaran yang bersifat utuh dan tidak dipecah, yang diterima oleh
peserta kegiatan.

D. PEGAWAI TIDAK TETAP ATAU TENAGA KERJA LEPAS, PEMAGANG DAN


CALON PEGAWAI YANG MENERIMA UPAH HARIAN, UPAH SATUAN, UPAH
BORONGAN, UANG SAKU HARIAN ATAU MINGGUAN

Ketentuan untuk menghitung PPh pasal 21 adalah:


1. Tentukan jumlah upah/uang saku harian, atau rata-rata upah/uang saku yang diterima atau
diperoleh dalam sehari:
a. Upah/uang saku mingguan dibagi banyaknya hari bekerja dalam seminggu;
b. Upah satuan dikalikan dengan jumlah rata-rata satuan yang dihasilkan dalam
sehari;
c. Upah borongan dibagi dengan jumlah hari yang digunakan untuk menyelesaikan
pekerjaan borongan.

2. Dalam hal upah/uang saku harian atau rata-rata upah/uang saku harian belum melebihi
Rp. 450.000,00 dan jumlah kumulatif yang diterima atau diperoleh dalam bulan kalender
yang bersangkutan belum melebihi (sampai dengan) Rp. 4.500.000, maka tidak ada
PPh Pasal 21 yang harus dipotong.

3. Dalam hal upah/uang saku harian atau rata-rata upah/uang harian telah melebihi Rp.
450.000,00 dan sepanjang jumlah kumulatif yang diterima atau diperoleh dalam bulan
kalender yang bersangkutan belum melebihi (sampai dengan) Rp. 4.500.000, maka PPh
Pasal 21 yang harus dipotong adalah :

PPh 21 = (Upah/uang saku harian atau rata-rata upah/uang saku harian setelah
dikurangi Rp. 450.000 ) x 5%.
4. Dalam hal jumlah upah kumulatif yang diterima atau diperoleh dalam bulan kalender
yang bersangkutan telah melebihi Rp. 4.500.000 dan kurang dari Rp 10.200.000 maka :

PPh Pasal 21 = upah/uang saku harian atau rata-rata upah/uang saku harian setelah
dikurangi PTKP sehari ) x 5%.

Bahan Kuliah PPh pasal 21 : Genap 2019/2020 – Amelia Sandra 11


Perpajakan Lanjutan

5. Dalam hal jumlah penghasilan kumulatif dalam satu bulan kalender telah melebihi Rp
10.200.000,00 (sepuluh juta dua ratus ribu rupiah), PPh Pasal 21 dihitung dengan
menerapkan tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-Undang Pajak Penghasilan atas
jumlah Penghasilan Kena Pajak yang disetahunkan.

( Upah yang diterima/diperoleh per bulan x 12) xx

PTKP/tahun xx -

PKP xx

PPh 21/tahun = PKP x Tarif PPh OP pasal 17 berlapis

PPh 21/ bulan = PPh 21/tahun : 12

E. PENERIMA UANG PESANGON, UANG TEBUSAN PENSIUN , UANG


JHT/THT YANG DIBAYARKAN SEKALIGUS MAUPUN BERTAHAP DALAM
JANGKA PALING LAMA 2 (DUA) TAHUN KALENDER

Tarif PPh pasal 21 untuk penerima Uang Pesangon adalah :


0- 50.000.000 = 0% 50juta
>50.000.000 – 100.000.000 = 5% 50juta
>100.000.000 – 500.000.000 = 15% 400juta
>500.000.000 = 25% ---
Sifatnya Berlapis

PPh pasal 21 = Penghasilan bruto x tariff khusus

Untuk pembayaran melebihi 2 tahun kalender maka mulai tahun ketiga berlaku tarif :seperti
pasal 17 UU PPh

Tarif PPh untuk penerima Uang tebusan pensiun, Uang JHT/THT adalah:
0 – 50.000.000 0%
> 50.000.000 5%

Khusus penghasilan yang diterima berupa uang pesangon, uang tebusan pension,
uang JHT/THT yang dibayarkan sekaligus ini sifatnya adalah b

Bahan Kuliah PPh pasal 21 : Genap 2019/2020 – Amelia Sandra 12


Perpajakan Lanjutan

F. BUKAN PEGAWAI YANG MENERIMA ATAU MEMPEROLEH


PENGHASILAN SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN, JASA ATAU
KEGIATAN ( LIHAT Subjek pajak No. 3 diatas)

a. Untuk Penerima penghasilan yang tidak bersifat berkesinambungan

PPh 21 adalah sebesar = Tarif pasal 17 x ( 50% x Penghasilan Bruto )

b. Untuk Penerima penghasilan yang bersifat berkesinambungan (WP mempunyai


NPWP dan hanya memperoleh penghasilan dari hubungan kerja dengan
pemotong PPh pasal 21/26 serta tidak memperoleh penghasilan lainnya)

PPh 21 adalah sebesar = Tarif pasal 17 x jumlah kumulatif PKP { (50% x


Penghasilan Bruto) –PTKP / bulan }

c. Untuk Penerima penghasilan yang bersifat berkesinambungan (WP tidak


mempunyai NPWP atau memperoleh penghasilan selain dari hubungan kerja
dengan pemotong PPh pasal 21/26 serta memperoleh penghasilan lainnya)

PPh 21 adalah sebesar = tarif pasal 17 x jumlah kumulatif PKP {50% x


Penghasilan Bruto }

Keterangan:
 dalam hal penghasilan yang diterima oleh Dokter yang praktek di rumah sakit / klinik
maka besarnya jumlah penghasilan bruto adalah sebesar jumlah yang dibayar pasien
sebelum dikurangi (biaya-biaya bagi hasil oleh rumah sakit/klinik dan bersifat kumulatif )
(SEPERTI c)
 Dalam hal bukan pegawai selain tenaga ahli memberikan jasa kepada pemotong PPh
pasal 21/26
- mempekerjakan pegawai , maka besarnya penghasilan BRUTO adalah
sebesar Penghasilan dalam kontrak – biaya untuk gaji/upah pegawainya.
PPh pasal 21 adalah Tarif pasal 17 x 50% x penghasilan bruto
- melakukan penyerahan material atau barang maka besarnya penghasilan
bruto adalah sebesar Penghasilan dalam kontrak – biaya untuk material
atau bahan PPh pasal 21 adalah Tarif pasal 17 x 50% x penghasilan bruto

Bahan Kuliah PPh pasal 21 : Genap 2019/2020 – Amelia Sandra 13


Perpajakan Lanjutan

G. PENERIMA PENSIUN SECARA BERKALA (BULANAN)

a. Penerima pensiun pertama kali (dimana dalam tahun tersebut ada beberapa bulan
yang masih berkerja dan beberapa bulannya sudah pensiun dan menerima uang
pensiun bulanan)

Langkahnya :
 Penghitungan PPh Pasal 21 di Tempat Pemberi Kerja Sebelum Pensiun

- Apabila waktu pensiun sudah dapat diketahui dengan pasti pada awal tahun,
misalnya berdasarkan ketentuan yang berlaku di tempat pemberi kerja yang dikaitkan
dengan usia pegawai yang bersangkutan, maka penghitungan PPh Pasal 21 terutang
sebulan dihitung berdasarkan penghasilan kena pajak yang akan diperoleh dalam
periode dimana pegawai yang bersangkutan akan bekerja dalam tahun berjalan
sebelum memasuki masa pensiun.

- Tapi, bila waktu pensiun belum dapat diketahui dengan pasti pada waktu
menghitung PPh Pasal 21 yang terutang untuk setiap bulan, maka penghitungan PPh
Pasal 21 didasarkan pada perkiraan penghasilan neto setahun seperti pada pegawai
tetap yang berhenti bekerja ppada tahun berjalan tapi kewajiban subjektifnya masih
ada.

 Pada saat berhenti bekerja dan memasuki masa pensiun, maka pemberi kerja memberikan
bukti pemotongan PPh Pasal 21 (Form 1721 A1)

Apabila pemotongan PPh Pasal 21 setiap bulan didasarkan pada penghasilan yang disetahunkan,
karena pada saat perhitungan belum diketahui secara pasti saat pensiun atau berhenti bekerja,
maka pada saat penghitungan PPh Pasal 21 terutang untuk masa terakhir (saat pensiun atau
berhenti bekerja), akan terjadi kelebihan pemotongan PPh Pasal 21 atas penghasilan pegawai
yang bersangkutan, yang harus dikembalikan oleh pemotong pajak kepada pegawai yang
bersangkutan.

b. PPh pasal 21 untuk penerima pensiun pada tahun kedua dan secara bulanan:

Penghasilan bruto: pensiun /bulan xx

Dikurang :
-biaya pensiun 5% dari penghasilan bruto maksimum 200.000/bulan (xx)
Penghasilan neto sebulan xx
Penghasilan neto/ tahun : Penghasilan neto/bulan x 12 Xx
PTKP (xx)
Penghasilan kena pajak/tahun Xx
PPh pasal 21 /tahun pensiun = PKP x tarif pasal 17 Xx

Tambahan catatan :
A. ketentuan

Bahan Kuliah PPh pasal 21 : Genap 2019/2020 – Amelia Sandra 14


Perpajakan Lanjutan

1. PPh pasal 21/26 terutang bagi penerima penghasilan pada saat dilakukan pembayaran
atau pada saat terutangnya penghasilan yang bersangkutan
2. PPh pasal 21/26 terutang bagi pemotong PPh pasal 21/26 untuk setiap masa pajak yaitu
akhir bulan dilakukannya pembayaran atau pada akhir bulan terutangnya penghasilan
yang bersangkutan
3. Pemotong PPh pasal 21/26 harus menyetorkan PPh pasal 21/26 yang dipotongnya ke
kantor pos atau Bank persepsi palaing lambat tanggal 10 bulan berikutnya setelah masa
pajak berakhir dengan mengisi SSP
4. Pemotong PPh pasal 21 harus memberikan bukti potong kepada pegawai tetapnya paling
lambat satu bulan setelah tahun kalender berakhir
5. Pemotong PPh pasal 21/26 wajib melaporkan pemotongan dan penyetoran PPh 21 /26
yang dilakukannya dengan mengisi Formulir SPT Masa PPh pasal 21 yaitu Formulir
1721 dan SPT ini harus disampaikan paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya setalah
masa pajak berakhir ke KPP terdaftar

Alternatif pemotongan PPh pasal 21/26 yang bisa dilakukan :


1. Ditanggung oleh WP penerima penghasilan ( dimana akan dipotong dari penghasilan
yang diterimanya )
2. Ditanggung oleh pemberi kerja (bagi WP penerima penghasilan merupakan kenikmatan,
jadi penghasilannya tiap bulan tidak dipotong PPh pasal 21, tapi bagi pemberi kerja
karena sifatnya kenikmatan PPh 21 karyawannya yang dia tanggung tidak boleh
dibiayakan/ non deductible)
3. Diberi tunjangan pajak( Wp penerima penghasilan diberi tunjangan pajak yang
jumlahnya ditentukan oleh pemberi kerja dan akan menjadi komponen penambah
penghasilan bruto, nanti PPh pasal 21 yang telah dihitung dikurangi / diambil dari
penghasilan WP penerima penghasilan tersebut)
4. Diberi tunjangan dalam bentuk Gross UP dimana tunjangan yang diberikan tersebut
dihitung dengan rumus tertentu sehingga nantinya jumlah tunjangan pajak yang diterima
WP akan sama persis jumlahnya dengan PPh pasal 21 yang akan dipotong dari
penghasilannya

LATIHAN SOAL (dari kumpulan soal USKP)


Soal 1.
Budi (pegawai tetap) status kawin menanggung penuh 3 orang anak kandung (seorang
diantaranya lahir 6 februari 2019), ibu kandung yang dibiayai penuh dan seorang adik kandung
yang masih kuliah. Budi bekerja pada PT. Sumber Maju sejak 2012 sebagai staf ahli Keuangan.
Data gaji Budi/bulan di tahun 2019 adalah: (penghasilan teratur semua)
Gaji Pokok 20.000.000
Tunjangan transport 3.000.000
Tunjangan makan 1.500.000
Tunjangan Keluarga 800.000
Rumah Dinas senilai 800.000.000
Kendaraan dinas seharga 500.000.000
Premi Jaminan kecelakaan kerja 0,245% dari gaji pokok( dibayar perusahaan)
Premi Jaminan kematian 0,3% dari gaji pokok (dibayar perusahaan)
Iuran JHT dibayar prsh 300.000

Bahan Kuliah PPh pasal 21 : Genap 2019/2020 – Amelia Sandra 15


Perpajakan Lanjutan

Iuran pensiun dibayar prsh 200.000


Selain itu Budi juga membayar sendiri ;
Iuran THT 200.000
Iuran pensiun 150.000
Diminta : Hitung PPh 21 per bulan Budi tahun 2019
Jawab :
Status PTKP K/3

Penghasilan Bruto :

Gaji pokok 20.000.000


Tunjangan transport 3.000.000
Tunjangan makan 1.500.000
Tunjangan keluarga 800.000
Premi JKK (dibyr perusahaan) 49.000
Premi JK(dibyr perusahaan) 60.000+
Total Penghasilan Bruto/bulan 25.409.000

(-)
Biaya Jabatan 5%x25.409.000
= 1.270.450. Tapi maks Cuma 500rb (500.000)
Iuran pensiun (bayar sendiri) (150.000)
Iuran THT(bayar sendiri) (200.000)
Penghasilan Neto/bulan 24.559.000

Penghasilna neto pertahun x 12 =294.708.000


PTKP ( K/3) = 72.000.000 –
Penghasilan Kena Pajak (PKP) 222.708.000

PPh 21 per tahun


5% x 50.000.000 = 2.500.000
15% x 172.708.000 = 25.906.200 +
Total PPh 21/tahun = 28.406.200 / tahun

PPh 21 /bulan = 28.406.200 : 12


=2.367.183,3

Take home pay Budi per bulan:


Gaji pokok + tunjangan-tunjangan dalam bentuk uang – potongan jaminan ke BPJS yang dibayar
karyawan – iuran pension yang dibayar karyawan – iuran THT/JHT yang dibayar karyawan –
PPh 21 yang ditanggung karyawan

= 20 juta + 3 juta + 1,5 juta + 800 ribu - 150ribu - 2.367.183,3


= 22.582,816,7

Bahan Kuliah PPh pasal 21 : Genap 2019/2020 – Amelia Sandra 16


Perpajakan Lanjutan

PPh 21 yang akan membaya:


- Ditanggung karyawan
Penghasilan yang akan diterima karyawan akan dikurangi dengan PPh 21
- Ditanggung pemberi kerja
Penghasilan yang akan diterima karyawan TIDAK dikurangi dengan PPh 21 (dibayar oleh
perusahaan)
- Diberi tungan oleh perusahaan
Karyawan akan diberikan tunjangan dalam bentuk uang dan masuk dalam perhitungan PPh
21 seperti tunjangan lain. Tapi nanti PPh 21 dikurangi lagi dari penghasilan karyawan.
 Biasa
 Gross up

Soal 2

Berdasarkan dari soal 1, Pada bulan Juli 2019 Budi mendapat Bonus dari perusahaan sebesar 3
kali gaji pokok nya.
Diminta :
Hitung PPh 21 atas bonus yang diterima Budi

Penghasilan Bruto :

Gaji pokok 240.000.000


Tunjangan transport 36.000.000
Tunjangan makan 18.000.000
Tunjangan keluarga 9.600.000
Premi JKK (dibyr perusahaan) 588.000
Premi JK(dibyr perusahaan) 720.000
Bonus 60.000.000+
Total Penghasilan Bruto/tahun 364.908.000

(-)
Biaya Jabatan 5%x364.908.000
= 18.245.400. Tapi maks Cuma 6jt (6.000.000)
Iuran pensiun (bayar sendiri) (1.800.000)
Iuran THT(bayar sendiri) (2.400.000)
Penghasilan Neto/bulan 354.708.000
PTKP ( K/3) 72.000.000 –
Penghasilan Kena Pajak (PKP) 282.708.000

PPh 21 per tahun atas penghasilan teratur dan tidak teratur


5% x 50.000.000 = 2.500.000
15% x 200.000.000 = 30.000.000
25% x 32.708.000 = 8.177.000+
40.677.000

Bahan Kuliah PPh pasal 21 : Genap 2019/2020 – Amelia Sandra 17


Perpajakan Lanjutan

PPH 21 / tahun penghasilan teratur 20.406.200-


PPH 21 atas penghasilan tidak teratur 12.270.800

Soal 3.
Lanjutan dari soal 1, Jika terhitung 1 Januari 2019 Budi mendapat kenaikan gaji pokok menjadi
Rp. 22.000.000 per bulan (yang lain tetap), namun SK kenaikan gaji tersebut baru dikeluarkan
pada bulan Maret 2019. Pada bulan Maret 2019, Budi menerima uang rapel Rp. 4.000.000 atas
kekurangan gaji bulan januari sampai dengan Februari 2019 yang telah dibayar atas dasar gaji
lama.
Diminta :
Hitung PPh pasal 21 atas uang Rapel yang diterima Budi
Jawab:

PPH 21 setelah kenaikan gaji

Gaji pokok 22.000.000


Tunjangan transport 3.000.000
Tunjangan makan 1.500.000
Tunjangan keluarga 800.000
Premi JKK (dibyr perusahaan) 53.900 (0.245% x 22 juta) -> premi ikut naik
Premi JK(dibyr perusahaan) 66.000+ (0.3% x 22 juta )
Total Penghasilan Bruto/bulan 27.419.900

(-)
Biaya Jabatan 5%x27.419.900
Tapi maks Cuma 500rb (500.000)
Iuran pensiun (bayar sendiri) (150.000)
Iuran THT(bayar sendiri) (200.000)
Penghasilan Neto/bulan 26.569.900
Penghasilan Neto/tahun x12 = 318.838.800
PTKP (72.000.000)
Penghasilan Kena Pajak/ tahun 246.838.800 (bulatkan ke ribuan terakhir
246.838.000)

PPh 21/ tahun setelah kenaikan gaji:


5% x 50.000.000 = 2.500.000
15% x 196.838.800 = 29.525.820+
32.025.820
PPh 21/ bulan setelah kenaikan gaji = 32.025.820 : 12
= 2.668.818,3
PPh 21/ bulan sebelum kenaikan gaji = 2.367.183,3 -

Bahan Kuliah PPh pasal 21 : Genap 2019/2020 – Amelia Sandra 18


Perpajakan Lanjutan

Selisih PPh 21 karena kenaikan gaji 301.635


PPh 21 atas uang rapel Rapel = 2 bulan x 301.635 = 603.270

Soal 4 (PR)
Badu, pegawai tetap yang menerima gaji yang dibayar mingguan. Gaji Badu per minggu
adalah Rp. 3.000.000, Tunjangan transport dan makan Rp. 320.000/minggu status kawin tanpa
tanggungan. Premi JKK dan JK dibayar perusahaan masing-masing 1% dan 0,3% dari gaji dan
perusahaan membayar iuran JHT 3,7% dari gaji. Sedangkan Badu juga membayar sendiri iuran
pensiun Rp. 90.000 per bulan dan JHT 2% dari gaji.
Diminta : hitung PPh 21 Badu perminggu.

Jawab:

Status PTKP K/0


PPh 21

Gaji pokok 12.000.000


Tunjangan transport &makan 1.280.000
Premi JKK (dibyr perusahaan) 120.000
Premi JK(dibyr perusahaan) 36.000+
Total Penghasilan Bruto/bulan 13.436.000

(-)
Biaya Jabatan 5%x17.876.000
=893.800. Tapi maks Cuma 500rb (500.000)
Iuran pensiun (bayar sendiri) (90.000)
Iuran JHT(bayar sendiri) (240.000)
Penghasilan Neto/bulan 12.606.000
Penghasilan Neto/tahun 151.272.000
PTKP ( K/0) 58.500.000 –
Penghasilan Kena Pajak (PKP) 92.772.000

PPh 21 per tahun


5% x 50.000.000 = 2.500.000
15% x 42.772.000 = 6.415.800 +
Total PPh 21/tahun = 28.915.800
PPh 21/ minggu = 28.915.800 : 12
= 185.745,83

Soal 5

Bahan Kuliah PPh pasal 21 : Genap 2019/2020 – Amelia Sandra 19


Perpajakan Lanjutan

Bejo (pegawai tetap) belum menikah, baru menyelesaikan kuliahnya di Universitas Indonesia
pada bulan Agustus 2019. Diterima bekerja di PT. Sarana Husada mulai 1 September 2019.
Sebagai staf akuntansi dengan data gaji:
Gaji Pokok 12.000.000
Tunjangan transport 1.200.000
Tunjangan makan 750.000
Tunjangan Kemahalan 500.000
Premi asuransi kecelakaan kerja 60.000 dibayar perusahaan
Premi asuransi kematian 40.000 dibayar perusahaan
Iuran THT dibayar prsh 350.000
Iuran pensiun dibayar prsh 300.000
Selain itu Bejo juga membayar sendiri ;
Iuran THT 150.000
Iuran pensiun 120.000

Bejo menerima gaji pertama pada tanggal 25 September 2019


Diminta:
a. Hitunglah PPh pasal 21 /bulan Bejo jika Bejo sudah mempunyai NPWP
b. Hitunglah PPh pasal 21 /bulan Bejo jika Bejo belum mempunyai NPWP

Jawab :

a.
Penghasilan Bruto :

Gaji pokok 12.000.000


Tunjangan transport 1.200.000
Tunjangan makan 750.000
Tunjangan kemahalan 500.000
Premi JKK (dibyr perusahaan) 60.000
Premi JK(dibyr perusahaan) 40.000+
Total Penghasilan Bruto/bulan 14.550.000

(-)
Biaya Jabatan 5%x14.550.000
= 727.500. Tapi maks Cuma 500rb (500.000)
Iuran pensiun (bayar sendiri) (150.000)
Iuran THT(bayar sendiri) (120.000)
Penghasilan Neto/bulan 13.780.000

Penghasilna neto pertahun x 4 = 55.120.000


PTKP ( TK/0) = 54.000.000 –
Penghasilan Kena Pajak (PKP) 1.120.000

PPh 21 terutang
5% x 1.120.000 = 56.000

Bahan Kuliah PPh pasal 21 : Genap 2019/2020 – Amelia Sandra 20


Perpajakan Lanjutan

Total PPh 21 terutang = 56.000


PPh 21 /bulan = 56.000 : 4 = 14.000 (sudah mempunyai NPWP)

B
PPh 21 / bulan jika belum mempunyai NPWP = 14.000 x 120% =16.800

Bejo baru mengurus NPWP bulan November ( Sept Okt dipotong PPh 21 masing-masing
16.800)
Pada bulan Nov karena sudah punya NPWP maka bejo akan dipotong PPh 21 yang normal dan
kelebihan potong di bulan Sept Okt boleh dikompensasi (sebagai pengurang PPh 21 di bulan
Nov)
Kelebihan potong PPh 21 = 16.800-14.000=2.800 x 2 bulan=5.600
Jadi PPh 21 bulan Nov = 14.000 – 5.600 = 8.400

Soal 6
John seorang warga Negara Inggris, menerima kontrak untuk bekerja di Indonesia (di PT. Sarana
Husada) mulai bulan 1 Mei 2019 sampai dengan 30 April 2022 dengan dianggap sebagai
karyawan tetap. Di dalam kontrak disebutkan bahwa John akan menerima gaji per bulan Rp.
65.0000.000 dan Tunjangan transport, makan dan lain-lain Rp. 15.000.000/bulan. John tidak
diikutkan dalam program pensiun dan program Jamsostek.
Diminta ; Hitunglah PPh 21 John / bulan tahun 2019

Jawab:

Penghasilan Bruto
Gaji 65.000.000
Tunjangan 15.000.000+
Penghasilan bruto/bln 80.000.000

(-)
Biaya Jabatan 5%x80.000.000
= 727.500. Tapi maks Cuma 500rb (500.000)
Penghasilan neto/bulan 79.500.000

Penghasilan neto per tahun x 8 = 636.000.000


Penghasilan neto disetahunkan x 12/8 = 954.000.000
PTKP (TK/0) = (54.000.000)
Penghasilan neto disetahunkan = 900.000.000

PPh 21 disetahunkan
5% x 50 juta = 2.500.000

Bahan Kuliah PPh pasal 21 : Genap 2019/2020 – Amelia Sandra 21


Perpajakan Lanjutan

15% x 200 juta = 30.000.000


25% x 250 juta = 62.500.000
30% x 400 juta = 120.000.000+
215.000.000
PPh 21 8 bulan kerja = 8/12 x215.000.000 = 143.333.333,33
PPh 21 per bulan = 1/8 x 143.333.333,33= 17.916.666,67

Soal 7
Benu (pegawai tetap) status kawin menanggung penuh 3 orang anak kandung Benu bekerja pada
PT. Sarana Husada sejak 2008 sebagai Manajer pemasaran.
Data gaji Benu tahun 2019 adalah:
Gaji Pokok 14.000.000
Tunjangan transport 2.300.000
Tunjangan makan 1.000.000
Premi asuransi kecelakaan kerja 100.000 dibayar perusahaan
Premi asuransi kematian 100.000 dibayar perusahaan
Iuran THT dibayar prsh 250.000
Iuran pensiun dibayar prsh 200.000

Selain itu Benu juga membayar sendiri ;


Iuran THT 100.000
Iuran pensiun 100.000

Jika Pada bulan Juli 2019 Benu berhenti bekerja dari PT. Sarana Husada (berhenti terhitung 1
Agustus)

Diminta:
- Hitung berapa PPh 21 Benu yang sudah dipotong selama bekerja tahun
2019
- Hitung berapa PPh 21 Benu yang seharusnya dipotong tahun 2019
- Tentukan dan hitung apakah Benu kelebihan potong atau kekurangan
potong tahun 2019

Jawab:

Langkah 1:

Penghasilan Bruto :

Gaji pokok 14.000.000


Tunjangan transport 2.300.000
Tunjangan makan 1.000.000
Premi JKK (dibyr perusahaan) 100.000
Premi JK(dibyr perusahaan) 100.000+
Total Penghasilan Bruto/bulan 17.500.000

Bahan Kuliah PPh pasal 21 : Genap 2019/2020 – Amelia Sandra 22


Perpajakan Lanjutan

(-)
Biaya Jabatan 5%x17.500.000
= 875.000. Tapi maks Cuma 500rb (500.000)
Iuran pensiun (bayar sendiri) (100.000)
Iuran THT(bayar sendiri) (100.000)
Penghasilan Neto/bulan 16.800.000

Penghasilna neto pertahun x 12 =201.600.000


PTKP ( K/3) = 72.000.000 –
Penghasilan Kena Pajak (PKP) 129.600.000

PPh 21 per tahun


5% x 50.000.000 = 2.500.000
15% x 79.600.000 = 11.940.000 +
Total PPh 21/tahun = 14.440.000 / tahun

PPh 21 /bulan = 14.440.000 : 12


= 1.203.333,3

Langkah 2

Penghasilan Bruto :

Gaji pokok 14.000.000


Tunjangan transport 2.300.000
Tunjangan makan 1.000.000
Premi JKK (dibyr perusahaan) 100.000
Premi JK(dibyr perusahaan) 100.000+
Total Penghasilan Bruto/bulan 17.500.000

(-)
Biaya Jabatan 5%x17.500.000
= 875.000. Tapi maks Cuma 500rb (500.000)
Iuran pensiun (bayar sendiri) (100.000)
Iuran THT(bayar sendiri) (100.000)
Penghasilan Neto/bulan 16.800.000

Penghasilan neto 7 bulan =117.600.000


PTKP ( K/3) = 72.000.000 –
Penghasilan Kena Pajak (PKP) 45.600.000

Bahan Kuliah PPh pasal 21 : Genap 2019/2020 – Amelia Sandra 23


Perpajakan Lanjutan

PPh 21 terutang
5% x 45.600.000 = 2.280.000
Total PPh 21 terutang = 2.280.000

Langkah 3

PPh 21/ bulan selama bekerja = 1.203.333,3


PPh 21 yang sudah dipotong selama bekerja 6 bulan = 6 x 1.203.333,3= 7.220.000
- PPh 21 seharusnya selama bekerja s/d Juli 2.280.000-
Benu mengalami lebih potong 4.940.000

Jadi di bulan Juli (bulan terakhir kerja) Benu tidak dipotong PPh 21 lagi tapi diberikan
pengembalian kelebihan potong PPh 21 nya sebesar 4.940.000

Soal 8
Dengan diterimanya John sebagai karyawan tetap yang dikontrak oleh perusahaan, maka Mr.
Ronan dari Inggris yang sudah bekerja selama 3 tahun berakhir pada 30 April 2019 dan dia akan
kembali ke Inggris. Selama tahun 2019 Mr. Ronan memperoleh gaji + tunjangan total Rp.
150.000.000.(selama 4 bulan)
Diminta:
- Hitung berapa PPh 21 Ronan yang sudah dipotong selama bekerja tahun
2019
- Hitung berapa PPh 21 Ronan yang seharusnya dipotong tahun 2019
- Tentukan dan hitung apakah Ronan kelebihan potong atau kekurangan
potong tahun 2019

Jawab

Langkah 1

Penghasilan Bruto per tahun

Gaji dan Tujangan 480.000.000


Penghasilan Bruto/tahun 480.000.000

(-)
Biaya Jabatan 5%x480.000.000
= 30juta. Tapi maks Cuma 6juta (6.000.000)
Penghasilan neto/tahun 444.000.000

Penghasilan neto/tahun 444.000.000


PTKP (TK/0) 54.000.000 –
Penghasilan Kena Pajak (PKP) 390.000.000

PPh 21 per tahun


5% x 50.000.000 = 2.500.000

Bahan Kuliah PPh pasal 21 : Genap 2019/2020 – Amelia Sandra 24


Perpajakan Lanjutan

15% x 200.000.000 = 30.000.000


25% x 14.000.000 = 35.000.000
Total PPh 21/tahun = 67.500.000 / tahun

PPh 21/ bulan = 5.625.000 / bulan

Langkah 2

Penghasilan Bruto per 4 bulan

Gaji dan Tujangan 150.000.000


Penghasilan Bruto 4 bulan 150.000.000
Penghasilan Bruto disetahunkan 450.000.000

(-)
Biaya Jabatan 5%x150.000.000
= 7,5juta. Tapi maks Cuma 2juta (2.000.000)
Penghasilan neto disetahunkan 448.000.000

Penghasilan neto disetahunkan 448.000.000


PTKP (TK/0) 54.000.000 –
Penghasilan Kena Pajak (PKP) 394.000.000

PPh 21 per tahun


5% x 50.000.000 = 2.500.000
15% x 200.000.000 = 30.000.000
25% x 144.000.000 = 36.000.000
Total PPh 21/tahun = 68.500.000 / tahun

PPh pasal 21 selama bekerja ( 4 bulan ) 22.833.333,3

Langkah 3

PPh 21 selama 4 bulan 22.500.000


PPh 21 yang seharusnya dibayarkan 22.833.333,3-
Mr. Ronan kurang potong 333.333,3

Soal 9
- Membayar honor konsultan pajak kepada Bapak Akbar,Ak,BKP. Sebesar
Rp. 47.000.000
- Membayar pesangon karyawan yang berenti kerja yaitu pak Badu Rp.
120.000.000
- Membayar honor artis Raiso yang manggung di perusahaan
Rp.30.000.000

Bahan Kuliah PPh pasal 21 : Genap 2019/2020 – Amelia Sandra 25


Perpajakan Lanjutan

Diminta: hitung ph 21 Bapak Akbar, pak Badu dan Raiso.

Soal 10
Pada bulan Mei 2019 PT. ABC membayar komosi penjualan barang sebesar Rp. 55.000.000
kepada Pak Koko yang merupakan penjaja barang dagangan (status kawin dengan 2 anak )
Diminta : hitung PPh21 Pak Koko

Soal 11
Berikut ini data tentang pembayaran gaji, upah dan imbalan selama tahun 2019 di PT. Balambin
Love. Saudara diminta untuk menghitung PPh pasal 21 atas masing-masing pembayaran
tersebut:
a. Pada bulan Februari 2019 mempekerjakan 1 (satu) orang tenaga lepas yang dibayar
harian, yaitu Bejo yang diupah sebesar Rp. 340.000/hari. Bejo berstatus TK/1 dapat
menyelesaikan pekerjaannya selama 16 hari dalam bulan februari tsb. Bejo menyatakan
bahwa dia belum memiliki NPWP dan belum bersedia untuk membuat NPWP, tetapi
setuju untuk penghasilannya dipotong pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Hitung PPh 21 Bejo

Misal upah Bejo 460.000/hari


a. upah/hari kecil dari 450rb, berarti upah yang diterima
upah per hari sudah melebihi 450ribu jadi kena PPh 21 per hari
hariannya tidak dipotong PPh 21
Pada hari ke-14 upah harian lebih dari 4,5juta (14x340000=4.760.000)
PPh 21 / hari =(460.000-450.000) x 5%
maka bejo akan dikenakan PPh 21
500
karena tidakpunya Npwp (x120%) 600
PPh 21 penghasilan s/d hari ke 14
upah harian s/d 14 4,760,000 PPh 21 penghasilan s/d hari ke 10
PTKP 14 hari= (58,5juta/360)x14 2,275,000 upah harian s/d 10 4,600,000
PKP s/d hari ke 14 2,485,000 PTKP 14 hari= (58,5juta/360)x10 1,625,000
PKP s/d hari ke 10 2,975,000
PPh 21 s/d hari ke 14=5%x2.485.000 124,250
PPh 21 hari sebelumnya 0 PPh 21 s/d hari ke 14 =5%x2.975.000 148,750
PPh yang dipotong pada hari ke 14 124,250 PPh 21 hari sebelumnya (9 hari) 4,500
PPh yang dipotong pada hari ke 14 144,250
karena Bejo tidak punya NPWP dikenakan 20% lebih tinggi
=120%*124.250 149,100 karena Bejo tidak punya NPWP dikenakan 20% lebih tinggi
=120%*144.250 173,100
PPh 21 hari ke 15 dan 16
upah per hari 340,000 hari ke 11 s/d 16
PTKP/hari 162,500 upah harian 460,000
PKP / hari 177,500 PTKP 14 hari= (58,5juta/360)x10 162,500
PPh 21 per hari PKP 297,500
=5%x177.500 8,875 PPh 21 per hari
=5%x177.500 14,875
karena tidak punya NPWP
karena tidak punya NPWP
=120%x8.875 10,650
=120%x8.875 17,850

b. Selain itu Perusahaan juga mempekerjakan seorang tenaga lepas lagi yaitu Badu dengan
upah satuan dan dibayar secara mingguan. Status Badu adalah K/2, untuk memperbaiki
kursi dan meja yang sudah rusak di perusahaan tersebut dengan upah Rp. 85.000 per

Bahan Kuliah PPh pasal 21 : Genap 2019/2020 – Amelia Sandra 26


Perpajakan Lanjutan

kursi dan Rp. 70.000 per meja. Badu bekerja selama 6 hari dengan menyelesaikan 60
unit yang terdiri dari 25 kursi dan 35 meja. Hitung PPh 21 Badu

b. upah badu selama 6 hari


25 kursi x 85.000 2,125,000
35 meja x 70.000 2,450,000
4,575,000
upah per hari 4.575.000/6 762,500 per hari
sudah lebih dari 450 ribu. Secara total banyaknya bekerja
upah totalnya juga melebihi 4,5 juta

maka PPh 21 6 hari kerja dengan upah satuan yang dibayar mingguan
upah 6 hari 4,575,000
PTKP 6 hari (67,5/360x6) 1,125,000
3,450,000

PPh 21 upah satuan yang diterima mingguan


5% x 3.450.000 172,500

c. Perusahaan pada bulan Juli 2019 membayar honor kepada Bobo S.E., M.Si., BKP
seorang konsultan pajak yang bekerja atas nama pribadi untuk memberikan pelatihan
(inhouse training) kepada pegawai bagian pajak perusahan mengenai perkembangan
terbaru perpajakan dan implikasinya terhadap perusahaan. Perusahaan memberikan
honor kepada Bobo sebesar Rp. 55.000.000. Hitung PPh 21 atas honor Bobo

Soal 12
PT Juana menggunakan jasa dari Kantor Konsultan Pajak Akbar BKP untuk memberikan
bimbingan penyusunan laporan keuangan, konsultansi pajak dan jasa pendampingan pajak
lainnya. Data pembayaran yang dilakukan oleh PT Juana kepada KKP Akbar, BKP selama
tahun 2016 adalah sebagai berikut:

Bulan Biaya Penyusunan Biaya Pendampingan


Laporan Keuangan dan Pemeriksaan dan Keberatan

Bahan Kuliah PPh pasal 21 : Genap 2019/2020 – Amelia Sandra 27


Perpajakan Lanjutan

Konsultansi Pajak
Maret 2013 20.000.000 50.000.000
Juni 2013 20.000.000 100.000.000
September 2013 20.000.000 100.000.000
Desember 2013 20.000.000 100.000.000
Diminta: Hitung PPh yang dipotong oleh PT Juana, atas penghasilan KKP Juwono, BKP.

Soal 13
Berikut ini adalah data yang diperoleh dari RS. Sehati. Atas salah satu dokternya yaitu
dokter Ali (sudah punya NPWP) status K/3. Selama tahun 2019:
Bulan Honor Bruto Dokter Potongan Biaya Adm
Rumah Sakit
Jan 30.000.000 1.500.000
Feb 29.000.000 2.400.000
Mar 38.000.000 1.300.000
April 25.000.000 900.000
Mei 35.000.000 1.900.000
Juni 28.000.000 1.000.000
Juli 31.000.000 2.000.000
Agus 30.000.000 2.200.000
Sept 39.000.000 900.000
Okt 60.000.000 1.150.000
Nov 170.000.000 1.250.000
Des 100.000.000 1.600.000

Selain praktek di RS Sehati dia juga praktek di 2 RS lainnya dan dirumahnya sendiri.
Diminta :
a. Berdasarkan data diatas, Hitunglah besarnya PPh pasal 21
Dr. Ali atas penghasilan dari RS. Sehati.
b. Jika Dr.Ali hanya bekerja di RS sehati saja dan tidak
mempunyai penghasilan lain. Hitunglah besarnya PPh pasal 21 Dr. Ali atas
penghasilan dari RS. Sehati

Jawab 13b Ali kerja disatu pemeberi penghasilan dan punya npwp = jawab pakai rumus b

Bulan Peng Bruto 50% x PTKP/Bulan PKP PPh PKP PPh 21 Tarif PPh 21
Peng Bruto 21 Kumulatif
(f) = Kum
(a) (b) (c) (d) (e)=(c)–(d) (e) (g)=Lihat(f) (h)=(e)x(g)
Jan 30.000.000 15.000.000 6.000.000 9.000.000 9.000.000 5% 450.000
Feb 29.000.000 14.500.000 6.000.000 8.500.000 17.500.000 5% 425.000

Bahan Kuliah PPh pasal 21 : Genap 2019/2020 – Amelia Sandra 28


Perpajakan Lanjutan

Mar 38.000.000 19.000.000 6.000.000 13.000.000 30.500.000 5% 650.000


Apr 25.000.000 12.500.000 6.000.000 6.500.000 37.000.000 5% 325.000
Mei 35.000.000 17.500.000 6.000.000 11.500.000 48.500.000 5% 575.000
Juni 28.000.000 14.000.000 6.000.000 8.000.000 56.500.000 5% x1,5juta 1.050.000
15%x 6,5juta
Juli 31.000.000 15.500.000 6.000.000 9.500.000 66.000.000 15% 1.425.000
Agus 30.000.000 15.000.000 6.000.000 9.000.000 75.000.000 15% 1.350.000
Sept 39.000.000 19.500.000 6.000.000 13.500.000 88.500.000 15% 2.025.000
Okt 60.000.000 30.000.000 6.000.000 24.000.000 112.500.000 15% 3.600.000
Nov 170.000.000 85.000.000 6.000.000 79.000.000 191.500.000 15% 11.850.000
Des 100.000.000 50.000.000 6.000.000 44.000.000 235.500.000 15% 6.600.000

Penghasilan Dr Ali bulan Januari = 30.000.000 – 1.500.000 – 450.000 = 28.050.000

Soal 14
Badu adalah anggota dewan komisaris PT. Sumber Maju yang status kawin dengan 2
tanggungan. Badu hanya datang 2 kali dalam sebulan untuk melakukan rapat dewan komisaris.
Badu menerima penghasilan atas posisinya sebagai dewan komisaris sebesar Rp.
40.000.000.setiap 3 bulan. Hitunglah PPh pasal 21 atas penghasilan Badu sebagai dewan
komisaris

karena terima penghasilan setiap 3 bulan maka dalam setahun Badu menerima 4 kali

Penghasilan pertama Rp 40,000,000.00


Kumulatif tahun ini sampai dengan penghasilan pertama Rp 40,000,000.00

PPh 21 penghasilan pertama tahun ini


=5%x40000000 2,000,000

penghasilan
kedua Rp 40,000,000.00
Kumulatif tahun ini sampai dengan penghasilan kedua Rp 80,000,000.00

PPh 21 penghasilan komulatif


=5%x50000000 2,500,000
=15%*3000000
0 4,500,000
7,000,000
PPh 21 s/d kumulatif pertama 2,000,000 -
PPh 21 penghasilan kedua 5,000,000

cara cepat menghitung PPh 21 penghasilan kedua


5%x10.000.000 500,000

Bahan Kuliah PPh pasal 21 : Genap 2019/2020 – Amelia Sandra 29


Perpajakan Lanjutan

15%x30juta 4,500,000
PPh pasal 21 5,000,000

penghasilan
ketiga Rp 40,000,000.00
Kumulatif tahun ini sampai dengan penghasilan kedua Rp 120,000,000.00

PPh 21 penghasilan komulatif


=5%x50juta 2,500,000
=15%x70juta 10,500,000
13,000,000
PPh 21 s/d kumulatif kedua 7,000,000
PPh 21 penghasilan ketiga 6,000,000

cara cepat menghitung PPh 21 penghasilan ketiga


15%x40.000.00
0 6,000,000.00
PPh pasal 21 6,000,000.00

penghasilan keempat Rp 40,000,000.00


Kumulatif tahun ini sampai dengan penghasilan ketiga Rp 160,000,000.00

PPh 21 penghasilan keempat


=15%x40juta 6,000,000

Soal 15
Benu, bekerja pada PT Sumber Maju. Pada tanggal 1 Januari 2019 telah berhenti bekerja pada
PT Sumber Maju karena pensiun. Pada bulan Maret 2019 Benu menerima jasa produksi tahun
2015 dari PT Sumber Maju sebesar Rp 300.000.000,00. Diminta : Hitunglah PPh pasal 21 atas
jasa produksi yang diterima Benu

Soal 16
Bejo adalah pegawai PT Sumber Maju menerima gaji Rp 6.000.000,00 sebulan. PT Abadi
Sejahtera mengikuti program pensiun untuk para pegawainya. PT Sumber Maju membayar iuran
dana pensiun untuk Bejo sebesar Rp 300.000,00 sebulan ke Dana Pensiun Sumber Maju, yang
merupakan dana pensiun yang dibentuk bagi pengelolaan uang pensiun pegawai PT Sumber
Maju yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan. Bejo membayar iuran serupa ke
dana pensiun yang sama sebesar Rp120.000,00 sebulan.Diminta : Hitung PPh 21 nya

Bahan Kuliah PPh pasal 21 : Genap 2019/2020 – Amelia Sandra 30


Perpajakan Lanjutan

Bulan April 2019 Bejo memerlukan biaya untuk perbaikan rumahnya maka ia mengambil iuran
dana pensiun yang telah dibayar sendiri sebesar Rp45.000.000,00. Kemudian pada bulan Juni
2019 ia menarik lagi dana sebesar Rp30.000.000,00. Kemudian bulan Oktober 2019 untuk
keperluan lainnya ia menarik lagi dana sebesar Rp25.000.000,00 Diminta Hitunglah PPh 21nya

Soal 17
Akbar adalah seorang atlet bulutangkis professional Indonesia yang bertempat tinggal di Jakarta,
Ia menjuarai turnamen Indonesia Grand Prix Gold dan memperoleh hadiah sebesar Rp
500.000.000 Diminta : PPh Pasal 21 yang terutang atas hadiah turnamen tersebut

Soal 18
Udin (ber-NPWP) menerima pembayaran Uang Pesangon yang dilakukan dalam beberapa kali
pembayaran, sbb : Bulan des 2017 Rp. 50 juta dan bulan April 2018 sebesar 125 juta Diminta
Hitung PPh pasal 21 uang pesangon

dibayar bertahap dalam 2 tahun kalender


0-50juta= 0%
>50juta-100juta= 5%
>100-500juta= 15%
>500juta= 25%

PPh 21 atas uang pesangon yang diterima Des 2017 = 50,000,000


PPh 21 = 0% x 50 juta = 0 (tidak ada PPh 21nya)
PPh 21 atas uang pesangon yang diterima April 2017 = 125,000,000
5% x 50 juta = 2,500,000
15% x 75 juta = 11,250,000
PPh 21 pembayaran pesangon ke2 13,750,000 FINAL

Misal Ali menerima Tebusan pensiun 500juta


PPh 21=
0% x 50 juta = 0
50% x 450 juta = 22,500,000,000
PPh 21 tebusan pensiun 22,500,000,000 FINAL

Soal 19
Badu merupakan pegawai tetap pada PT. Maju Mundur sejak tahun 2000. Pada bulan April
2016, Badu terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Badu menerima pembayaran uang
pesangon sebesar Rp. 700 juta yang dibayarkan secara bertahap oleh PT Maju Mundur dengan
jadwal pembayaran sebagai berikut: Bulan April 2016 sebesar   Rp. 260.000.000,00 Bulan Maret
2017 sebesar   Rp. 190.000.000,00 Bulan Januari 2018 sebesar   Rp. 250.000.000,00 Diminta
Hitung PPh 21

Soal 20
Badu memasuki masa pensiun pada bulan april 2018. Dia menerima uang tebusan pensiun
sebesar Rp 834.000.000. diminta Hitunglah PPh pasal 21 atas uang tebusan pensiun tersebut

Bahan Kuliah PPh pasal 21 : Genap 2019/2020 – Amelia Sandra 31


Perpajakan Lanjutan

Soal 21
Didin Qomarudin yang berstatus belum meinikah adalah pegawai pada PT Nusantara Mandiri di
Jakarta. Sejak 1 Juni 2016 dipindahtugaskan ke kantor cabang di Bandung dan pada 1 Oktober
2016 dipindahtugaskan lagi ke kantor cabang di Garut. Gaji Didin Qomarudin sebesar
Rp5.000.000,00 dan pembayaran iuran pension yang dibayar sendiri sejumlah Rp100.000,00.
Selama bekerja di PT Nusantara Mandiri Didin Qomarudin hanya menerima penghasilan berupa
gaji saja.

Jawab
Di kantor pertama awal tahun belum tahu Didin mau dipindahlan, jadi di awal tahun PPh 21
Didin akan dihitung layaknya karyawan yang akan bekerja setahun.

PPh 21 Didin selama di Kantor Pusat


Penghasilan Bruto :

Gaji pokok 5.000.000


Total Penghasilan Bruto/bulan 5.000.000

(-)
Biaya Jabatan 5%x5.000.000
= 250.000. (250.000)
Iuran pensiun (bayar sendiri) (100.000)
Penghasilan Neto/bulan 4.650.000

Penghasilna neto pertahun x 12 =55.800.000


PTKP ( TK/0) = 54.000.000 –
Penghasilan Kena Pajak (PKP) 1.800.000

PPh 21 per tahun


5% x 1.800.000 = 90.000
Total PPh 21/tahun = 90.000 / tahun
PPh 21 / bulan = 7.500

PPh Didin selama di Kantor pusat ( Jan – Mei = 5 bulan):

PPh 21 kantor pusat:


Gaji selama di kantor Jakarta 5 x Rp5.000.000 Rp25.000.000
Pengurangan
1. Biaya jabatan 5% x Rp25.000.000 = Rp1.250.000
2. Iuran Pensiun setahun 5 x Rp100.000 = Rp 500.000+
(Rp1.750.000)
Penghasilan neto lima bulan adalah Rp23.250.000
Penghasilan neto setahun adalah 12/5 x 23.250.000 Rp55.800.000
PTKP (Rp54.000.000)

Bahan Kuliah PPh pasal 21 : Genap 2019/2020 – Amelia Sandra 32


Perpajakan Lanjutan

Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp1.800.000

PPh pasal 21 terutang


5% x Rp1.800.000- 90.000/tahun = 37.500
PPh Pasal 21 terutang Januari s.d Mei 2016 = 37.500-
Tidak kurang atau lebih potong 0

PPh Didin selama di kantor Bandung (Juni-September=4 bulan)

PPh 21 di Bandung:
Gaji selama di kantor cabang Bandung 4 x Rp5.000.000 Rp20.000.000
Pengurangan
1. Biaya jabatan 5% x Rp20.000.000 = Rp1.000.000
2. Iuran Pensiun setahun 4 x Rp100.000 = Rp 400.000+
(Rp1.400.000)
Penghasilan neto lima bulan adalah Rp18.600.000
Penghasilan neto di Jakarta Rp23.250.000
Penghasilan neto 9 bulan Rp41.850.000
Penghasilan neto setahun adalah 12/9 x 41.850.000 Rp55.800.000
PTKP (Rp54.000.000)
Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp1.800.000

PPh pasal 21 selama 9 bulan 9/12 x Rp 90.000,00 Rp67.500


PPh pasal 21 yang sudah di potong di Jakarta Rp37.500
PPh Pasal 21 terutang Juni s.d September 2016 Rp30.000
PPh pasal 21 yang sudah dipotong (7500x4) Rp30.000-
Tidak kurang atau lebih potong 0

PPh Didin selama di kantor Garut (Oktober-Desember=3 bulan)

PPh 21 di Garut:
Gaji selama di kantor cabang Garut 3 x Rp5.000.000 Rp15.000.000
Pengurangan
1. Biaya jabatan 5% x Rp15.000.000 = Rp 750.000
2. Iuran Pensiun setahun 3 x Rp100.000 = Rp 300.000+
(Rp1.050.000)
Penghasilan neto 3 bulan adalah Rp13.950.000
Penghasilan neto di Jakarta Rp23.250.000
Penghasilan neto di Bandung Rp18.600.000
Penghasilan neto setahun Rp55.800.000
Penghasilan neto setahun Rp55.800.000
PTKP (Rp54.000.000)
Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp1.800.000

Bahan Kuliah PPh pasal 21 : Genap 2019/2020 – Amelia Sandra 33


Perpajakan Lanjutan

PPh pasal 21 selama 1 tahun Rp90.000


PPh pasal 21 yang sudah di potong di Jakarta Rp37.500
PPh pasal 21 yang sudah di potong di Bandung Rp30.500
PPh Pasal 21 terutang oktober s.d desember 2016 Rp22.500
PPh pasal 21 yang sudah dipotong (7500x3) Rp22.500-
Tidak kurang atau lebih potong 0

21. b
PPh 21 Didin selama di Kantor Pusat
Penghasilan Bruto :

Gaji pokok 5.000.000


Total Penghasilan Bruto/bulan 5.000.000

(-)
Biaya Jabatan 5%x5.000.000
= 250.000. (250.000)
Iuran pensiun (bayar sendiri) (100.000)
Penghasilan Neto/bulan 4.650.000

Penghasilna neto pertahun x 12 =55.800.000


PTKP ( TK/0) = 54.000.000 –
Penghasilan Kena Pajak (PKP) 1.800.000

PPh 21 per tahun


5% x 1.800.000 = 90.000
Total PPh 21/tahun = 90.000 / tahun
PPh 21 / bulan = 7.500

PPh Didin selama di Kantor pusat ( Jan – Mei = 5 bulan):

PPh 21 kantor pusat:


Gaji selama di kantor Jakarta 5 x Rp5.000.000 Rp25.000.000
Pengurangan
1. Biaya jabatan 5% x Rp25.000.000 = Rp1.250.000
2. Iuran Pensiun setahun 5 x Rp100.000 = Rp 500.000+
(Rp1.750.000)
Penghasilan neto lima bulan adalah Rp23.250.000
Penghasilan neto setahun adalah 12/5 x 23.250.000 Rp55.800.000
PTKP (Rp54.000.000)
Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp1.800.000

PPh pasal 21 terutang

Bahan Kuliah PPh pasal 21 : Genap 2019/2020 – Amelia Sandra 34


Perpajakan Lanjutan

5% x Rp1.800.000- 90.000/tahun = 37.500


PPh Pasal 21 terutang Januari s.d Mei 2016 = 37.500-
Tidak kurang atau lebih potong 0

PPh Didin selama di kantor Bandung (Juni-September=4 bulan)

PPh 21 di Bandung:
Gaji selama di kantor cabang Bandung 4 x Rp7.000.000 Rp28.000.000
Pengurangan
1. Biaya jabatan 5% x Rp28.000.000 = Rp1.400.000
2. Iuran Pensiun setahun 4 x Rp100.000 = Rp 400.000+
(Rp1.800.000)
Penghasilan neto lima bulan adalah Rp26.200.000
Penghasilan neto di Jakarta Rp23.250.000
Penghasilan neto 9 bulan Rp49.450.000
Penghasilan neto setahun adalah 12/9 x 49.450.000 Rp65.933.333,3
PTKP (Rp54.000.000)
Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp11.933.333,3

PPh 21 per tahun


5% x 11.933.333,3 = 596.666,7
Total PPh 21/tahun = 596.666,6 / tahun
PPh 21 / bulan = 49.722

PPh pasal 21 selama 9 bulan Rp236.389


PPh pasal 21 yang sudah di potong di Jakarta Rp37.500
PPh Pasal 21 terutang Juni s.d September 2016 Rp198.888
PPh pasal 21 yang sudah dipotong (7500x4) Rp30.000-
kurang potong 168.888

PPh Didin selama di kantor Garut (Oktober-Desember=3 bulan)

PPh 21 di Garut:
Gaji selama di kantor cabang Garut 3 x Rp9.000.000 Rp27.000.000
Pengurangan
1. Biaya jabatan 5% x Rp27.000.000 = Rp 1.350.000
2. Iuran Pensiun setahun 3 x Rp100.000 = Rp 300.000+
(Rp1.650.000)
Penghasilan neto 3 bulan adalah Rp25.350.000
Penghasilan neto di Jakarta Rp23.250.000
Penghasilan neto di Bandung Rp26.200.000
Penghasilan neto setahun Rp74.800.000

Bahan Kuliah PPh pasal 21 : Genap 2019/2020 – Amelia Sandra 35


Perpajakan Lanjutan

Penghasilan neto setahun Rp74.800.000


PTKP (Rp54.000.000)
Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp20.800.000

PPh 21 per tahun


5% x 20.800.000 = 1.040.000
Total PPh 21/tahun = 1.040.000 / tahun
PPh 21 / bulan = 86.666

PPh pasal 21 selama 1 tahun 496.338


PPh pasal 21 yang sudah di potong di Jakarta 37.500
PPh pasal 21 yang sudah di potong di Bandung 198.888
PPh Pasal 21 terutang oktober s.d desember 2016
260.000
PPh pasal 21 yang sudah dipotong (7500x3) 22.500-
Kurang potong 237.500

22. Ani mengikuti sebuah konferensi ahli Gizi se-Indonesia. Setiap peserta akan memperoleh
uang saku sebesar Rp 500 ribu per hari. Kegiatan konferensi berlangsung selama 6 hari. Hitung
PPh 21 Ani atas uang saku kegiatan konferensi.
ani adalah peserta kegiatan yang menerima uang saku
maka atas uang saku akan dipotong PPh21

PPh 21 atas uang saku kegiatan


5% x (6 x 500ribu)
150000

23. Udin sudah pension status K/2 menerima pension sebesar Rp 6 juta per bulan

PPh 21 Udin

Penghasilan Bruto (pension) / bulan 6.000.000


(-)
Biaya pension = 5% x 6 juta = 300ribu (200.000) maks
Penghasilan neto/bulan 5.800.000
Penghasilan neto/tahun x12 69.600.000
PTKP K/2 (67.500.000)
PKP/tahun 2.100.000

PPh 21 pr tahun = 5% x 2.100.000 = 105.000/tahun


PPh 21 per bulan = 105.000:12 = 8.750

Kalau sebagian bulan masih bekerja lalu sebagian bulan lagi penssiun yang diterima bulanan

Bahan Kuliah PPh pasal 21 : Genap 2019/2020 – Amelia Sandra 36


Perpajakan Lanjutan

Hitung penghasilan neto selama pension x banyaknya bulan selama pension XX


Penghasilan neto selama bekerja XX+
Penghasilan neto setahun XX
PTKP per tahun (XX)
PKP per tahun (bekerja +pension) XX

PPh 21 per tahun (bekerja+ pension) XX


PPh 21 selama bekerja (XX)
PPh 21 selama pension XX

PPh 21/bulan pension= PPh 21 selama pension: banyaknya bulan pensiun

Bahan Kuliah PPh pasal 21 : Genap 2019/2020 – Amelia Sandra 37

Anda mungkin juga menyukai