Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

“PENGARUH PROSES BERFIKIR KRITIS DAN PEMECAHAN


MASALAH DALAM KEPERAWATAN”

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Psikologi keperawatan

Dosen pengempu Ns. Yunus Adi Wijaya, S.Kep., M.Kep

Disusun oleh :

Yurida Ananda Aprillia

102081805

UNIVERSITAS TRIATMA MULYA

FAKULTAS KESEHATAN, SAINS DAN TEKNOLOGI

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

JEMBRANA

BALI

2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang, penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya
yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada penulis,
sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah untuk
memenuhi tugas Psikologi Keperawatan dengan judul “Proses berfikir kritis dan
pemecahan masalah keperawatan”. Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta
kekurangan di dalamnya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik serta saran dari
pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah
ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak baik teman
ataupun keluarga, khususnya kepada dosen Ns. Yunus Adi Wijaya, S.Kep.
M.Kep yang mengempu mata kuliah Psikologi Keperawatan yang telah
membimbing dalam penulisan makalah ini. Akhir kata saya berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Jembrana,24 Februari 2020

Penulis,

ii
DAFTAR ISI

JUDUL..............................................................................................................i
KATA PENGANTAR........................................................................................ii
DAFTAR ISI .....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusa Masalah..................................................................................2
C. Tujuan Penulis......................................................................................2
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat.................................................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI

A. Proses Berfikir
1. Definisi berfikir..................................................................................3
2. Jenis proses berfikir..........................................................................3
3. Langkah............................................................................................5
4. Model berfikir kritis............................................................................5
5. karakteristik.......................................................................................6
6. Manfaat berfikir kritis.........................................................................7
7. Hambatan proses berfikir..................................................................7
B. Pemecahan masalah
1. definisi pemecahan masalah.............................................................8
2. proses pemecahan masalah.............................................................8
3. strategi pemecahan masalah............................................................9
4. teknik pemecahan masalah..............................................................9
BAB III PEMBAHASAN

A. Berfikir kritis sebagai solusi dalam menghadapi berbagai masalah dalam


keperawatan
1. Teori.................................................................................................11
2. Opini dan analisis jurnal....................................................................11
3. Kesimpulan.......................................................................................12
4. Implikasi keperawatan......................................................................12
B. Comparison of effects of nursing care to problem solving training on levels
of depressive symptoms in post partum women
1. Teori.................................................................................................13
2. Opini dan analisis jurnal....................................................................13
3. Kesimpulan.......................................................................................14
4. Implikasi keperawatan......................................................................14
BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan...........................................................................................15
B. Saran....................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berpikir merupakan suatu keaktifan pribadi manusia yang
mengakibatkan penemuan yang terarah kepada suatu tujuan. Berpikir juga
merupakan suatu kegiatan mental untuk membangun dan memperoleh
pengetahuan. Dalam suatu proses pembelajaran, kemampuan berpikir
seorang perawat dapat dikembangkan dengan memperkaya pengalaman
yang bermakna melalui persoalan pemecahan masalah. Proses Berfikir
merupakan urutan proses mental yang terjadi secara alamiah atau
terencana dan sistematis pada konteks ruang, waktu dan media yang
digunakan serta menghasilkan suatu perubahan terhadap objek yang
mempengaruhinya. Proses berfikir merupakan suatu peristiwa mencampur,
mencocokkan, menggabungkan, menukar, dan mengurutkan konsep-
konsep, presepsi-presepsi serta pengalaman sebelumnya (Kuswana, 2011).
Berpikir kritis merupakan salah satu berpikir tingkat tinggi (higher order
thinking) merupakan gabungan dari berpikir kritis, berpikir kreatif, dan
berpikir pengetahuan dasar (Kurniasih, 2012). Dalam kamus lengkap
Bahasa Indonesia, ”masalah adalah sesuatu yang harus diselesaikan
(dipecahkan)”. Masalah dapat diartikan sebagai sesuatu yang mengganjal
dan belum dapat dipecahkan ataupun jarak yang ada antara harapan dan
kenyataan dan harus menemukan solusi (Anisa, 2014). Pemecahan
masalah sering dikenal dengan sebutan problem solving. Problem solving
berasal dari bahasa inggris yang terdiri dari problem artinya soal, masalah
atau persoalan dan solve artinya pemecahan masalah (Sholihah, 2015).
Jika sikap berfikir adalah untuk memecahkan masalah atau
persoalan (problem solving). Selanjutnya yang harus dilakukan adalah
mengatasi masalah itu. Ketika kita memiliki masalah, sering kali kita
menginginkan masalah itu cepat hilang dengan cara apapun tanpa
memikirkannya terlebih dahulu, sehingga hasil dari pemecahan masalah
yang ditemukan secara singkat itu tidak memuaskan bagi kita atau bahkan
menimbulkan masalah yang baru (Anisa, 2014).

1
Berpikir merupakan berbagai kegiatan yang menggunakan konsep
dan lambang sebagai pengganti objek dan peristiwa. Berpikir dapat
digolongkan ke dalam dua jenis yaitu : Pertama, Berpikir Asosiatif, yaitu
suatu ide merangsang timbulnya ide-ide lain. Kedua, adalah Berpikir
Terarah. Proses berpikir terarah adalah proses berpikir yang sudah
ditentukan sebelumnya dan diarahkan pada sesuatu, biasanya diarahkan
pada pemecahan suatu persoalan. Problem Solving, menurut istilah adalah
proses penyelesaian suatu permasalahan atau kejadian, upaya pemilihan
salah satu dari beberapa alternatif atau option yang mendekati kebenaran
dari suatu tujuan tertentu (Maulidya., 2018).
perawat merupakan penjalin kontak pertama dan terlama dengan
pasien, juga sebagai seorang praktisi yang berpendidikan diharapkan
mempunyai kemampuan intelektual untuk menggunakan pemikiran rasional
dan refektif saat perawat mempertimbangkan pengamatan dan informasi
tentang kondisi masing-masing pasien. Maraknya issue etik yang banyak
terjadi sekarang ini, menuntut semua tim kesehatan termasuk perawat untuk
memiliki pengetahuan lebih dan berpikir kritis. Itulah mengapa penulis
mengangkat makalah yang berjudul “proses berfikir kritis dan pemecahan
masalah dalam keperawatan”.
B. Rumusan Masalah
Dari permasalahan yang telah diuraikan pada latar belakang maka
permasalahan penelitian ini adalah membahas proses berfikir dan
pemecahan masalah, utamanya berfikir kritis karena sebagai perawat harus
kritis dalam mengatasi masalah keperawatan
C. Tujuan penulisan
1. Umum
Untuk mengetahui dan menambah ilmu tentang proses berfikir kritis dan
pemecahan masalah dalam keperawatan
2. Khusus
a. Untuk mengetahui lebih mendalam tentang proses berfikir
b. Untuk mengetahui pemecahan masalah secara tepat
D. Manfaat Penulisan
Dari tujuan yang diatas diharapkan penulisan ini dapat memberi manfaat
kepada para pembaca, yaitu
a. Bagi pembaca

2
Pembaca dapat mengerti dari penulisan makalah ini, dan dapat
pengetahuan baru serta dapat di gunakan sebagai pedoman tentang
proses berfikir kritis dan pemecahan masalah
b. Bagi penulis
Dapat mengembangkan wawasan dan pengetahui bagaimana berfikir
kritis dan melakukan pemecahan masalah

3
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Proses berpikir
1. Definisi Berfikir / proses berfikir
Arti kata dasar “pikir” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah akal
budi, ingatan dan angan-angan. “Berpikir” artinya menggunakan akal budi
untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu, menimbang-nimbang
dalam ingatan (Kuswana, 2011). Proses berpikir merupakan urutan proses
mental yang terjadi secara alamiah atau terencana dan sistematis pada
konteks ruang, waktu dan media yang digunakan, serta menghasilkan suatu
perubahan terhadap objek yang mempengaruhinya. Proses berpikir
merupakan suatu peristiwa mencampur, mencocokkan, menggabungkan,
menukar, dan mengurutkan konsep-konsep persepsi-persepsi, serta
pengalaman sebelumnya (Kuswana, 2011).
Thinking creates “thoughts” by associating sensory and/or motor items,
some of which are memorized, and others that are present in experience.
Dengan demikian, berpikir akan menciptakan "pikiran" dengan
mengasosiasikan barang sensorik dan motorik yang beberapa di antaranya
diingat dan ada pula yang hadir dalam pengalaman (Glatzeder, 2010).
Berpikir kritis merupakan salah satu berpikir tingkat tinggi (higher order
thinking) merupakan gabungan dari berpikir kritis, berpikir kreatif, dan
berpikir pengetahuan dasa (Kurniasih, 2012). Berpikir kritis adalah proses
kognitif yang aktif dan terogganisasi yang digunakan untuk mengetahui
pikiran pikiran seseorang dan pemikiran terhadap orang lain (Potter, 2010).
2. Jenis proses berfikir
Proses berpikir itu sendiri dapat kita golongkan kedalam dua jenis yaitu
berpikir asosiatif dan berpikir terarah (Wirawan.. 2010).
a. Berpikir asosiatif yaitu proses berpikir dimana suatu suatu ide
merangsang timbulnya ide-ide lain. Jalan pikiran dalam proses berpikir
asosiatif tidak ditentukan atau diarahkan sebelumnya. Jadi, ide-ide itu
timbul atau terasosiasi (terkaitkan) dengan ide sebelumnya secara
spontan. Jenis berpikir ini disebut juga jenis berpikir divergen (menyebar)
atau kreatif, umumnya pada para pencipta, penemu, penggagas dan

4
sebagainya dalam bidang ilmu, seni, pemasaran, dan sebagainya. Jenis-
jenis berpikir asosiatif adalah :
1) Asosiasi bebas yaitu satu ide akan menimbulkan ide mengenai hal lain
yaitu hal apa saja tanpa ada batasnya.
2) Asosiasi terkontrol yaitu satu ide tertentu akan menimbulkan ide
mengenai hal lain dalam batas-batas tertentu saja.
3) Melamun yaitu menghayal bebas, sebebas-bebasnya tanpa batas,
juga mengenai hal-hal yang tidak realistis.
4) Mimpi yaitu ide-ide tentang berbagai hal yang timbul secara tidak
disadari pada waktu tidur.
5) Berpikir artistik merupakan proses berpikir yang sangat subjektif, jalan
pikiran sangat dipengaruhi oleh pendapat dan pandangan diri pribadi
tanpa menghiraukan keadaan sekitar.
b. Berpikir terarah yaitu jenis berpikir yang sudah ditentukan sebelumnya
dan diarahkan pada sesuatu, biasanya diarahkan pada pemecahan suatu
persoalan. Jenis berpikir ini juga disebut sebagai jenis berpikir konvergen.
Proses berpikir dibedakan menjadi tiga macam (Retna, 2013).
1) Proses berpikir konseptual merupakan cara berpikir siswa yang selalu
menyelesaikan atau memecahakan masalah dengan menggunakan
konsep yang dimiliki sesuai hasil pemahamannya selama ini.
2) Proses berpikir semikonseptual merupakan cara berpikir siswa yang
cenderung dalam menyelesaikan masalah menggunakan konsep tetapi
kurang memahami konsep tersebut sehingga dalam menyelesaikan
masalah dicampur dengan cara penyelesaian yang menggunakan
intuisi
3) proses berpikir komputasional merupakan cara berpikir yang pada
umumnya dalam menyelesaikan masalah cenderung mengandalkan
intuisi dan tidak menggunakan konsep.
Dalam buku Khodijah “Psikologi Belajar” membagi dua jenis berfikir, yaitu
berfikir autistik dan berfikir langsung. Berfikir austik atau austic thinking yaitu
proses berfikir yang sangat pribadi menggunakan simbol-simbol dengan
makna yang sangat pribadi, contohnya mimpi. Sedangkan berfikir langsung
atau directed thinking yaitu berfikir untuk memecahkan masalah.
Selanjutnya, menurut Kartono dalam buku “Psikologi Belajar” karangan

5
Khadijah mengemukakan bahwa terdapat enam pola berpikir (Khodijah,
2014).

a. Berpikir konkret, yaitu berpikir dalam dimensi ruang, waktu, dan tempat
tertentu.
b. Berpikir abstrak, yaitu berpikir dalam ketidak berhinggaan, sebab bisa
dibesarkan atau disempurnakan keluasannya
c. Berpikir klasifikatoris, yaitu berpikir mengenai klasifikasi atau pengaturan
menurut kelas-kelas tingkat tertentu
d. Berpikir analogis, yaitu berpikir untuk mencari hubungan antar peristiwa
atas dasar kemiripannya
e. Berpikir ilmiah, yaitu berpikir dalam hubungan yang luas dengan
pengertian yang lebih kompleks disertai pembuktian-pembuktian
f. Berpikir pendek, yaitu lawan berpikir ilmiah yang terjadi secara lebih
cepat, lebih dangkal dan sering kali tidak logis.
3. Langkah-langkah proses berpikir
Proses atau jalannya berpikir itu pada pokoknya ada tiga langkah, yaitu
pembentukan pengertian, pembentukan pendapat, dan penarikan
kesimpulan (Suryabrata, 2013).
a. Pembentukan pengertian
Menganalisis ciri-ciri dari sejumlah unsur-unsurnya satu demi satu,
mebandingkan ciri tersebut untuk ditemukan ciri yang berbeda,
mengabstraksikan yaitu menyisihkan ciri yang berbeda tadi
b. Pembentukan pendapat
c. Pembentukan keputusan
4. Model berfikir kritis
Dalam berfikir kritis terdapat berbagai model menurut (Glatzeder, 2010).
yaitu:
a. Ingatan total (T)
Berarti mengingat atau mempelajari beberapa fakta atau tempat dan
bagaimana cara untuk menemukannya ketika dibutuhkan. Fakta-fakta ini
disimpan dalam ingatan atau pikiran, baik untuk jangka pendek maupun
jangka panjang. Memori merupakan suatu proses yang kompleks.
Beberapa orang dapat mengingat banyak fakta-fakta yang tampaknya
asing tanpa berupaya keras, sementara orang lain harus berupaya keras.
b. Kebiasaan (H)

6
Kebiasaan adalah pendekatan berfikir yang sering kali diulang sehingga
menjadi sifat alami kedua. Kebiasaan menghasilkan cara-cara yang dapat
diterima dalam melakukan segala hal. Kebiasaan memungkinkan
seseorang melakukan suatu tindakan tanpa harus memikirkan sebuah
metode dari setiap kali ia akan bertindak.
c. Penyelidikan (I)
Penyelidikan adalah memeriksa isu secara sangat mendetail dan
mempertanyakan isu yang mungkin segera tampak dengan jelas. Apabila
anda menggunakan tingkat pertanyaan ini dalam situasi social, anda akan
disebut terlalu memaksa. Penyelidikan termasuk menggali dan
mempertanyakan segala hal terutama asumsi pribadi seseorang dalam
situasi tertentu. Penyelidikan berarti tidak menilai sesuatu berdasarkan
bentuk luarnya, mencari factor-faktor yang kurang jelas, meragukan
semua pesan pertama, dan memeriksa segala sesuatu walaupun hal
tersebut tampak tidak bermakna
d. Ide baru atau kreativitas (N)
Ide baru kreativitas merupakan model berfikir yang sangat khusus bagi
anda. Ide baru dan kreativas sangat penting dalam keperawatan karena
merupakan akar dari asuhan yang diindividualisasikan atau asuhan yang
sesuai dengan spesifikasi klien. Banyak hal yang dipelajari perawat yang
harus digabungkan, disesuaikan, dan dikerjakan ulang untuk
menyesuaikan dengan setiap situasi klien yang unik.
e. Mengetahui bagaimana anda berfikir (K)
Bagaimana anda berfikir adalah model T.H.I.N.K. yang terakhir, tetapi
bukan tidak penting, berarti berfikir tentang pemikiran seseorang. Befikir
tentang pemikiran disebut metakognisi sebuah kata yang terdiri dari
awalan, meta yang berarti diantara atau ditengah-tengah dari, dan kognisi
yang berarti proses mengetahui. Apabila anda berada ditengah-tengah
proses mencari tahu, anda akan mengetahui bagaimana anda berfikir.
mengetahui bagaimana anda berfikir tidak sederhana seperti yang
terdengar. Sebagaian besar kita hanya berfikir, kita tidak menghabiskan
banyak waktu untuk merenungkan bagaimana kita berfikir.
5. Karakteristik berfikir kritis
Ada delapan karakteristik berpikir kritis (Santoso, 2014).

7
a. merumuskan pernyataan, jangan hanya menanyakan tentang apa yang
terjadi, tetapi tanyakan juga tentang bagaimana dan mengapa
b. membatasi permasalahan
c. menguji data-data, bahwa kadang-kadang ada lebih dari satu jawaban
untuk satu pertanyaan
d. menganalisis berbagai pendapat, dengan membandingkan berbagai
jawaban, untuk satu jawaban, kemudian membuat penilain untuk jawaban
yangbenar-benar terbaik
e. menghindari pertimbangan emosional, perdebatan dilakukan dengan
rasional
f. menghindari yang berlebihan, perlu dikaji fakta untuk mengetahui apakah
ada bukti-bukti yang mendukungnya
g. mempertimbangkan berbagai interprestasi, dan
h. mentoleransi ambiguitas.
6. Manfaat berfikir kritis bagi perawat
Secara garis besar manfaat berpikir kritis bagi perawat adalah (Sam., 2015).
a. Penerapan profesionalisme.
Seorang pemikir yang baik tentu juga seorang perawat yang baik.
Diperlukan oleh perawat, karena : Perawat setiap hari mengambil
keputusan, Perawat menggunakan keterampilan berfikir : menggunakan
pengetahuan dari berbagai subjek dan lingkungannya dan menangani
perubahan yang berasal dari stressor lingkungan
b. Penting dalam membuat keputusan.
Menurut Mz.Kenzie Critical thinking ditujukan pada situasi, rencana,
aturan yang terstandar dan mendahului dalam menggunakan pengeta-
huan untuk mengembangkan hasil yang diharapkan keterampilan guna
mensintesa ilmu yang dimiliki untuk memilih tindakan.
c. Argumentasi dalam keperawatan Sehari-hari perawat dihadapkan pada
situasi harus berargumentasi untuk menentukan, menjelaskan kebenaran,
mengklarifikasi isu, memberikan penjelasan, mempertahankan terhadap
suatu tuntutan/tuduhan.
7. Hambatan dalam proses berfikir
Dalam proses berpikir adanya titik tolak yang dijadikan titik awal dalam
berfikir itu. Berpikir bertitik tolak pada masalah yang dihadapi oleh
seseorang. Hal-hal atau fakta-fakta dapat dijadikan titik tolak dalam

8
pemecahan masalahnya. Dalam proses berfikir tidak selalu berlangsug
dengan begitu mudah, seiring orang menghadapi hambatan-hambatan
dalam proses berpikirnya. Memecahkan masalah hitungan 6 x 7 akan lebih
mudah apabila dibandingkan dengan memecahkan soal-soal statistika
misalnya. Hambatan-hambatan yang mungkin akan timbul dalam proses
berpikir diantaranya yaitu (Bimo., 2010).
a. Data yang kurang sempurna sehingga masih banyak lagi data yang
harus diperoleh
b. Data yang ada dalam keadaan confuse, data yang satu bertentangan
dengan data yang lain sehingga hal ini akan membingungkan dalam
proses berfikir
c. Gangguan-gangguan dari lingkungan yang membuyarkan focus pkiran
B. Pemecahan masalah
1. Definisi Pemecahan masalah
Dalam kamus lengkap Bahasa Indonesia, ”masalah adalah sesuatu yang
harus diselesaikan (dipecahkan)”. Masalah dapat diartikan diartikan sebagai
sesuatu yang mengganjal dan belum dapat dipecahkan ataupun jarak yang
ada antara harapan dan kenyataan dan harus menemukan solusi (Anisa,
2014). Pemecahan masalah sering dikenal dengan sebutan problem solving.
Problem solving berasal dari bahasa inggris yang terdiri dari problem artinya
soal, masalah atau persoalan dan solve artinya pemecahan masalah
(Sholihah, 2015).
2. Proses pemecahan masalah
(Woolfolk, 2010).mengemukakan bahwa dalam pemecahan masalah ada 4
langkah ditempu yaitu :
a. Memahami masalah, langkah pertama atasi masalah yang sedang
dihadapi secara tepat
b. Menyeleksi solusi, setelah menentukan akar masalah yang sedang
dihadapi maka langkah berikutnya adalah menentukan rencana
c. Memutuskan rencana, pada tahap ini ditandai dengan pemilihan suatu
rencana matang untuk memecahkan suatu masalah. Memutuskan suatu
masalah suatu rencana berarti seseorang telah mempertimbangkan
semua kemungkinan dari masing-masing solusi yang ada dan memilih
solusi yang dianggap terbaik dari sekian banyaknya solusi yang ada.

9
d. Mengevaluasi hasil tahapan selanjutnya, adalah mengevaluasi hasil yang
telah tercapai. Pada tahap ini memberi atau mengeluarkan fakta-fakta
baik yang menguatkan maupun yang melemahkan pilihan-pilihan yang
telah ada.
3. Strategi pemecahan masalah
Pada proses pemecahan masalah sangat ditentukan oleh kemampuan untuk
berpikir terarah, disisi lain untuk dapat memecahkan masalah diperlukan
penyusunan strategi (Agustina, 2014). Strategi umum dalam memecahkan
persoalan, yaitu :
a. Strategi menyeluruh, persoalan dipandang sebagai suatu keseluruhan
dan coba dipecahkan dalam rangka keseluruhan. Cara ini lebih efektif,
lebih cepat dan berguna apabila waktunya terbatas, karena hal-hal yang
sama pada beberapa bagian dapat diatasi sekaligus.
b. Strategi detailistis, disini persoalan dibagi-bagi dalam bagian-bagian dan
coba dipecahkan bagian demi bagian
4. Tekhnik pemecahan masalah
a. Mengerti akan Konsep
Mengerti akan konsep bahasa, dimana bahasa dalam hubungannya
dengan perkembangan berbicara berfungsi sebagai instrument, regulasi,
interpersonal, personal, heuristic, imaginative dan informative. Berbicara
dan atau berbahasa dapat dilakukan secara lisan, tulisan atau isyarat,
manusia mengucapkan kata-kata dan kalimat dengan cara tertentu dan
setiap cara berbicara memberikan maksud tersendiri atau pesan
paralinguistic.
b. Pengertian Bahasa
definisi fungsional bahasa adalah alat yang dimiliki bersama untuk
mengucapkan gagasan. Definisi formal, bahasa sebagai semua kalimat
yang terbayangkan yang dapat dibuat menurut peraturan tata bahasa.
Perkembangan bahasa merupakan proses yang majemuk, yaitu
membantu mengorganisasi persepsi, mengarahkan berpikir, mengontrol
tindakan, membantu memory dan mengubah emosional
c. Dapat Mengerti Hubungan antara Berfikir, Berbicara dan Berbahasa
berbahasa dan berbicara, disini terjadi melalui proses kerja otak dalam
bentuk pikiran yang diproses ke dalam bahasa dan direalisasikan dalam
berbicara.

10
BAB III
PEMBAHASAN

A. PENGARUH BERFIKIR KRITIS TERHADAP KEMAMPUAN PERAWAT


PELAKSANA DALAM MELAKUKAN ASUHAN KEPERAWATAN

1. Teori
Berfikir kritis merupakan proses berpikir dengan terperinci dalam
memikirkan suatu peristiwa,tindakan.dan pemecahan suatu masalah
dengan tujuan mewujudkan hasil berpikir yang baik,dan berpikir kritis
dalam keperawatan adalah proses berpikir dalam keperawatan dengan
terperinci dengan benar benar mempertimbangkan baik buruknya dalam
memberikan layanan kesehatan,yaitu memberi layanan asuhan
keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan
2. Analisis
Jurnal dibuat oleh Kiki Deniati , Ria Anugrahwati , Tini Suminarti.
Jurnal Kesehatan Holistik (The Journal of Holistic Healthcare), Volume
12, No.1, Januari 2018: 21-25
Penelitian ini bertujuan untuk diketahuinya pengaruh berfikir kritis
terhadap kemampuan perawat pelaksana dalam melakukan asuhan
keperawatan. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan
cross sectional dengan jumlah sampel 104 perawat pelaksana, dengan
tehnik pengambilan sampel total sampling. Analisis statistic yang
digunakan yaitu Chi-Squar. Hasil penelitian dinyatakan ada pengaruh
berfikir kritis terhadap kemampuan perawat pelaksana dalam melakukan
asuhan keperawatan.
Berpikir kritis merupakan hal yang tidak asing lagi untuk di dengar
sekarang ini. Berpikir kritis menjadi salah satu hal yang diharapkan
mampu meningkatkan kualitas pelayanan asuhan keperawatan. Seorang
perawat yang bekerja lebih lama akan sangat mudah dapat berpikir kritis
dikarenakan belajar dari pengalaman pengalaman lalu yang
didapatkannya sehingga tingkat pengetahuan juga akan meningkat,
tetapi Pembelajaran ,dan pengalaman tidak dapat dipisahkan karna
sama sama dibutuhkan untuk mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan perawat dalam mengenali, melaporkan, dan menanggapi
masalah pasien.

11
3. Opini penulis
Perawat yang selalu berpikir kritis atau kreatif akan selalu melihat dan
memecahkan masalah dengan sudut pandang yang berbeda dan
mempertimbangkan dengan mendalam setiap masalah yang akan
diambil demi kebaikan pasien, dan diri. Perawat yang memiliki
kemampuan berpikir kritis akan menunjukkan sikap percaya diri,
berpandangan konseptual, kreatif, fleksibel, rasa ingin tahu, berpikiran
terbuka, tekun dan reflektif.
4. Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah Perawat yang berfikir kritis
berpeluang lebih besar untuk mampu melakukan asuhan keperawatan
dengan baik jika dibandingkan dengan perawat yang kurang berfikir
kritis. Ada pengaruh lama kerja terhadap kemampuan perawat
pelaksana dalam melakukan asuhan keperawatan dan lama kerja
merupakan factor dominan dari counfounding terhadap kemampuan
perawat pelaksana dalam melakukan asuhan keperawatan dan
didapatkan bahwa perawat yang memiliki lama kerja ≥ 10 tahun
berpeluang lebih besar untuk mampu melakukan asuhan keperawatan
dengan baik dibandingkan dengan perawat yang lama kerjanya < 10
tahun. Diharapkan Rumah Sakit mengembangkan program jurnal
reading dan menjadikan budaya baca riset-riset keperawatan baik
nasional maupun internasional sebagai penambahan ilmu pengetahuan
dan kebutuhan bagi perawat pelaksana serta selalu mengasah dan
melatih kemampuan berfikir kritis melalui pelaksanaan ronde
keperawatan.
5. Implikasi keperawatan
Dalam penerapan berpikir kritis dalam proses keperawatan, maka
seorang praktisi keperawatan akan selalu bertanya dan menjawab
tentang “what, who, where, why, dan how” dalam setiap tahap proses
keperawatan. Dalam menjalankan askep perawat dituntut untuk dapat
berperan sebagai pembuat keputusan etik dengan berdasarkan pada
nilai moral yang diyakini dengan penekanan pada hak pasien untuk
mendapat otonomi, menghindari hal-hal yang merugikan pasien, dan
keuntungan askep, yaitu meningkatkan kesejahteraan pasien. Perawat
juga harus terlibat dalam perumusan rencana pelayanankesehatan di

12
tingkat kebijakan.perawat harus mempunyai suara untuk didengar oleh
para pemegang kebijakan dan harus aktif dalam gerakan yang bertujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan klien.

B. Comparison of effects of nursing care to problem solving training on


levels of depressive symptoms in post partum women

1. Teori
Istilah ini, depresi pasca persalinan, digunakan untuk menggambarkan
rangkaian gejala depresi dan diagnosa yang terjadi dalam minggu
hingga bulan setelah melahirkan. Pasca persalinan adalah masa yang
dimulai dari persalinan dan berakhir kira-kira setelah 6 minggu, tetapi
seluruh alat genital baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan
dalam waktu 3 bulan
2. Analisis
Jurnal dibuat oleh Ayfer Tezel, Sebahat Gozum. pada 25 agustus
2005.
Di dalam jurnal diatas bisa disimpulkan bahwa peran perawat sangat
penting dalam menangani wanita pascapersalinan agar tidak depresi
dan stress, masih berhubungan dengan jurnal yang diatas perawat
dituntut harus bisa berfikir secara kritis dan memecahkan masalah
secara tepat. Di jurnal ini pemecahan masalahnya menggunakan
metode konseling untuk membantu wanita yang mengalami depresi,
para pelatih professional kesehatan konseling menekankan pentingnya
mendengarkan dan memberi semangat dan mendorong wanita untuk
membuat keputusan sendiri. Mereka diajar teknik seperti dorongan dan
refleksi non-verbal dan merefleksikan kembali konten komunikasi. Dalam
hal ini,secara signifikan lebih banyak wanita pulih dari depresinya.
Contoh lain dari dukungan postpartum yang telah dipelajari, khususnya
di Eropa, adalah apa yang telah disediakan melalui kunjungan rumah
perawat atau bidan. Tiga uji coba terkontrol secara acak telah
menunjukkan manfaat dari jenis intervensi ini. Dalam studi pertama, 41
ibu yang depresi secara acak ke kelompok kontrol atau kelompok
perlakuan; peserta kelompok perlakuan menerima 6 kunjungan
konseling mingguan oleh perawat Klinik Kesehatan Anak, yang bertindak
sebagai pendengar yang mendukung. Dibandingkan dengan kelompok

13
kontrol, kelompok perlakuan mengalami kenaikan yang lebih tinggi
tingkat pemulihan dari depresi pascapersalinan (dari 25 menjadi 80%).
Uji coba kedua mengevaluasi manfaat seorang perawat
program kunjungan rumah untuk 181 wanita dengan situasi keluarga
yang kurang baik. Kunjungan dilakukan setiap minggu selama 6 minggu.
Selama kunjungan mereka, perawat memberikan panduan tentang
masalah pengasuhan anak, memfasilitasi akses ke layanan masyarakat,
dan memberi penguatan positif untuk kesuksesan yang diraih. Disini
juga, kelompok perlakuan menunjukkan hasil yang lebih baik daripada
kontrol kelompok. Sebuah studi acak di Turki, ditemukan masalah
psikologis dan fisik pascapersalinan adalah menurun berkat pendidikan
tentang kemungkinan masalah postpartum dan tindak lanjut pada
periode postpartum oleh seorang perawat.
3. Opini penulis dari jurnal ini adalah ibu yang sedang dalam proses pasca
melahirkan memang rentan terkena depresi oleh karena itu kunjungan
perawat memang sangat diperlukan
4. Kesimpulan
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa perawatan dan
pelatihan pemecahan masalah dapat digunakan dengan percaya diri
dalam pengaturan perawatan primer oleh perawat untuk wanita dengan
gejala depresi pascamelahirkan. Wanita dengan gejala depresi
postpartum mungkin mengalami kesulitan fisik, perkawinan, orang tua,
social pada periode postpartum. Ibu yang mengalami gejala depresi
pascapersalinan umum terjadi di turki dan banyak yang dapat di
diagnose pada kunjungan pascamelahirkan pertama oleh perawat
kesehatan masyarakat menggunakan alat skrining standard.
Dengan intervensi keperawatan yang sesuai, gejala depresi dapat
dikurangi dan efek buruknya berkurang. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa tingkat gejala depresi pascapersalinan menurun dengan asuhan
keperawatan yang tepat.
5. Implikasi keperawatan
Perawat berperan penting dalam pendeteksiannya dan dapat
mengurangi gejala depresi. Perawat kesehatan masyarakat dilengkapi
dengan jalur perawatan yang menangani kebutuhan kesehatan khusus
wanita yang mengalami depresi dalam pengaturan perawatan primer.

14
Adanya gejala depresi secara signifikan mempengaruhi kualitas hidup
seseorang. Dengan membuat orang-orang ini paham dengan
keterampilan memecahkan gejala depresi, seseorang dapat
meningkatkan keterampilan koping, sehingga mengarah pada
penurunan gejala depresi, sehingga berdampak pada kehidupan mereka
secara positif. Keterampilan yang efektif untuk memecahkan masalah
interpersonal dan sosial yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari
dianggap penting untuk kesejahteraan pribadi. Dengan intervensi
keperawatan yang sesuai, gejala depresi dapat dikurangi dan efek
buruknya berkurang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat
gejala depresi pascapersalinan berkurang dengan perawatan yang tepat
dan penyelesaian masalah pendidikan berguna untuk pengurangan
gejala depresi.

15
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan
Proses berpikir merupakan urutan proses mental yang terjadi secara
alamiah atau terencana dan sistematis pada konteks ruang, waktu dan
media yang digunakan, serta menghasilkan suatu perubahan terhadap objek
yang mempengaruhinya. berpikir kritis merupakan salah satu berpikir tingkat
tinggi (higher order thinking) merupakan gabungan dari berpikir kritis,
berpikir kreatif, dan berpikir pengetahuan dasar. Berpikir dibagi menjadi
beberapa jenis yaitu asosiatif dan terarah, Berpikir digambarkan dengan
model T.H.I.N.K, ada delapan karakteristik berfikir, terdapat pula manfaat
berfikir bagi perawat dan hambatannya
Pemecahan masalah sering dikenal dengan sebutan problem solving.
Problem solving berasal dari bahasa inggris yang terdiri dari problem artinya
soal, masalah atau persoalan dan solve artinya pemecahan masalah. Ada 4
langkah proses pemecahan masalah, strategi pemecahan masalah dibagi
menjadi dua yaitu menyeluruh dan detailistis, dan dijelaskan juga tiga teknik
pemecahan masalah
B. Saran
Saya berharap, setelah apa yang saya kemukakan, bisa diambil manfaatnya
oleh semua yang membacanya khususnya mahasiswi keperawatan dan
saya menerima kritik dari pembaca karena saya tau makalah yang saya buat
masih jauh dari kata sempurna.

16
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Musdi, fauzan. . (2014). Penerapan Strategi Pemecahan Masalah untuk


Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Kelas VII
SMP Negeri 7 Padang (Vol. 3): Jurnal Pendidikan Matematika.
Anisa, Witri Nur. . (2014). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan
Komunikasi Matematik Melalui Pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik
Untuk Siswa SMP Negeri di Kabupaten Garut. Jurnal Pendidikan dan Keguruan,
1, 8.
Bimo., Prof. Dr. Walgito. (2010). Pengantar Psikologi Umum, p. 191.
Glatzeder, Britt. M. (2010). Towards a Theory of Thinking On Thinking. New York.
Springer
Khodijah, Nyayu. . (2014). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
Kurniasih, Ary Woro. . (2012). Scaffolding sebagai Alternatif Upaya Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis Matematika. Jurnal Kreano, 3.
Kuswana, W. (2011). Taksonomi Berpikir Bandung: Remaja Rosdakarya.
Maulidya., Anita. (2018). berfikir dan problem solving Sekolah Tinggi Agama Islam
Raudhatul Akmal (STAI.RA).
Potter, P. A dan Perry, A. G. . (2010). Fundamental Keperawatan. Elsevier: Salemba
Medika, 7.
Retna, Milda., Lailatul Mubarokah, dan Suhartatik. (2013). The Student Thinking Process
In Solving Math Story Problem (Vol. 1).
Sam. (2015). Manfaat Berfikir Kritis dan Metode Mencapainya. 7.
Santoso, W. . (2014). lmu Sosial di Indonesia: Perkembangan dan Tantangan

Sholihah, Faridhotus. . (2015). Analisis kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam


Pemecahan Masalah Tulungagung.
Suryabrata, Sumadi. (2013). Psikologi Pendidikan
Wirawan.. (2010). Konflik dan Manajemen Konflik: Teori. Aplikasi, dan Penelitian

Woolfolk, A. E. & Nicolich, L. M. (2010). Educational Psychology for Teachers.

17

Anda mungkin juga menyukai