Anda di halaman 1dari 89

PENGOLAHAN BAHAN ASPAL MENJADI

LAPIS PERKERASAN JALAN

PENDAHULUAN

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM


PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Nama Ir. SAKTYANU P S DERMOREDJO, MEngSc.

Latar Bekerja di Ditjen Bina Marga Dept. PU,


Belakang Dalam Perencanaan & Supervisi Jalan sejak 1980
• S1 Teknik Sipil, Institut Teknologi Bandung. 1979
• Pasca Sarjana Jalan Raya PU-ITB. Bandung 1980
Pendidikan • S2 Geoteknik, University of New South Wales,
Sydney, Australia. 1992

Jabatan • Widyaiswara Madya Bidang Jln & Jbt Sejak 2007


Saat ini

Alamat saktyanu54@gmail.com 0811875557

Riwayat • Staf Teknik di Subdit Teknik Jalan & Jbt. 1981-1994


Jabatan • Kepala Seksi Perencanaan Geometrik. 1994-1998
• Kepala Seksi Diseminasi Standar 1998-1999
• Analis Kebijakan, Kementerian Negara PU. 1999-2001
• Pejabat Fungsional Teknik Jln & Jbt Madya 2001-2007
• Tenaga Fungsional pada BPJT 2005-2007
• Widyaswara Madya Bid Jalan & Jembatan 2007- sekarang
TUJUAN UMUM

Setelah selesai mengikuti modul


ini, peserta diharapkan dapat
menjelaskan bagaimana
mengolah bahan aspal menjadi
perkerasan jalan.

3
TUJUAN KHUSUS

Setelah mengikuti modul ini diharapkan


peserta dapat menjelaskan bagaimana :
1. Memeriksa hasil pekerjaan tanah dasar
2. Memeriksa hasil pelaksanaan pekerjaan
galian.
3. Memeriksa hasil pelaksanaan pekerjaan
timbunan.

4
TIPIKAL
STRUKTUR PERKERASAN JALAN

HRS-WC
Tack Coat
HRS-BC
Prime Coat

Agregat Kls.A

Agregat Kls.B

Tanah Dasar

10/03/2014 I KetutPengujian
DarsanaLaboratorium
- Puslitbang Jalan Dasar
untuk Tanah dan Jembatan 5
SIFAT SIFAT ASPAL BETON

Apa yang perlu diketahui ?

1. Fungsi dan Kemampuan Aspal


2. Karakteristik Campuran Aspal Beton
3. Sifat Agregat yang mempengaruhi campuran
Aspal
4. Pemeriksaan dengan alat Marshall

6
I. Fungsi dan Kemampuan Aspal

 Aspal yang dipergunakan pada konstruksi


perkerasan jalan berfungsi sebagai berikut :
 Bahan pengikat, memberikan ikatan yang kuat antara
aspal dan agregat dan antara aspal itu sendiri.
 Bahan pengisi, mengisi rongga antara butir-butir
agregat dan pori-pori yang ada dari agregat itu sendiri.
 Karena itu, untuk dapat berfungsi sebagai bahan
pengikat dan bahan pengisi, aspal haruslah
mempunyai kemampuan daya tahan (tidak
cepat rapuh) terhadap cuaca, mempunyai adhesi
dan kohesi yang baik dan memberikan sifat
elastis yang baik.

7
Kemampuan Aspal

a). Daya tahan (durability) aspal.

 Adalah kemampuan aspal mempertahankan


sifat asalnya akibat pengaruh cuaca selama
masa pelayanan jalan. Sifat ini merupakan sifat
dari campuran aspal, yang tergantung dari sifat
agregat yang terseliputi aspal, tergantung juga
dengan faktor pelaksanaan. Sifat ini dapat
diperkirakan dalam pemeriksaan Thin Film
Oven Test (TFOT).
8
Kemampuan Aspal

b). Adhesi dan Kohesi Aspal.

 Sifat Adhesi aspal adalah kemampuan aspal


untuk mengikat agregat sehingga dihasilkan
ikatan yang baik antara agregat dengan
aspal, sedangkan Kohesi aspal adalah
kemampuan aspal untuk tetap
mempertahankan agregat tetap
ditempatnya setelah terjadi pengikatan.

9
Kemampuan Aspal

c). Kepekaan terhadap temperatur.

 Aspal adalah material yang


termoplastis,berarti akan menjadi keras
atau lebih kental jika temperatur berkurang,
dan akan lunak atau cair jika temperatur
bertambah. Sifat ini dinamakan kepekaan
terhadap perubahan temperatur.

10
Kemampuan Aspal
d). Kekerasan Aspal.

 Aspal pada proses pencampuran dipanaskan dan dicampur


dengan agregat sehingga agregat dilapisi aspal atau aspal
panas disiramkan kepermukaan agregat yang telah
disiapkan pada proses pelaburan.
 Setelah campuran aspal tergelar dan dipadatkan, maka
terjadi proses oksidasi yang akan menyebabkan aspal
menjadi getas (viskositas bertambah tinggi), ini adalah
proses perapuhan.
 Jadi selama masa pelayanan aspal mengalami oksidasi dan
polimerisasi yang besarnya dipengaruhi juga oleh
ketebalan aspal yang menyelimuti agregat.
 Semakin tipis lapisan aspal, semakin besar tingkat
kerapuhan yang terjadi. 11
II. SIFAT AGREGAT yang
mempengaruhi campuran
aspal
 Sifat dan kualitas agregat menentukan
kemampuannya dalam memikul beban lalu lintas.
 Agregat dengan kualitas dan sifat yang baik
dibutuhkan untuk lapisan permukaan yang
langsung memikul beban lalu lintas dan
menyebarkan ke lapisan dibawahnya.
 Sifat agregat yang menentukan kualitas sebagai
bahan konstruksi perkerasan jalan dapat dibagi
dalam 3 kelompok, yaitu :

12
a). Kekuatan dan keawetan (strength
and durability) lapisan perkerasan
dipengaruhi oleh :
• Gradasi
• Ukuran maksimum
• Kadar Lempung
• Kekerasan dan ketahanan (toughness atau
durability)
• Bentuk butir
• Tekstur permukaan

13
b). Kemampuan dilapisi aspal
dengan baik
dipengaruhi oleh :

• Porositas
• Kemungkinan basah
• Jenis Agregat.

14
Kemudahan dalam pelaksanaan

dan menghasilkan lapisan yang nyaman dan


aman, dipengaruhi oleh :
• Tahanan Geser (skid resistance)
• Campuran yang memberikan kemudahan
dalam pelaksanaan (bituminous mix
workability)

15
1. Gradasi.

 Gradasi atau distribusi partikel-partikel


berdasarkan ukuran agregat mempengaruhi
besarnya rongga antar butir yang akan
menentukan stabilitas dan kemudahan
dalam proses pelaksanaan.

 Gradasi agregat dapat dibedakan atas :

16
1. Gradasi.
 Gradasi seragam, terbuka (uniform graded),

 adalah agregat dengan ukuran yang hampir


sama/sejenis atau mengandung agregat halus
yang sedikit jumlahnya sehingga tidak dapat
mengisi rongga antar agregat.
 Agregat dengan gradasi seragam akan
menghasilkan lapisan perkerasan dengan sifat
permeabilitas tinggi, stabilitas kurang, berat
volume kecil.

17
1. Gradasi.
 Gradasi rapat (dense graded),

 merupakan campuran agregat kasar dan halus


dalam porsi yang berimbang, sehingga
dinamakan juga agregat bergradasi baik (well
graded).

 Agregat dengan gradasi rapat akan


menghasilkan lapisan perkerasan dengan
stabilitas tinggi, kurang kedap air (sifat
drainase jelek) dan berat volume besar.
18
1. Gradasi
 Gradasi senjang (gap graded),

 merupakan campuran agregat yang tidak


memenuhi 2 kategori diatas. Merupakan
campuran agregat dengan 1 fraksi hilang.
 Agregat dengan gradasi senjang akan
menghasilkan lapisan perkerasan yang
mutunya terletak antara kedua jenis diatas.

19
Jenis Gradasi agregat

 Gradasi seragam (uniform graded)


 Gradasi rapat (dense graded)
 Gradasi buruk/jelek (poorly graded)

20
2. Ukuran maks partikel
agregat
 Semua lapisan perkerasan lentur membutuhkan agregat
yang terdistribusi dari besar sampai kecil.
 Semakin besar ukuran maksimum partikel agregat yang
digunakan semakin banyak variasi ukuran dari besar sampai
kecil yang dibutuhkan.
 Batasan ukuran maksimum yang digunakan dibatasi oleh
tebal lapisan yang diharapkan.
 Penggunaan partikel agregat dengan ukuran besar
menguntungkan, karena hal-hal sebagai berikut:
a. Usaha untuk pemecahan partikel lebih sedikit,
sehingga biayanya lebih murah.
b. Luas permukaan yang harus diselimuti aspal lebih
sedikit sehingga kebutuhan aspal berkurang.
21
2. Ukuran maks partikel
agregat
 Disamping keuntungan tersebut diatas
pemakaian agregat dengan ukuran besar
memberikan sifat-sifat yang kurang baik,
yaitu :
a. Kemudahan pelaksanaan pekerjaan
berkurang
b. Segregasi bertambah besar
c. Mungkin terjadi gelombang melintang
(raveling)

22
2. Ukuran maks partikel
agregat
 Terdapat 2 cara untuk menyatakan ukuran
partikel agregat, yaitu dengan :
a. Ukuran maksimum, merupakan ukuran
tapis/ayakan terkecil dimana agregat
tersebut lolos 100%
b. Ukuran nominal maksimum, merupakan
ukuran tapis terbesar dimana agregat
tertahan tapis tidak lebih dari 10%.

23
2. Ukuran maks partikel
agregat
 Perbedaan kedua ukuran tersebut dapat
diilustrasikan dengan contoh dibawah ini :
 Dari contoh agregat yang akan dipergunakan
untuk campuran lapisan perkerasan diperoleh
data bahwa partikel agregat 100% lolos tapis 1
inch.
 Dikatakan ukuran maksimum agregat adalah 1
inch dan ukuran nominal maksimum adalah ¾
inch.

24
3. Kadar Lempung
Lempung mempengaruhi mutu campuran agregat dengan
aspal, karena hal-hal sebagai berikut :
 Lempung membungkus partikel-partikel agregat, sehingga
ikatan antara agregat dan aspal berkurang,
 Adanya lempung mengakibatkan luas daerah yang harus
diselimuti aspal bertambah. Dengan kadar aspal yang sama
akan menghasilkan tebal lapisan yang lebih tipis yang dapat
mengakibatkan terjadinya stripping (lepasnya ikatan antara
aspal dan agregat).
 Tipisnya lapisan aspal mengakibatkan lapisan mudah
teroksidasi sehingga lapisan cepat rapuh / getas.
 Lempung cenderung menyerap air yang berakibat
hancurnya lapisan aspal.
25
4. Daya tahan agregat
 Daya tahan agregat adalah ketahanan agregat untuk tidak
hancur/pecah oleh pengaruh mekanis ataupun kimia.
 Degradasi didefinisikan sebagai kehancuran agregat
menjadi partikel-partikel yang lebih kecil akibat gaya yang
diberikan pada waktu penimbunan, pemadatan ataupun
oleh beban lalu lintas.
 Desintegrasi didefinisikan sebagai pelapukan pada agregat
menjadi butir-butir halus akibat pengaruh kimiawi seperti
kelembaban, kepanasan ataupun perbedaan temperatur
sehari-hari.
 Agregat yang digunakan untuk lapisan perkerasan haruslah
mempunyai daya tahan terhadap degradasi (pemecahan)
yang mungkin timbul selama proses pencampuran,
pemadatan, repetisi beban lalu lintas dan desintegrasi
(penghancuran) yang terjadi selama masa pelayanan jalan
tersebut.

26
4. Daya tahan agregat
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat degradasi yang
terjadi adalah :
a. jenis agregat, agregat yang lunak mengalami
degradasi yang lebih besar.
b. gradasi, gradasi terbuka mempunyai tingkat
degradasi yang lebih besar dibandingkan dengan
gradasi rapat.
c. bentuk, partikel bulat akan mengalami degradasi yang
lebih besar dari yang berbentuk kubus/bersudut.
d. ukuran partikel, partikel yang lebih kecil mempunyai
tingkat degradasi yang lebih kecil daripada partikel
besar.

27
4. Daya tahan agregat

e. enersi pemadatan, degradasi akan terjadi lebih besar


pada pemadatan dengan menggunakan enersi pemadatan
yang lebih besar.
f. penentuan tingkat ketahanan, ketahanan agregat
terhadap penghancuran (degradasi) diperiksa dengan
menggunakan percobaan Abrasi Los Angeles (Abrasion
Los Angeles Test) berdasarkan AASHTO T96-77(1982).
 Nilai abrasi > 40%, menunjukkan agregat tidak mempunyai
kekerasan cukup untuk digunakan sebagai bahan/material
lapisan perkerasan.
 Nilai abrasi < 30%, baik sebagai bahan lapis penutup.
 Nilai abrasi < 40%, baik sebagai bahan lapis permukaan dan
lapisan pondasi atas.
 Nilai abrasi < 50%, dapat digunakan sebagai bahan lapisan
lebih bawah. 28
5. Bentuk dan tekstur
agregat
 Bentuk dan tekstur mempengaruhi stabilitas
dari lapisan perkerasan yang dibentuk oleh
agregat tersebut, sbb :
 Bulat (rounded)
 Agregat yang dijumpai di sungai pada
umumnya telah mengalami pengikisan oleh air
sehingga umumnya berbentuk bulat. Partikel
agregat bulat saling bersentuhan dengan luas
bidang kontak kecil sehingga menghasilkan
daya interlocking yang lebih kecil dan lebih
mudah tergelincir.
29
5. Bentuk dan tekstur
agregat
 Lonjong (elongated)
 Partikel agregat berbentuk lonjong dapat
ditemui disungai sungai atau bekas endapan
sungai. Agregat dikatakan lonjong jika
ukuran terpanjangnya > 1,8 kali diameter
rata-rata. Sifat interlockingnya hampir sama
dengan yang berbentuk bulat.

30
5. Bentuk dan tekstur
agregat
 Kubus (cubical)
 Partikel berbentuk kubus merupakan bentuk
agregat hasil dari mesin pemecah batu (stone
crusher) yang mempunyai bidang kontak yang
lebih luas, berbentuk bidang rata sehingga
memberikan interlocking/ saling mengunci
yang lebih besar. Dengan demikian kestabilan
yang diperoleh lebih besar dan lebih tahan
terhadap deformasi yang timbul. Agregat
berbentuk kubus ini paling baik digunakan
sebagai bahan konstruksi perkerasan jalan.
31
5. Bentuk dan tekstur
agregat
 Pipih (flaky)
 Partikel agregat berbentuk pipih dapat
merupakan hasil dari mesin pemecah batu
ataupun memang merupakan sifat dari agregat
tersebut yang jika dipecahkan cenderung
berbentuk pipih. Agregat pipih yaitu agregat
yang lebih tipis dari 0,6 kali diameter rata-rata.
Agregat berbentuk pipih mudah pecah pada
waktu pencampuran, pemadatan, ataupun
akibat beban lalu lintas, oleh karena itu
banyaknya agregat pipih ini dibatasi.
32
5. Bentuk dan tekstur
agregat
 Gesekan yang timbul antar partikel menentukan juga
stabilitas dan daya dukung dari lapisan perkerasan.
Besarnya gesekan dipengaruhi oleh jenis permukaan
agregat yang dapat dibedakan atas :

 agregat yang permukaannya kasar (rough), gesekan


timbul terutama pada partikel-partikel yang
permukaannya kasar, seperti ampelas, karena itu lebih
mampu menahan deformasi yang timbul karena
menghasilkan ikatan antar partikel yang lebih kuat. Pada
campuran dengan aspalpun ikatan antar partikel dan
lapisan aspal lebih baik pada permukaan kasar
dibandingkan pada permukaan halus.
 33
5. Bentuk dan tekstur
agregat
 agregat yang permukaannya halus (smooth), ikatan
antar partikel dan lapisan aspal lemah.
 agregat yang permukaannya licin dan mengkilap
(glassy), ikatan antar partikel dan lapisan aspal lemah.

 agregat yang permukaannya berpori (porous), akan
menyerap aspal lebih banyak sehingga aspal yang
menyelimuti agregat akan lebih tipis dan menyebabkan
cepat lepasnya ikatan antara agregat dengan aspal,
disamping itu agregat berpori umumnya lebih mudah
pecah/hancur.

34
III. KARAKTERISTIK CAMPURAN
ASPAL BETON
 Karakteristik campuran yang harus dimiliki oleh
campuran aspal beton campuran panas adalah :
 1. Stabilitas
 2. Durabilitas
 3. Fleksibilitas
 4. Skid resistance (tahanan geser)
 5. Kedap air
 6. Kemudahan pekerjaan (workability)
 7. Ketahanan terhadap kelelahan (fatique
resistance)

35
1. Stabilitas
 Stabilitas
Stabilitas lapisan perkerasan jalan adalah kemampuan
lapisan perkerasan menerima beban lalu lintas tanpa
terjadi perubahan bentuk tetap seperti gelombang,
alur ataupun bleeding.

Kebutuhan akan stabilitas setingkat dengan jumlah


lalu lintas dan beban kendaraan yang akan memakai
jalan tersebut. Jalan dengan volume lalu lintas tinggi
dan sebagian besar merupakan kendaraan berat
menuntut stabilitas yang lebih besar dibandingkan
dengan jalan yang bervolume lalu lintas kendaraan
penumpang saja.
36
1. Stabilitas

 Tetapi kestabilan yang terlalu tinggi


menyebabkan lapisan perkerasan itu menjadi
kaku dan cepat mengalami retak, disamping
itu karena volume antar agregat kurang,
mengakibatkan kadar aspal yang dibutuhkan
pun rendah. Hal ini menghasilkan film aspal
tipis dan mengakibatkan ikatan aspal mudah
lepas sehingga durabilitasnya rendah

37
1. Stabilitas
 Stabilitas terjadi dari hasil geseran antar butir,
penguncian antar partikel dan daya ikat yang baik dari
lapisan aspal. Dengan demikian stabilitas yang tinggi
dapat diperoleh dengan mengusahakan penggunaan :
 Agregat dengan gradasi yang rapat (dense graded)
 Agregat dengan permukaan kasar.
 Agregat berbentuk kubus
 Aspal dengan penetrasi rendah
 Aspal dalam jumlah yang mencukupi untuk ikatan antar
butir.

38
Apa yang disebut VMA ?

 VMA adalah “voids in mineral aggregate”, bila


VMA nya kecil. ini menghasilkan stabilitas yang
tinggi, tetapi membutuhkan kadar aspal yang
rendah untuk mengikat agregat.

 VMA yang kecil mengakibatkan aspal yang


dapat menyelimuti agregat terbatas dan
menghasilkan film aspal yang tipis. Film aspal
yang tipis mudah lepas yang mengakibatkan
lapis tidak kedap air, oksidasi mudah terjadi, dan
lapis perkerasan menjadi rusak.

39
Apa yang disebut VIM ?
 Pemakaian aspal yang banyak mengakibatkan
aspal tidak lagi dapat menyelimuti agregat
dengan baik (karena VMA kecil), dan juga
menghasilkan rongga antar campuran aspal
dan agregat, disebut VIM yang kecil (voids in
mix yang kecil). Adanya beban lalu lintas yang
menambah pemadatan lapisan perkerasan
mengakibatkan lapisan aspal meleleh keluar
yang dinamakan bleeding.

40
2. Durabilitas (keawetan /
daya tahan)
 Durabilitas diperlukan pada lapisan permukaan (surface
dressing) agar lapisan mampu menahan keausan akibat
pengaruh cuaca, air dan perubahan suhu ataupun keausan
akibat gesekan kendaraan.
 Faktor yang mempengaruhi durabilitas lapis aspal beton
adalah :
 Film aspal atau selimut aspal, film aspal yang tebal dapat
menghasilkan lapis aspal beton yang berdurabilitas tinggi,
tetapi kemungkinan terjadinya bleeding menjadi tinggi.
 VIM kecil sehingga lapis kedap air dan udara tidak masuk
kedalam campuran yang menyebabkan terjadinya oksidasi
dan aspal menjadi rapuh/getas.
 VMA besar, sehingga film aspal dapat dibuat tebal. Jika VMA
dan VIM kecil serta kadar aspal tinggi kemungkinan
terjadinya bleeding besar. Untuk mencapai VMA yang besar
ini dipergunakan agregat bergradasi senjang. 41
3. Fleksibilitas
(kelenturan)
 Fleksibilitas pada lapisan perkerasan adalah kemampuan
lapisan untuk dapat mengikuti deformasi yang terjadi
akibat beban lalu lintas berulang tanpa timbulnya retak
dan perubahan volume.
 Fleksibilitas yang tinggi dapat diperoleh dengan :
 Penggunaan agregat bergradasi senjang sehingga
diperoleh VMA yang besar.
 Penggunaan aspal lunak (aspal dengan penetrasi yang
tinggi)
 Penggunaan aspal yang cukup banyak sehingga
diperoleh VIM yang kecil.

42
4. Skid resistance (tahanan
geser / kekesatan)
 Tahanan geser adalah kekesatan yang diberikan oleh
perkerasan sehingga kendaraan tidak mengalami slip
baik diwaktu hujan atau basah maupun diwaktu kering.
Kekesatan dinyatakan dengan koefisien gesek antar
permukaan jalan dan ban kendaraan.
 Tahanan geser tinggi, jika :
 Penggunaan kadar aspal yang tepat sehingga tak terjadi
bleeding.
 Penggunaan agregat dengan permukaan kasar.
 Penggunaan agregat berbentuk kubus.
 Penggunaan agregat kasar yang cukup.

43
5. Ketahanan terhadap
kelelahan (fatique
resistance)
 Ketahanan terhadap kelelahan adalah ketahanan
lapis aspal beton dalam menerima beban
berulang tanpa terjadinya kelelahan yang berupa
alur (ruting) dan retak.
 Faktor yang mempengaruhi ketahanan terhadap
kelelahan adalah :
 VIM yang tinggi dan kadar aspal yang rendah
akan mengakibatkan kelelahan yang lebih cepat.
 VMA yang tinggi dan kadar aspal yang tinggi
dapat mengakibatkan lapis perkerasan menjadi
fleksibel.

44
6. Kemudahan pelaksanaan
(workability)
 Yang dimaksud dengan kemudahan pelaksanaan adalah
mudahnya suatu campuran untuk dihampar dan
dipadatkan sehingga diperoleh hasil yang memenuhi
kepadatan yang diharapkan.
 Faktor yang mempengaruhi kemudahan dalam
pelaksanaan adalah
 Gradasi agregat. Agregat bergradasi baik lebih mudah
dilaksanakan daripada agregat bergradasi lain.
 Temperatur campuran, yang ikut mempengaruhi
kekerasan bahan pengikat yang bersifat termoplastis.
 Kandungan bahan pengisi (filler) yang tinggi
menyebabkan pelaksanaan lebih sukar.

45
IV. PEMERIKSAAN DENGAN ALAT
MARSHALL
 Kinerja campuran aspal beton dapat diperiksa
dengan menggunakan alat pemeriksaan
Marshall. Saat ini pemeriksaan Marshall
mengikuti prosedur AASHTO T 245-74 atau
ASTM D 1559-62T.
 Pemeriksaan dimaksudkan untuk menentukan
ketahanan (stabilitas) terhadap kelelehan
plastis (flow) dari campuran aspal dan agregat.
Kelelehan plastis adalah keadaan perubahan
bentuk suatu campuran yang terjadi akibat suatu
beban sampai batas runtuh yang dinyatakan
dalam mm atau 0,01”.

46
IV. PEMERIKSAAN DENGAN ALAT
MARSHALL
 Dari proses persiapan benda uji sampai pemeriksaan
dengan alat Marshall, diperoleh data-data sebagai
berikut :
 Kadar aspal, dinyatakan dalam bilangan desimal satu
angka dibelakang koma
 Berat volume, dinyatakan dalam ton/m3
 Stabilitas. dinyatakan dalam bilangan bulat. Stabilitas
menunjukkan kekuatan, ketahanan terhadap terjadinya
alur (ruting).
 Kelelehan plastis (flow), dinyatakan dalam mm atau
0,01 inch. Flow dapat merupakan indikator terhadap
lentur.

47
IV. PEMERIKSAAN DENGAN ALAT
MARSHALL
 VIM, persen rongga dalam campuran, dinyatakan
dalam bilangan desimal satu angka dibelakang koma.
VIM merupakan indicator dari durabilitas, kemungkinan
bleeding.
 VMA, persen rongga terhadap agregat, dinyatakan
dalam bilangan bulat. VMA bersama dengan VIM
merupakan indikator dari durabilitas.
 Hasil bagi Marshall (Marshall quotient), merupakan
hasil bagi stabilitas dan flow. Dinyatakan dalam
kN/mm. Merupakan indikator kelenturan yang
potensial terhadap keretakan.
 Penyerapan aspal, persen terhadap berat campuran,
sehingga diperoleh gambaran berapa kadar aspal
efektifnya.
48
IV. PEMERIKSAAN DENGAN ALAT
MARSHALL

 Tebal lapisan aspal (asphalt film),


dinyatakan dalam mm. Film aspal
merupakan petunjuk tentang sifat
durabilitas campuran.

 Kadar aspal efektif, dinyatakan dalam


bilangan desimal satu angka dibelakang
koma.

49
PENGUJIAN LABORATORIUM
TANAH DASAR
UNTUK JALAN

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM


PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

10/03/2014
PENGUJIAN LABORATORIUM TANAH DASAR
UNTUK JALAN

1. Pendahuluan

Untuk keperluan desain perkerasan jalan


berdasarkan pendekatan empiris, parameter
kekuatan tanah dasar yang populer digunakan
adalah CBR pada kedalamam + 1,00 meter,
berdasarkan persyaratan umum letak muka air
tanah pada kedalaman +1,20 meter dibawah
permukaan tanah dasar.

10/03/2014 Pengujian Laboratorium untuk Tanah Dasar 51


2. Penyelidikan Dan Pengambilan Contoh Tanah
Dasar
2.1 Penyelidikan dan Pengambilan Contoh
Tanah Dasar.
Penyelidikan tanah dasar yang detail memberikan
informasi & data yang penting untuk desain struktur
perkerasan, dan secara umum mencakup aspek-
aspek :
o Eksplorasi kondisi tanah dasar;
o Pemeriksaan dan pengujian contoh;

Tujuan penyelidikan dan pengujian dalam desain &


rekayasa jalan :
o Penetapan lokasi / patok alignemen horizontal /
vertikal;
o Pemilihan bahan / timbunan / desain tebal
perkerasan.

10/03/2014 Pengujian Laboratorium untuk Tanah Dasar 52


2.2 Metode mempersiapkan Contoh Tanah &
Tanah Mengandung Agregat (SNI 03-1975-
1990)

Maksud, Tujuan dan Lingkup :


o Sebagai pegangan dan acuan memepersiapkan
contoh tanah dan tanah mengandung agregat;
o Mempersiapkan contoh tanah untuk benda uji
(sample) yang sesuai prosedur;

Pengujian laboratorium meliputi:


o Analisa saringan;
o Berat jenis;
o Atterberg limit (LL, PL,PI), dlll

10/03/2014 Pengujian Laboratorium untuk Tanah Dasar 53


3. Pengujian Tanah Dasar

No Jenis Pengujian Standar


3.1 Pengujian Batas Cair dengan alat (SNI 03-1967-1990).
Casagrande
3.2 Pengujian Batas Plastis (SNI 03-1966-1990).
3.3 Pengujian Batas Susut (SNI 03-3422-1994).
3.4 Pengujian Berat Jenis (SNI 03-1964-1990).
3.5 Pengujian Kepadatan Ringan (SNI 03-1742-1989).
3.6 Pengujian Kepadatan Berat (SNI 03-1743-1989).
3.7 Pengujian CBR Laboratorium (SNI 03-1744-1989).
3.8 Pengujian Analis Butir Tanah dengan (SNI 03-3422-1994).
alat Hidrometer

10/03/2014 Pengujian Laboratorium untuk Tanah Dasar 54


10/03/2014 Pengujian Laboratorium untuk Tanah Dasar 55
PENGAMBILAN CONTOH DAN PENGUJIAN
ASPAL
UNTUK PEKERJAAN CAMPURAN BERASPAL

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM


PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

10/03/2014 Pengujian Laboratorium untuk Aspal 56


PENGAMBILAN CONTOH DAN PENGUJIAN
ASPAL
UNTUK PEKERJAAN CAMPURAN BERASPAL

1. Pendahuluan

o Aspal berfungsi sebagai bahan kedap air; pelumas; pengikat


antara partike agregat dalam campuran beraspal.

o Friksi agregat didapat dari ikatan antar butir agregat (interlocking),


kekeutan tergantung dari sifat-sifat agregat, sedangkan kohesi
didapat dari sifat-sifat aspal.

o Pada campuran beraspal sifat-sifat fisik aspal sangat berpengaruh


pada perencaan campuran; produksi; dan kinerja campuran
beraspal, dan pengujian meliputi : durabilitas; adesi & kohesi;
kepekaan terhadap temperatur; pengerasan/penuaan.

10/03/2014 Pengujian Laboratorium untuk Aspal 57


2. Penyiapan & Pengambilan Contoh Aspal

2.1. Pengambilan Contoh Aspal


Pengambilan contoh aspal harus mewakili & terjaga
agar tidak terkontaminasi oleh bahan lain.

2.2. Pengambilan Contoh Aspal


Alat dan prosedur pengambilan contoh aspal
mengacu pada SNI 06-6399-2002.
o Pengambilan contoh dari drum;
o Pengambilan contoh dari tangki;
o Pengambilan contoh dari pabrik;
o Pengambilan contoh dari Tanker & Tongkang

10/03/2014 Pengujian Laboratorium untuk Aspal 58


3. Pengujian Aspal Pen.60

No Jenis Pengujian Standar


3.1 Penetrasi 250; 100gr;5 dtk; 0,1 ml SNI 06-2456-1991
3.2 Titik nyala dan titik bakar; 0C SNI 03-2433-2008
3.3 Titik lembek; 0C SNI 03-2434-1991
3.4 Daktilitas; 25 0C; cm SNI 03-2432-2008
3.5 Berat jenis SNI 06-2441-1991
3.6 Cara uji kelarutan aspal RSNI -M04-2004
3.7 Penurunan kehilangan berat (TFOT); 5 SNI 06-6885-2002
berat
3.8 Penetrasi setelah penurunan berat; SNI 06-2456-1991
%asli
3.9 Daktilitas setelah penurunan berat; cm SNI 06-2432-1991

10/03/2014 I Ketut Darsana Laboratorium


Pengujian - Puslitbang Jalan danAspal
untuk Jembatan 59
Pengujian Penetrasi Aspal Keras

10/03/2014 Pengujian Laboratorium untuk Aspal 60


PENGAMBILAN CONTOH DAN PENGUJIAN
CAMPURAN AGREGAT DENGAN ASPAL
UNTUK PEKERJAAN CAMPURAN BERASPAL

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM


PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PENGAMBILAN CONTOH DAN PENGUJIAN
CAMPURAN AGREGAT DENGAN ASPAL
UNTUK PEKERJAAN CAMPURAN BERASPAL

1. Pendahuluan

o Campuran beraspal adalah suatu kombinasi


campuran antara agregat & aspal, dimana agregat
berperan sebagai tulangan (mortar) dan aspal
sebagai pengikat (bonding).
o Sifat-sifat campuran beraspal didapat dari masing-
masing bahan pembentuknya, sehingga kekuatan
atau mutu campuran beraspal salah satunya
ditunjukkan oleh nilai stabilitas (stability).
o Pengujian laboratorium terhadap sifat-sifat fisik
meliputi : uji marshall (stabiltas; kelelahan/flow;
volumetrik; dll)

10/03/2014 Pengujian Laboratorium untuk Campuran Beraspal 62


2. Penyiapan & Pengambilan Contoh Campuran
Beraspal

2.1. Penyiapan Contoh Campuran Beraspal


Penyiapan contoh dan metode ini dimaksudkan sebagai acuan,
dengan tujuan mendapatkan contoh campuran yang dapat
mewakili, mencakup peralatan.

2.2. Pengambilan Contoh Campuran Beraspal


Alat dan prosedur pengambilan contoh campuran beraspal
mengacu pada SNI 03-6890-2002.
o Pengambilan 1 contoh ; agar diperoleh dari minimum 3 bagian
yang hampir sama (secara acak)
o Pengambilan lebih dari 3 contoh; untuk mengevaluasi pili
sejumlah contoh dari lokasi secara acak.

10/03/2014 I Ketut Darsana


Pengujian - Puslitbang
Laboratorium Jalan Beraspal
untuk Campuran dan Jembatan 63
3. Pengujian Campuran Beraspal

No Jenis Pengujian Stanadar


3.1 Cara uji campuran beraspal panas (SNI 03-2484-1991).
(a) dengan alat Marshall RSNI M-01-2003
3.1 Pengujian campuran beraspal dengan RSNI M06-2004.
(b) alat Marshall Modifikasi
(ukuran agregat mak 25,4 mm (1 inci) &
38 mm( 1,5 inci) dengan menggunakan
aspal keras
3.2 Pengujian berat jenis maksimum SNI 03-6893-2002
campuran beraspal
3.3 Cara uji ekstraksi kadar aspal dari RSNI M 05-2004
campuran beraspal menggunakan
tabung refluks gelas
3.4 Pengujian kepadatanmembal (mutlak) (SNI 03-1742-1989).
campuran beraspal

10/03/2014 Pengujian Laboratorium untuk Campuran Beraspal 64


Alat Uji Marshall Alat Uji PRD

10/03/2014 Pengujian Laboratorium untuk Campuran Beraspal 65


“QUALITY ASSURANCE”
CAMPURAN ASPAL

Sumber :

KEPMEN KIMPRASWIL
NO. 362/KPTS/M/2004, tanggal 5 OKTOBER 2004
TENTANG
SISTEM MANAJEMEN MUTU KONSTRUKSI
DEP. PEKERJAAN UMUM
66 Senin, 10 Maret 2014
SPESIFIKASI UMUM

 DEVISI 1 UMUM
 DEVISI 2 DRAINASE
 DEVISI 3 PEKERJAAN TANAH
 DEVISI 4 PELEBARAN PERKERASAN & BAHU JALAN
 DEVISI 5 PERKERASAN BERBUTIR & BETON SEMEN
 DEVISI 6 PERKERASAN ASPAL
 DEVISI 7 STRUKTUR
 DEVISI 8 PENGEMBALIAN KONDISI
 DEVISI 9 PEKERJAAN HARIAN
 DEVISI 10 PEKERJAN PEMELIHARAAN RUTIN
 DEVISI 11 PERLENGKAPAN JALAN DAN UTILITAS
Senin, 10 Maret 2014 67
PERKERASAN ASPAL

Pengawasan dilakukan pada pekerjaan :

1. LAPIS RESAP IKAT (PRIME COAT)

2. LAPIS PEREKAT (TACK COAT)

3. CAMPURAN BERASPAL PANAS

Senin, 10 Maret 2014 68


STANDAR RUJUKAN

 Pengujian analisis saringan agregat halus dan


kasar
 Pengujian berat jenis dan penyerapan air
agregat kasar
 Pengujian berat jenis dan penyerapan air
agregat halus
 Pengujian keausan
 Kelekatan agregat thd aspal
 Pengujian dengan alat Marshall dll
Senin, 10 Maret 2014 69
PEKERJAAN LAPIS RESAP IKAT (PRIME COAT)

1. Sebelum pekerjaan dilaksanakan kontraktor


harus mengajukan request kepada Direksi,
2. Cek kesiapan alat dan lapangan,
3. Sebelum dilaksanakan harus dilakukan trial,
4. Pekerjaan prime coat harus dilaksanakan pada
lapis pondasi yang sudah disetujui oleh Direksi,
5. Volume pemakaian prime coat harus diukur,

Senin, 10 Maret 2014 70


PEKERJAAN LAPIS PEREKAT (TACK COAT)

1. Sebelum pekerjaan dilaksanakan kontraktor


harus mengajukan request kepada Direksi,
2. Cek kesiapan alat dan lapangan
3. Sebelum dilaksanakan harus dilakukan trial,
4. Pekerjaan tack coat harus dilaksanakan pada
lapis perkerasan aspal yang sudah disetujui
oleh Direksi,
5. Volume pemakaian tack coat harus diukur.

Senin, 10 Maret 2014 71


CAMPURAN BERASPAL PANAS

1. Latasir (Sand Sheet)

2. Lataston (HRS)
- Lataston Lapis Pondasi ( HRS-Base) ->max 19 mm
- Lataston Lapis Permukaan (HRS Wearing Course)
-> max 19 mm

3. Laston (AC)
- Laston Lapis Aus ( AC-WC) -> max 19 mm
- Laston Lapis Antara (AC Binder Course) -> max 25,4 mm
- Laston Lapis Pondasi (AC Base) -> max 37,5 mm
Senin, 10 Maret 2014 72
PEKERJAAN CAMPURAN BERASPAL PANAS
( HOT MIX ASPHALT )
1. Sebelum pekerjaan dilaksanakan kontraktor harus
mengajukan request Job Mix Formula kepada Direksi

2. Cek kesiapan/persediaan material (agregat


kasar,agregat halus filler, aspal) dan alat

3. Lakukan pengujian/test terhadap material yang akan


digunakan (saringan,abrasi, kelekatan, penetrasi,
duktilitas, titik lembek, titik nyala dll)

4. Buat Job Mix Formula yang memenuhi Spesifikasi

5. Test Laboratorium Senin, 10 Maret 2014 73


PEKERJAAN LAPIS PONDASI
(AC BASE)
1. Sebelum pekerjaan dilaksanakan kontraktor harus
mengajukan request kepada Direksi

2. Sebelum dilaksanakan harus dilakukan trial

3. Cek kesiapan lokasi/ lapangan (rata,bersih dll)


4. Cek kesiapan alat di AMP dan alat di lapangan
5. Pekerjaan AC Base harus dilaksanakan pada lokasi
yang telah dilapisi prime coat
6. Cek tiket
7. Cek suhu aspal

8. Periksa tebal hamparan Senin, 10 Maret 2014 74


PEMADATAN AC BASE

 Pemadatan awal (break down rolling) dg tandem atau


three wheel (4-6 ton) 2-4 lintasan, kec 3-4 km/jam

 Pemadatan antara (intermidiate rolling) dg Tire Roller


(10-12 ton) angin 70-80 psi, kec. 5 km/jam
 Pemadatan akhir (finishing roller) dg tandem roller (4-6
ton) 4-6 lintasan, kec 5-8 km/jam

Senin, 10 Maret 2014 75


CARA PEMADATAN

 Pada jalan lurus dimulai dari tepi perkerasan sejajar as jalan


menuju ketengah

 Pada tikungan dimulai dari bagian yang rendah sejajar as


jalan menuju bagian yang tinggi

 Pada bagian tanjakan dan turunan harus dimulai dari bagian


yang rendah sejajar as jalan menuju bagian yang tinggi

 Roda penggerak mesin gilas pada lintasan pertama


ditempatkan dimuka

 Pada waktu pemadatan mesin gilas harus dibasahi dengan air


Senin, 10 Maret 2014 76
PENGENDALIAN MUTU

 Pengawasan di AMP

- Kualitas bahan, keadaan peralatan,


suhu pemasan bahan, suhu campuran,
suhu hasil campuran

- Pengambilan contoh minimal satu kali setiap


hari produksi

Senin, 10 Maret 2014 77


Lanjutan PENGENDALIAN MUTU

 Pengawasan dilokasi penghamparan

- Lapis Resap Ikat harus diperiksa jumlah dan


kerataannya

- Periksa kerataan, kemiringan, sambungan,


tebal hamparan dan suhu hamparan yang
akan dipadatkan

- Periksa suhu setiap tahap pemadatan serta


cara pemadatannya
Senin, 10 Maret 2014 78
PEKERJAAN LAPIS ANTARA
(AC BINDER COURSE)
1. Sebelum pekerjaan dilaksanakan kontraktor harus
mengajukan request kepada Direksi

2. Sebelum dilaksanakan harus dilakukan trial

3. Cek kesiapan lokasi/ lapangan (rata,bersih dll)


4. Cek kesiapan alat di AMP dan alat di lapangan
5. Pekerjaan AC Base harus dilaksanakan di atas
perkerasan aspal yang telah dilapisi tack coat
6. Cek tiket
7. Cek suhu aspal

8. Periksa tebal hamparan Senin, 10 Maret 2014 79


PEMADATAN AC BASE

 Pemadatan awal (break down rolling) dg tandem atau


three wheel (4-6 ton) 2-4 lintasan, kec 3-4 km/jam,

 Pemadatan antara (intermidiate rolling) dg Tire Roller


(10-12 ton) angin 70-80 psi, kec. 5 km/jam

 Pemadatan akhir (finishing roller) dg tandem roller (4-6


ton) 4-6 lintasan, kec 5-8 km/jam

Senin, 10 Maret 2014 80


CARA PEMADATAN

 Pada jalan lurus dimulai dari tepi perkerasan sejajar as jalan


menuju ketengah

 Pada tikungan dimulai dari bagian yang rendah sejajar as


jalan menuju bagian yang tinggi

 Pada bagian tanjakan dan turunan harus dimulai dari bagian


yang rendah sejajar as jalan menuju bagian yang tinggi

 Roda penggerak mesin gilas pada lintasan pertama


ditempatkan dimuka

 Pada waktu pemadatan mesin gilas harus dibasahi dengan


Senin, 10 Maret 2014 81
PENGENDALIAN MUTU

 Pengawasan di AMP

- Kualitas bahan, keadaan peralatan,


suhu pemasan bahan, suhu campuran,
suhu hasil campuran

- Pengambilan contoh minimal satu kali setiap


hari produksi dan setelah selesai harus
diambil contoh dengan core drill
Senin, 10 Maret 2014 82
PENGENDALIAN MUTU

 Pengawasan dilokasi penghamparan


- Lapis Resap Ikat harus diperiksa jumlah dan
kerataannya,
- Periksa kerataan, kemiringan, sambungan,
tebal hamparan dan suhu hamparan yang
akan dipadatkan,
- Periksa suhu setiap tahap pemadatan serta
cara pemadatannya.

Senin, 10 Maret 2014 83


DAFTAR SIMAK
PEKERJAAN PRIME COAT
NO JENIS KEGIATAN SUDAH BELUM CATATAN

1 Apakah lapangan sudah


Dibersihkan (rambu dll)
2 Apakah aspal distributor dan
Aspal sprayer sudah siap
dioperasikan
3 Apakah Prime coat sudah
tersedia
4 Apakah kertas untuk trial sudah
ada

Senin, 10 Maret 2014 84


DAFTAR SIMAK
PEKERJAAN TACK COAT

NO JENIS KEGIATAN SUDAH BELUM CATATAN

1 Apakah lapangan sudah


dibersihkan (rambu dll)
2 Apakah aspal distributor dan
Aspal sprayer sudah siap
dioperasikan
3 Apakah Prime coat sudah
tersedia
4
Apakah kertas untuk trial
sudah ada

Senin, 10 Maret 2014 85


DAFTAR SIMAK
PEKERJAAN AC-WC

NO JENIS KEGIATAN SUDAH BELUM CATATAN

1 Apakah lapangan sudah siap


2 Apakah Unit pelatan pencampur
aspal sudah siap (AMP, Shofel
loader,skop,alat bantu)
3 Apakah peralatan lapangan sudah
siap (sprayer,finisher,tandem roller,
pneumatic roller, dump truck,
tangki air, compressor, termometr,
skop,garu, balok kayu, roda
dorong rambu,dll)

Senin, 10 Maret 2014 86


DAFTAR SIMAK
PEKERJAAN AC-BINDER
NO JENIS KEGIATAN SUDAH BELUM CATATAN

1 Apakah lapangan sudah siap


2 Apakah Unit peralatan
pencampur aspal sudah siap
(AMP, Shofel, loader, skop,alat
bantu)
3
Apakah peralatan lapangan
sudah siap (sprayer, finisher,
tandem roller,pneumatic roller,
dump truck, tangki air,
compressor, termometer, skop,
garu, balok kayu, roda dorong
rambu,dll)

Senin, 10 Maret 2014 87


DAFTAR SIMAK
PEKERJAAN AC-BASE
NO JENIS KEGIATAN SUDAH BELUM CATATAN

1 Apakah lapangan sudah siap


2 Apakah Unit pelatan pencampur
aspal sudah siap (AMP, Shofel
loader, skop,alat bantu)
3 Apakah peralatan lapangan sudah
siap (sprayer, finisher, tandem
roller,pneumatic roller, dump truck,
tangki air, compressor, termometer,
skop, garu, balok kayu, roda dorong
rambu,dll)

Senin, 10 Maret 2014 88


Terima Kasih

SEMOGA
BERMANFAAT

10/03/2014 Pengujian Laboratorium 89

Anda mungkin juga menyukai