Anda di halaman 1dari 4

PRAKTIKUM 4.

PENETAPAN KADAR KLORIDA SECARA ARGENTOMENTRI:


METODE MOHR
TUJUAN : Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk menentukan kadar klorida
dengan menggunakan larutan baku AgNO3 dengan menggunakan metode argentometri.
TINJAUAN PUSTAKA
Argentometri merupakan titrasi yang melibatkan pembentukan endapan dari
garam yang tidak mudah larut antara titrant dan analit. Hal dasar yang diperlukan dari
titrasi jenis ini adalah pencapaian keseimbangan pembentukan yang cepat setiap kali
titran ditambahkan pada analit, tidak adanya interferensi yang menggangu titrasi, dan
titik akhir titrasi yang mudah diamati. (Mulyono,2005)
Titrasi pengendapan adalah salah satu golongan titrasi dimana hasil reaksi titrasinya
merupakan endapan atau garam yang sukar larut. Prinsip dasarnya ialah reaksi
pengendapan yang cepat mencapai kesetimbangan pada setiap penambahan titran, tidak
ada pengotor yang mengganggu serta diperlukan indikator untuk melihat titik akhir
titrasi. Hanya reaksi pengendapan yang dapat digunakan pada titrasi (Khopkar, 1990).
Istilah Argentometri diturunkan dari bahasa latin Argentum, yang berarti perak. Jadi,
argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat dalam suatu larutan
yang dilakukan dengan titrasi berdasar pembentukan endapan dengan ion Ag+. Pada
titrasi atgentometri, zat pemeriksaan yang telah dibubuhi indicator dicampur dengan
larutan standar garam perak nitrat (AgNO3). Dengan mengukur volume larutan standar
yang digunakan sehingga seluruh ion Ag+ dapat tepat diendapkan, kadar garam dalam
larutan pemeriksaan dapat ditentukan (Underwood,1992).
Argentometri merupakan metode umum untuk menetapkan kadar halogenida dan
senyawa-senyawa lain yang membentuk endapan dengan perak nitrat (AgNO3) pada
suasana tertentu. Metode argentometri disebut juga dengan metode pengendapan karena
pada argentometri memerlukan pembentukan senyawa yang relatif tidak larut atau
endapan. Reaksi yang mendasari argentometri adalah : (Gandjar, 2007).
AgNO3 + Cl- AgCl(s) + NO3-
Titrasi pengendapan atau argentometri didasarkan atas terjadinya pengendapan
kuantitatif, yang dilakukan dengan penambahan larutan pengukur yang diketahui
kadarnya pada larutan senyawa yang hendak dititrasi. Titik akhir tercapai bila semua
bagian titran sudah membentuk endapan (Roth, H.J: 1998).
Metode Mohr dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan bromida
dalam suasana netral dengan larutan standar AgNO3 dan penambahan K2CrO4 sebagai
indikator. Titrasi dengan cara ini harus dilakukan dalam suasana netral atau dengan
sedikit alkalis, pH 6,5 – 9,0. Dalam suasana asam, perak kromat larut karena terbentuk
dikromat dan dalam suasana basa akan terbentuk endapan perak hidroksida. Reaksi
yang terjadi adalah : (Khopkar, SM, 1990)
Asam : 2CrO42- + 2H- ↔ CrO72- + H2O
Basa : 2 Ag+ + 2 OH- ↔ 2AgOH
2AgOH ↔ Ag2O + H2O
Pada titrasi argentometri, zat pemeriksaan yang telah dibubuhi indikator dicampur dengan
larutan standar garam perak nitrat (AgNO3). Dengan mengukur volume larutan standar yang
digunakan sehingga seluruh ion Ag+ dapat tepat diendapkan, kadar garam dalam larutan
pemeriksaan dapat ditentukan (Isnawati, 2010).
Titrasi argentometri dipakai untuk menentukkan besarnya kadar garam pada sampel.
Penggunaan argentometri dalam penentuan kadar suatu zat dalam larutan dengan mengacu
kepada titrasi berdasarkan pembentukkan endapan dengan ion Ag+. Khusus dalam penelitian
ini, setelah larutan garam ditambahkan indikator kemudian dititrasi dengan larutan AgNO 3.
Indikator yang pakai adalah K2CrO4 5 % (3 mL) yang ditunjukkan dengan adanya perubahan
warna dari kuning jernih ke merah keruh pada akhir titrasi. Hasil penelitian setelah dititrasi
dengan AgNO3 , setelah NaCl habis, maka AgNO3 bereaksi dengan indikator K2CrO4. Bentuk
endapan yang dihasilkan dalam penelitian ini berwarna merah bata, dengan reaksi 2Ag +(aq) +
CrO42-(aq) Ag2CrO4 (aq) (endapan merah bata) (Salosa, 2013).
Metode Mohr yakni mula-mula Ag+¿¿ yang ditambahkan bereaksi membentuk endapan
AgCl berwarna putih. Apabila Cl−¿¿ sudah habis bereaksi maka kelebihan Ag+¿¿selanjutnya
bereaksi dengan CrO 42 yang berasal dari indicator K 2 CrO 4 yang ditambahkan dan
membentuk endapan Ag2 CrO 4 yang berwarna merah bata, berarti titik titrasi sudah tercapai
(Antara et all, 2008).
Titrasi Mohr terbatas pada larutan-larutan dengan nilai pH 6-10. Dalam larutan-larutan
yang lebih alkalin, perak oksida mengendap. Dalam larutan-larutan asam, konsentrasi kromat
secara besar-besaran menurun, karena HCrO 4 hanya sedikit terionisasi lebih lanjut lagi.
(Underwood, 2002).
Pengaturan pH perlu agar tidak terlalu rendah ataupun terlalu tinggi. Bila terlalu tinggi,
dapat membentuk endapan AgNO yang selanjutnya terurai menjadi Ag2 O sehingga titran
terlalu banyak terpakai. Bila pH terlalu rendah, ion CrO 4 ¿ Sebagian berubah menjadi Cr 2 O2
−¿

karena reaksi yang mengurangi konsentrasi indicator dan menyebabkan tidak timbul indicator
atau sangat terlambat.(Harjadi, 1986).
ALAT DAN BAHAN
Alat
1. Buret
2. Erlenmeyer
3. Corong
4. Gelas beker
5. Gelas ukur
6. Pipet tetes
Bahan
1. Indicator kalium kromat
2. Aquades
3. Perak nitrat
4. Sampel (NaCl)
PROSDUR KERJA

Menyiapkan alat dan bahan

Memasukan 10ml sampel ke dalam erlenmeyer

Menambahkan 10ml aquades ke dalam erlenmeyer

Menambahkan 3 tetes indicator kalium kromat

Mentitrasi dengan perak nitrat (yang sudah ada dalam buret)

Melakukan hingga terbentuk endapan berwarna merah bata

Mencapai titik akhir titrasi dengan hasil didapatkan endapan warna


merah bata

HASIL DAN PEMBAHASAN


Argentometri atau titrasi pengendapan adalah penetapan kadar zat yang
didasarkan atas reaksi pembentukan endapan dari komponen zat uji dengan titran
larutan titer perak nitrat (AgNO3). Pada argentometri, ion perak memegang peranan
penting dalam pembentukan endapan.
Sampel dalam percobaan ini adalah NaCl (10ml) dan di tambahkan dengan
10ml aquades dan ditambahkan 3 tetes indicator kalium kromat. Penambahan
indikator ini sudah menjadi ketentuan dalam titrasi pengendapan cara mohr. Setelah
penambahan indikator tersebut, warna larutan sampel menjadi kuning. Lalu dititrasi
dengan larutan Baku AgNO3. Alasan dititrasi dengan AgNO3 adalah berdasarkan
namanya, titrasi argentometri menggunakan larutan AgNO3 sebagai titrannya karena
AgNO3 adalah satu – satunya garam perak yang terlarutkan air sehingga pereaksi
perak nitrat dengan garam lain akan menghasilkan endapan.
Titrasi dilakukan sambil menggoyang-goyangkan Erlenmeyer. Selama proses
titrasi terbentuk endapan putih. Warna putih yang terbentuk akibat reaksi antara
AgNO dengan NaCl. Titik akhir titrasi terjadi setelah terbentuk endapan merah bata
dari perak nitrat. Volume nitrat yang digunakan sebanyak 15,40ml.

KESIMPULAN

  Penentuan kadar Cl dalam larutan infus dengan metode mohr menggunakan larutan
peniter AgNO3standar dan indikator K2CrO4. Titik akhir titrasi ditunjukkan dengan adanya
endapan merah bata.

DAFTAR PUSTAKA

Antara, dkk.2008. KajiannKapasitas dan Efektivitas Resin Penukar Anion Untuk Mengikat
Klor dan Aplikasinya Pada Air. Universitas Udhayana. Jurnal Kimia 2 Hal.88-89. Diakses
tanggal 27 oktober 2013.

Day, R A, dan Underwood, A L., (2002), Analsis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam, Erlangga,
Jakarta

Gandjar, I. G. dan Rohman, A., 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Harjadi, W.1986.Ilmu Kimia Analitik Dasar.Jakarta:PT. Gramedia.

Khopkar, S. M. (1990). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta:Universitas Indonesia Press.

Mulyono. 2005. Membuat reagen kimia dilaboratorium. Jakarta : Bumi Aksara

Proverawati, Ismawati.2010.Berat Badan Lahir Rendah(BBLR). Yogyakarta:Nuha Medika

Roth, J.H., dan Blaschke, G., 1998, Analisis Farmasi, Cetakan III, diterjemahkan oleh
Kisman, S., dan Ibrahim, S., Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Salosa, Yenni Y. 2013. Uji Kadar Formalin, Kadar Garam dan Total Bakteri Ikan Asin
Tengiri Asal Kabupaten Sarmi Provinsi Papua. Depik, 2(1): 10-15. ISSN 2089-7790.

Underwood, AL; (1992), Analisa Kimia Kuantitatif. edisi kelima, Erlangga, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai