Anda di halaman 1dari 33

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hutan Indonesia juga dikenal dengan sebutan Megabiodiversity, dimana

keragaman hayati yang terdapat didalamnya sangat melimpah sehingga banyak

manfaat yang dapat diambil didalamnya. Rotan adalah salah satu tumbuhan hasil

hutan yang dapat dimanfaatkan, serta memiliki nilai komersil yang cukup tinggi.

Selain itu sebagai sumber devisa negara yang pemanfaatannya banyak melibatkan

petani dan menjadi sumber kehidupan masyarakat disekitarnya (Kalima, 2010).

Rotan merupakan jenis palem memanjat yang termasuk dalam family

Palmae. Indonesia diakui dunia internasional sebagai negara yang kaya akan

sumberdaya jenis serta produksi rotan, dari sekitar 530 jenis rotan yang terdapat di

dunia, sekitar 316 jenis diantaranya terdapat di Indonesia yang terdiri dari genus

calamus, Daemonorops, Korthalisia, Pletocomia, Plectocomiopsis, Cornera,

Mirylepis dan Bejaudia (Anonim, 2004).

Penyebaran rotan dan potensi rotan di Indonesia hasil inventarisasi tahun

2006, disebutkan bahwa tersebar tidak merata di seluruh nusantara. Penyebaran

rotan di Indonesia meliputi 20 Provinsi dengan total areal hutan yang ditumbuhi

rotan seluas 9,9 juta hektar. Potensi terbanyak terdapat di Sulawesi Tenggara 6,5

ton/ha, Kalimantan Barat 3,85 ton/ ha, Sulawesi Selatan 1,95 ton/ha, Irian Jaya 1,8

ton/ha dan Kalimantan Timur 1,21 ton/ha (Djamal, 2012).

Hasil hutan Provinsi Sulawesi Tenggara sendiri pertahunnya, terbagi

menjadi dua jenis yaitu hasil hutan kayu dan hasil hutan non kayu. Hasil hutan

kayu berupa kayu bulat dengan total produksi 61.855,79 m3, kayu gergajian total
2

produksi 953,94 m3 dan kayu olahan mencapai 9.539 m3. Sedangkan untuk hasil

hutan non kayu adalah rotan dengan produksi mencapai 14.861,82 m3 (Anonim,

2009).

Mengingat potensi jenis rotan yang tinggi dan prospek pemasaran diluar

negeri yang baik, sehingga pemerintah telah mengeluarkan kebijakan melalui SK

Menteri Perdagangan Nomor 190 / Kpts / VI / 88, yaitu melarang ekspor rotan

dalam bentuk bahan mentah dan setengah jadi. Hal ini dimaksudkan untuk

meningkatkan industry pengolahan rotan dalam negeri, serta dalam rangka

meningkatkan nilai tambah ekspor rotan dan untuk meningkatkan penerimaan

devisa negara.

Potensi penyebaran rotan di Provinsi Sulawesi Tenggara salah satunya

terdapat pada Kawasan Hutan Lindung Gunung Papalia Desa Mata Wolasi

Kecamatan Wolasi Kabupaten Konawe Selatan dengan luas kawasan 686,581 ha.

Mengingat pengetahuan tentang potensi rotan selama ini masih belum maksimal

begitu pula mengenai jenis dan pola penyebarannya ditiap daerah maka penelitian

tentang “Identifikasi Jenis Rotan Pada Kawasan Hutan Lindung Gunung Papalia

Desa Mata Wolasi Kecamatan Wolasi Kabupaten Konawe Selatan” perlu untuk

dilakukan guna mengetahui potensi pola penyebaran dari setiap jenis rotan di

daerah tersebut.
3

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan yang akan diteliti adalah :

1. Berapa jenis tanaman rotan yang terdapat dalam kawasan hutan Lindung

Gunung Papalia Desa Mata Wolasi Kecamatan Wolasi?

2. Bagaimana morfologi jenis-jenis tanaman rotan dalam kawasan hutan Lindung

Gunung Papalia Desa Mata Wolasi Kecamatan Wolasi?

3. Bagaimana indeks nilai penting dari jenis tanaman rotan yang terdapat dalam

kawasan hutan Lindung Gunung Papalia Desa Mata Wolasi Kecamatan

Wolasi?

4. Bagaimana nilai keanekaragaman dari jenis tanaman rotan yang terdapat

dalam kawasan hutan Lindung Gunung Papalia Desa Mata Wolasi Kecamatan

Wolasi?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Mengetahui Jumlah jenis-jenis tanaman rotan yang terdapat dalam kawasan

hutan Lindung Gunung Papalia Desa Mata Wolasi Kecamatan Wolasi

2. Mengetahui morfologi jenis-jenis tanaman rotan dalam kawasan hutan

Lindung Gunung Papalia Desa Mata Wolasi Kecamatan Wolasi

3. Mengetahui indeks nilai penting dari jenis tanaman rotan yang terdapat dalam

kawasan hutan Lindung Gunung Papalia Desa Mata Wolasi Kecamatan

Wolasi
4

4. Mengetahui nilai keragaman jenis tanaman rotan yang terdapat dalam kawasan

hutan Lindung Gunung Papalia Desa Mata Wolasi Kecamatan Wolasi

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menambah pengetahuan bagi peneliti mengenai identifikasi jenis rotan pada

kawasan hutan Lindung Gunung Papalia Desa Mata Wolasi Kecamatan

Wolasi Kabupaten Konawe Selatan

2. Sebagai dasar untuk dapat mengidentifikasi jenis rotan yang sesuai dengan

teknik identifikasi yang benar dengan mengacu pada buku-buku yang relevan.

3. Sebagai bahan informasi bagi Pemerintah Sulawesi Tenggara pada umumnya

dan pihak pemerintah Kecamatan Wolasi Kabupaten Konsel pada khususnya.

4. Sebagai bahan perbandingan bagi para peneliti selanjutnya yang relevan

dengan penelitian ini.


5

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Hutan dan Hutan Lindung

Hutan dapat didefinisikan sebagai asosiasi masyarakat tumbuh-tumbuhan

dan hewan yang didominasi oleh pohon-pohonan dengan luasan tertentu

sehingg dapat membentuk iklim mikro dan kondisi ekologi tertentu. Sedangkan

Hutan lindung didefinisikan sebagai suatu kawasan hutan yang karena sifat-sifat

alamnya diperuntukkan guna pengaturan tata air dan pencegahan bencana

banjir dan erosi, serta untuk pemeliharaan kesuburan tanah. Hutan lindung itu

sendiri mempunyai fungsi yang banyak antara lain :

1. Pencegah banjir dan tanah longsor

Fungsi utama hutan lindung adalah mencegah banjir, terutama

hutan yang berada di dataran tinggi, lereng gunung. Hutan yang berada di

dataran tinggi berfungsi menyerap air hujan agar tak langsung turun ke

daerah bawah.

2. Habitat asli binatang liar

3. Menyimpan cadangan air tanah

4. Konservasi hayati

5. Laboratorium alam

Hutan lindung merupakan pusat penelitian hayati yang paling

lengkap. Semua jenis tumbuhan, hewan dan mikro organisme tumbuh


6

dengan baik. Bisa dikatakan pengertian hutan lindung mencangkup fungsi

sebagai laboratorium alam (Suparmoko dalam Umar, 2009)

B. Klasifikasi Rotan

Rotan merupakan tumbuhan berduri yang dapat tumbuh secara soliter

maupun berumpun. Tumbuhan rotan dalam klasifikasinya termasuk dalam :

Divisi : Spermathopyta

Sub Divisio : Angiospermae

Kelas : Monocotyledoneae

Ordo : Arecales

Suku : Arecaceae

Anak Suku : Calamoideae

Marga : Daemonorops

Di Indonesia sampai saat ini ditemukan sebanyak 8 marga batang rotan

yakni, Calamus, Daemonorops, Khortalsia, Plectocamia, Ceratolobus,

Plectocomiopsis, Myrialepsis dan Calospath, dari 8 marga tersebut jumlah

jenisnya di Indonesia mencapai 316 jenis (Januminro, 2000).

C. Morfologi Rotan

1. Perakaran

Akar tanaman rotan merupakan salah satu bagian yang sangat

penting. Akar tanaman rotan memiliki beberapa fungsi yakni a)

memperkuat berdirinya tanaman secara keseluruhan, b) menyerap air dan

zat makanan yang tersedia dalam tanah (Januminro, 2000).


7

Sistem perakaran rotan belum banyak diketahui, tetapi umumnya

akar rotan bersifat geotropic dan apogeotropik. Perakaran rotan seperti

halnya beberapa jenis Palmae lainya yang merupakan anggota kelas

monocotyledon dengan cirri berakar serabut. Ukuran panjang perakaran

rotan biasanya sangat ditentukan oleh tingkat kesuburan lahan. Pada

kondisi lahan yang tidak subur, system perakaran rotan akan lebih panjang

dibandingkan dengan yang tumbuh dilahan subur. Ukuran akar primer

berdsarakan jenis berada pada kisaran diameter 0,8 – 1,2 cm, dilengkapi

dengan perakaran sekunder berupa serabut halus yang berperan dalam

penyerapan unsur hara (Djamal, 2012).

2. Batang

Batang rotan yang masih muda tertutup dengan rapat oleh pelepah

daun yang biasa memiliki duri yang rapat. Semakin tua batang, daun

dibagian bawah mati dan akhirnya rontok, sehingga batang menjadi

tersingkap. Kebanyakan marga, pelepah daunnya hilang satu per satu

sehingga tinggallah batang dengan permukaan yang bersih dan licin akan

tetapi marga Korthalsia pelepah daunnya masih melekat pada permukaan

batang.

Batang rotan tidak bertambah besar diameternya meskipun

bertambah tua. Rotan memiliki batang yang membulat, beruas-ruas dengan

ukuran bervariasi tergantung jenisnya. Panjang batang beragam dan ada

yang mencapai 100 meter. Diameter batang dari setiap jenis rotan berkisar

antara 3 mm sampai 40 mm atau lebih (Dransfield dalam Djamal, 2012).


8

3. Daun

Menurut Anonim (2003) terdapat beberapa jenis rotan yang

berdasarkan pada jenis daunnya yaitu :

a. Pada rotan batang (Calamus zollingeri) memiliki daun duri salak

pada bagian atas melengkung kedalam, panjang durinya 2 – 4 cm,

tangkai daun pada bagian pelepah berduri rapat akan tetapi makin

keatas akan makin jarang.

b. Pada rotan lambing (Calamus ornatus) bentuk daun yang panjang

kurang lebih 20 – 50 cm, lebar daun 3 – 6 cm dan berwarna hijau.

Rotan termasuk dalam suku Aracaceae yang biasanya memiliki

chiri khas daun menyirip, permukaan daun yang kasar dan sebagian daun

biasa ditemui duri-duri tajam (Gunawan, 2007).

4. Bunga

Rotan termasuk tumbuhan berbunga yang secara genetic dapat

dibedakan dalam dua kelompok yaitu : (1) jenis rotan yang berbunga pada

ujung batang yang keluarnya bunga lebih dari satu kali, dan (2) jenis rotan

yang berbunga pada ujung dan hanya muncul satu kali selama hidupnya.

Proses penyerbukan bunga dapat terjadi dengan bantuan angina tau

serangga penyerbuk. Bunga betina memiliki 3 putik dan bunga jantan

memiliki 6 benang sari yang berdiri bebas atau saling berhubungan yang

pangkalnya melingkar seperti cacing (Djamal, 2012).


9

5. Buah

Pada umunya buah rotan bersisik, yang berwarna putih susu dan

pada ujung sisik yang berbentuk bulat dan masuk ke dalam saling tutup,

pada warna pinggir yang bersisik cokelat tua dan pada tiap tangkai buah

berkelompok (Anonim, 2003).

Musim berbunga dan berbuah dari setiap jenis rotan disetiap

tempat tumbuh berbeda-beda tergantung keadaan lingkungan tempat

tumbuhnya. Umumnya rotan berbuah pada bulan Oktober dan Nopember,

sehingga dianjurkan pengumpulan buah rotan pada bulan tersebut. Buah

rotan umumnya berbiji satu, namun ada juga yang berbiji dua atau tiga

seperti yang terdapat pada buah Calamus koordersianus Becc (Djamal,

2012).

6. Organ Panjat

Dalam hubungannya dengan alat panjat rotan, terdapat oran panjat,

terdapat organ panjat mirip cambuk yang disebut dengan sirus (cirrus).

Organ panjat mulai berkembang hanya ketika batang diatas tanah mulai

berkembang. Sirus merupakan perpanjangan daun rotan paling ujung.

Pada marga rotan didaerah Afrika seperti Lacosperma, Oncicalamus, dan

Eremospatha terdapat sirus yang tampak jelas ditumbuhi duri-duri

berpasangan dan sangat besar pada kedua sisinya. Duri-duri berperan


10

melekatkan cambuk-cambuk kepohon calon penopang dan selanjutnya

lekatan cambuk itu akan semakin kuat (Dransfield dalam Djamal, 2012).

D. Deskripsi Rotan

Tata nama rotan dalam perdagangan terutama nama daerah sangat kacau.

Jenis rotan yang menyebar luas dapat memiliki banyak nama. Untuk mengurangi

kerancuan tata penamaan rotan terutama dilapangan diperlukan suatu petunjuk

berupa deskripsi rotan yang meliputi tempat hidup, batang, daun, bunga, dan

buah. Contoh jenis-jenis marga rotan berdasarkan habitat, deskripsi dan kegunaan

jenis-jenis rotan terpenting di Indonesia disusun sebagai berikut (Djamal, 2012) :

1. Marga Calamus

 Rotan Tohiti (Calamus inops Becc.)

a. Tempat tumbuh

Terdapat di daerah Sulawesi pada dataran rendah sampai

pegunungan dengan ketinggian tempat tumbuh 10 – 1500 meter diatas

permukaan laut.

b. Hidup

Hidup sebagai tanaman tunggal, waktu muda berduri hitam dan

setelah tua berduri kuning.

c. Batang

Pada waktu muda batang berwarna abu-abu dan setelah tua

atau masak tebang, batang berwarna hijau tua. Setelah kering dan

diolah batang berwarna kuning dan mengkilap, diameter batang 1,0 – 4


11

cm, panjang ruas 30 – 60 cm dan panjang batgn dapat mencapai 200 m

atau lebih.

d. Daun

Rotan tohiti memiliki susunan anak daun yang hamper sama

dengan susunan anak daun rotan manau, dua baris hampir sejajar,

halus dan tipis sehingga jika terkena angin selalu bergerak. Anak daun

memiliki panjang 20 – 35 cm dan lebar 2 – 5 cm. Daun memiliki sirus

dengan panjang 1 – 3 meter.

e. Kegunaan

Rotan tohiti digunakan sebagai bahan pembuatan kursi dan

anyaman lainnya.

2. Marga Daemonorops

 Rotan Pelah (Daemonorops rubra BL)

a. Tempat tumbuh

Terdapat di Jawa, Sumatera pada dataran rendah sampai

pegunungan dengan ketinggian tempat tumbuh 100 – 800 meter diatas

permukaan laut.

b. Hidup

Hidup berumpun, jumlah batang sekitar 2 -5 batang setiap

rumpun.

c. Batang
12

Diameter batang mencapai 2,5 cm, panjang batang mencapai

40 meter, panjang ruas 15 – 35 cm. Pangkal ruas kecil semakin keatas

semakin besar.

d. Daun

Panjang daun 100 – 150 cm, panjang anak daun 20 – 40 cm

dengan lebar 2 – 4 cm , tersusun seperti daun kelapa.

e. Kegunaan

Rotan pelah digunakan sebagai bahan pembuatan kursi, tangkai

sapu dan anyaman lainnya.

3. Marga Korthalsia

 Rotan Meiya (Korthalsia echinometra Becc.)

a. Tempat tumbuh

Rotan Meiya banyak tumbuh didaerah Kalimantan dan

sumatera, terutama pada kawasan yang berawa-rawa.

b. Hidup

Rotan ini tumbuh secara berumpun dan jumlah tiap rumpun

mencapai 10 batang.

c. Batang

Batangnya merambat naik dengan panjang melebihi 30 m.

Diameter batang termasuk pelepah mencapai 30 mm. tetapi bila sudah

dibersihkan hanya berkisar antara 8 – 12 mm.

d. Daun
13

Bentuk daunnya menyirip majemuk dan panjang daun

mencapai 1,8 m.

e. Kegunaan

Batang rotan dahan mudah dibelah dan biasanya digunakan

sebagai bahan pembuatan keranjang.

4. Marga Myrialepis

 Rotan Kirtung (Myrialepis scortechinii Becc.)

a. Tempat tumbuh

Rotan kirtung tumbuh didaerah dataran rendah sampai

ketinggian 100 m diatas permukaan laut, terutama dikawasan

semenanjung mallaya dan sumatera.

b. Batang

Diameter batang bersama pelepah mencapai 7 cm. Apabila

sudah dibersihkan, diameter batang hanya berkisar 4 cm sementara

panjang ruas batang sekitar 40 cm.

c. Hidup

Rotan ini tumbuh secara berumpun dan panjang batangnya

dapat mencapai 40 m atau lebih.

d. Daun

Bentuk daun majemuk menyirip yang panjangnya 3 – 5 m.

Permukaan anak daun bagian atas dan bawah berwarna hijau


14

e. Kegunaan

Karena bentuk batangnya yang besar, kokoh dan kuat maka

sebagian besar batangnya digunakan untuk rangka pembuatan bahan

kerajinan dan furniture.

E. Parameter Kuantitatif dalam Analisis Komunitas Tumbuhan

Menurut Indriyanto (2006) untuk kepentingan deskripsi suatu komunitas

tumbuhan diperlukan minimal tiga macam parameter kuantitatif antara lain

densitas, frekuensi, dan dominansi. Lebih lanjut dikemukakan beberapa parameter

kuantitatif dalam analisis komunitas tumbuhan adalah sebagai berikut :

1. Densitas/Kerapatan

Densitas yaitu jumlah individu per unit luas atau per unit volume. Dengan

kata lain, densitas merupakan jumlah individu organisme persatuan ruang. Untuk

kepentingan analisis komunitas tumbuhan, istilah yang mempunyai arti sama

dengan densitas dan sering digunakan adalah kerapatan diberi notasi K.

Kriteria Kerapatan Menurut Nilai Baku Mutu Lingkungan (Kepmen, KLH

No. 02/ 1988) dalam Fandeli (2004) yang membagi kerapatan menjadi 5 kategori

yaitu : Kerapatan > 201 tergolong Sangat Tinggi., Kerapatan 101 – 200 tergolong

Tinggi, Kerapatan 51 – 100 tergolong Sedang, Kerapatan 21 – 50 tergolong

Rendah dan Kerapatan < 20 tergolong Sangat Rendah.

2. Frekuensi

Frekuensi spesies tumbuhan adalah jumlah petak contoh tempat

diketemukannya suatu spesies dari sejumlah petak contoh yang dibuat. Nilai
15

frekuensi tiap spesies dikelompokan kedalam lima kelas sebagai berikut : kelas A

yaitu spesies-spesies yang mempunyai frekuensi 1 – 20% tergolong sangat

rendah, kelas B yaitu spesies-spesies yang mempunyai frekuensi 21 – 40%

tergolong rendah, kelas C yaitu spesies-spesies yang mempunyai frekuensi 41 –

60% tergolong sedang, kelas D yaitu spesies-spesies yang mempunyai frekuensi

61 – 80% tergolong tinggi, kelas E yaitu spesies-spesies yang mempunyai

frekuensi 81 – 100% tergolong sangat tinggi (Indriyanto 2006).

3. Indeks Dominansi

Indeks dominansi adalah parameter yang menyatakan tingkat terpusatnya

dominansi (penguasaan) spesies dalam suatu komunitas. Penguasaan atau

dominansi spesies dalam komunitas bisa terpusat pada satu spesies, beberapa

spesies, atau pada banyak spesies yang dapat diperkirakan dari tinggi rendahnya

indeks dominansi (ID).

4. Indeks Nilai Penting (INP)

Indeks nilai penting (importance value index) adalah parameter kuantitatif

yang dapat dipakai untuk menyatakan tingkat dominasi (tingkat penguasaan)

spesies-spesies dalam suatu komunitas tumbuhan. Spesies-spesies yang dominan

dalam suatu komunitas tumbuhan akan memiliki indeks nilai penting yang tinggi.

Indeks nilai penting dapat dituliskan dengan rumus sebagai berikut :

INP = KR + FR+ DR

Besarnya nilai INP juga menggambarkan tingkat pengaruh suatu jenis

vegetasi terhadap kestabilan ekosistem.


16

5. Indeks Keanekaragaman

Keanekaragaman spesies dapat digunakan untuk mengukur stabilitas

komunitas, yaitu kemampuan suatu komunitas untuk menjaga dirinya tetap stabil

meskipun ada gangguan terhadap komponen-komponennya dan keanekaragamn

spesies yang tinggi menunjukkan bahwa suatu komunitas memiliki kompleksitas

tinggi karena interaksi spesies yang terjadi dalam komunitas itu sangat tinggi.

Kriteria Keanekaragaman Vegetasi menurut Shannon Wiener yaitu Nilai

Heterogenitas (H’) < 1 termasuk dalam kategori Rendah, H’ 1 – 3 termasuk

dalam kategori Sedang dan H’ > 3 termasuk dalam kategori Tinggi.

Sedangkan Kriteria Keanekaragaman Vegetasi Menurut Nilai Baku Mutu

Lingkungan (Kepmen KLH No 2 thn 1988) dalam Fandeli (2004) yang

mengkategorikan keanekaragaman vegetasi berdasarkan spesiesnya yaitu:

Keanekaragaman 0 – 0,07 tergolong Sangat Rendah, Keanekaragaman 0,08 – 0,15

tergolong Rendah, Keanekaragaman 0,16 – 0,24 tergolong Sedang,

Keanekaragaman 0,24 – 0,31 tergolong Tinggi, Keanekaragaman > 0,32 tergolong

Sangat Tinggi.
17

F. Kerangka Pemikiran

Hutan Lindung Gunung Papilia

Hasil Hutan

Rotan

Identifikasi Karakteristik Indeks Nilai Keanekaragaman


Jenis Rotan Morfologi Penting Jenis Rotan

Komposisi dan Penyebaran


Rotan

Ke Stabilan Ekosistem Kawasan


Hutan Lindung Gunung Papalia
18

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret sampai April 2013 yang

bertempat di kawasan hutan Lindung Gunung Papalia Desa Mata Wolasi

Kecamatan Wolasi Kabupaten Konawe Selatan.

B. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tumbuhan rotan alam

yang tersebar di dalam kawasan hutan Lindung Gunung Papalia Desa Mata

Wolasi Kecamatan Wolasi Kabupaten Konawe Selatan.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Tali Rafia

b. Meteran Roll

c. Patok

d. Parang

e. Galah ukuran 3 meter

f. Kamera

g. Alat tulis menulis

h. Tally Sheet

i. Alat tulis menulis

j. Buku petunjuk identifikasi jenis rotan


19

k. Global Positioning System (GPS)

C. Jenis dan Sumber data

Sesuai dengan tujuan penelitian, jenis dan sumber data yang diperlukan

terdiri atas dua, yaitu data primer dan data sekunder.

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari pengamatan

dilokasi penelitian. Adapun data primer tersebut meliputi data jumlah

individu, jenis rotan serta data morfologi, dan juga data dimensi rotan

yang terdapat dilokasi penelitian.

b. Data sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari instansi-

instansi atau lembaga-lembaga terkait yang relevan dengan tujuan

penelitian ini. Selain itu data sekunder juga bisa diperoleh melalui studi

literatur dan bahan-bahan bacaan lainnya yang juga relevan dengan tujuan

penelitian.

D. Populasi Dan Teknik Penentuan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah luas kawasan hutan Lindung

Gunung Papalia Desa Mata Wolasi Kecamatan Wolasi Kabupaten Konawe

Selatan yaitu ± 600 Ha.


20

2. Teknik Pengambilan Sampel

Rancangan sampel menggunakan metode systematic strip/line

sampling (with random start) atau penarikan contoh dengan jalur secara

sistematis dimana penentuan jalur pertama dilakukan secara acak

sedangkan jalur kedua dan seterusnya secara sistematis untuk

pertumbuhan rotan tingkat muda dan dewasa atau masak tebang. Metode

jalur merupakan metode yang paling efektif untuk mempelajari perubahan

keadaan vegetasi menurut kondisi tanah, topografi, dan elevasi. Jalur-jalur

contoh dibuat memotong garis kontur dan sejajar satu dengan yang

lainnya.

Pendekatan dengan cara ini untuk aplikasi dilapangan, misalnya

jalur-jalur contoh dibuat tegak lurus pantai, momotong sungai, jalan, naik

ataupun turun lereng gunung. Jumlah jalur disesuaikan dengan intensitas

samplingnya. Jalur contoh yang dibuat berukuran lebar 20 m dapat dibuat

dengan intensitas samplingnya 2 – 10 %. Bentuk dan ukuran petak-petak

pengamatan serta peletakkannya pada setiap garis rintis dapat dilihat pada

gambar dibawah ini:


21

1000 m

50 m
A
BB
20 m
300 m

Jalan (Base Line)

Gambar 1. Denah Penelitian Rotan

Keterangan :

Plot A : Pengukuran tingkat rotan dewasa/masak tebang ( 20 x 20 m)

Plot B : Pengukuran tingkat rotan muda ( 10 x 10 m)


22

E. Variabel yang Diamati

Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah :

a. Jenis Rotan

Jenis rotan diidentifikasi berdasarkan deskripsi spesimen dan buku

identifikasi jenis-jenis rotan.

b. Morfologi Rotan

Variabel yang diamati dalam menentukan morfologi rotan adalah

bentuk dan warna daun, berduri, bentuk batang, dimensi rotan yang terdiri

dari :

1. Diameter (d) : Diukur pada 1,5 m dari pangkal

2. Panjang (p) : Dari pangkal sampai bebas pelepah

3. Jumlah rumpun

4. Jumlah batang

c. Indeks Nilai Penting

Menunjukan seberapa banyak sebaran rotan di kawasan hutan

Lindung Gunung Papalia Desa Mata Wolasi Kecamatan Wolasi

Kabupaten Konawe Selatan dengan satuan persen. Melalui rumus sebagai

berikut :

Indeks Nilai Penting = KR + FR + DR


23

d. Keanekaragaman Jenis Rotan

Menunjukan seberapa banyak jenis individu rotan yang tersebar

setiap petaknya pada kawasan hutan Lindung Gunung Papalia Desa Mata

Wolasi Kecamatan Wolasi Kabupaten Konawe Selatan. Hal ini dapat

diketahui dengan menggunakan rumus menurut Shannon Wiener :

H’ = - Σ { ( n i/N ) Ln(n i/N ) }

F. Metode Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif melalui pendekatan

kuantitatif, dengan menggunakan teknik survey. Jenis penelitian deskriptif karena

akan mendeskripsikan komposisi jenis dan penyebaran rotan yang tumbuh alami

dikawasan hutan Lindung Gunung Papalia Desa Mata Wolasi Kecamatan Wolasi

Kabupaten Konawe Selatan.

Pendekatan kuantitatif karena mengumpulkan, mengkaji dan memaparkan

data suatu komposisi dan penyebaran rotan dilokasi penelitian. Metode Penelitian

survey karena dalam menjalani penelitian ini, peneliti melakukan observasi atau

pengamatan langsung dilapangan.

G. Prosedur Penelitian

a. Melakukan survei awal guna menetapkan lokasi penelitian dengan kriteria

bahwa pada lokasi hutan tersebut banyak ditumbuhi tanaman rotan dan

belum ada informasi atau data tentang rotan pada lokasi tersebut.
24

b. Menetapkan lokasi penelitian berdasarkan informasi masyarakat.

Penetapan lokasi ini sangat penting dengan tujuan untuk mengetahui

sampel keanekaragaman rotan yang dapat ditemui.

c. Membuat atau menentukan petak dengan jalur yang telah ditentukan yaitu

panjang areal penelitian 1000 meter dan lebar 300 meter.

d. Membuat Petak dengan ukuran 20 m x 50 m, kemudian dilanjutkan

dengan pembuatan plot dalam masing-masing petak tersebut.

e. Menghitung jumlah individu setiap jenis di semua petak contoh.

f. Melakukan pengamatan sifat dan ciri yang ada pada tumbuhan rotan

seperti batang (diameter batang, bentuk batang : berduri, tidak berduri,

lurus, bengkok, melilit dan tidak melilit, serta jumlah batang), daun

(bentuk daun, arah duduk daun dan panjang daun), sifat tumbuh (soliter

atau berumpun) dan habitat tinggi tempat, tipe hutan dan kondisi tanah).

g. Mengidentifikasi dan mencocokan spesimen yang ada dengan deskripsi,

serta buku identifikasi jenis-jenis rotan.

H. Analisis Data

Data yang diperoleh dilapangan terlebih dahulu ditabulasi berdasarkan

sifat morfologinya kemudian diidentifikasi lalu menghitung nilai kerapatan,

kerapatan relatif, frekuensi, frekuensi relatif, dominansi, dominansi relatif, indeks

nilai penting, serta nilai indeks keragaman.


25

1. Identifikasi Jenis Rotan

Jenis rotan diidentifikasi berdasarkan bentuk dan morfologinya.

Spesimen yang ditemukan dilokasi penelitian dicocokan dengan spesimen

yang ada, berdasarkan buku identifikasi jenis-jenis rotan.

2. Morfologi Rotan

Morfologi Rotan dideskripsikan berdasarkan pengamatan langsung

dilapangan. Hal ini berkaitan dengan bentuk batang, daun, dan dimensi

rotan.

3. Indeks Nilai Penting

Sebelum mengetahui indeks nilai penting, terlebih dahulu yang

perlu dianalisis adalah luas bidang dasar, nilai kerapatan, kerapatan relatif,

frekuensi, frekuensi relatif, dominansi, dominansi relatif dengan rumus

sebagai berikut :

Luas Bidang Dasar = ¼ x π (3,14) x Ø2

Jumlah Individu
Kerapatan =
Luas Petak

Jumlah dari Suatu Jenis


Kerapatan Relatif (KR) = x100%
Jumlah individu seluruh jenis

Jumlah Petak Ditemukan Suatu Jenis


Frekuensi =
Jumlah seluruh Petak

Frekuensi dari suatu jenis


Frekuensi Relatif (FR) = x 100%
Frekuensi Seluruh Jenis
26

Jumlah Luas Bidang Dasar


Dominansi =
Luas Contoh

Dominansi dari suatu jenis


Dominansi Relatif (DR) = x 100%
Dominansi dari seluruh jenis

Indeks Nilai Penting = Kerapatan Relatif + Frekuensi Relatif +

Dominansi Relatif

Curtis dan Mcintoch dalam (Soeryanegara dan Indrawan, 1998)

4. Indeks Keanekaragaman Jenis

Keanekaragaman jenis dan kemantapan komunitas setiap areal menurut

Shannon Wiener dalam Indriyanto, (2006). Adapun rumusnya yaitu sebagai

berikut:

H’ = - Σ { ( n i/N ) Ln(n i/N ) }

Keterangan:

H’ = Indeks keanekaragaman jenis

n.i = Nilai penting dari setiap jenis

N = Jumlah nilai penting semua jenis

Dengan Kriteria Penilaian berdasarkan keanekaragaman sebagai berikut :

H’ < 1 = Keanekaragaman suatu spesies rendah

1 < H’ < 3 = Keanekaragaman suatu spesies sedang

H’ > 3 = Keanekaragaman suatu spesies tinggi


27

I. Konsep Operasional

Konsep operasional dimaksudkan untuk memperjelas ruang lingkup

penelitian ini, maka berikut disajikan beberapa definisi operasional yang

berhubungan dengan penelitian yang akan dilaksanakan :

1. Rotan merupakan jenis palem memanjat yang termasuk dalam family

Palmae. Rotan tumbuh secara alami di dalam kawasan hutan, pola hidup

tanaman rotan terdiri atas dua yaitu soliter dan berumpun. Rotan

merupakan salah satu jenis tumbuhan yang berbiji tunggal (monokotil).

2. Identifikasi jenis rotan didasarkan pada kenampakan morfologinya.

3. Morfologi bentuk batang rotan meliputi bentuk batang berduri, tidak

berduri, lurus, bengkok, melilit, dan tidak melilit. Sedangkan morfologi

bentuk daun rotan meliputi bentuk daun runcing dan tumpul.

4. Kerapatan adalah jumlah individu per unit luasan

5. Frekuensi adalah jumlah petak contoh ditemukannya suatu spesies dari

jumlah petak contoh yang dibuat.

6. Dominansi adalah proporsi antara luas tempat yang ditutupi oleh spesies

tumbuhan dengan luas total habitat

7. Indeks Nilai Penting (INP) adalah parameter kuantitatif yang dapat dipakai

untuk menyatakan tingkat penguasaan spesies-spesies dalam komunitas

tumbuhan.

8. Indeks Keanekaragaman (Indeks of Diversity) berguna dalam mempelajari

ataupun mengukur stabilitas komunitas, yaitu kemampuan suatu


28

komunitas untuk menjaga dirinya tetap stabil meskipun ada gangguan

terhadap komponen-komponennya.

9. Struktur dari jenis-jenis rotan berdasarkan pada fase pertumbuhan yang

akan diamati yaitu :

a. Tingkat anakan rotan (muda) yaitu rotan yang sudah berbentuk batang

namun belum berbunga dan berbuah, dengan panjang bantang bebas pelepah

< 3 m.

b. Tingkat dewasa/masak tebang yaitu rotan dengan panjang batang

bebas pelepah ≥ 3 m.
29

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2003. Pedoman Inventarisasi Hasil Hutan Non Kayu Rotan. Pemerintah
Sulawesi Tenggara Dinas Kehutanan. Kendari.

______, 2004. Potret Keadaan Hutan Indonesia. Global Forest Watch. Forest
Watch Indonesia.

______, 2009. Laporan Perkembangan Pemanfaatan dan Penggunaan Hutan


Produksi Provinsi Sulawesi Tenggara. www.indonesia.go.id/id.index.php?
(Diakses 15 Desember 2012)

Dransfield, J. dan N. Manokaran. 1993. Sumber Daya abati Asia Tenggara 6


Rotan. Diterjemahkan oleh A. Hadyono Putjdatmaja. Gajah Mada
Universitas Press. Yogyakarta.

Fatmawati, W.S.E. 2008. Skripsi : Identifikasi Jenis Rotan Pada Ekosistem Hutan
Kecamatan Landono. Universitas Haluoleo. Kendari.

Gunawan, H dan Wijaya, A. 2007. Potensi Rotan Di Hutan Lambusango :


(Buletin Lambusango Lestari). Bau-Bau.

Indriyanto, 2006. Ekologi Hutan. Bumi Aksara. Jakarta.

Januminro. 2000. Rotan Indonesia, Potensi Budidaya Pemungutan Standar Mutu


dan Prospek Pengusahaan. Kanisius. Jakarta.

Kalima, T dan Jasni, 2010. Tingkat Kelimpahan Populasi Spesies Rotan Di Hutan
Lindung Batu Kapar, Gorontalo Utara. Jurnal Penelitian Hutan dan
Konservasi Alam, Volume VII Nomor 4 Tahun 2010. Bogor.

Sanusi, Djamal., 2012. Rotan Kekayaan Belantara Indonesia. Brilian


Internasional. Surabaya.
30

Simyapen, Aledha., 2007. Skripsi : Potensi Jenis Rotan Pada Kawasan Hutan
Pulau Meosmangguandi Kepulauan Padaido Atas Kabupaten Biak
Numfor. Universitas Negeri Papua. Manokwari.

Soeryanegara, I. dan Indrawan, A. 1998. Ekologi Hutan Indonesia. Bogor.

Umar, 2007. Tesis : Persepsi Dan Perilaku Masyarakat Dalam Pelestarian


Fungsi Hutan Sebagai Daerah Resapan Air. Universitas Dipenogoro.
Semarang.
31
32

1. Peta Lokasi Penelitian


33

2. Jenis Rotan Berdasarkan Pengamatan Awal

Tohiti (Calamus Inopsis) Lambang (Calamus Ornatus)

Rotan Biasa (Calamus manan Miq.)

Anda mungkin juga menyukai