Anda di halaman 1dari 2

Bab VII

Landasan Sosiologis dan Antropologis Pendidikan


1. Pendidikan Formal, Informal, dan Non formal
Proses Sosialisasi / pendidikan dijalankan oleh manusia sepanjang hayat. 4 Ciri
pendidikan sepanjang hayat menurut Redjo Mudyahardjo : (1) Keterpaduan vertikal (2)
Keterpaduan Horizontal, (3) Keterpaduan Ekologis, (4) Keragaman serta kelugasan
dalam pendidikan. Serta faktor pendorong perlunya pendidikan sepanjang hayat adalah
(1) Adanya keterbatasan sekolah (2) Terjadinya perubahan pada masyarakat dan
peranan sosial serta (3) Pendayagunaan sumber pendidikan yang belum optimal (Odang
Muchtar,1991 ).

Lingkungan Pendidikan Informal


a. Pendidikan informal di lingkungan Keluarga
b. Pendidikan informal dalam Masyarakat

Lingkungan Pendidikan Formal ( Sekolah )

Sekolah merupakan lembaga pranata sosial dengan tugas khusus dalam pendidikan
yaitu melaksanakan tugas pendidikan

Pendidikan Non Formal


Berarti jalur pendidikan diluar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara
terstruktur dan berjenjang ( Pasal 1 ayat (12) Uu RI No. 20 Tahun 2003 )
Berfungsi mengembangkan potensi dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan
dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian professional.
Lingkupnya mencakup pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini,
kepemudaan, pemberdayaan perempuan , keaksaraan, keterampilan dan pelatihan kerja,
kesetaraan, dan lainnya.
Satuan nya terdiri dari lembaga kursus, pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan
belajar masyarakat, majelis ta’lim dan lainnya yang sejenis.

Pola – Pola Kegiatan Sosial Pendidikan

Dikemukakan oleh J.W Getzels dan H.A Thelen. Pada dasarnya ada 2 dimensi tingkah laku
saling berinteraksi dan menentukan tingkah laku individu dalam sistem sosialnya yaitu : (1)
Dimensi nomotheis (2) Dimensi ideografis.
Dimensi nomotheis meliputi variabel pranata, peranan, dan harapan-harapan sosial juga
berhubungan dengan ethos, mores dan nilai – nilai dalam masyarakat. Sedangkan dimensi
ideografis meliputi variabel individu , kepribadian dan kebutuhan-kebutuhan perorangan juga
berhubungan dengan variabel-variabel biologis yaitu manusia sebagai organisme, keadaan
jasmani nya dan kemampuan -kemampuannya.
Apabila kegiatan sosial pendidikan dianalisis bedasarkan kecenderungan orientasinya terhadap
fungsi dimensi tingkah laku maka diidentifikasi adanya tiga pola kegiatan sosial pendidikan,
yaitu : (1) pola nomotheis (2) Pola ideografis (3) pola transaksional.
Jaeger (1997) membedakan pola kegiatan sosialisasi (pendidikan) menjadi dua pola ekstrim
yaitu (1) Pola sosialisasi dengan cara represi (repressive socialization) (2) Pola Sosialisasi
partisipasi (participatory Socialization)

Sebagai mana yang diungkapkan A Harris dalam bukunya”I am OK, You’re OK ; A Guide To
Transactional Analysis “ dalam kegiatan pendidikan, jenis pola kegiatan social ppendidikan
yang diharapkan terjadi adalah jenis pola pendidikan transaksional. Yang artinya bahwa guru
mau melaksanakan pendidikan dan siswa pun mau melaksanakan pendidikan.

Oleh Rahma Husna Fauziyah


(1905365)

Anda mungkin juga menyukai