Refleksi Kasus Anestesi Arifin Nugroho 20174011053
Refleksi Kasus Anestesi Arifin Nugroho 20174011053
Regional Anastesi Dengan Teknik SAB Pada Kasus Sectio Caesaria G1P0A0
Diajukan Kepada:
Disusun Oleh:
Arifin Nugroho
20174011053
2018
BAB I
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. Rn
Umur : 19 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Magelang
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Masuk RS : 4 Mei 2018
Diagnosis : G1P0A0
B. ANAMNESIS
1. Keluhan utama
Datang dari rumah menuju RSUD Tidar Kota Magelang unit Kebidanan
Budi Rahayu kurang lebih pukul 15.30. pasien dengan G1P0A0, hamil
aterm, kala 1 fase laten, kenceng- kenceng belum teratur, lendir darah
dirasa keluar jam 13.00. Air ketuban belum dirasa keluar.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien G1P0A0 saat ini akan dilakukan SC dan IUD
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Asma : disangkal
Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat Diabetes Melitus : disangkal
Riwayat Alergi : disangkal
Riwayat Operasi : disangkal
4. Riwayat Keluarga
Riwayat penyakit serupa pada keluarga disangkal
C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Baik
2
Kesadaran : Compos mentis
Vital Sign
TD = 126/73 mmHg
N = 88 x/menit
RR = 24 x/menit
T = 36,80C
Status Generalisata
a. Kulit
Warna coklat sawo matang, tidak tampak ikterik, tidak tampak
pucat, tidak hipo atau hiper pigmentasi, tidak tampak tanda
peradangan.
b. Kepala :
Bentuk kepala : mesochepal, simetris, tidak ditemukan deformitas.
Muka : tidak terdapat luka maupun jejas.
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.
Mulut : bibir simetris, tidak tampak pucat dan kering, gigi
lengkap.
Leher : jvp tidak meningkat, tidak teraba benjolan
c. THORAX :
Pulmo
PALPASI
Simetris (+/+), Simetris (+/+),
Nyeri tekan (-/-), Nyeri tekan (-/-),
PERKUSI
KANAN Sonor di semua Sonor di semua
lapangan thorax lapangan thorax
3
KIRI Sonor di semua Sonor di semua
lapangan thorax lapangan thorax
AUSKULTASI PARU DEPAN PARU BELAKANG
Vesikuler Vesikuler
Cor :
- Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
- Perkusi :
• Batas atas jantung : ICS
II parasternalis sinistra.
• Batas pinggang jantung :
ICS III parasternalis sinistra.
• Batas kanan bawah
jantung : ICS V sternalis dextra.
• Batas kiri bawah
jantung : ICS IV 1-2 cm ke arah medial midclavicula kiri.
- Auskultasi :
• Suara jantung murni: SI,
SII (normal) reguler
• Suara jantung tambahan
bising diastolik (-)
d. Ekstremitas
Ekstremitas atas: Bentuk normal anatomis, deformitas (-), edem (-).
Ekstremitas bawah: Palmar eritem (-), odem (-), akral dingin (-).
Status obstetri
a. Abdomen
- Leopold I : teraba bagian lunak
- Leopold II : teraba bagian punggung di perut kanan, seperti papan
- Leopold III : terabaa bagian bulat, keras melenting (kepala)
- Leopold IV : letak kepala
b. Tinggi fundus uteri (TFU) : 27 cm
4
c. His : (positif) 23x /10 menit selama 30 detik
d. Denyut Jantung Janin (DJJ) : 12:12:12 (144 x /menit)
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
Hemoglobin : 11.9 g/dl (11.7 – 15.5)
Leukosit : 12.4 103 / µL (4.5 - 12.5)
Eosinofil : 0.15 % (2.00 – 4.00)
Basofil : 0.20 % (0 - 1.00)
Netrofil : 68 % (50 - 70)
Limfosit : 12.30 % (25 - 40)
Monosit : 4.70 % (2 - 8)
Hematokrit : 36 (35 - 47)
Eritrosit : 4.3. 106/ µL (3.8 - 5.2)
Trombosit : 193. 103 / µ (150 - 400)
MCV : 83 fL (80 - 100)
MCH : 29 pg (26 - 34)
MCHC : 35 g/dl (32 - 36)
PT : 9.7 detik
APTT : 22.7 detik
Ureum :5
Creatinin : 0.30
HbSAg : negative
E. DIAGNOSIS KERJA
G1P0A0 dengan status fisik ASA I
Rencana Regional anestesi dengan teknik SAB
F. PENATALAKSANAAN
1. Persiapan Operasi
- Lengkapi Informed Consent Anestesi
5
- Puasa 8 jam sebelum operasi
- Tidak menggunakan perhiasan/kosmetik
- Tidak menggunakan gigi palsu
- Memakai baju khusus kamar bedah
2. Diagnosis Pra Bedah : G1P0A0
3. Diagnosis pasca Bedah : Post SC dan IUD
4. Jenis Anestesi : Regional Anestesi
5. Teknik : SAB
6. Mulai Anestesi : 5 Mei 2018, pukul 08.40
7. Mulai Operasi : 5 Mei 2018, pukul 08.50
8. Premedikasi : Sotatic 10 mg, Ketorolac 30 mg
9. Induksi : Bupivacain 12,5 mg, Morphine 0,25 mg
10. Pemeliharaan : O2 3 liter per menit, Oxytosin, Metergin
11. Jenis Cairan : Asering
12. Kebutuhan cairan selama Operasi
Maintenance Operasi : 2cc/kgBB/jam 2 x 72 = 144 cc
Pengganti Puasa : 8 x maintenance 8 x 144 = 1.152 cc
Stress Operasi : operasi berat 8cc/kgBB/jam 8 x 72 = 576 cc
Keb. Cairan jam I : (50% kebutuhan puasa) + MO + SO
(50% x 1152) + 288 + 576 = 1.440 cc
13. Pemantauan Selama Tindakan Anestesi
Pasien dilakukan anestesi pada tanggal 5 Mei 2018 pada jam 08.40
dan operasi dimulai jam 08.50
Pasien dipasang alat pantau untuk mengawasi tanda vital dan
saturasi oksigen.
Dilakukan premedikasi dengan memasukkan Sotatic 10 mg dan
Ketorolac 30 mg.
Maintenance diberikan O2 3 lpm kemudian dilakukan kontrol pada
tanda vital dan saturasi oksigen setiap 3 menit.
Selama anastesi berlangsung TD berkisar 110/60 mmHg – 140/90
mmHg dan nadi berkisar 98 - 120 kali/menit.
6
Selama operasi cairan masuk asering 500 ml
Lama anestesi 40 menit
Lama operasi 20 menit.
14. Selesai operasi : 9.30 WIB
15. Instruksi Pasca Bedah
Posisi : Supine
Infus : Asering 20 tpm
Antibiotik : Sesuai dr. Operator
Analgetik : Inj. Dexketoprofen 100 mg
Anti muntah : Inj. Sotatic 10 mg
Lain-lain : - Awasi Vital sign dan KU
- Jika sadar penuh, Peristaltik (+) , mual (-), muntah (-),
coba minum makan perlahan.
G. POST OPERASI
1. Asering dengan dexketoprofen 100 mg di tambah sotatic 10 mg 20 tpm
2. Pengawasan KU dan VS menggunakan monitor
3. Pengecekan HB 8 jam post op
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sectio Caesaria
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan mel
alui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim
dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 2009).
SC merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas
500 gr dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi
dilakukan tindakan ini yaitu distorsi kepala panggul, disfungsi uterus, distorsia
jaringan lunak, placenta previa dll, untuk ibu. Sedangkan untuk janin adalah
gawatjanin. Janin besar dan letak lintang setelah dilakukan SC ibu akan
mengalami adaptasi post partum baik dari aspek kognitif berupa kurang
pengetahuan.
8
3. Bedah Caesar Ekstraperitoneal
4. Histerektomi Caersarian ( Caesarian Hysterectomy)
Komplikasi :
Yang sering terjadi pada ibu SC adalah :
1. Infeksi puerperial : kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa nifas
dibagi menjadi:
i) Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari.
ii) Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan per
ut sedikit kembung.
iii) Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik
2. Perdarahan : perdarahan banyak bisa terjadi jika pada saat pembedahan
cabangcabang arteri uterine ikut terbuka atau karena atonia uteri.
3. Komplikasikomplikasi lainnya antara lain luka kandung kencing, embolis
me paru yang sangat jarang terjadi.
4. Kurang kuatnya parut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berik
utnya bisa terjadi ruptur uteri.
Yang sering terjadi pada ibu bayi : Kematian perinatal
B. Anestesi regional
1. Definisi Anestesi Regional
Anestesi regional adalah hambatan impuls nyeri suatu bagian tubuh
sementara pada impuls syaraf sensorik, sehingga impuls nyeri dari satu bagian
tubuh diblokir untuk sementara (reversibel). Fungsi motorik dapat terpengaruh
sebagian atau seluruhnya. Tetapi pasien tetap sadar.
9
a. Senyawa ester
Adanya ikatan ester sangat menentukan sifat anestesi lokal sebab pada
degradasi dan inaktivasi di dalam tubuh, gugus tersebut akan dihidrolisis.
Karena itu golongan ester umumnya kurang stabil dan mudah mengalami
metabolisme dibandingkan golongan amida. Contohnya: tetrakain,
benzokain, kokain, prokain dengan prokain sebagai prototip.
b. Senyawa amida
Absorbsi obat:
- Absorbsi melewati mukosa, tapi tidak dapat melewati kulit yang utuh,
harus disuntik kejaringan subkutis.
- Obat vasokonstriktor yang ditambahkan pada larutan analgetik lokal
memperlambat absorbsi sistemik dengan akibat memperpanjang masa
kerja dan mempertinggi dosis maksimum.
- Mempengaruhi semua sel tubuh, dengan pedileksi khusus memblokir
hantaran saraf sensorik
- Kecepatan detoksikasi tergantung jenis obat berlangsung dengan
pertolongan enzim dalam darah dan hat. Sebagian dikeluarkan dalam
bentuk bahan-bahan degradasi dan sebagian dalam bentuk asal melalui
ginjal (urin)
- Untuk daerah yang diperdahari oleh arteri buntu (end artery) seperti jari
dan penis dilarang menambah vasokonstriktor. Penambahan
vasokonstriktor hanya dilakukan untuk daerah tanpa arteri buntu umumnya
digunakan adrenalin deng
- an konsentrasi 1:200 000.
10
4. Komplikasi obat anestesi local
Obat anestesi lokal, melewati dosis tertentu merupakan zat toksik,
sehingga untuk tiap jenis obat anestesi lokal dicantumkan dosis maksimalnya.
Komplikasi dapat bersifat lokal atau sistemik
a. Komplikasi local
- Terjadi ditempat suntikan berupa edema, abses, nekrosis dan gangrene.
- Komplikasi infeksi hampir selalu disebabkan kelainan tindakan asepsis
dan antisepsis.
- Iskemia jaringan dan nekrosis karena penambahan vasokonstriktor
yang disuntikkan pada daerah dengan arteri buntu.
b. Komplikasi sistemik
- Manifestasi klinis umumnya berupa reaksi neurologis dan
kardiovaskuler.
- Pengaruh pada korteks serebri dan pusat yang lebih tinggi adalah
berupa perangsangan sedangkan pengaruh pada pons dan batang otak
berupa depresi.
- Pengaruh kardiovaskuler adalah berupa penurunan tekanan darah dan
depresi miokardium serta gangguan hantaran listrik jantung.
11
- Relatif aman untung pasien yg tidak puasa (operasi emergency, lambung
penuh) karena penderita sadar.
- Tidak ada komplikasi jalan nafas dan respirasi.
- Tidak ada polusi kamar operasi oleh gas anestesi.
- Perawatan post operasi lebih ringan.
BLOK SENTRAL
Spinal dan Epidural Anestesi
Neuroaksial blok (spinal dan epidural anestesi) akan menyebabkan
blok simpatis, analgesia sensoris dan blok motoris (tergantung dari dosis,
konsentrasi dan volume obat anestesi lokal).
12
1. Anestesi spinal
Anestesi spinal ialah pemberian obat anestetik lokal ke dalam
ruang subarackhnoid. Anestesi spinal diperoleh dengan cara menyuntikkan
anestetik lokal ke dalam ruang subarachnoid.
13
Medulla spinalis berada didalam kanalis spinalis dikelilingi oleh
cairan serebrospinal, dibungkus oleh meningens (duramater, lemak dan
pleksus venosus). Pada dewasa berakhir setinggi L1, pada anak L2 dan
pada bayi L3.
14
a. Pasien menolak untuk dilakukan anestesi spinal
b. Terdapat infeksi pada tempat suntikan
c. Hipovolemia berat sampai syok
d. Menderita koagulopati dan sedang mendapat terapi
antikoagulan
e. Tekanan intrakranial yang meningkat
f. Fasilitas untuk melakukan resusitasi minim
g. Kurang berpengalaman atau tanpa konsultan anestesi
1. Informed consent
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan laboratorium anjuran
15
1. Peralatan monitor, untuk memonitor tekanan darah, nadi, oksimeter
denyut dan EKG
2. Peralatan resusitasi /anestesia umum
3. Jarum spinal
16
4. Beri anestetik lokal pada tempat tusukan misalnya lidokain 1% 2-3ml.
5. Cara tusukan adalah median atau paramedian. Untuk jarum spinal besar
22G, 23G, atau 25G dapat langsung digunakan. Sedangkan untuk jarum
kecil 27G atau 29G dianjurkan menggunakan penuntun jarum (introducer),
yaitu jarum suntik biasa semprit 10cc. Jarum akan menembus kutis,
subkutis, ligamentum supraspinosum, ligamentum interspinosum,
ligamentum flavum, ruang epidural, duramater dan ruang subarachnoid.
Setelah mandrin jarum spinal dicabutcairan serebrospinal akan menetes
keluar. Selanjutnya disuntikkan larutan obat analgetik lokal kedalam ruang
subarachnoid tersebut.
17
Onset lebih singkat
Level anestesi lebih pasti
Teknik lebih mudah
18
BAB III
PEMBAHASAN
Pada saat pasien sudah berada di recovery room (RR) oksigenasi dengan
O2 tetap diberikan, kemudian dilakukan pemantauan fungsi vital. Tekanan darah
108/69 mmHg, nadi 90x/menit, O2 3L/menit dengan saturasi 100%.
19
BAB IV
KESIMPULAN
Pasien G1P0A0 usia 19 tahun hamil datang ke RSUD Tidar Kota
Magelang unit Kebidanan Budi Rahayu. Dilakukan tindakan Sectio cesrea pada
tanggal 5 Mei 2018 di kamar operasi RSUD Tidar Kota Magelang unit Kebidanan
Budi Rahayu. Teknik anestesi menggunakan anestesi regional dengan teknik SAB
yang merupakan teknik anestesi yang sederhana dan cukup efektif
20
DAFTAR PUSTAKA
21