Anda di halaman 1dari 5

Nama : WIYULYANTO

NIM : G 301 19 050


KELAS : B ( GENAP)
Tugas kimia material
Topic : Zeolit dan aplikasinya sebagai katalis
Pemanfaatan Zeolit Alam sebagai Katalis Murah dalam Proses Pembuatan
Biodiesel dari Minyak Kelapa Sawit

Zeolit didefinisikan sebagai kristal alumina silika berstruktur tiga dimensi, yang
terbentuk dari tetrahedral alumina dan silika dengan rongga‐ rongga di dalam yang
berisi ion‐ion logam, biasanya alkali atau alkali tanah dan molekul air yang dapat
bergerak bebas [14]. Secara kimia zeolit dapat dinyatakan dengan rumus empiris
M2/nO.Al2O3.ySiO2.wH2O, dimana y adalah 2 atau lebih besar, n adalah valensi
kation, dan w melambangkan air yang terkandung di dalam pori‐ porinya. Hingga saat
ini, telah ditemukan 40 jenis zeolit alam dan lebih dari 140 jenis zeolit sintetis.

Zeolit merupakan kristal alumina silika dengan struktur kerangka tiga dimensi yang
membentuk dimensi molekuler pori‐pori dengan ukuran seragam [13]. Zeolit memiliki
karakteristik kimia yang penting diantaranya sebagai adsorben yang selektif, resin
penukar ion, serta katalis dengan aktivitas katalitik tinggi. Beberapa bahan padat telah
dikembangkan dan digunakan sebagai katalis heterogen maupun sebagai support
katalis dalam produksi biodiesel seperti dijelaskan di atas, namun penelitian tentang
pemanfaatan bahan alam seperti zeolit sebagai katalis maupun support katalis masih
jarang.

Potensi zeolit alam di Indonesia sangat besar karena sebagian besar wilayah Indonesia
terdiri dari gunung berapi yang merupakan sumber mineral zeolit. Zeolit alam
merupakan material mikropori sehingga memiliki luas permukaan yang cukup besar
yang dapat dimanfaatkan dalam pemurnian minyak dan industri petrokimia, adsorben,
pemisahan gas, agrikultur dan holtikutur, serta katalis. Zeolit alam dapat digunakan
sebagai metal support catalyst yaitu katalis pengemban logam. Pengembanan logam‐
logam tersebut pada zeolit akan mendistribusikannya secara merata pada permukaan
pengemban, sehingga menambah luas permukaan spesifik sistem katalis secara
keseluruhan.

Karakterisasi katalis
1. X‐ray diffraction (XRD)
Pola XRD untuk zeolit mentah ditampilkan pada Gambar 1. Pola XRD untuk zeolit
mentah menunjukkan puncak difraksi pada 2Θ = 12,4°; 19,4°; 29,9°; 37,1°; 45°;
56°, dan 60,6°. Analisa XRD pada zeolit mentah menunjukkan bahwa zeolit alam
dari Pacitan yang digunakan dalam penelitian ini tergolong jenis mordenit.

Gambar. 1 ‐ Pola XRD zeolit mentah


Pola XRD untuk zeolit termodifikasi ditampilkan pada Gambar 2. Pola XRD untuk
zeolite termodifikasi menunjukkan munculnya fasa K2O pada 2Θ = 12,3°; 25,6°; 29,6°;
32°; 38,8°; 41,6°; 48,9°; 51,3°; 53,6°; 55°; 57,8°; 60,9°; dan 62,8°. Hasil ini sesuai
dengan hasil analisa XRD katalis zeolite NaY/KOH yang dilaporkan oleh Noiroj [1].
Menurut Noiroj, K2O memiliki aktivitas katalitik yang tinggi. Terbentuknya K2O
merupakan indikasi bahwa KOH yang terdapat pada permukaan dan matriks zeolite
berubah menjadi K2O selama proses kalsinasi seperti yang terlihat pada pola XRD.

Gambar. 2 – Pola XRD zeolit termodifikasi


2. Scanning electron micrographs (SEM)
Analisa SEM dilakukan untuk mengetahui morfologi permukaan zeolit mentah, zeolit
termodifikasi, serta zeolit yang telah digunakan untuk 3 kali siklus reaksi
transesterifikasi. Hasil analisa SEM ditampilkan pada Gambar 3. Dari hasil analisa,
dapat diketahui bahwa struktur makro dari zeolit tidak berubah setelah kalsinasi, oleh
karena itu dapat disimpulkan bahwa zeolite memiliki stabilitas termal yang baik
sehingga tidak rusak meskipun dikalsinasi pada suhu tinggi. Struktur permukaan dari
zeolit sebelum dan sesudah digunakan untuk 3 kali siklus reaksi juga tidak mengalami
perubahan signifikan. Hal ini mengindikasikan bahwa gugus aktif yang menempel pada
permukaan zeolit tidak banyak hilang karena terleaching selama berlangsungnya reaksi
transesterifikasi.

B
C

Gambar. 3 – (a) SEM micrographs dari katalis zeolite mentah, (b) zeolit
termodifikasi, dan (c) zeolite setelah reaksi
3. Energy‐dispersive X‐ray spectrometry (EDX)
Analisa EDX dilakukan untuk mengetahui jumlah kandungan unsur kalium dalam
zeolit sebelum modifikasi, setelah modifikasi, dan setelah digunakan untuk 3 kali
siklus reaksi transesterifikasi. Analisa ini dilakukan untuk memeriksa kapasitas
gugus aktif dalam katalis untuk proses penggunaan kembali (reuse) serta jumlah
gugus aktif yang terleaching selama 3 kali siklus reaksi (lihat Tabel 1).
Tabel 1. Kandungan kalium dalam zeolit hasil
Analisa EDX
Katalis K (%berat)

Zeolit mentah 3,01

Zeolit termodifikasi 45,34

Zeolit setelah 3 kali siklus reaksi


43,80

Hasil analisa menunjukkan adanya peningkatan kandungan unsur kalium dalam zeolit
setelah proses modifikasi. Hal ini membuktikan bahwa proses impregnasi KOH ke
dalam matriks dan permukaan zeolit berlangsung sempurna

Tabel 1 juga menunjukkan bahwa sebanyak 3,39% kandungan kalium terleaching


selama 3 kali siklus reaksi transesterifikasi. Konsentrasi unsur K sebagai gugus aktif
tidak berubah secara signifikan meskipun telah digunakan untuk 3 kali siklus reaksi.
Dalam katalis heterogen, gugus aktif diusahakan tidak terleaching dari solid support.
Jika jumlah gugus aktif yang terleaching selama reaksi transesterifikasi besar, maka
gugus aktif dapat berlaku sebagai katalis homogen, dan kelebihankelebihannya sebagai
katalis heterogen hilang. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kandungan
unsur K dalam zeolit lebih terikat pada bagian matriks zeolit sehingga jumlah gugus
aktif di permukaan zeolit yang terleaching relatif kecil.

Reference

Breck, D.W. 1974. Zeolites Molecular Sieves, Structure, Chemistry, and Use. New
York: John Willey and Sons, Inc.

Cejka, J., Bekkum, H. v. & Corma, A. 2007. Introduction to Zeolite Science and
Practice, Oxford, Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai