Anda di halaman 1dari 8

PANDUAN PRAKTIK KLINIK

ASPERGER SYNDROME

Dosen Pengampu : Ahmad Syakib, SKM, S.Ft, MKM.

Disusun oleh (Kelompok 3) :

Delsa Azzura Putri ( P3.73.26.1.18.009 )

Eka Anintyas Pandini ( P3.73.26.1.18.014 )

Farizka Putri Khairunnisa ( P3.73.26.1.18.016 )

Humam Mufqi ( P3.73.26.1.18.018 )

Inaya Tanaza ( P3.73.26.1.18.019 )

Itsnaini Hijrah Permatami ( P3.73.26.1.18.022 )

Muhammad Daffa Rizki Noverio ( P3.73.26.1.18.026 )

Robby Daniel Fahreza ( P3.73.26.1.18.038 )

Safina Alandra ( P3.73.26.1.18.039 )

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA III

DIV FISIOTERAPI

2020
Panduan Praktik Klinik Fisioterapi
Asperger Syndrome

Kode ICD : F84.5


A. Masalah Kesehatan 1) Definisi
Sindrom Asperger merupakan spektrum gangguan perkembangan
pervasif kompleks, ditandai perburukan menetap fungsi
sosialisasi/interaksi sosial, komunikasi, kognisi, sensasi, disertai
pola perilaku berulang serta minat terbatas.
Sindrom Asperger adalah salah satu gejala autisme dimana para
penderitanya memiliki kesulitan dalam berkomunikasi dengan
lingkungannya, sehingga kurang bisa diterima (Marganingtyas,
2014).

2) Prevalensi
GA sering terdiagnosis setelah anak berusia > 3 tahun atau usia
sekolah. Prevalensi GA berkisar dari 3/1000 anak hingga
2,5/10.000 anak sampai 1/100.000 anak.

3) Insidensi
Kasus Sindrom Asperger kurang dari 150 ribu kasus per tahun
(Indonesia). GA lebih sering pada anak lelaki dibandingkan anak
perempuan dengan rasio 4-9:1.

4) Etiologi
 Beberapa faktor penyebab sindrom asperger diantaranya yakni
faktor genetik. Faktor genetik berhubungan dengan pengaruh
gen pada saat perkembangan fungsi otak.
 Faktor non genetik juga diduga menjadi sebab lahirnya anak
dengan gangguan asperger. Sebagai contoh, tekanan yang
berat dan tuntutan yang begitu tinggi sehingga anak memiliki
rasa takut yang berlebihan dan menjadi kurang asertif.
 Kelainan kromosom

5) Faktor resiko
 Problem di periode prenatal-neonatal, serta selama proses
kelahirannya
Infeksi saat kehamilan
 Terpapar agen atau faktor yang menyebabkan perubahan
bentuk pada janin.

6) Patofisiologi
Anak GA memiliki lebih sedikit substansia grisea di beberapa
bagian otak, yaitu nukleus kaudatus dan thalamus, sedikit frontal-
corpus-callosalwhite-matter di hemisfer dekstra dengan banyak
substansia alba di lobus parietal. Ditemukan pula gangguan
hubungan antara amigdala dengan struktur otak lain.14,15
Dibandingkan kontrol, anak GA memiliki volume substansia alba
lebih besar di sekitar lobus parietal inferior hemisfer sinistra,
tetapi kekurangan substansi alba terutama di sisi kanan. Anak GA
memiliki sulkus terdalam di antara kontrol, yaitu di sulkus
intraparietal kiri.

7) Patomekanik
Perkembangan motorik terhambat abnormal. Banyak anak GA
hipoaktif di tahun pertama kehidupannya. Beberapa menunjukkan
gerakan abnormal; dari tengkurap ke telentang. Kemampuan
memulai berjalan normal-tertunda.2,10 Banyak pula anak GA
yang terlalu berhati-hati dan tidak mau memulai aktivitas yang
berpotensi membahayakan.

Anak yang menderita sindrom Asperger mengalami keterlambatan


dalam perkembangan motoriknya, jika dibandingkan dengan anak
seusianya. Oleh karena itu, mereka sering tampak kesulitan saat
melakukan kegiatan-kegiatan biasa, seperti menangkap bola,
mengendarai sepeda, atau memanjat pohon.

Kondisi fisik penderita sindrom Asperger tergolong lemah. Salah


satu tandanya ialah gaya berjalan penderita cenderung kaku dan
mudah goyah. Koordinasi motorik yang kurang (canggung) ,
Kurang dapat menjaga keseimbangan dan meniru gerakan yang
cepat., Sangat sensitif terhadap suara, raba, rasa, cahaya, bau dan
suhu serta tekstur makanan.
B. Pemeriksaan Fisioterapi 1) History Taking
 Riwayat Genetik
 Riwayat Kondisi Kesehatan pasca Lahir
 Riwayat kejadian Prenatal dan Neonatal
2) Tes Singkat
 Tes Kemampuan verbal dan non verbal
 Autism Test
 Tes Kemampuan Motorik (ROM, MMT)
 Cognitive Test
3) Red Flag
 Depresi
 Bipolar
 Schizophrenia
 Dysthymia
4) Evidance base

Sebuah studi pada tahun 2012 oleh Huerta et al. menilai sensitivitas
definisi DSM-5 menemukan bahwa 91% dari sampel anak-anak
dengan PDD, seperti yang didiagnosis oleh DSM-IV,
mempertahankan diagnosis tersebut dengan derajat spesifisitas yang
lebih tinggi 19). Sebuah meta-analisis tahun 2014 dari 14 studi
melaporkan penurunan yang konsisten dalam diagnosis ASD mulai
dari 7,3 hingga 68,4% saat menggunakan kriteria DSM-5, tetapi tanpa
penurunan signifikan terkait dalam diagnosis AS [10). Klasifikasi
baru ini mendapat reaksi beragam. Banyak keprihatinan telah
ditempatkan pada status ketidakmampuan pendidikan untuk anak-anak
di sekolah.

Definisi baru ASD berfungsi untuk mengkategorikan pasien yang


menunjukkan berbagai gejala di bawah satu gangguan. Karena
berbagai metode diagnostik, yang menjadi ciri AS dalam lingkungan
klinis, perkiraan prevalensi sebenarnya sangat bervariasi. Studi
menunjukkan bahwa 1/50 orang antara usia 6 dan 17 [11] didiagnosis
menderita ASD, dengan 10% dari orang-orang tersebut didiagnosis
dengan AS, AS merupakan salah satu bentuk autisme yang lebih
menitikberatkan pada interaksi sosial daripada keterlambatan
perkembangan bahasa dan mental.

C. Pemeriksaan Penunjang Tidak ada tes untuk sindrom Asperger, dokter mungkin menggunakan
berbagai tes, seperti sinar-X dan tes darah untuk menentukan apakah
ada gangguan fisik sehingga timbul gejala tersebut

D. Penetapan Diagnosa  Ketidakmampuan interaksi sosial (b122)


Fisioterapi sesuai ICF  Gangguan mood (b1263)
Kode ICF  Halusinasi (b156)
 Problem pemusatan atensi (d114)
 Interaksi interpersonal kompleks (d720)
 Atitude individu terhadap orang lain (e 445)

E. Prognosis : Anak dengan Asperger’s Syndrome dapat mengalami interaksi social


yang lemah, obsesi, pola bicara yang buruk, ekspresi wajah yang
terbatas, dan kebiasaan yang tidak biasa lainnya. Penderita dapat
menunjukkan rutinitas obsesif dan menunjukkan sensitivitas pada
stimulus sensori yang tidak biasa.

Meskipun semua anak dengan Asperger’s Syndrome berbeda, yang


membuat mereka sama adalah kemampuan social dan keinginan
obsesif yang tidak biasa pada anak pada umumnya. Anak dengan
Asperger’s Syndrome terkadang tidak menunjukkan keterlambatan
dalam perkembangan Bahasa. Beberapa diantaranya memiliki
kemampuan bahasa dan kosa kata yang cukup baik. Mereka terlihat
memiliki masalah dalam menggunakan bahasa dalam konteks
bersosial.

Tidak ada kejelasan mengenai keterlambatan perkembangan kognitif


pada penderita. Anak dengan Asperger’s Syndrome memiliki masalah
pada kemampuan mempertahankan atensi dan organisasi, tapi mereka
biasanya memiliki kecerdasan sesuai rata-rata.

F. Intervensi 1) Body Structure and function impairment

 Meningkatkan atensi
 Meningkatkan kognitif

2) Activity limitation and participation restriction

 Meningkatkan kemampuan interaksi sosial


 Meningkatkan kemampuan attitude kepada orang lain
 Meningkatkan atensi untuk berkomunikasi
3) Contextual factor target

 Keluarga lebih aktif lagi untuk menstimulus interaksi anak


 Keluarga lebih aktif mengajak anak berkomunikasi

G. Reevaluasi 1) Resume penghentian


Program fisioterapi dihentikan jika target berjalan sudah
mendekati normal , atau bisa juga jika tidak mencapai kemajuan
sehingga perlu dirujuk

2) Referral/merujuk
Dirujuk ke yang lebih berkompeten dalam meningkatkan
kemampuan pasien

3) Perubahan
 Dari intervensi yang dilakukan, didapatkan adanya peningkatan
aktivitas fungsional pada dimensi C, dimensi D dan dimensi E
 Adanya penurunan gangguan atensi / perilaku pada bidang
interaksi sosial, yang sebelumnya mengalami 4 gejala
menjadi 3 gejala

4) Objective evaluation dan outcome measure


 Pemeriksaan atensi menggunakan DSM-IV (Diagnostic and
Statistical Manual of Mental Disorders IV) yang terdiri dari
pemeriksaan perilaku, interaksi sosial, komunikasi dan
Imaginasi berfikir fleksibel dan bermain imaginative yang
masing–masing pemeriksaan memiliki sub bab gejala –gejala.
 Untuk mengukur fungsi motorik dan pemeriksaan aktivitas
fungsional pada anak digunakan parameter Gross Motor
Function Measurement (GMFM). GMFM terdiri dari 5 dimensi
yaitu Dimensi A (Berbaring dan berguling), Dimensi B
(Duduk), Dimensi C (Merangkak dan berlutut), Dimensi D
(Berdiri) dan Dimensi E (Berjalan, Berlari, Melompat).
H. Edukasi Kesehatan  Berinteraksi dengan anak/pasien dengan bahasa sederhana
Fisioterapi agar dapat membantu meningkatkan kemampuan komunikasi
pada anak/pasien.
 Melakukan aktivitas fisik tertentu di rumah seperti kelas
menari atau bela diri untuk meningkatkan motor control anak
dan juga menumbuhkan sifat sosial dari anak/pasien
 Mencoba berkomunikasi dengan membicarakan hal-hal yang
pasien senangi untuk memancing motivasi pasien dalam
melakukan aktivitas fisik yang disarankan.

I. Dokumentasi 1) Goal treatment


 Meningkatkan fungsi kognitif (b164)
 Focusing attention (d160)
 Attention functions (b140)
 Societal attitudes (e460)

2) Aktivitas dan Partisipasi


 Mengatur perilaku dalam interaksi (d7202)
 Meningkatkan attitude terhadap orang lain (e445)

3) Impairment
 Ketidakmampuan interaksi sosial (b122)
 Gangguan mood (b1263)
 Halusinasi (b156)
 Problem pemusatan atensi (d114)

4) Resume
Sindrom Asperger merupakan spektrum gangguan perkembangan
pervasif kompleks, ditandai perburukan menetap fungsi
sosialisasi/interaksi sosial, komunikasi, kognisi, sensasi, disertai
pola perilaku berulang serta minat terbatas. Sindrom Asperger
adalah salah satu gejala autisme dimana para penderitanya
memiliki kesulitan dalam berkomunikasi dengan lingkungannya,
sehingga kurang bisa diterima (Marganingtyas, 2014). GA sering
terdiagnosis setelah anak berusia > 3 tahun atau usia sekolah.
Prevalensi GA berkisar dari 3/1000 anak hingga 2,5/10.000 anak
sampai 1/100.000 anak. Anak dengan Asperger’s Syndrome dapat
mengalami interaksi social yang lemah, obsesi, pola bicara yang
buruk, ekspresi wajah yang terbatas, dan kebiasaan yang tidak
biasa lainnya. Penderita dapat menunjukkan rutinitas obsesif dan
menunjukkan sensitivitas pada stimulus sensori yang tidak biasa.
Dengan ditingkatkannya kemampuan kognitif, atensi, interaksi
social, dan attitude terhadap oranglain, pasien diharapkan dapat
bersosialisasi dengan baik.
J. Kepustakaan  https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3860886/pdf/
fped-01-00019.pdf
 http://www.bewegenvoorjebrein.nl/wp-
content/uploads/2017/01/Lang-et-al-2010-Physical-exercise-
ASD.pdf
 Nationwide Children’s. 2020. “Asperger’s Syndrome”.
Nationwide Childre’s Hospital.
 https://apps.who.int/classifications/icfbrowser/

Anda mungkin juga menyukai