Anda di halaman 1dari 8

PERAN FILSAFAT ILMU DALAM PEMBENTUKAN SIFAT

KARAKTER ILMIAH

Disusun Guna Tugas Ujian Akhir Semester Satu Mata Kuliah Filsafat Ilmu
Dosen Pengampu Drs. M. H. Suharsono, M.Si

Disusun Oleh :

Idda Rismawati (202060008)

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MURIA KUDUS

2020/2021
Kontribusi ilmu bagi pembentukan karakter ilmiah. Misalnya :

Peilaku Bullying pada Remaja

Kehidupan sosial manusia terdiri atas beberapa fase dan tingkatan. Pada saat lahir, manusia
sebagai individu tumbuh dan berkembang di lingkungan keluarga. Setiap hari, ia melakukan
kontak dan interaksi dengan keluarga terutama orang tua. Pada fase ini, bayi ditanamkan
nilai-nilai yang dianut oleh orang tuanya.

Bertumbuh dewasa dan menjadi remaja, manusia sebagai individu mulai menegnal
lingkungan yang lebih luas daripada keluarga. Sosialaisasi yang dialamai individu mulai
bertambah luas. Individu mulai berinteraksi dengan teman sebayanya. Hal ini membuat
keterampilan sosialindividu makin meningkat. Jika nilai-nilai yang ditanamkan oleh kedua
orang tuanta diserap dengan baik, maka keterampilan sosial yang dimiliki oleh individu
tersebut bisa menjadi lebih baik. Hal tersebut disebabkan karena manusia tumbuh dan
berkembang dari fase ke fase tanpa meninggalkan apa yang telah ia pelajari dari fase
sebelumnya. Sebaliknya, apabila sosialisasi nilai-nilai yang ditanamkan keluarga kurang
terserap oleh anak, maka bisa jadi perkembangan perilaku dan psikososialnya terlambat.
Akibatnya, remaja mulai menunjukkan gejala-gejala patologis seperti kenakalan dan
perilaku-perilaku beresiko lainnya, salah satunya adalah bullying.

Bullying adalah tindakan penggunaan kekuasaan untuk menyakiti seseorang atau sekelompok
orang baik secara verbal, fisik, maupun psikologis sehingga korban merasa tertekan, trauma,
dan tak berdaya (Sejiwa, 20008). Seseorang yang melakukan bullying tidak mengenal gender
maupun usia. Bahkan, bullying sudah sering terjadi di sekolah dan dilakukan oleh para
remaja. Perilaku ini kurang mendapat perhatian, bahkan ada yang tidak menganggapnya
sebagai hal yang serius. Padahal menurut beberapa peneliti (dalam Veenstra et al, 2005)
bullying menimbulkan ancaman serius terhadap perkembangan yang sehat selama masa
sekolah. Pelaku bullying berisiko tinggi terlibat dalam kenakalan remaja, kriminalitas dan
penyalahgunaan alkohol. Konsekuensi negatif dalam jangka panjangf juga terjadi pada
korban bullying (disebut Victim) dimana secara umum korban berisiko tinggi mengalami
depresi dan harga diri yang rendah saat masa dewasa.

Contoh kasus yang pertama terjadi pada awal tahun 2019 lalu, dunia maya sempat
dihebohkan dengan tagar “justiceforaudrey” di media sosial. Rupanya, kasus tersebut berawal
dari media sosial. Kasus dengan dugaan kekerasan yang dialami siswi SMP di Pontianak
tersebut berlanjut ke ranah hukum. Berdasarkan pengakuan tujuh dari 12 siswi SMA yang
terkait dengan kekerasan ini, mereka buka suara usau dimintai keterangan oleh polisi
setempat. Dugaan kekerasan yang dialami bermulai dari cekcok akibat saling ejek antara
Audrey dengan siswi SMA di medsos. Salah satu pelajar yang termasuk dalam pembullyan
tersebut mengakui bahwa perkelahian dimulai dari dirinya dengan Audrey karena
kekesalannya terhadap korban yang sering membully dirinya di medsos.

Mereka bertemu di tepi Sungai Kapuas untuk menyelesaikan cekcok di medsos itu. Saat
bertemu itulah terjadi perkelahian. Singkat cerita, usai perkelahian terjadi, ibu korban
membuat laporan ke Polresta Pontianak. Pihak kepolisian kemudian melakukan
penyelidikan, berlanjut ke penyidikan hingga ditetapkanlah tiga tersangka pelaku, yakni
Ar, Ec alias NNA, dan Ll. Tetapi fakta yang ada itu menjambak rambut, mendorong
sampai terjatuh, memiting, dan melempar sandal. Itu ada dilakukan dan tidak ada
tindakan melukai alat kelamin.

Dikaitkan dengan bullying adalah fenomena yang telah lama terjadi dikalangan remaja dan
biasanya sering menimpa anak sekolah. Pelaku bullying akan mengintimidasi atau mengejek
kawannya sehingga kawannya tersebut jengkel. Atau lebih parah lagi, korban akan
mengalami depresi dan akhirnya timbul keinginan untuk bunuh diri.

Contoh kasus lain yang terjadi pada seorang siswa sekolah dasar di Ohio yang tewas gantung
diri menggunakan dasi karena dibully oleh teman sekolahnya. Anak berumur 8 tahun ini
menjadi korban bullying secara fisik. Ia kerap dipukuli oleh teman-temannya di sekolah.
Contoh lain datang dari Texas. Seorang remaja perempuan nekat menembakkan pistol ke
dadanya sendiri hingga tewas karena ia merasa dihujat habis-habisan di dunia maya.

Dalam kasus yang cukup langka, anak-anak korban bullying mungkin akan menunjukkan
sifat kekerasan. Seperti yang dialami oleh remaja 15 Tahun di Denpasar, Bali, yang tega
membunuh temannya sendiri karena dendamnya kepada korban. Pelaku mengaku kerap
menjadi target bullying korban sejak kelas satu SMP. Akibat perbuatannya, pelaku yang
masih di bawah umur ini dijerat dengan Pasal 80 ayat 3 Undang-undang Nomor 35 tahun
2014 tentang Perlindungan Anak, serta KUHP Pasal 340, 338, dan 351.

Dari beberapa contoh kasus di atas, pelaku melakukan bullying karena dahulu mereka pernah
menjadi korban bullying. Perlakuan tersebut membawa mereka menjadi seorang pelaku yang
melakukan tindak bu
Dari kasus ini menimbulkan pertanyaan, yaitu :

Apa yang menyebabkan seseorang melakukan tindak bullying, apa dampak bagi pelaku
dan korban?

1. Pengertian Bullying
1) Secara umum
Bullying adalah bentuk-bentuk perilaku kekerasan dimana terjadi pemaksaan
secara psikologis ataupun fisik terhadap seseorang atau sekelompok orang yang
lebih lemah oleh seseorang atau sekelompok orang.
2) Veenstra et al (2005)
Agresi yang berulang-ulang, yang dilakukan seseorangf atau lebih dengan maksud
menyakiti atau mengganggu orang lain secara fisik memukul, menendang,
mendorong, mengambul atau merebut sesuatu milik orang lain), secara verbal
(mengejek, mengancam), atau secara psikologis (mengeluarkan dari kelompok,
mengisolasi, menyebar gosip).
3) Olweus (dalam Slater dan Bremner, 2003)
- Perilaku agresif atau perilaku yang maksud menyakiti.
- Dilakukan secara berulang-ulang dan terus-menerus.
- Dalam sebuah hubungan intrapersonal yang ditandai oleh
ketidakseimbangan kekuatan.
- Seringkali muncul tanpa adanya provokasi yang nyata.
4) Djuwita (2006)
Mengemukakan pendapat dengan menyimpulkan pengertian dari beberapa ahli,
bahwa yang dimaksud bullying atau vic-timization adalah bentuk-bentuk perilaku
di mana terjadi pemaksaan atau usaha menyakiti secara psikologis ataupun fisik
oleh seseorang atau sekelompok orang yang lebih “kuat” terhadap seseorang atau
sekelompok orang yang lebih “lemah”, dan dilakukan dalam sebuah kelompok
misalnya siswa satu sekolah.
2. Peran dalam Bullying
1) Bullies (perilaku bullying) yaitu seseorang yang secara fisik atau emosional
melukai orang lain secara berulang-ulang (Olweus, 2004). Seseorang yang
diidentifikasi sebagai pelaku bullying sering memperlihatkan sungsi
psikososial yang lebih buruk daripada korban bullying. Karakteristik pelaku
bullying :
- Mempunyai kebutuhan untuk merasa berkuasa dan unggul.
- Secara fisik lebih kuat daripada yang lainnya.
- Implusif, mudah marah, dan frustasi.
- Pembangkang, tidak patuh aturan, dan agresif.
- Menunjukan empati yang kurang terhadap orang lain dan terlibat dalam
perilaku antisosial.
2) Victim (korban bullying) yaitu seseorang yang sering menjadi target dari
perilaku agresif, tindakan yang menyakitkan dan hanya memperlihatkan
sedikit pertahanan melawan penyerangnya (Olweus, 2004). Menurut Byrne
dibandingkan dengan teman sebayanya yang tidak menjadi korban, korban
bullying cenderung menarik diri, depresi, cemas, dan takut akan situasi baru
(Haynie dkk, 2001). Karateristik korban (victim):
- Secara fisik lebih lemah daripada teman sebaya, kondisi fisik tidak baik.
- Menampakkan takut disakiti atau takut menyakiti diri sendiri.
- Umumnya berhati-hati, pemalu, sensitif, pendiam dan pasif.
- Gelisah, merasa tidak aman dan gembira.
- Cenderung mempunyai konsep diri yang negatif dan sulit menonjolkan
diri.
3. Faktor yang Menyebabkan Bullying
1) Keluarga
Pelaku bullying seringkali berasal dari keluarga yang bermasalah : orang tua yang
sering menghukum anaknya secara berlebihan, atau situasi rumah yang penuh
stress, agresi, dan permusuhan. Anak akan mempelajari perilaku bullying ketika
mengamati konflik-konflik yang terjadi pada orang tua mereka, kemudian
menirunya terhadap teman-temannya.

2) Sekolah
Pihak sekolah sering mengabaikan keberadaan bullying. Akibatnya, anak-anak
sebagai pelaku bullying akan mendapatkan penguatan terhadap perilaku mereka
untuk melakukan intimidasi terhadap anak lain. Bullying berkembang pesat dalam
lingkungan sekolah sering memberikan masukan negatif pada siswanya, misalnya
berupa hukuman yang tudak membangun sehingga tidak mengembangkan rasa
menghargai dan menghormati antar sesama anggota sekolah.
3) Faktor Kelompok Sebaya
Anak-anak ketika berinteraksi dalam sekolah dan dengan teman di sekitar rumah,
kadang kala terdorong untuk melakukan bullying. Beberapa anak melakukan
bullying dalam usaha untuk membuktikan bahwa mereka bisa masuk dalam
kelompok tertentu, meskipun mereka sendiri merasa tidak nyamandengan perilaku
tersebut.
4) Kondisi Lingkungan Sosial
Kondisilingkungan sosial dapat pula menjadi penyebab timbulnya perilaku
bullying. Salah satu faktor lingkungan social yang menyebabkan tindakan
bullying adalah kemiskinan. Mereka yang hidup dalam kemiskinan akan berbuat
apa saja demi memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga tidak heran jika di
lingkungan sekolah sering terjadi pemalakan antar siswanya.
5) Tayangan Televisi dan Media Cetak
Televisi dan media cetak membentuk pola perilaku bullying dari segi tayangan
yang mereka tampilkan. Survey yang dilakukan kompas (Saripah, 2006)
memperlihatkan bahwa 56,9% anak meniru adegan-adegan film yang ditontonnya,
umumnya mereka meniru geraknya (64%) dan kata-katanya (43%).

4. Dampak Bullying terhadap Korban dan Pelaku


1) Korban
Bullying dapat berpengaruh buruk terhadap kesehatan fisik maupun mental. Hal
ini terjadi pada korban bullying. Ketika tindakan bullying terjadi pada mereka baik
verbal, fisik, maupun psikologis/mental, korban akan mengalami sejumlah
gangguan psikologis. Menurut sebuah studi di Yunani menyebut bahwa korban
bullying tercatat mengalami gejala depresi, kecemasan, serta pemikiran bunuh
diri. Studi lain menyebutkan bahwa korban bullying cenderung mengalami
emotionally withdrawn, sensitif, rasa marah yang meluap-luap, penurunan prestasi
akademik, cenderung menghindari interaksi sosial, bahkan mengalami penarikan
sosial sehingga ia tidak mampu berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Selain
dampak-dampak psikologis tersebut, dampak fisik juga tidak jarang terjadi pada
korban bullying. Beberapa diantaranya terkait psikosomatis seperti sakit kepala,
sakit perut dan ketegangan otot, palpitasi, nyeri kronis, gelisah karena bermasalah
dengan tidur, serta rasa tidak aman ketika berada pada lingkungan yang berpotensi
besar terjadi bullying.
Permasalahan-permasalahan tersebut bukan tidak mungkin akan terbawa hingga
mereka dewasa. Dalam sebuah studi menyebutkan seperti yang telah disebutkan
sebelumnya bahwa, korban bullying lebih rentan melakukan self-harm serta lebih
sering berpikir tentang bunuh diri ketika mereka dewasa. Selain itu, efek kupu-
kupu dari tindakan bullying yang terjadi pada korban yaitu, ia juga bisa menjadi
pelaku bullying (bully-victim).

2) Pelaku

Salah satu penelitian menyebut dampak bullying terhadap pelaku ketika dewasa
yaitu, pelaku memiliki kecenderungan untuk berperilaku kriminal, vandalisme,
menyalahgunakan alkohol dan obat-obatan terlarang dan terlibat dalam aktivitas
seksual dini. Selain itu, tidak menutup kemungkinan bahwa pelaku tumbuh
menjadi seseorang yang agresif, temperamen, bersikap kasar terhadap teman
bahkan pasangan romantisnya.

TIPS MENGHINDARI BULLYING :

1. Memperlihatkan kepercayaan diri

2. Belajar untuk lebih peka

3. Gunakan suara yang tegas

4. Selalu pintar cari jalan keluar

5. Mengikuti kelas bela diri


DAFTAR PUSTAKA

file:///C:/Users/asus/Downloads/14352-32191-1-SM.pdf
file:///C:/Users/asus/Downloads/8900-19809-1-SM.pdf
https://opini.id/sosial/read-13828/10-cara-cerdas-membela-diri-saat-menghadapi-
bullying
https://pijarpsikologi.org/benarkah-bullying-merugikan-bagi-korban-dan-pelaku/

Anda mungkin juga menyukai