Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

RAGAM BAHASA

DOSEN PENGAMPU:

ZULFIANA AMALIANA, MZ., M.HUM

DISUSUN OLEH:

DYMAS PRAYOGA (200305023)


SEMESTER 1

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU

KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM

NEGERI MATARAM 2020


BAB I
1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN

Bahasa diartikan sebagai suatu sistem berupa bunyi atau lambang yang bersifat abitrer, produktif,
dinamis, beragam, dan manusiawi yang digunakan untuk berkomunikasi dengan masyarakat. Bahasa
sangat perlu untuk dipelajari oleh seluruh masyarakat karenabahasa merupakan salah satu bentuk
komunikasi suatu lapisan masyarakat untuk berinteraksi dengan masyarakat lainnya. Didalam bahasa
indonesia terdapat pembahasan tentang ragam bahasa beserta karakteristiknya. Dimana ragam bahasa
merupakan varian dari sebuah bahasa menurut penggunaannya. Ragam bahasa amat luas
pemakaiannyadan bermacam-macam pula latar belakang penuturnya, mau tidak mau akanmelahirkan
sejumlah ragam bahasa yang berbeda- beda. Terdapat beberapa ragam bahasa, diantaranya ragam lisan,
ragam tulisan, ragam baku, ragam tidak baku, ragam baku lisan, ragam baku tulisan serta ragam sosial dan
ragam fungsional.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut : Apakah
yang dimaksud dengan ragam bahasa?
Apa saja macam-macam ragam bahasa?
Bagaimana cara menggunakan ragam bahasa yang baik dan benar?
1.3. Tujuan Penulisan

Tujuan dibuatnya makalah ini adalah :

Mahasiswa dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan ragam bahasa. Mengetahui

adanya berbagai ragam bahasa Indonesia yang sering digunakan. Penggunaan ragam

bahasa.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Ragam Bahasa

Ragam bahasa adalah variasi pemakaian bahasa. Bachman menyatakan bahwa ragam bahasa adalah
variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut
hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara. Dengan
kata lain, ragam bahasa adalah variasi berbeda-beda yang disebabkan karena berbagai faktor yang
terdapat dalam masyarakat, seperti usia, pendidikan,
agama, bidang kegiatan dan profesi, latar belakang budaya daerah, dan sebagainya.

Akibat berbagai faktor yang disebutkan di atas, maka bahasa indonesia pun mempunyai ragam bahasa.
Chaer membagi ragam Bahasa indonesia menjadi tujuh ragam bahasa, diantaranya:

Ragam bahasa yang bersifat perseorangan. Ragam bahasa ini disebut dengan istilah idiolek.
Idiolek adalah variasi bahasa yang menjadi ciri khas individu atau seseorang pada saat
berbahasa tertentu.

Ragam bahasa yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat dari wilayah tertentu, yang
biasanya disebut dengan istilah dialek. Misalnya, ragam Bahasa Indonesia dialek Bali berbeda dengan
dialek Yogyakarta.

Ragam bahasa yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat dari golongan sosila tertentu,
misalnya disebut sosiolek. Misalnya ragam bahasa masyarakat umum atau pun golongan buruh kasar
tidak sama dengan ragam bahasa golongan terdidik.

Ragam bahasa yang digunakan dalam kegiatan suatu bidang tertentu, seperti kegiatan ilmiah, sastra, dan
hukum. Ragam ini disebut juga dengan istilah fungsiolek, contohnya ragam bahasa sastra dengan ragam
bahasa ilmiah. Ragam bahasa sastra biasanya penuh dengan ungkapan atau kiasan, sedangkan ragam
bahasa ilmiah biasanya bersifat logis dak eksak.r itu dipakai ragam bahasa tidak baku.

Ragam bahasa yang biasa digunakan dalam situasi informal atau tidak resmi yang biasa disebut dengan
istilah ragam non baku atau non standar. Dalam ragam ini kaidah-kaidah tata bahasa seringkali dilanggar.
Ragam bahasa yang digunakan secara lisan yang biasa disebut bahasa lisan.

2.2. Macam macam Ragam Bahasa

Ragam bahasa berdasarkan cara berkomunikasi:

1. Ragam Lisan

Ragam lisan adalah bahasa yang dihasilkan alat ucap dengan fonem sebagai unsur dasar.
Dalam ragam lisan kita berurusan dengan tata bahasa, kosakata dan lafal. Dalam ragam bahasa lisan ini,
pembicara dapat memanfaatkan tinggi rendah suara atau tekanan, air muka, gerak tangan atau isyarat
untuk mengungkapkan ide.
Karakteristik ragam bahasa lisan :
> Memerlukan orang kedua/teman bicara
> Tergantung situasi, kondisi, ruang dan waktu
> Tidak harus memperhatikan unsur gramatikal, hanya perlu intonasi serta bahasa tubuh
> Berlangsung cepat
> Sering dapat berlangsung tanpa alat bantu
> Kesalahan dapat langsung di koreksi
> Dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik wajah serta intonasi
> Dipengaruhi oleh tinggi rendahnya suara
2. Ragam Tulis

Ragam tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur
dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan dan kosakata. Dengan kata lain
dengan ragam bahasa tulis, kita tuntut adanya kelengkapan unsur kata seperti bentuk kata ataupun
susunan kalimat, ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan dan penggunaan tanda baca
dalam mengungkapkan ide.

Ragam bahasa tulis :

 Tidak memerlukan orang kedua/teman bicara.

 Bersifat objektif.

 Tidak tergantung kondisi, situasi & ruang serta waktu.

 Mengemban konsep makna yang jelas.

 Harus memperhatikan unsur gramatikal.

 Berlangsung lambat.

 Jelas struktur bahasanya, susunan kalimatnya juga jelas, dan runtut.

 Selalu memakai alat bantu;

 Kesalahan tidak dapat langsung di koreksi;

 Tidak dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik muka, hanya terbantu dengan tanda baca

Ketentuan-ketentuan ragam tulis :

 Memakai ejaan resmi.

 Menghindari unsur kedaerahan.

 Memakai fungsi gramatikal secara eksplisit.

 Memakai bentuk sintesis.

 Pemakaian partikel secara konsisten.


 Menghindari unsur leksikal yang terpengaruh bahasa daerah

Perbedaan antara ragam lisan dan tulisan (berdasarkan tata bahasa dan kosakata) :

1. Tata Bahasa :

a. Ragam bahasa lisan

1) Nia sedang baca surat kabar.

2) Tapi kau tak boleh menolak lamaran itu.

b. Ragam bahasa tulisan.

1) Nia sedang membaca surat kabar.

2) Namun, engkau tidak boleh menolak lamaran itu.

2. Kosa kata :

a. Ragam bahasa lisan

1) Ariani bilang kalau kita harus belajar.

2) Kita harus bikin karya tulis.

b. Ragam bahasa tulisan

1) Ariani mengatakan bahwa kita harus belajar.

2) Kita harus membuat karya tulis.

3. Ragam bahasa berdasarkan situasi dan pemakainya

a. Ragam Bahasa Baku

Bahasa baku adalah bahasa yang digunakan dalam situasi resmi dimana pembicara/penulis dituntut
untuk bersikap sopan/hormat terhadap mitra bicara (pendengar/pembaca), seperti dalam ceramah,
pidato, seminar, atau diskusi. Dalam bentuk tulisan, bahasa baku digunakan terutama dalam buku-buku
pembelajaran/ buku teks di berbagai lembaga pendidikan, buku- buku tentang berbagai ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, jurnal-jurnal ilmiah/semiilmiah, surat- surat resmi, perundang-undangan,
berbagai peraturan pemerintah.

Karakteristik ragam bahasa baku :

 Tidak terpengaruh bahasa daerah

 Tidak terpengaruh bahasa asing


 Bukan ragam bahasa percakapan sehari-hari

 Pemakaian imbuhan nya secara eksplisit

 Pemakaian yang sesuai dengan konteks kalimat

 Tidak ter kontaminasi dan tidak rancu

b. Ragam Bahasa Tidak Baku

Bahasa non baku adalah ragam bahasa yang ber kode berbeda dengan kode bahasa baku, dan
dipergunakan di lingkungan tidak resmi. Ragam bahasa non baku dipakai pada situasi santai dengan
keluarga, teman, di pasar, dan tulisan pribadi buku harian. Ragam bahasa nonbaku sama dengan
bahasa tutur, yaitu bahasa yang dipakai dalam pergaulan sehari-hari terutama dalam percakapan.

Karakteristik bahasa tidak baku:

 Walaupun terkesan berbeda dengan bahasa baku, tetapi memiliki arti yang sama.

 Dapat terpengaruh oleh perkembangan zaman.

 Dapat terpengaruh oleh bahasa asing.

 Digunakan pada situasi santai/tidak resmi.

4. Ragam bahasa berdasarkan cara pandang penutur

a. Ragam Dialek

Dialek adalah variasi bahasa pada kelompok masyarakat yang berada pada suatu tempat, wilayah,
atau daerah tertentu. Luasnya pemakaian bahasa dapat menimbulkan perbedaan pemakaian bahasa. Bahasa
Indonesia yang digunakan oleh orang yang tinggal di Jakarta berbeda dengan bahasa Indonesia yang
digunakan di Jawa Tengah, Bali, Jayapura, dan Tapanuli. Masing-masing memiliki ciri khas yang
berbeda-beda. Misalnya logat bahasa Indonesia orang Jawa Tengah tampak pada pelafalan/b/pada posisi
awal saat melafalkan nama-nama kota seperti Bogor, Bandung, Banyuwangi, dll. Logat bahasa Indonesia
orang Bali tampak pada pelafalan /t/ seperti pada kata ithu, kitha, canthik, dll. Ciri-ciri khas yang meliputi
tekanan, turun naiknya nada, dan panjang pendek nya bunyi bahasa membangun aksen yang berbeda-beda.

b. Ragam Terpelajar

Bahasa Indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur yang berpendidikan berbeda dengan yang
tidak berpendidikan, terutama dalam pelafalan kata yang berasal dari bahasa asing, misalnya fitnah,
kompleks,vitamin, video, film, fakultas. Penutur yang tidak berpendidikan
mungkin akan mengucapkan pitnah, komplek, pitamin, pideo, pilm, pakultas. Perbedaan ini juga terjadi
dalam bidang tata bahasa, misalnya mbawa seharusnya membawa, nyari seharusnya mencari. Selain itu
bentuk kata dalam kalimat pun sering menanggalkan awalan yang seharusnya dipakai.

c. Ragam Resmi

Ragam resmi adalah bahasa yang digunakan dalam situasi resmi, seperti pertemuan-
pertemuan, peraturan-peraturan, dan undangan-undangan.

Ciri-ciri ragam bahasa resmi :

 Menggunakan imbuhan secara lengkap.


 Menggunakan kata ganti resmi.
 Menggunakan kata baku.
 Menggunakan EYD.
 Menghindari unsur kedaerahan.
d. Ragam Tidak Resmi

Ragam takresmi adalah bahasa yang digunakan dalam situasi takresmi, seperti dalam pergaulan, dan
percakapan pribadi, seperti dalam pergaulan, dan percakapan pribadi . Ciri- ciri ragam bahasa tidak resmi
kebalikan dari ragam bahasa resmi. Ragam bahasa bahasa tidak resmi ini digunakan ketika kita berada
dalam situasi yang tidak normal.

Ragam bahasa resmi atau tak resmi ditentukan oleh tingkat keformalan bahasa yang digunakan.
Semakin tinggi tingkat kebakuan suatu bahasa, berarti semakin resmi bahas yang digunakan. Sebaliknya
semakin rendah pula tingkat ke formalannya, makin rendah pula tingkat kebakuan bahasa yang
digunakan. Contoh: Bahasa yang digunakan oleh bawahan kepada atasan adalah bahas resmi sedangkan
bahasa yang digunakan oleh anak muda adalah ragam bahasa santai/ tak resmi.

Jika ditelusuri lebih jauh, ragam berdasarkan cara pandang penutur dapat dirinci lagi berdasarkan ciri,
yaitu :

 Kedaerahan
 Pendidikan
Sikap penutur sehingga di samping ragam yang tertera diatas, terdapat pula ragam menurut daerah, ragam
menurut pendidikan, dan ragam menurut sikap penutur. Ragam menurut daerah akan muncul jika para
penutur dan mitra komunikasinya berasal sari suku/etnik yang sama.
Pilihan ragam akan beralih jika para pelakunya multi etnik atau suasana berubah, misalnya dari tak resmi
menjadi resmi.
5. Ragam bahasa berdasarkan pesan komunikasi/topik pembicaraan

a. Ragam politik

Bahasa politik berisi kebijakan yang dibuat oleh penguasa dalam rangka menata dan mengatur
kehidupan masyarakat. dengan sendirinya penguasa merupakan salah satu sumber penutur bahasa yang
mempunyai pengaruh yang besar dalam pengembangan bahasa di masyarakat.

b. Ragam Hukum

Ragam bahasa hukum adalah bahasa Indonesia yang corak penggunaan bahasanya khas dalam
dunia hukum, mengingat fungsinya mempunyai karakteristik tersendiri, oleh karena itu bahasa hukum
Indonesia haruslah memenuhi syarat-syarat dan kaidah bahasa indonesia.

Salah satu ciri khas dari bahasa hukum adalah penggunaan kalimat yang panjang dengan pola kalimat
luas. Diakui bahwa bahasa hukum Indonesia tidak terlalu memperhatikan sifat dan ciri khas bahasa
Indonesia dalam strukturnya. Hal ini disebabkan karena hukum Indonesia pada umumnya didasarkan pada
hukum yang ditulis pada zaman penjajahan Belanda dan ditulis dalam bahasa Belanda. Namun, terkadang
sangat sulit menggunakan kalimat yang pendek dalam bahasa hukum karena dalam bahasa hukum
kejelasan norma-norma dan aturan terkadang membutuhkan penjelasan yang lebar, jelas kriteria nya,
keadaan, serta situasi yang dimaksud.

Ciri-ciri ragam bahasa hukum :

- Mempunyai gaya bahasa yang khusus

- Lugas dan eksak karena menghindari kesamaran dan ketaksaan

- Objektif dan menekan prasangka pribadi

- Memberikan definisi yang cermat tentang nama, sifat dan kategori yang diselidiki untuk
menghindari kesimpangsiuran

c. Ragam Sosial dan Ragam Fungsional

Ragam sosial dapat didefinisikan sebagai ragam bahasa yang sebagian norma dan kaidah nya
didasarkan atas kesepakatan bersama dalam lingkungan sosial yang lebih kecil dalam masyarakat. Ragam
sosial membedakan penggunaan bahasa berdasarkan hubungan orang misalnya berbahasa dengan
keluarga, teman akrab dan atau sebaya, serta tingkat status sosial orang yang menjadi lawan bicara.
Ragam sosial ini juga berlaku pada ragam tulis maupun ragam lisan. Sebagai contoh orang takkan sama
dalam menyebut lawan bicara jika berbicara dengan teman dan orang yang punya kedudukan sosial yang
lebih tinggi. Pembicara dapat menyebut kamu pada lawan bicara yang merupakan teman tetapi takkan
melakukan itu jika berbicara dengan orang dengan status sosial yang lebih tinggi atau kepada orang tua.
Ragam fungsioanal, sering juga disebut ragam professional merupakan ragam bahasa yang diakitkan
dengan profesi, lembaga, lingkungan kerja, atau kegiatan tertentu lainnya. Sebagai contoh yaitu adanya
ragam keagamaan, ragam kedokteran, ragam teknologi dll. Kesemuaan ragam ini memiliki fungsi pada
dunia mereka sendiri.

d. Ragam Jurnalistik

Bahasa Jurnalistik adalah ragam bahasa yang dipergunakan oleh dunia persurat-kabaran (dunia pers =
media massa cetak). Dalam perkembangan lebih lanjut, bahasa jurnalistik adalah bahasa yang
dipergunakan oleh seluruh media massa. Termasuk media massa audio (radio), audio visual (televisi) dan
multimedia (internet). Hingga bahasa jurnalistik adalah salah satu ragam bahasa, yang dibentuk karena
spesifikasi materi yang disampaikannya. Ragam khusus jurnalistik termasuk dalam ragam bahasa
ringkas.

Ragam ringkas mempunyai sifat-sifat umum sebagai berikut:

 Bahasanya padat

 Selalu berpusat pada hal yang dibicarakan

 Banyak sifat objektifnya daripada subjektifnya

 Lebih banyak unsur pikiran daripada perasaan

 Lebih bersifat memberitahukan daripada menggerakkan emosi

Tujuan utama ialah supaya pendengar/pembaca tahu atau mengerti. Oleh karena itu, yang diutamakan
ialah jelas dan seksamanya. Kalimat-kalimatnya disusun selogis-logisnya. Bahasa jurnalistik ditujukan
kepada umum, tidak membedakan tingkat kecerdasan, kedudukan, keyakinan, dan pengetahuan.

e. Ragam Sastra

Ragam bahasa sastra memiliki sifat atau karakter subjektif, lentur, konotatif, kreatif dan inovatif.
Dalam bahasa yang beragam khusus terdapat kata-kata, cara-cara penuturan, dan ungkapan-ungkapan
yang khusus, yang kurang lazim atau tak dikenal dalam bahasa umum. Bahasa sastra ialah bahasa yang
dipakai untuk menyampaikan emosi (perasaan) dan pikiran, fantasi dan lukisan angan-angan,
penghayatan batin dan lahir, peristiwa dan khayalan, dengan bentuk istimewa. Istimewa karena kekuatan
efeknya pada pendengar/pembaca dan istimewa cara penuturannya. Bahasa dalam ragam sastra ini
digunakan sebagai bahan kesenian di samping alat komunikasi. Untuk memperbesar efek penuturan
dikerahkan segala kemampuan yang ada pada bahasa. Arti, bunyi, asosiasi, irama, tekanan, suara,
panjang pendek suara, persesuaian bunyi kata, sajak, asonansi, posisi kata, ulangan kata/kalimat dimana
perlu dikerahkan untuk mempertinggi efek. Misalnya, bahasa dalam sajak jelas bedanya dengan bahasa
dalam karangan umum.
Berbeda dengan ragam bahasa ilmiah, ragam bahasa sastra banyak mengunakan kalimat yang tidak
efektif. Penggambaran yang sejelas-jelasnya melalui rangkaian kata bermakna konotasi sering dipakai
dalam ragam bahasa sastra. Hal ini dilakukan agar tercipta pencitraan di dalam imajinasi pembaca.
Penetapan ragam yang dipakai bergantung pada situasi, kondisi, topik pembicaraan, serta bentuk
hubungan antar pelaku. Berbagai faktor tadi akan mempengaruhi cara pandang penutur untuk menetapkan
salah satu ragam yang digunakan (dialeg, terpelajar, resmi, takresmi). Dalam praktek pemakaian seluruh
ragam yang dibahas diatas sering memiliki kesamaan satu sama lain dalam hal pemakaian kata. Ragam
lisan (sehari
-hari) cenderung sama dengan ragam dialek, dan ragam takresmi, sedangkan ragam tulis (formal)
cenderung sama dengan ragam resmi dan ragam terpelajar. Selanjutnya, ragam terpelajar tentu
mirip dengan ragam ilmu.

2.3. Bahasa Indonesia Yang Baik dan Benar

Meskipun sudah sering didengar, ternyata belum semua orang memahami makna istilah baik dan benar
dalam berbahasa. Tidak semua bahasa yang baik itu benar atau sebaliknya. Bahasa yang baik adalah yang
sesuai dengan situasi. Sebagai alat komunikasi, bahasa harus dapat efektif menyampaikan maksud kepada
lawan bicara. Ada lima ragam bahasa yang dapat digunakan sesuai situasi sebagai berikut:

 Ragam beku (frozen); digunakan pada situasi hikmat

 Ragam resmi (formal); digunakan dalam situasi resmi

 Ragam konsultatif/usaha (consultative); digunakan dalam pembicaraan yang terpusat pada


transaksi atau pertukaran informasi

 Ragam santai (casual); digunakan dalam suasana tidak resmi

 Ragam akrab (intimate); digunakan antara orang yang memiliki hubungan sangat akrab.

Bahasa yang benar adalah bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa baku, baik kaidah untuk bahasa
baku tertulis maupun baku lisan
Kesimpulan

Bahasa Indonesia mengajarkan masyarakat Indonesia untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik
dan benar, baik secara lisan maupun penulisan yang sudah akurat, dan sebaiknya kita memerhatikan
dalam penulisan harus sesuai dengan EYD karena penggunaan ejaan ini adalah resmi dalam sebuah ragam
tulisan. Karena bahasa indonesia merupakan bahasa yang nasional yang artinya bahasa tersebut
merupakan bahasa pengantar sehari-hari yang memudahkan kita untuk berkomunikasi. Secara garis besar,
ragam indonesia terbagi menjadi dua macam, yaitu ragam lisan dan ragam tulis. Dimana kedua ragam
tersebut memiliki perbedaan, yakni ragam lisan membutuhkan lawan bicara sedangkan ragam tulisan
tidak membutuhkan lawan bicara.
Ragam lisanpun akan tetap dapat dimengerti walau tanpa subjek, predikat, objek dan
keterangan.

3.1. Saran

Sebaiknya sebagai penduduk Indonesia, kita menggunakan ragam bahasa yang baik dan benar sehingga
keberadaan ragam bahasa itu sendiri tidak punah dengan adanya bahasa- bahasa yang terkadang jauh dari
aturan bahasa yang ada di Indonesia bahkan bertentangan.

DAFTAR PUSTAKA

Tadjudding, Moh. 2013. Bahasa Indonesia Bentuk dan Makna. Bandung : P.T. Alumni Keraf, Gorys.
1994. Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. NTT : Nusa Indah. Rahardi, Kunjawa.
2009. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta : Penerbit Erlangga
http://pendidikanmatematika2011.blogspot.com/2012/04/reski-andika-saing.html [diakses
Minggu 15 Oktober 2017] http://merrycmerry.blogspot.com/2011/10/makalah-bahasa-
indonesia-ragam-bahasa.html [diakses Minggu 15 Oktober 2017]
http://irfanisprayudhi.wordpress.com/2013/09/30/arti-fungsi-dan-ragam-bahasa [diakses Minggu
15 Oktober 2017]

Anda mungkin juga menyukai