Anda di halaman 1dari 36

BAB II ISI

2.1.

Geologi Regional
Van bemmelen (1949) secara mum membagi fisiografi pulau jawa dan Madura

menjadi empat bagian, yaitu : Jawa barat bagian tengah ( antara jakarta sampai
barat Cirebon) Jawa tengah (antara Cirebon sampai semarang) Jawa timur (antara
semarang sampai Surabaya) Serta bagian timur pulau jawa dengan selat dan pulau
Madura

y y y y

Untuk daerah jawa barat sendiri van bemmelen membagi lagi menjadi enam bagian,
seperti pada gambar berikut :
y

Pantai utara jakarta Zona Dataran Pantai Jakarta menempati bagian utara Jawa
membentang barattimur mulai dari Serang, Jakarta, Subang, Indramayu hingga Cirebon.
Darah ini bermorfologi pedataran dengan batuan penyusun terdiri atas aluvium
sungai/pantai dan endapan gunungapi muda.

Zona bogor Menempati bagian selatan Zona Dataran Pantai Jakarta, membentang mulai
dari Tangerang, Bogor, Purwakarta, Sumedang, Majalengka dan Kuningan. Zona Bogor
umumnya bermorfologi perbukitan yang memanjang barat-timur dengan lebar

maksimum sekitar 40 km. Batuan penyusun terdiri atas batuan sedimen Tersier dan
batuan beku baik intrusif maupun ekstrusif. Morfologi perbukitan terjal disusun
oleh batuan beku intrusif, seperti yang ditemukan di komplek Pegunungan
Sanggabuana, Purwakarta. Van Bemmelen (1949), menamakan morfologi perbukitannya
sebagai antiklinorium kuat yang disertai oleh pensesaran. y Zona Bandung Letaknya
di bagian selatan Zona Bogor, memiliki lebar antara 20 km hingga 40 km, membentang
mulai dari Pelabuhanratu, menerus ke timur melalui Cianjur, Bandung hingga
Kuningan. Sebagian besar Zona Bandung bermorfologi perbukitan curam yang dipisahkan
oleh beberapa lembah yang cukup luas. Van Bemmelen (1949) menamakan lembah tersebut
sebagai depresi diantara gunung yang prosesnya diakibatkan oleh tektonik
(intermontane depression). Batuan penyusun di dalam zona ini terdiri atas batuan
sedimen berumur Neogen yang ditindih secara tidak selaras oleh batuan vulkanik
berumur Kuarter. Akibat tektonik yang kuat, batuan tersebut membentuk struktur
lipatan
besar yang disertai oleh pensesaran. Zona Bandung merupakan puncak dari Geantiklin
Jawa Barat yang kemudian runtuh setelah proses pengangkatan berakhir (van Bemmelen,
1949). y Pegunungan selatan Terletak di bagian selatan Zona Bandung. Pannekoek,
(1946), menyatakan bahwa batas antara kedua zona fisiografi tersebut dapat diamati
di Lembah Cimandiri, Sukabumi. Perbukitan bergelombang di Lembah Cimandiri yang
merupakan bagian dari Zona Bandung berbatasan langsung dengan dataran tinggi
(pletau) Zona Pegunungan Selatan. Morfologi dataran tinggi atau plateau ini, oleh
Pannekoek (1946) dinamakan sebagai Plateau Jampang. y Zona gunung api kuarter
memisahkan antara zona bogor dan zona bandung serta memisahkan zona bandung dengan
pegunungan selatan y Kubah dan pegunungan pada zona depresi tengah Daerah ini
menempati zona depresi tengah
2.2.

Geologi Daerah Cianjur dan Sekitarnya

Secara geografis Cianjur terletak pada titik koordinat 106o42¶-107o25¶ Bujur Timur
dan 6o21¶-7o32¶ Lintang Selatan. Luas wilayah Kabupaten Cianjur 350.148 km2 dengan
jumlah penduduk pada tahun 2007 sebanyak 2.138.465 jiwa. Secara administratif
Pemerintah kabupaten Cianjur terbagi dalam 32 Kecamatan, dengan batas-batas
administratif :

1. Sebelah utara berbatasan dengan wilayah Kabupaten Bogor dan Kabupaten


Purwakarta. 2. Sebelah barat berbatasan dengan wilayah Kabupaten Sukabumi. 3.
Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia. 4. Sebelah Timur berbatasan
dengan wilayah Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut.
Secara geografis , Kabupaten Cianjur dapat dibedakan dalam tiga wilayah pembangunan
yakni wilayah utara, tengah dan wilayah selatan.

1. Wilayah Utara Meliputi 16 Kecamatan : Cianjur, Cilaku, Warungkondang,Gekbrong,


Cibeber, Karangtengah, Sukaluyu, Ciranjang, Bojongpicung, Mande, Cikalongkulon,
Cugenang , Sukaresmi, Cipanas, Pacet dan Haurwangi.

2. Wilayah Tengah Meliputi 9 Kecamatan : Sukanagara, Takokak, Campaka, Campaka


Mulya, Tanggeung, Pagelaran, Leles, Cijati dan Kadupandak.

3. Wilayah Selatan Meliputi 7 Kecamatan : Cibinong, Agrabinta, Sindangbarang,


Cidaun , Naringgul, Cikadu dan Pasirkuda.

Sebagian besar wilayah Cianjur adalah pegunungan, kecuali di sebagian pantai


selatan berupa dataran rendah yang sempit. Lahan-lahan pertanian tanaman pangan dan
hortikultura, peternakan, perikanan, perkebunan dan kehutanan merupakan sumber
kehidupan bagi masyarakat. Keadaan itu ditunjang dengan banyaknya sungai besar dan
kecil yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber daya pengairan tanaman pertanian.
Sungai terpanjang di Cianjur adalah Sungai Cibuni, yang bermuara di Samudra Hindia.

Dari luas wilayah Kabupaten Cianjur 350.148 hektar, pemanfaatannya meliputi 83.034
Ha (23,71 %) berupa hutan produktif dan konservasi, 58,101 Ha (16,59 %) berupa
tanah
pertanian lahan basah, 97.227 Ha (27,76 %) berupa lahan pertanian kering dan
tegalan, 57.735 Ha (16,49 %) berupa tanah perkebunan, 3.500 Ha (0,10 %) berupa
tanah dan penggembalaan / pekarangan, 1.239 Ha (0,035 %) berupa tambak / kolam,
25.261 Ha (7,20 %) berupa pemukiman / pekarangan dan 22.483 Ha (6.42 %) berupa
penggunaan lain-lain.

Sebaran batuan dasar berdasarkan pada Peta Geologi Lembar Jakarta skala 1:100.000.
Batuan dasar yang tertua berupa batuan terobosan yaitu berupa batuan andesite
hornblende dan porfiri diorite hornblende (ha), andesite biotite (ba), shoshonit
(sh), vitrofir, porfir basalt dan dolerit (vi), mangerit (ma), eseksit dan gabbro
eseksit (es), andesite (a) dan andesit basalt (ab) yang kemudian di atasnya
diendapkan lapisan secara selaras yang berupa batuan batu lempung, napal, batu
pasir kuarsa dari formasi rajamandala (omc) yang menjemari dengan batu gamping
(oml) dari formasi rajamandala. Selanjutnya diendapkan lapisan-lapisan tipis batu
pasir tipis dengan batu lempung (md) yang termasuk dalam formasi jampang.
Selanjutnya di atas formasi jampang di endapkan secara selaras formasi citarum
dengan batuan penyusun berupa anggota batu pasir dan lanau (Mts). Diendapkan secara
selaras di atas formasi citarum terdapat formasi jatiluhur yang terdiri dari napal
dan batu lempung dengan sisipan batupasir gampingan, anggota napal (Mdm) dimana
napal berwarna abu-abu tua, batu lempung napalan, dan serpih lempungan dengan
sisipan batupasir kuarsa, kuarsit, dan batu gamping napalan yang menjemari dengan
batu gamping koral bersisipan batu gamping pasiran dan napal (Formasi
Klapanunggal). Diatas formasi klapanunggal di endapkan secara selaras Formasi
cantayan yang terdiri dari batu gamping koral di selatan waduk jatiluhur, batu
lempung, serpih tufaan mengandung belerang, lignit dan konkresi-konkresi batu
lempung, sisipan batu gamping, batu pasir berlapis baik, serpih pasiran, lempung
serpihan, breksi laut dan konglomerat.
Diendapkan secara selaras di atas formasi cantayan berupa anngota formasi subang
yang terdiri dari batuan andesit menyisip di antara batu lempung, yang diendapkan
selaras dengan anggota formasi nyalindung yang terdiri dari batupasir glaukonit
bersifat gampingan, lempung berumur tersier, batugamping, napal dan breksi laut.
Kemudian di atas formasi nyalindung terendapkan secara tidak selaras formasi
cilanang yang terdiri dari napal tufaan berseling dengan batupasir tufaan dan
breksi tufaan, mengandung lapisan-lapisan konglomerat, batupasir glaukonit bersifat
gampingan, lempungan dengan konkresi-konkresi, batu gamping koral pejal dan keping
di sisi selatan lembar peta. Dan di atas formasi cilanang diendapkan secara tidak
selaras batuan-batuan yang berumur quarter seperti (pb) breksi tufaan, lava, batu
pasir, conglomerate, (qoa) alluvium tua seperti konglomerat dan batum pasir
sungai , (qoh) tuff hornblende, (qot) hasil gunung api tertua, (qos) batu pasir
tufaan dan conglomerate, (qol) endapan danau seperti lempuung, konglomerat, (qob)
hasil gunug api tua, breksi, lahar, lava, (qyk) breksi dan lava di daerah gn limo,
(qyb) aliran basal dari gn. Geger bentang, (qyc) bukit0bukit kecil terutama
bongkahan basalt, (qyt) tuff dari gn tangkuban perahu, (qyd) tuff dari gn danu dan
Gn tangkuban perahu, (qyl) lava dari Gn gede, (qyg) breksi dan lahar dari Gn gede,
(ql) endapan-endapan danau bersifaat tufaan, (qa) alluvium berupa lempung, lanau,
pasir.

Struktur Geologi daerah Cianjur dan Sekitarnya

Di daerah timur laut dari daerah penelitian terdapat sesar naik dan sesar mendatar
dimana arah straight dan dipnya berkisar antara 30-49 kemudian pada daerah timur
dari daerah penelitian hanya terdapat sedikit struktur.disekitar pr panyaweuyan
terdapat sesar naik dan antiklin di
sekitar wilayah tersebut juga di temukan adanya fosil koraminifera.wilayah yang
paling banyak terdapat struktur berada di arah tenggara hingga selatan dari daerah
penelitian,pada daerah itubanyak mengalami sesar naik antiklin maupun sesar-sesar
lainnya dimana besar straihgt berkisar antara 10-29. Banyaknya struktur di daerah
ini disebabkan oleh karna litologi penyusun dari daerah ini adalah batuan sedimen
oleh karna itu di daerah ini banyak mengalami gangguan struktur.di sebelah barat
dari lokasi penelitian tidak ditemukan indikasi adanya struktur hal ini disebabkan
karna litologi batuan penyusun dari daerah ini adalah batuan beku,oleh karna itu
daerah ini jarang ada struktur jika dilihat dari sifat materil batuan bekuyang
kompak dan padat.di bagian barat laut hingga utara struktur banyak ditemukan
seperti adanya antiklin,sesar,serta lokasi ditemukannya fosil koraminifera halini
disebabkan oleh karna litologi batuan penyusun dari daerah ini merupakan batuan
sedimen yang mudah mengalami gangguan struktur.

Stratigrafi daerah Cianjur dan Sekitarnya


Pembahasan stratigrafi regional dimaksudkan untuk memberikan gambaran umum dari
beberapa formasi yang erat hubungannya dengan stratigrafi daerah penelitian dan
diuraikan dari satuan yang tua ke satuan yang lebih muda.

Formasi cilanang Formasi-formasi ini terdiri dari lapisan-lapisan napal tufaan


berseling dengan batupasir tufaan dan breksi tufaan, mengandung lapisan-lapisan
konglomerat, batupasir glaukonit bersifat gampingan, lempungan dengan konkresi-
konkresi, batu gamping koral pejal dan keeping di sisi
selatan lembar peta. Fosil melimpah dengan moluska sebanyak 189 species, 33%
diantaranya masih hidup.

Formasi Nyalindung Formasi-formasi ini terdiri dari lapisan-lapisan batupasir


glaukonit bersifat gampingan, lempung berumur tersier, batugamping, napal dan
breksi laut. Mengandung foraminifera kecil, koral dan moluska. 18% di antaranya
masih hidup. Tersingkap di sisi barat daya lembar peta. Formasi Subang

Formasi subang ini terdiri dari batuan andesit menyisip di antara batu lempung,
dimana umumnya batu lempung mengandung lapisan-lapisan dan nodula batu gamping
keras, napal dan lapisan-lapisan batu gamping abu-abu setebal 2-3m, kadang-kadang
mengandung batu pasir glaukonit hijau. Formasi ini berumur Miosen Atas.

Formasi Cantayan

Formasi cantayan ini terdiri dari batu gamping koral di selatan waduk jatiluhur,
batu lempung, serpih tufaan mengandung belerang, lignit dan konkresi-konkresi batu
lempung, sisipan batu gamping, batu pasir berlapis baik, serpih pasiran, lempung
serpihan, breksi laut dan konglomerat. Breksi polemic mengandung komponen bersifat
basalt, andesite, dan batu gamping koral, bersisipan batupasir andesite pada bagian
atas. Dibeberapa tempat mengandung juga batuanbautan bersifat intrusive.
Formasi Klapanunggal Batugamping Formasi Klapanunggal (Tmk), terdiri dari
batugamping koral, napal dan batupasir kuarsa, pada umumnya melapuk menengah dan
berlapis. Batugamping tersusun oleh cangkang moluska dan koral, berwarna putih
kecoklatan, sebagian klastik kasar, padu, agak keras, hasil uji kuat tekan di
lapangan memakai Schmidt Hammer (UCS lapangan) di beberapa lokasi antara 100-250
kg/cm2 . Napal berwarna kelabu, agak keras dan padu, hasil uji kuat tekan di
lapangan memakai Schmidt Hammer (UCS lapangan) di beberapa lokasi antara 100-150
kg/cm2. Batupasir kuarsa berwarna kelabu kehijauan, banyak mengandung kuarsa, pasir
berbutir halus sampai sedang, membundar tanggung sampai bundar, agak keras dan
padu, hasil uji kuat tekan dilapangan memakai Schmidt Hammer (UCS lapangan) di
beberapa lokasi antara 150-275 kg/cm2. Tanah pelapukan umumnya berupa lempung
lanauan, mengandung pecahan cangkang moluska dan koral,berwarna coklat kehitaman,
lunak, plastisitas tinggi. Tebal rata-rata 1,50 m, di beberap tempat nilai
penetrometer saku (qu) antara 0,50-2,50 kg/cm2

Formasi Jatiluhur Formasi jatiluhur ini terdiri dari napal dan batu lempung dengan
sisipan batupasir gampingan, anggota napal (Mdm) dimana napal berwarna abu-abu tua,
batu lempung napalan, dan serpih lempungan dengan sisipan batupasir kuarsa,
kuarsit, dan batu gamping napalan. Batu pasir kuarsa (Mdq) merupakan lapisan-
lapisan tipis sampai tebal, jalur-jalur tipis batubara dan lembarlembar kecil
muskovit dengan lensa-lensa batu gamping, pada beberapa tempat juga terdapat
lapisan-lapisna quarzit yg berwarna abu-abu. Batulempung Formasi Jatiluhur (Tmj),
terdiri dari
batulempung dengan sisipan batupasir gampingan, berlapis baik dan pada umumnya
melapuk menengah. Batulempung berwarna abuabu kebiruan, agak padu dan agak keras,
setempat menyerpih dan mudah hancur, tebal lapisan antara 0,50-2,00 m, hasil uji
kuat tekan di lapangan memakai Schmidt Hammer (UCS lapangan) di beberapa lokasi
antara 100-250 kg/cm2. Batupasir gampingan, berwarna kelabu muda, pasir berbutir
halus-kasar, membundar tanggung, agak padu, agak keras, tebal lapisan antara 0,20-
0,50 m. Tanah pelapukan umumnya berupa lanau lempungan, abu-abu kecoklatan,
mengandung pecahan batulempung, lunak, plastisitas tinggi. Tebal rata-rata 1,50 m,
dibeberap tempat nilai penetrometer saku (qu) antara 1,00-2,25 kg/cm2. Formasi
Jatiluhur ini mencirikan lingkungan laut dangkal.

Formasi Citarum

Formasi ini umumnya terdiri dari greywacke yang berselang-seling dengan batulanau
atau batulempung tufaan serta konglomerat dan breksi volkanik pada bagian bawahnya.
Fragmen batugamping dan batulempung dapat dijumpai dalam lapisan breksi,
konglomerat, dan graywacke. Lapisan-lapisan greywacke berwarna hijau kelabu, pada
bagian dasarnya terdapat sedikit fragmen batugamping dengan fosil foraminifera
besar dan fragmen batulempung berdiameter sekitar 25 cm. Lapisan-lapisan batupasir
ini kaya campuran tufa dan fragmen batulempung. Ketebalan lapisan-lapisan greywacke
dapat mencapai 25 meter. Tebal singkapan formasi di daerah ini sekitar 850 meter.
Formasi ini tertutupi secara tidak selaras oleh Formasi Saguling
Di daerah ini, Formasi Citarum bersentuhan secara struktur dengan Formasi
Rajamandala yang berumur lebih tua. Singkapan persentuhan sesar dapat diamati pada
perbukitan Rajamandala sejajar jalan raya (Lokasi tipe singkapan di Citatah). Batas
selaras formasi ini di atas Formasi Rajamandala kemungkinan dapat dijumpai ke arah
barat daerah ini.

Lokasi tipenya di Lembah S.Citarum, pada S.Cinongnang. Formasi terdiri dari


graywacke. Tebal formasi mencapai 1,372 meter. Nama lainnya dalam literatur adalah:
Tjitarum Beds (van

Bemmelen, 1949, pp. 639); Tjitarum Sandstein (Martin; 1887; pp. 369-370). Fosil
diagnostik yang dijumpai adalah Miogypsina thecidaeformis RUTTEN; Lepidocyclina cf.
angulosa PROVALE; Eulepidina sp.; Cycloclypeus sp.; Lepidocyclina epipioides.

Formasi Jampang Formasi Jampang terdiri dari breksi vulkanik, batupasir tufaan
dengan sisipan batulanau dan batufempung, breksi dan tufa, tebal 1000 m, umur
Miosen Awal. Nama Andesit Tua sering diberikan untuk satuan ini. Di daerah utaranya
seumur dengan Formasi Jampang adalah Formasi Citarum, terdiri dari tufa dan
greywacke tebal 1250 m. Kedua satuan ini merupakan satu sistem kipas laut dalam,
dimana Formasi Jampang adalah bagian dalam dan Formasi Citarum merupakan bagian
kipas luar. Ciri-ciri batuannya merupakan endapan aliran gravitasi seperti lava dan
kadang-kadang memperlihatkan struktur bantal. Formasi jampang ini terdiri dari
lapisan-lapisan tipis batu pasir tufaan dan batu lempung yang umumnya berwarna
hijau karena klorit. Breksi tufaan bersifat gampingan bersusun andesit dan
dasit. Batupasir gampingan, napal, serpih dan tuf pasiran berwarna putih. Formasi
ini tersingkap di daerah barat daya lembar peta.

Formasi Rajamandala

Formasi ini terdiri dari batugamping dan napal pasiran (marl). Batugamping tersebut
berwarna putih kecoklatan berupa batugamping koral (coralline limestones), masif
membentuk perbukitan. Tebal lapisan batugamping ini sekitar 9 meter. Ketebalan
formasi ini berkisar antara 0-200 meter. Fauna dalam batugamping berumur
Aquitanian. Pada bagian bawah formasi ini terdapat napal pasiran yang banyak
mengandung konkresi lempung. Lapisan ini selaras berada di atas batulempung napalan
dan batupasir kuarsa yang mengandung fosil Camerina fichteli-intermedia (umurnya
Oligosen).

Lokasi tipe formasi ini di Gunung Masigit, dekat Rajamandala, Jawa Barat serta
penyebarannya terbatas dekat lokasi tipenya. Nama lainnya dalam literatur adalah:
Masigit Limestone (van Bemmelen, 1949, pp. 109, 639); Tagogapu Beds; Tagogapoe
Lagen atau Tagogapu Limestone (Leupold dan van der Klerk, 1931, pp. 639). Di daerah
ini, Formasi Rajamandala tersingkap di atas Formasi Citarum yang berumur lebih muda
(persentuhan sesar). Singkapan di daerah ini dapat diamati pada perbukitan
Rajamandala sejajar jalan raya.

Batas formasi ini selaras dan berangsur kearah bawah menjadi batupasir kuarsa
bersemen karbonat dan batulempung tergerus kuat yang merupakan satuan Formasi
Batuasih. Lapisan batulempung napalan dan batupasir kuarsa bersemen karbonat
selaras di atas napal (marls) yang mengandung fosil Globigerina, dan graywacke
dengan perselingan batuan sedimen laut.
Singkapan batas formasi yang selaras dan berangsur menjadi batupasir kuarsa dan
batulempung Formasi Batuasih dapat diamati pada lokasi singkapan di Cipanas (lihat
Lokasi singkapan di Cipanas). Formasi ini hanya berkembang di cekungan Bogor (lihat
Stratigrafi Cekungan Bogor).

Batugamping Formasi Rajamandala yang tersingkap di daerah Padalarang terbentuk


sebagai barrier reef pada umur Oligosen Akhir - Miosen Awal. Terdapat 5 fasies
karbonat pembentuk satuan ini (1) Planktonic Packstone - Wackestone, (2) Fasies
Lepidocyclina Packstone (3) Fasies Rudstone, (4) Fasies Boundstone dan (5) Fasies
Milliolid Packstone. Rekontruksi hubungan sebaran fasies menunjukkan lereng depan
terumbu berada di bagian Utara sedang bagian belakang terumbu terdapat di Selatan.
Diagenesa yang teramati pada Batugamping Formasi Rajamandala adalah sementasi,
mikritisasi, pelarutan, dan kompaksi. Diagenesa terjadi mulai dari lingkungan
marine sampai burial.

Fosil yang ditemukan dalam formasi ini adalah: Globigerina; Camerina fichteli-
intermedia. Umur Formasi Rajamandala adalah Oligo-Miosen (N5). Lingkungan
pengendapan laut dangkal (Epi-Neritik, kedalaman 100-200 meter), dan merupakan
terumbu karang.
2.3.

Bahasan Evaluasi Satuan Kemampuan 2.3.1. satuan kemampuan lahan Bentang Alam

2.3.2. satuan kemampuan lahan Tata Air


SKL Tata air merupakan salah satu peta SKL pokok yang paling penting dalam
pembuatan peta SKLK ( Satuan Kesesuaian Lahan Kawasan ) permukiman dan pariwisata
daerah Cianjur dan sekitarnya. Di dalam peta SKLK permukiman dan pariwisata
pemanfaatan sumber air permukaan, air tanah maupun sumber mata air panas sangatlah
penting untuk ketersediaan sumber air bersi untuk penunjang permukiman dan sebagai
sumber air bersih pengembangan sarana dan prasarana serta objek pariwisata. Hal-hal
yang menjadi parameter dalam pembuatan peta satuan kesesuaian lahan tata air adalah
litologi batuan, kondisis fisik secara umum, keterdapatan sumber air permukaan
maupun air tanah ( air bawah permukaan ) yang kemudian di dapatkan potensi dan
kendalanya. Peta SKL tata air dibuat dengan menggunakan peta dasar berupa peta
Geologi dan peta Hidrogeologi. Tata air daerah Cianjur Jawa Barat,termasuk kedalam
potensi tata air yang baik, karena daerah ini memiliki sumber mata air permukaan
dan air tanah yang relative banyak dan didukung pula dengan litologi yang amat
mendukung dan topografi yang beragam. Terdapat kawasan sumber mata air panas yang
dapat dikembangkan sebagai kawasan pariwisata. Dengan adanya
objek wisata tersebut dan pemanfaatan mata air panas sebagai pembangkit listrik
tenaga uap dan pemanfaatan Geothermal maka akan dapat menambah pendapatan
( income ) daerah. Klasifikasi potensi tata air di daerah Cianjur dan sekitarnya,
Jawa Barat berdasarkan litologi [endukung, topografi, serta kondisi fisik daerah
tersebut, maka satuan ikesesuaian lahan tata air dibagi menjadi unit : A. Air Tanah
1. Sangat Baik Merupakan daerah Gunungapi Muda dengan litologi berupa produk
vulkanik, yaitu lava dan lahar (Qyg, Qyb, Qyl, Qyk, Pb, dan Pl ), breksi dan batuan
piroklastika tuff ( Qyd, Qyt, Qoh ). Daerah ini berumur kuater dan hampir tidak
terdapat stuktur geologi. Kemiringan topografi sedang hingga curam. Merupakan
resapan yang baik untuk air tanah dan Daerah ini sangat memungkinkan terjadinya
aktivitas volkanisme karena daerah ini terletak di kaki Gunung Gede Pangrango,
Gunung Gegerbenteng, dan Gunung Limo. Topografi terjal dengan ketinggian berkisar
antara 100-2000 m. terletak di bagian barat di sekitar kaki gunung Gede Pangrango.

2. Baik Merupakan daerah endapan Alluvium ( Qa dan Qoa ), dengan endapan-endapan


batuan sedimen di sepanjang alur sungai dengan kemiringan topografi yang sangat
landai dengan ketinggian topografi 20-50 m. Daerah ini merupakan wilayah
pengendapan ( depositional ) dengan resapan air yang baik.
Dari peta hidrogeologi diketahui bahwa di daerah ini memiliki banyak sumber mata
air untuk ketersediaan air bersih. Tetapi dapat terjadi pencampuran dengan air
waduk, dan merupakan daerah dataran banjir. 3. Sedang Tata air sedang ini tersebar
di bagian selatan dan utara dengan Litologi berupa batuan sedimen dan batuan gunung
api tua. Dengan litologi batuan sedimen berupa napal, batu pasir, batu lempung
serta breksi ( Pt, Mn, Mtjs, Msb, Mss, Msc, Mttc, Mtts, Mttb, Mdm, Qmc, Md, Mts,
Mtb, Mdb, dan Mdq) dan juga terdapat litologi batu gamping terumbu ( Qml, Mtjl,
Mttl, Mk dan Mdl ). Selain itu juga tata air sedang juga di dominasi oleh batuan
gunung api tua yaitu Qos, Qot, dan Qob. Terdapat banyak struktur-struktur mayor
yakni sesar-sesar naik ataupun turun,kekar, perlipatan, dan lain-lain. Kemiringan
topografi datar hingga sedang, dengan sumber mata air yang relative sedikit,
dilihat dari peta hidrogeologi. Tata air relative sedang, terdapat begitu banyak
struktur dengan litologi berupa batuan sedimen dan batuan-batuan gunung api tua
yang cukup mendukung sebagai zona resapan dan aliran air , ketersediaan air bersih
dalam jumlah sedang. Dan merupakan zona gelinciran dan berpotensi cukup besar
terjadinya bencana geologi di daerah ini. 4. Buruk Tata air buruk tersebar di
daerah utara ( daerah Gunung Sanggabuana ) yang merupakan hampir keseluruhan berupa
intrusi dengan Litologi berupa batuan batuan beku andesit dan lava ( Ha, Ba, Sh, V,
Ma, Es, a dan b ) dengan tekstur kristalin yang kompak dengan kemiringan topografi
yang terjal, dan jarang terdapat struktur membuat tata airnya relatif buruk dengan
sangat sedikit sekali sumber mata air ( dilihat dari peta
hidrogeologi ) dan resapan air yang sedikit pula, sehingga ketersediaan air bersih
sangat kurang sekali. Terdapat banyak zona longsoran.

B.

Air Permukaan 1. Sangat Baik Merupakan wilayah danau Saguling yang terletak di
sebelah tenggara dari daerah Cianjur, dengan litologi berupa endapan danau ( Qol )
yaitu berupa endapan epiklastik dan endapan-endapan danau yang bersifat tufaan.
Tekstur batuannya sangat baik untuk penyimpanan air, oleh karena itu tata air
sangat baik untuk ketersediaan air bersih. Dapat dikembangkan menjadi bendungan dan
wilayah asset wisata, tetapi daerah ini merupakan daerah rawan banjir.

2. Baik Wilayah danau Jatiluhur dan Cirata dengan litologi pendukung batuan sedimen
dengan porositas dan permeabilitas yang baik sehingga dapat menjadi system tata air
yang baik untuk ketersediaan air bersih. Dapat dikembangkan untuk bendungan dan
merupakan wilayah aset wisata utama . kemiringan topografi sedang-curam, merupakan
daerah banjir.

C. Mata Air Panas 1. Sangat Baik Kawasan volklanik yaitu kaki Gunung Tangkuban
Perahu, amat sangat dekat dengan kawasan waduk cirata dengan kemiringan landai-
sedang. Litologi berupa aliran
lava dan lahar dari Gunung Tangkuban Perahu( Qob dan Qos ). Merupakan daerah wisata
sumber mata air panas, dapat digunakan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Uap ( PLTU
) dan sebagai energy Geothermal. Tetapi Kuantitas dan Kualitasnya belum diketahui
dengan pasti.

2.3.3. Satuan Kemampuan Lahan Daya Dukung Dalam menyusun peta SKLK (Satuan
Kesesuaian Lahan Kawasan) di perlukan data yaitu berupa peta daya dukung tanah
untuk pemanfaatan sebagai pemukiman dan pariwisata. Hal-hal yang menjadi parameter
dalam pembuatan peta satuan kesesuaian lahan daya dukung tanah adalah litologi
batuan, topografi, elevasi dan kelerengan yang kemudian didapatkan potensi dan
kendalanya. Klasifikasi potensi daya dukung tanah daerah Cianjur, Jawa Barat
berdasarkan litologi, jenis topografi serta kelerengan dan elevasi yang mendominasi
daerah tersebut, maka satuan kesesuaian lahannya di bagi menjadi unit : 1. Sangat
Tinggi Litologi penyusun berupa batuan sedimen seperti breksi, pasir, napal dan
endapan alluvium,dan batuan beku seperti lava basalt, vitovir dan andesit.
Tergolong daerah pegunungan dengan elevasi > 1000 m dengan lereng >30 %. Rawan
terhadap letusan gunung api dan gerakan tanah 2. Tinggi Litologi penyusun berupa
batuan sedimen seperti pasir, lempung, gamping, breksi,napal dan juga batuan beku
seperti tuff. Tergolong daerah pegunungan dengan elevasi > 1000
m dengan lereng >30 %. Rawan terhadap letusan gunung api, terdapat juga sesar geser
dan sesar naik sehingga mempengaruhi gerakan tanah pada daerah ini 3. Sedang
Litologi penyusun daerah ini berupa batuan sedimen seperti gamping, breksi, pasir,
lempung, napal dan endapan alluvium, juga terdapat batuan beku seperti andeit,
vitrovir, shoshonit, tuff. Tergolong daerah perbukitan dengan elevasi 200-1000 m
dengan kelerengan < 30 %, daerah ini mempunyai bayak sungai dan di pengaruhi oleh
sesar

geser dan sesar naik. 4. Rendah Litologi daerah ini didominasi oleh batuan beku
seperti pasir, lempung, breksi, gamping dan endapan alluvium, terdapat juga batuan
beku seperti andesit dan tuff. Tergolong daerah dataran dengan elevasi < 200 m
denga kelerengan < 30 %, daerah ini sangat di

pengaruhi oleh struktur terutama sesar naik sehingga gerakan tanahnya cukup besar.
5. Sangat Rendah Daerah ini berupa air yaitu waduk dan terdapat juga batuan sedimen
seperti napal, breksi endapan danau juga batuan beku seperti tuff dan andesit.
Karena daerah ini berupa air maka daya dukungnya sangat rendah untuk di dirikan
bangunan
KRITERIA PENILAIAN SKL DAYA DUKUNG TANAH DAERAH CIANJUR, JAWA BARAT

UNIT

URAIAN Litologi penyusun berupa batuan sedimen seperti breksi, pasir, napal

Sangat Tinggi
5

dan endapan alluvium,dan batuan beku seperti lava basalt, vitovir dan andesit.
Tergolong daerah pegunungan dengan elevasi > 1000 m dengan lereng >30 % . Rawan
terhadap letusan gunung api dan gerakan tanah

Tinggi 4

Litologi penyusun berupa batuan sedimen seperti pasir, lempung, gamping,


breksi,napal dan juga batuan beku seperti tuff. Tergolong daerah pegunungan dengan
elevasi > 1000 m dengan lereng >30 %. Rawan terhadap letusan gunung api, terdapat
juga sesar geser dan sesar naik sehingga mempengaruhi gerakan tanah pada daerah ini

Sedang 3

Litologi penyusun daerah ini berupa batuan sedimen seperti gamping, breksi, pasir,
lempung, napal dan endapan alluvium, juga terdapat batuan beku seperti andeit,
vitrovir, shoshonit, tuff. Tergolong daerah perbukitan dengan elevasi 200-1000 m
dengan kelerengan < 30 %,

daerah ini mempunyai bayak sungai dan di pengaruhi oleh sesar geser dan sesar naik.

Rendah 2

Litologi daerah ini didominasi oleh batuan beku seperti pasir, lempung, breksi,
gamping dan endapan alluvium, terdapat juga batuan beku seperti andesit dan tuff.
Tergolong daerah dataran dengan elevasi < 200 m denga kelerengan < 30 %, daerah ini
sangat di pengaruhi oleh

struktur terutama sesar naik sehingga gerakan tanahnya cukup besar.


Sangat Rendah 1

Daerah ini berupa air yaitu waduk dan terdapat juga batuan sedimen seperti napal,
breksi endapan danau juga batuan beku seperti tuff dan andesit. Karena daerah ini
berupa air maka daya dukungnya sangat rendah untuk di dirikan bangunan

POTENSI DAN KENDALAPETA SKL DAYA DUKUNG TANAH DAERAH CIANJUR, JAWA BARAT

NO UNIT SKL DAYA DUKUNG TANAH 1 Sangat Tinggi

PEMERIAN POTENSI Litologi penyusun berupa batuan sedimen seperti breksi, pasir,
napal dan endapan alluvium,dan batuan beku seperti lava basalt, vitovir dan
andesit. Sehingga memiliki kekompakan batuan yang baik untuk didirikan bangunan
KENDALA Tergolong daerah pegunungan dengan elevasi > 1000 m dengan lereng >30 %.
Sehingga sulit untuk didirikan bagunan pada lereng yan cukup besar ini.Rawan
terhadap letusan gunung api dan gerakan tanah

PENILAIAN N 5 B 3 NxB 15
2

Tinggi

Litologi penyusun berupa batuan sedimen seperti pasir, lempung, gamping,


breksi,napal dan juga batuan beku seperti tuff

Tergolong daerah pegunungan dengan elevasi > 1000 m dengan lereng >30 %. Rawan
terhadap letusan gunung api, terdapat juga sesar geser dan sesar naik sehingga
mempengaruhi gerakan tanah pada daerah ini sehingga beresiko untuk di dirikan
pemukiman

12

Sedang

Litologi penyusun daerah ini berupa batuan sedimen seperti gamping,

Tergolong daerah perbukitan dengan elevasi 200-1000 m dengan kelerengan <

breksi, pasir, lempung, 30 %, daerah ini napal dan endapan alluvium, juga terdapat
batuan beku mempunyai bayak sungai dan di pengaruhi oleh sesar geser dan

seperti andeit, vitrovir, sesar naik sehingga shoshonit, tuff. Baik untuk didirikan
bagunan karena daerahnya yang cukup datar. mempengaruhi bangunan pada daerah ini.
4

Rendah

Litologi daerah ini didominasi oleh batuan beku seperti

Tergolong daerah dataran dengan elevasi < 200 m denga < 30 %,

pasir, lempung, breksi, kelerengan gamping dan endapan alluvium, terdapat juga
batuan beku seperti andesit dan tuff. Baik untuk didirikan bangunan karena
daerahnya yang cukup datar

daerah ini sangat di pengaruhi oleh struktur terutama sesar naik sehingga gerakan
tanahnya cukup besar dan mempengaruhi kekuatan bangunan pada daerah ini.

Sangat Rendah

Daerah ini berupa air Karena daerah ini sehinggdapat dimanfaatkan berupa air maka
daya untuk dukungnya sangat rendah untuk di dirikan bangunan

pembuatan waduk

2.3.4. Satuan Kemampuan Lahan Kemudahan Pengerjaan 3. Kemudahan pengerjaan adalah


skala yang menunjukan tinggi rendahnya kemudahan suatu litologi atau lapisan batuan
untuk dilakukan penerjaan atau penggalian, karena didalam suatu daerah tidak hanya
terdapat satu litologi saja. Pada daerah Cianjur yang terletak di propinsi jawa
barat, kemudahan pengerjaan dilakukan sebagai data untuk mengetahui apakah daerah
tersebut mudah untuk dikerjakan, untuk pembangunan sarana fisik dalam bidang
permukiman dan pariwisata. Kemudahan pengerjaan dibagi menjadi 5 unit satuan
kemampuan lahan, yaitu :
y

Sanggat tinggi

Litologinya yang sangat mudah dikerjakan. Kemungkinan daerah endapat danau memiliki
unsur butiran yang mudah lepas. y Tinggi

Litologinya termasuk batuan sedimen yang terdapat banyak struktur oleh karena itu
daerah ini mudah untuk di kerjakan tetapi daerah ini memiliki banyak struktur
(sesar) sehingga banyak gerakan tanah y Sedang

Litologi daerah ini berupa batu sedimen dengan jumlah struktur sedikit dimana
topografi daerah ini sangat tinggi oleh karena itu daerah ini rawan longsor. y
Rendah

Litologi daerah ini berupa batuan beku hasil dari gunung api tua dimana batuannya
telah terkompaksikan dimana Pada daerah ini topografi cukup tinggi, oleh karna itu
daerah ini cukup sulit untuk di eksplorasi. y Sangat Rendah Litologi penyusun
daerah ini berupa batuan beku dan miskin struktur dan topografinya yang tinggi.
Pada daerah cianjur, kemudahan pengerjaan diberi bobot 2. Keudahan pengerjaan
mempunyai potensi dan kendala dimana hal ini pertimbangan dalam pemberiaan
nilaiuntuk setiap unit satuan kemampuan lahan kemudahan pengerjaan. Potensi dalam
SKL (satuan Kemampuan Lahan) kemudahan pengerjaan adalah daerah yang memiliki
litologi yang kurang kompak/ kurang padat dan berumur muda. Kendala dalam SKL
kemudahan pengerjaan adalah daerah yang memiliki litologi yang keras, kompak,
padat, dan berumur tua serta dilihat dari letak geografisnya.

KRITERIA PENILAIAN SKL KEMUDAHAN PENGERJAAN DAERAH CIANJUR, JAWA BARAT


nilai 5

URAIAN Litologi merupakan batuan beku, dimana batuannya berupa Qyk, Qyb, Qyg, Qot,
Qyc, Qa dan Vi yang muncul secara setempat, dan Qob, dengan elevasi berkisar antara
100 ± 2000m dengan kelerengan sebesar «. . Oleh karena itu jika dilihat dari
material penyusun daerah tersebut yang merupakan produk dari gunung api dan
kehadiran struktur yang tidak ditemukan pada lembar peta maka kemudahan pengerjaan
sangat rendah dilakukan karena materal batuan beku sangat kompak dan tidak mudah
hancur

Litologi penyusun daerah ini merupakan batuan beku hasil gunung api tua dimana
batuannya berupa Qob, Mttl, Mttc, Mdm, serta Qyd. Elevasi pada daerah ini berkisar
antara 0 ± 2200m dengan kelerengan sebesar . Selain itu pada daerah ini juga di

temukan indikasi adanya struktur walaupun sangat sedikit sehingga daerah ini cukup
keras untuk dikerjakan oleh karna itu nilai dari kemudahan pengerjaannya rendah 3
Litologi penyusun daerah ini merupakan batuan sedimen dimana batuannya berupa Omc,
mk, Qos, Msc, Mdm, Mttb, Mttc, Mtts, Mn, PI, Ma, Mdq, Mdl, Mss, Md, (qa, ha dan vi
yang terdapat dalam jumlah sedikit dan berlokasi setempat). Pada daerah ini
terdapat struktur dalam jumlah kecil, dimana elevasi berkisar antara 0 ± 2900m,
dimana kemudahan pengerjaan dari daerah ini cukup baik karena litologi rata-rata
berupa batuan sedimen dan terdapat struktur pada daerah tersebut 2 Litologi
penyusun daerah ini merupakan batuan sedimen dimana batuannya berupa Omc, Mk, Qos,
Msc, Mdm, Mttb, Mttc, Mtts, Mn, PI, Ma, Mdq, Mdl, Mss, Md, (ha, vi dan qa yang
terdapat dalam jumlah sedikit dan setempat), daerah ini juga terdapat banyak sekali
struktur oleh karena itu kemudahan pengerjaannya mempunyai nilai yang sangat baik,
tetapi karena banyak struktur di daerah tersebut dan elevasi di daerah ini yang
rata-rata 0 ± 1200m, banyak pula gerakan tanah/erosi pada daerah tersebut. 1
Litologi penyusun daerah ini merupakan endapan danau dimana batuannya berupa QI,
Qoa, dan Qyl, Elevasi di daerah ini rata-rata 0-125m serta kelerengan sebesar .

Seperti yang diketahui bahwa endapan danau memiliki kemudahan pengerjaan yang
sangat baik karena materialnya yang masih mudah lepas.
POTENSI DAN KENDALA PETA SKL KEMUDAHAN PENGERJAAN DAERAH CIANJUR, JAWA BARAT

No 1

Unit SKL Sangat tinggi

Potensi Litologi daerah ini berupa endapan danau sehingga mudah di kerjakan

Kendala Berupa endapan danau dan terdapat waduk sehingga daya dukungnya tidak
baik,material mudah lepas

NxB

tinggi

Litologi daerah ini batuan sedimen yang terdapat banyak struktur oleh karena itu
daerah ini mudah untuk di kerjakan

Terdapat banyak struktur (sesar) sehingga banyak gerakan tanah.

Sedang

Litologi daerah ini berupa

Pada daerah ini terdapat

batu sedimen dengan jumlah beberapa sesar dimana struktur sedikit sehingga
kemudahan pengerjaannya cukup baik 4 rendah Litologi daerah ini berupa batuan beku
hasil dari gunung api tua dimana batuannya telah terkompaksikan sehingga kemudahan
pengerjaannya rendah topografi daerah ini sangat tinggi oleh karena itu daerah ini
rawan longsor Pada daerah ini topografi cukup tinggi, oleh karna itu daerah ini
cukup sulit untuk di eksplorasi 2 2 4
5

Sangat rendah

Litologi penyusun daerah ini Pada daerah ini sulit untuk berupa batuan beku dan
miskin struktur. dilakukan pengerjaan jika dilihat dari litologi penyusunnya berupa
batuan beku dan topografinya yang tinggi

2.3.5. Satuan Kemampuan Lahan Bencana Geologi


2.4.

Satuan Kesesuaian Lahan Kawasan


Peta Satuan Kesesuaian Lahan Kawasan ( SKLK ) adalah peta yang berisi unitunit
kawasanyang mempunyai potensi, kendala, jumlah nilai, dan rekomendasi untuk
memaksimalkan potensi dan meminimalkan kendala yang ada.

Satuan Kesesuaian Lahan Kawasan ( SKLK ) di daerah Cianjur dan sekitarnya, Jawa
Barat didapatkan dari penggabungan 5 buah peta Satuan Kemampuan Lahan yang
mendukung Permukiman dan daerah pariwisata. Peta SKLK didapatkan dari hasil overlay
kelima buah peta SKL yang ada dan kemudian di plot menjadi satu dipeta SKLK semua
peta SKL yang ada dengan garis batas masing-masing peta SKL dengan jelas, kemudian
dilakukan penjumlahan ( BXN ) dari semua keseluruhan nilai peta SKL yang telah di
overlay. Setelah penjumlahan akhirnya didapatkan wilayah potensi permukiman dan
pariwisata daerah Cianjur dan sekitarnya, Jawa Barat. Hasilnya adalah sebagai
berikut :

A.

Zona Kawasan sangat Berpotensi Total nilai untuk Zona Kawasan sangat Berpotensi
adalah 51-62,

merupakan wilayah waduk saguling, dataran kaki Gunung Tangkuban Perahu dan dataran
kaki Gunung Gede Pangrango yang terletak di sebelah timur dan tengah dari peta,
memiliki bentang alam dataran hingga perbukitan dengan relief bergelombang,
terdapat banyak sumber mata air dengan litologi pendukung yang baik untuk resapan
air, dengan daya dukung tanah yang sangat baik, tetapi cukup sulit untuk dilakukan
pembangunan, perlu sedikit kerja keras.
Kendala dari daerah ini adalah adanya aktivitas volkanisme dari Gunung Tangkuban
Perahu dan Gunung Gede Pangrango. Dan juga Topografi dengan kemiringan 100-600 m
dengan kelerengan ««..

B. Zona Kawasan Berpotensi Total nilai untuk Zona Kawasan Berpotensi adalah 41-50,
merupakan wilayah waduk Jatiluhur dan waduk Cirata yang berda dibagian tengah dari
peta dan daerah daerah alluvium yang terletak di bagian utara peta. Pada zona
kawasan berpotensi ini memiliki bentang alam bergelombang hingga perbukitan,
terdapat cukup sumber mata air dengan litologi pendukung yang baik untuk resapan
air, dengan daya dukung tanah yang baik, dan didukung pula dengan kemudahan
pembangunan yang baik di daerah ini. Selain kawasan ini berpotensi untuk
permukiman, kawasan ini juga sangat berpotensi menjadi kawasan pariwisata karena di
kaki Gunung Tangkuban perahu disekitar waduk Cirata terdapat sumber mata air panas
yang sangat baik untuk dijadikan objek wisata, contohnya dijadikan objek wisata
pemandian air panas seperti yang ada di daerah Cipanas. Namun kendalanya adalah
daerah ini memiliki topografi yang terjal dngan kelerengan««. Dan elevasi 300-
1000m, rawan terjadi longsor dan banjir serta gerakangerakan tanah.

C. Zona Kawasan tidak Berpotensi Total nilai untuk Zona Kawasan tidak Berpotensi
adalah 30-40, merupakan kawasan yang terdapat di daerah selatan peta yang di
dominasi oleh litologi batuan
sedimen yang memiliki begitu banyak struktur geologi baik itu patahan, lipatan dan
kekar-kekar dalam skala yang besar. Hal ini mengakibatkan banyaknya gerakan-gerakan
tanah yang aktif terjadi di daerah ini seperti gelinciran, dan juga di dukung
dengan sedikitnya mata air, daya dukung tanah yang rendah dan topografi yang
sedang-terjal sehingga kawasan ini tidah memenuhi syarat-syarat yang diperlukan
untuk sebuah permukiman. Oleh karena itu, daerah ini merupakan zona kawasan yang
tidak berpotensi.

SATUAN KESESUAIAN LAHAN KAWASAN DAERAH CIANJUR DAN SEKITARNYA JAWA BARAT

POTENSI

KENDALA

REKOMENDASI

TOTAL NXB

51-62 Sangat Berpotensi


y

memiliki bentang y cukup sulit untuk y alam dataran hingga dilakukan perbukitan
dengan pembangunan, perlu relief sedikit kerja keras. bergelombang. y Banyak
terdapat y Terdapat banyak aktivitas volkanisme sumber mata air dari Gunung dengan
litologi Tangkuban Perahu dan pendukung yang baik untuk resapan Gunung Gede air.
Pangrango. Ketersediaan air

Peningkatan kewaspadaan wilayah akan adanya

aktivitas gunung api . Pembuatan konstruksi

bangunan yang tahan akan gerakan tanah.


y

bersih yang cukup y banyak. Daya dukung tanah yang sangat baik

Dan

juga

Topografi kemiringan m dengan

dengan 100-600

kelerengan ««..

41-50 Berpotensi

terdapat sumber dengan

cukup mata air

litologi

pendukung yang baik untuk resapan air. y Daya dukung tanah yang baik. y kemudahan
pembangunan yang y

y topografi yang terjal dngan kelerengan««. Dan elevasi 300y 1000m Rawan terjadi
longsor dan banjir serta gerakangerakan tanah

Pembuatan konstruksi bangunan yang tahan akan gerakan tanah dan tahan akan
amblesan. Penanaman vegetasi untuk mencegah terjadinya banjir

baik di daerah ini

30-40 Tidak Berpotensi

Litologi batuan beku dan sedimen yang memiliki banyak struktur

y y y

Gerakan-gerakan tanah yang aktif terjadi seperti gelinciran. Sedikitnya mata air.
daya dukung tanah yang rendah Topografi yang sedang hingga terjal

Tidak cocok untuk dijadikan kawasan permukiman ataupun kawasan Wisata


BAB III KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai