PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dunia berkembang begitu pesatnya. Segala sesuatu yang semula tidak bisa
dikerjakan, mendadakan dikejutkan oleh orang lain yang bisa mengerjakan hal
tersebut. Agar kita tidak tertinggal dan tidak ditinggalkan oleh era yang berubah
cepat, maka kita sadar bahwa pendidikan itu sangat penting. Banyak negara mengakui
bahwa persoalan pendidikan merupakan persoalan yang pelik. Namun semuanya
merasakan bahwa pendidikan merupakan salah satu tugas negara yang amat penting.
Bangsa yang ingin maju, membangun, dan berusaha memperbaiki keadaan
masyarakat dan dunia tentu mengatakan bahwa pendidikan merupakan kunci
keberhasilan suatu bangsa. Pengemasan pendidikan, pembelajaran, dan pengajaran
sekarang ini belum optimal seperti yang diharapkan. Hal ini terlihat dengan
kekacauan kekecauan yang muncul di masyarakat bangasa ini, diduga bermula dari
apa yang dihasalkan oleh dunia pendidikan. Pendidikan yang sesungguh paling besar
memberikan kontribusi terhadap kekacauan ini.
1
lainnya dan dapat dipelajari, dianalisis dan diuji serta dibuktikan kebenarannya. Dari
dua pendapat diatas Teori adalah seperangkat asas tentang kejadian-kejadian yang
didalamnnya memuat ide, konsep, prosedur dan prinsip yang dapat dipelajari,
dianalisis dan diuji kebenarannya. Teori dapat diartikan sebagai (1) pendapat yang
dikemukakan sebagai suatu keterangan mengenai peristiwa, (2) asas-asas atau hukum-
hukum yang menjadi dasar ilmu pengetahuan atau kesenian, dan (3) pendapat tentang
cara-cara dan aturan-aturan untuk melakukan sesuatu (Poerwadarminta, 1966; dan
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1989). Teori-
teori belajar tersebut merupakan hasil pendapat serta hasil pemikiran dari para tokoh
yang menjelaskan dan menganalisis masing-masing dari teori pembelajaran tersebut.
Adanya sifat ingin tau dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas;
Adanya sifat kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju;
Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru,
dan teman-teman;
Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan
usaha yang baru, baik dengan dengan koperasi maupun dengan
kompetensi;
2
Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman;
Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari pada belajar,
(Frandsen, 1961,p.216).
B. Tujuan Pembahasan
Tujuan penulisan: untuk memenuhi tugas mata kuliah belajar dan
pembelajaran.
Tujuan pembahasan: (1) untuk memerikan/menjelaskan pengertian
teori belajar gestalt, (2) untuk memerikan/menjelaskan prinsip-prinsip
belajar dalam teori gestalt, (3) untuk memerikan/menjelaskan hukum-
hukum dalam teori belajar gestalt, (4) untuk memerikan/menjelaskan
aplikasi teori belajar Gestalt dalam proses belajar mengajar, (5) untuk
memerikan/menjelaskan pengertian teori belajar humanistik, (6) untuk
memerikan/menjelaskan prinsip dalam teori belajar Humanistik, (7)
untuk memerikan/menjelaskan aplikasi teori belajar Humanistik, (8)
untuk memeriakn/menjelaskan implikasi teori Humanistik.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Belajar adalah semua aktivitas yang menuju kea rah perubahan. Pembelajaran
juga perlu di dukung oleh adanya suatu teori dalam belajar, adapun salah satu teori
tersebut adalah teori belajar Gestalt. Ahli-ahli psikologi Gestalt berpandangan
navistik, dalam arti ketika menafsirkan interaksi antara individu dan lingkungan ahli-
ahli tersebut menganggap bahwa yang menentukan adalah bagaimana caranya
individu itu menghadapi lingkungannya, misalnya saja dalam melihat carak, dimensi
ketiga dan objek lain-lain. Teori Gestalt menekankan pentingnya keseluruhan yang
berlawanan dengan aliran-aliran asosiasi yang bersifat molekuler. Dengan kata lain
bahwa pada hakekatnya yang menentukan proses belajar adalah tergantung pada
peraturan objek-objek yang dilihat kini dan bukan hasil belajar di masa lampau. Dan
teori belajar Gestalt ini mewakili aliran-aliran yang bersifat molar, dimana para ahli
yang mengikuti aliran ini beranggapan yang primer adalah keseluruhan, bukan
bagian-bagian. Misalnya lagu-lagu adalah terdiri dari kumpulan nada-nada.
Orang yang dipandang menjadi perintis dalam teori Gestalt adalah Max
Wertherimer di jerman. Gestalt pada bahasa jeman adalah suatu konvigurasi, kesatuan
atau keseluruhan. Menurut teori Gestalt ini belajar dimulai dari keseluruhan, baru
kemudian pada bagian-bagian. Suatu keseluruhan terdiriatas bagian-bagian yang
mempunyai hubungan satu sama lain. Dengan kata lain bahwa belajar, siswa dapat
menangkap makna dari hubungan antara bagian satu dengan bagian lain. Permulaan
psikologi Gestalt bermula pada lapangan pengamatan (persepsi) dan mencapai sukses
yang terbesar di dalam lapangan ini. Di samping itu teori Gestalt sangat menekankan
insight. Yang dimaksud insight adalah (1) rekonstruksi kognitif terhadap medan
pengamatan, (2) pengenalan (secara psikologi) lingkunagn belajar untuk mencapai
tujuan.
4
Hilgard (1946) menyebutkan ada 6 macam sifat khas belajar dengan insight,
yaitu:
5
4. Medan pengamatan dapat berasal dari setiap hal yang dihadapai individu dan
bersifat dinamis menuju seimbang.
Ketika para ahli psikologi Gestalt beralih dari masalah pengamatan ke masalah
belajar, maka hasil-hasil yang telah kuat atau sukses dalam penelitian mengenai
pengamatan-pengamatan iru dibawanya dalam studi mengenai belajar dan alasan-
alasan yang dulunyta ditujukan terhadap tepri Asosiasi kini dilancarkan terhadap teori
reflex bersyarat dan teori reflex yang lainnya. Adapun tokoh yang mentransfer
pengamatan ke belajar adalag Koffka, titik tolak yang digunakan oleh Koffka dalam
mempersoalkan belajar adalah asumsi bahwa hukum-hukum organisasi dalam
pengamatan itu berlaku bagi belajar. Hal ini dikemukakan berdasarkan pada
kenyataan bahwa belajar itu pada pokoknya yang terpenting adalah penyesuaian, yaitu
mendapat respons yang tepat. Ada suatu hukum yang sangat terkenal dalam teori
Gestalt yaitu kurang lebih berarti teratur, seimbang, atau harmonis. Jika dikaitan
dengan belajar adalah dimana belajar merupakan upaya mencari dan menemukan
keteraturan, keharmonisan dari sesuatu yang dipelajarinya.
Dalam artian jika teori Gestalt ini diaplikasikan dalam pelaksanaan mengajar,
guru tidak akan memberikan potongan-potongan atau bagian-bagian bahan ajar, tetapi
selalu menjadi satu kesatuan. Guru memberikan suatu kesatuan situasi atau bahan
yang mengandung persoalan-persoalan, dimana anak atau siswa berusaha menemukan
6
hubungan antar bagian memperoleh Insight agar ia dapat memahami keseluruhan
situasi atau bahan tersebut.
Contoh lain ketika teori Gestalt ini diaplikasiakan dalam dunia belajar
mengajar adalah ketika guru memberkian pelajaran membaca diawali dengan metode
global, contohnya dibantu dengan gambar yang menerangkan isi bacaan agar siswa
dapat menangkap isi bacaan tersebut meskipun belum tahu huruf. Dapat dicontohkan
ada suatu cerita tentang ibu pergi ke pasar, untuk memudahkan siswa memahami isi
bacaan tersebut maka dibantu dengan media visual berupa gambar, karena ini akan
membantu siswa untuk memahami isi bacaan meskipun belum tahu ataunbelum
mengerti huruf tetapi siswa sudah bisa menagkap makna dari bacaan tersebut melalui
gambar tersebut.
Dalam metode ini selain terjadi pemahaman bagian dan hubungan antar
bagian, terjadi pula proses pengurangan (analisis) dan perpaduan (sintesis), di mana
untuk mengerti isi bacaan hendaknya dibaca dulu bahan-bahan tersebut secara
keseluruhan. Adapun penggunaan metode globa bukan saja digunakan dalam
permulaan membaca tetapi belajar di sekolah juga.
Adapun pada sumber lain menjelaskan aplikasi teori Gestalt pada proses
pembelajaran antara lain :
7
d) Prinsip ruang hidup (life space), bahwa perilaku individu memiliki
keterkaitan dengan lingkungan di mana ia berada.
Dalam teori belajar humanistic proses belajar harus berhulu dan bermuara
pada manusia itu sendiri. Meskipun teori ini sangat menekankan pentingnya isi dari
proses belajar, dalam kenyataannya teori ini lebih banyak berbicara tentang
pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain,
teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada
belajar seperti apa adanya, seperti apa yang bisa kita amati dalam dunia keseharian.
Teori apapun sdapat dimanfaatkan asalkan tujuannya untuk “memanusiakan
manusia” (mencapai aktualisasi diri dan sebagainya. dapat tercapat.
8
F. Prinsip-prinsip Teori Belajar Humanistik
Roger sebagai ahli dari teori belajar humanistik mengemukakan beberapa prinsip
belajar yang penting yaitu: (1) Manusia itu memiliki keinginan alamiah untuk
belajar, memiliki rasa ingin tau amlamiah terhadap dunianya, dan keinginan yang
mendalam untuk mengeksplorasi dan asimilasi pengalaman baru, (2) Belajar akan
cepat dan lebih bermakna bila bahan yang dipelajari relevan dengan kebutuhan
siswa, (3) Belajar dapat ditingkatkan dengan mengurangi ancaman dari luar, (4)
Belajar secara partisipasif jauh lebih efektif dari pada belajar secara pasif dan
orang belajar lebih banyak bila belajar atas pengarahan diri sendiri, (5) Belajar
atas prakarsa sendiri yang melibatkan keseluruhan pribadi, pikiran maupun
perasaan akan lebih baik dan tahan lama, dan (6) Kebebasan, kreatifitas, dan
kepercayaan diri dalam belajar dapat ditingkatkan deangan evaluasi diri orang lain
tidak begitu penting.
9
Aplikasi teori humanistic lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses
pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam
pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa sedangkan guru
memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa.
Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk
memperoleh tujuan pembelajaran. Siswa berperan sebagai pelaku utama (student
center) yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Dirahapkan siswa
memahami serta mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan
potensi diri yang bersifat negatif.
10
tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin
atau etika yang berlaku.
11
seorang anggota kelompok, dan turut menyatakan pandangannya
sebagai seorang individu, seperti siswa yang lain.
h) Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok,
perasaannya dan juga pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak
memaksakan, tetapi sebagai andil secara pribadi yang boleh saja
digunakan atau ditolah oleh siswa.
i) Dia harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang
menandakan adanya perasaan tyang dalam dan kuat selama belajar.
j) Di dalam berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus
mencoba untuk mengenali dan menerima keterbatasan-keterbatasannya
sendiri.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teori Gestalt sangat menekankan insight. Yang dimaksud insight adalah (1)
rekonstruksi kognitif terhadap medan pengamatan, (2) pengenalan (secara psikologi)
lingkunagn belajar untuk mencapai tujuan. Dalam artian jika teori Gestalt ini
diaplikasikan dalam pelaksanaan mengajar, guru tidak akan memberikan potongan-
potongan atau bagian-bagian bahan ajar, tetapi selalu menjadi satu kesatuan. Guru
memberikan suatu kesatuan situasi atau bahan yang mengandung persoalan-persoalan,
dimana anak atau siswa berusaha menemukan hubungan antar bagian memperoleh
Insight agar ia dapat memahami keseluruhan situasi atau bahan tersebut. Dalam
metode ini selain terjadi pemahaman bagian dan hubungan antar bagian, terjadi pula
proses pengurangan (analisis) dan perpaduan (sintesis), di mana untuk mengerti isi
bacaan hendaknya dibaca dulu bahan-bahan tersebut secara keseluruhan. Adapun
penggunaan metode globa bukan saja digunakan dalam permulaan membaca tetapi
belajar di sekolah juga.
Adapun pada sumber lain menjelaskan aplikasi teori Gestalt pada proses pembelajaran
antara lain :
13
b) Pembelajaran bermakna (meaningfull learning), kebermaknaan unsur-unsur
yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran.
14
B. Saran
Ditujukan kepada guru dan siswa agar bisa memahami dan mengerti ruang
lingkup tentang teori belajar Gestalt dan teori belajar Humanistik yang sudah
disajikan oleh penulis, sehingga bisa berguna bagi diri kita sendiri dan orang lain
sekarang dan yang akan datang.
Seharusnya kepala sekolah, guru (kepada semua pihak sekolah dan para
pendidik) harus bisa menerapkan proses belajar dan pembelajaran di sekolah dengan
teori Gestalt dan teori Humanistik agar para siswa mendapatkan pendidikan yang
sesuai dengan yang seharunya merekan dapatkan dalam peoses belajar dan
pembelajaran tersebut. Selain itu dengan menerapkan proses belajar dan pembelajaran
di sekolah dengan teori Gestalt dan teori Humanistik dapat menghidari serta
mencegah kasus-kasus penyimpangan dan pelanggaran-pelanggaran di sekolah yang
dapat menyebabkan kekerasan pada anak.
DAFTAR RUJUKAN
Budiningsih, Asri. 2012. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
15
LAMPIRAN-LAMPIRAN
16
17
18
19
20
Lampiran 2: Bahan Dari Mahasiswa
1. Nama: Theresia Edeltrudis Sato
Bahan: 1. Mustiningsih, Dra. 2001. Teori Belajar Mengajar. Malang:
Universitas Negeri Malang.
2. Slameto, Drs. 1995. Belajar Dan Faktor-faktor Yang
Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Membahas tentang: 1. Apa pengertian teori belajar Gestalt?
2. Apa saja prinsip-prinsip belajar dalam teori
Gestalt?
21
2. Apa implikasi teori Humanistik?
22