Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dunia berkembang begitu pesatnya. Segala sesuatu yang semula tidak bisa
dikerjakan, mendadakan dikejutkan oleh orang lain yang bisa mengerjakan hal
tersebut. Agar kita tidak tertinggal dan tidak ditinggalkan oleh era yang berubah
cepat, maka kita sadar bahwa pendidikan itu sangat penting. Banyak negara mengakui
bahwa persoalan pendidikan merupakan persoalan yang pelik. Namun semuanya
merasakan bahwa pendidikan merupakan salah satu tugas negara yang amat penting.
Bangsa yang ingin maju, membangun, dan berusaha memperbaiki keadaan
masyarakat dan dunia tentu mengatakan bahwa pendidikan merupakan kunci
keberhasilan suatu bangsa. Pengemasan pendidikan, pembelajaran, dan pengajaran
sekarang ini belum optimal seperti yang diharapkan. Hal ini terlihat dengan
kekacauan kekecauan yang muncul di masyarakat bangasa ini, diduga bermula dari
apa yang dihasalkan oleh dunia pendidikan. Pendidikan yang sesungguh paling besar
memberikan kontribusi terhadap kekacauan ini.

Manusia adalah makhluk individu sosial. Dalam hubungannya dengan


manusia sebagai makhluk sosial, terkandung suatu maksud bahwa manusia
bagainmanapun juga tidak lepas dari individu lainnya. Secara kodrati manusia akan
selalu hidup bersama. Hidup bersama antarmanusia akan berlangsung dalam berbagai
bentuk komunikasi dan situasi. Dalam kehidupan semacam inilah terjadi interaksi.
Dengan demikian kegiatan hidup manusia akan selalu dibarengi dengan proses
interaksi atau komunikasi, baik interaksi dengan alam lingkungan, interaksi dengan
sesama, maupun interaksi dengan tuhannya, baik itu senganja maupun tidak
disengaja. Sehubungan dengan hal tersebut, dengan ketidakterbatasannya akal dan
keinginan manusia, untuk itu perlu difahami secara benar mengenai pengertian proses
dan interaksi belajar.

Teori adalah seperangkat asas yang tersusun tentang kejadian-kejadian tertentu


dalam dunia nyata dinyatakan oleh Mc. Keachie dalam grendel 1991 : 5 (Hamzah
Uno, 2006:4). Sedangkan Hamzah (2003:26) menyatakan bahwa teori merupakan
seperangkat preposisi yang didalamnya memuat tentang ide, konsep, prosedur dan
prinsip yang terdiri dari satu atau lebih variable yang saling berhubungan satu sama

1
lainnya dan dapat dipelajari, dianalisis dan diuji serta dibuktikan kebenarannya. Dari
dua pendapat diatas Teori adalah seperangkat asas tentang kejadian-kejadian yang
didalamnnya memuat ide, konsep, prosedur dan prinsip yang dapat dipelajari,
dianalisis dan diuji kebenarannya. Teori dapat diartikan sebagai (1) pendapat yang
dikemukakan sebagai suatu keterangan mengenai peristiwa, (2) asas-asas atau hukum-
hukum yang menjadi dasar ilmu pengetahuan atau kesenian, dan (3) pendapat tentang
cara-cara dan aturan-aturan untuk melakukan sesuatu (Poerwadarminta, 1966; dan
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1989). Teori-
teori belajar tersebut merupakan hasil pendapat serta hasil pemikiran dari para tokoh
yang menjelaskan dan menganalisis masing-masing dari teori pembelajaran tersebut.

Belajar merupakan kegiatan yang sering dilakukan setiap orang. Belajar


dilakukan hampir setiap waktu, kapan saja, dimana saja, dan sedang melakukan apa
saja. Belajar juga merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan
perubahahan dalam dirinya melalui pelatihan-pelatihan atau pengalaman-pengalaman.
Belajar dapat membawa perubahan pada si pelaku, baik perubahan pengetahuan,
sikap, maupun ketrampilan. Pengertian belajar sendiri adalah proses perubahan
perilaku untuk memperoleh pengetahuan, kemampuan, dan sesuatu hal baru serta
diarahkan pada suatu tujuan. Belajar juga merupakan proses berbuat melalui berbagai
pengalaman dengan melihat, mengamati, dan memahami sesuatu yang di pelajari.
Belajar dapat dilakukan secara individu atau dengan melibatkan orang lain. Dalam
belajar dan proses pembelajaran terbapat berbagai macam teori belajar Jadi teori
belajar adalah sebuah konsep yang abstrak yang membantu peserta didik untuk
belajar.

Menurut Arden N. Frandsen mengatakan bahwa yang mendorong seseorang


itu untuk belajar antara lain sebagai berikut:

 Adanya sifat ingin tau dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas;
 Adanya sifat kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju;
 Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru,
dan teman-teman;
 Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan
usaha yang baru, baik dengan dengan koperasi maupun dengan
kompetensi;

2
 Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman;
 Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari pada belajar,
(Frandsen, 1961,p.216).

B. Tujuan Pembahasan
 Tujuan penulisan: untuk memenuhi tugas mata kuliah belajar dan
pembelajaran.
 Tujuan pembahasan: (1) untuk memerikan/menjelaskan pengertian
teori belajar gestalt, (2) untuk memerikan/menjelaskan prinsip-prinsip
belajar dalam teori gestalt, (3) untuk memerikan/menjelaskan hukum-
hukum dalam teori belajar gestalt, (4) untuk memerikan/menjelaskan
aplikasi teori belajar Gestalt dalam proses belajar mengajar, (5) untuk
memerikan/menjelaskan pengertian teori belajar humanistik, (6) untuk
memerikan/menjelaskan prinsip dalam teori belajar Humanistik, (7)
untuk memerikan/menjelaskan aplikasi teori belajar Humanistik, (8)
untuk memeriakn/menjelaskan implikasi teori Humanistik.

C. Ruang Lingkup Pembahasan


1. Apa pengertian teori belajar Gestalt?
2. Apa saja prinsip-prinsip belajar dalam teori Gestalt?
3. Bagaimana hukum-hukum dalam teori belajar Gestalt?
4. Bagaimana aplikasi teori belajar Gestalt dalam proses belajar
mengajar?
5. Apa pengertian teori belajar Humanistik?
6. Apa saja prinsip dalam teori belajar Humanistik?
7. Bagaimana aplikasi teori belajar humanistik?
8. Apa implikasi teori Humanistik?

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori Belajar Gestalt

Belajar adalah semua aktivitas yang menuju kea rah perubahan. Pembelajaran
juga perlu di dukung oleh adanya suatu teori dalam belajar, adapun salah satu teori
tersebut adalah teori belajar Gestalt. Ahli-ahli psikologi Gestalt berpandangan
navistik, dalam arti ketika menafsirkan interaksi antara individu dan lingkungan ahli-
ahli tersebut menganggap bahwa yang menentukan adalah bagaimana caranya
individu itu menghadapi lingkungannya, misalnya saja dalam melihat carak, dimensi
ketiga dan objek lain-lain. Teori Gestalt menekankan pentingnya keseluruhan yang
berlawanan dengan aliran-aliran asosiasi yang bersifat molekuler. Dengan kata lain
bahwa pada hakekatnya yang menentukan proses belajar adalah tergantung pada
peraturan objek-objek yang dilihat kini dan bukan hasil belajar di masa lampau. Dan
teori belajar Gestalt ini mewakili aliran-aliran yang bersifat molar, dimana para ahli
yang mengikuti aliran ini beranggapan yang primer adalah keseluruhan, bukan
bagian-bagian. Misalnya lagu-lagu adalah terdiri dari kumpulan nada-nada.

Orang yang dipandang menjadi perintis dalam teori Gestalt adalah Max
Wertherimer di jerman. Gestalt pada bahasa jeman adalah suatu konvigurasi, kesatuan
atau keseluruhan. Menurut teori Gestalt ini belajar dimulai dari keseluruhan, baru
kemudian pada bagian-bagian. Suatu keseluruhan terdiriatas bagian-bagian yang
mempunyai hubungan satu sama lain. Dengan kata lain bahwa belajar, siswa dapat
menangkap makna dari hubungan antara bagian satu dengan bagian lain. Permulaan
psikologi Gestalt bermula pada lapangan pengamatan (persepsi) dan mencapai sukses
yang terbesar di dalam lapangan ini. Di samping itu teori Gestalt sangat menekankan
insight. Yang dimaksud insight adalah (1) rekonstruksi kognitif terhadap medan
pengamatan, (2) pengenalan (secara psikologi) lingkunagn belajar untuk mencapai
tujuan.

4
Hilgard (1946) menyebutkan ada 6 macam sifat khas belajar dengan insight,
yaitu:

1. Insight tergantung pada kemampuan dasar.


Kemampuan berbeda satu orang dengan lainnya. Orang lebih muda sulit
belajar dengan insight.
2. Insight tergantung pengalaman masa lampau yang relevan.
3. Insight tergantung pada peraturan secara eksperimental.
4. Insight didahulukan dengan periode mencoba-coba.
5. Belajar dengan insight dapat diulangi.
6. Insight yang telah sekali diharapkan dapat digunakan untuk menghadapai
situasi baru.

B. Prinsip-prinsip Belajar dalam Teori Gestalt

Adapun prinsip-prinsip belajar teori Gestalt adalah sebagai berikut:

1. Belajar berdasarkan keseluruhan.


2. Belajar adalah suatu proses perkembangan.
3. Siswa secara organisme keseluruhan.
4. Terjadi transfer.
5. Belajar adalah reorganisasi pengalaman.
6. Belajar dengan insight.
7. Belajar lebih berhasil bila berhubungan dengan minat, keinginan, dan tujuan
siswa.
8. Belajar berlangsung terus menerus.

C. Hukum-hukum dalam Teori Belajar Gestalt

Hukum-hukum Gestalt yang terkenal meliputi:

1. Keseluruhan (gestalt) melebihi jumlah unsur-unsurnya.


2. Keseluruhan (gestalt) timbul lebih dulu daripada bagian-bagian.
3. Gestalt mengandung sifat keberatuaran, kesederhanaan, kestabilan, dan
simetri.

5
4. Medan pengamatan dapat berasal dari setiap hal yang dihadapai individu dan
bersifat dinamis menuju seimbang.

D. Aplikasi Teori Belajar Gestalt dalam Proses Belajar Mengajar

Ketika para ahli psikologi Gestalt beralih dari masalah pengamatan ke masalah
belajar, maka hasil-hasil yang telah kuat atau sukses dalam penelitian mengenai
pengamatan-pengamatan iru dibawanya dalam studi mengenai belajar dan alasan-
alasan yang dulunyta ditujukan terhadap tepri Asosiasi kini dilancarkan terhadap teori
reflex bersyarat dan teori reflex yang lainnya. Adapun tokoh yang mentransfer
pengamatan ke belajar adalag Koffka, titik tolak yang digunakan oleh Koffka dalam
mempersoalkan belajar adalah asumsi bahwa hukum-hukum organisasi dalam
pengamatan itu berlaku bagi belajar. Hal ini dikemukakan berdasarkan pada
kenyataan bahwa belajar itu pada pokoknya yang terpenting adalah penyesuaian, yaitu
mendapat respons yang tepat. Ada suatu hukum yang sangat terkenal dalam teori
Gestalt yaitu kurang lebih berarti teratur, seimbang, atau harmonis. Jika dikaitan
dengan belajar adalah dimana belajar merupakan upaya mencari dan menemukan
keteraturan, keharmonisan dari sesuatu yang dipelajarinya.

Adapun cara untuk menemukan atau menciptakan hukum Pragnaz


(keteraturan, keharmonisan) dalam proses belajar diperlukan adanya pemahaman atau
insight. Menurut Ernest Hilgrad ada enam ciri belajar yang mengandung insight,
diantaranya adalah:

1. Pemahaman dipengaruhi oleh kemampuan dasar.


2. Pemahaman dipengaruhi oleh pengalaman belajar yang lalu.
3. Pemahaman tergantung pada pengaturan situasi.
4. Pemahaman dipengaruhi oleh usaha-usaha.
5. Belajar dengan pemahaman dapat diulangi.
6. Suatu pemahaman dapat diaplikasikan bagi pemahaman situasi lain.

Dalam artian jika teori Gestalt ini diaplikasikan dalam pelaksanaan mengajar,
guru tidak akan memberikan potongan-potongan atau bagian-bagian bahan ajar, tetapi
selalu menjadi satu kesatuan. Guru memberikan suatu kesatuan situasi atau bahan
yang mengandung persoalan-persoalan, dimana anak atau siswa berusaha menemukan

6
hubungan antar bagian memperoleh Insight agar ia dapat memahami keseluruhan
situasi atau bahan tersebut.

Contoh lain ketika teori Gestalt ini diaplikasiakan dalam dunia belajar
mengajar adalah ketika guru memberkian pelajaran membaca diawali dengan metode
global, contohnya dibantu dengan gambar yang menerangkan isi bacaan agar siswa
dapat menangkap isi bacaan tersebut meskipun belum tahu huruf. Dapat dicontohkan
ada suatu cerita tentang ibu pergi ke pasar, untuk memudahkan siswa memahami isi
bacaan tersebut maka dibantu dengan media visual berupa gambar, karena ini akan
membantu siswa untuk memahami isi bacaan meskipun belum tahu ataunbelum
mengerti huruf tetapi siswa sudah bisa menagkap makna dari bacaan tersebut melalui
gambar tersebut.

Dalam metode ini selain terjadi pemahaman bagian dan hubungan antar
bagian, terjadi pula proses pengurangan (analisis) dan perpaduan (sintesis), di mana
untuk mengerti isi bacaan hendaknya dibaca dulu bahan-bahan tersebut secara
keseluruhan. Adapun penggunaan metode globa bukan saja digunakan dalam
permulaan membaca tetapi belajar di sekolah juga.

Adapun pada sumber lain menjelaskan aplikasi teori Gestalt pada proses
pembelajaran antara lain :

a) Pengalaman tilikan ( insight ), pengalaman ini sangat penting dalam


perilaku dimana dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik
memiliki kemampuan tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-
unsur dalam suatu objek atau peristiwa.

b) Pembelajaran bermakna ( meaningfull learning ), kebermaknaan unsur-


unsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses
pembelajaran.

c) Perilaku brtujuan (pusposive behaviour ), bahwa perilaku terarah pada


tujuan. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah
aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya.

7
d) Prinsip ruang hidup (life space), bahwa perilaku individu memiliki
keterkaitan dengan lingkungan di mana ia berada.

e) Transfer dalam belajar, yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi


tertentu kesituasi lain. Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah
menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan
generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam
situasi lain. Oleh karena itu, guru hendaknya dapat membantu peserta didik
untuk menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi yang diajarkannya.

E. Pengertian Teori Belajar Humanistik

Dalam teori belajar humanistic proses belajar harus berhulu dan bermuara
pada manusia itu sendiri. Meskipun teori ini sangat menekankan pentingnya isi dari
proses belajar, dalam kenyataannya teori ini lebih banyak berbicara tentang
pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain,
teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada
belajar seperti apa adanya, seperti apa yang bisa kita amati dalam dunia keseharian.
Teori apapun sdapat dimanfaatkan asalkan tujuannya untuk “memanusiakan
manusia” (mencapai aktualisasi diri dan sebagainya. dapat tercapat.

Dalam teori belajar humanistik, belajar dianggap berhasil jika si pengajar


memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus
berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri denagn sebaik-baiknya.
Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya,
bukan dari sudut pandang pengamatnya.

Tujuan utama para pendidik adalah membantu siswa untuk mengembangkan


dirinya, yaitu membantu masing-masing individu mengenal diri merekan sendiri
sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang
ada dalam diri mereka.

Teori belajar humanistik adalah suatu teori sdalam pembelajaran yang


mengedepankan bagaimana memanusiakan manusia serta peserta didik mampu
mengembangakan potensi dirinya.

8
F. Prinsip-prinsip Teori Belajar Humanistik

Prinsip-prinsip teori belajar Humanistik adalah:

1. Manusia mempunyai belajar alami.


2. Belajar signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid mempunyai
relevansi dengan maksud tertentu.
3. Belajar yang meyang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai
dirinya.
4. Tugas belajar yang mengancam diri lebih mudah dirasakan apabila ancaman
itu kecil.
5. Bila ancaman itu rendah terdapat pengalamn siswa dalam memperoleh cara.
6. Belajar yang bermakna diperoleh jika siswa melakukannya.
7. Belajar lancar jika siswa dilibatkan dalam proses belajar.
8. Belajar yang melibatkan siswa seutuhnya dapat memberi hasil yang
mendalam.
9. Kepercayaan pada diri siswa ditumbuhkan dengan membiasakan untyuk
mawas diri.
10. Belajar sosial adalah belajar mengenai proses belajar.

Roger sebagai ahli dari teori belajar humanistik mengemukakan beberapa prinsip
belajar yang penting yaitu: (1) Manusia itu memiliki keinginan alamiah untuk
belajar, memiliki rasa ingin tau amlamiah terhadap dunianya, dan keinginan yang
mendalam untuk mengeksplorasi dan asimilasi pengalaman baru, (2) Belajar akan
cepat dan lebih bermakna bila bahan yang dipelajari relevan dengan kebutuhan
siswa, (3) Belajar dapat ditingkatkan dengan mengurangi ancaman dari luar, (4)
Belajar secara partisipasif jauh lebih efektif dari pada belajar secara pasif dan
orang belajar lebih banyak bila belajar atas pengarahan diri sendiri, (5) Belajar
atas prakarsa sendiri yang melibatkan keseluruhan pribadi, pikiran maupun
perasaan akan lebih baik dan tahan lama, dan (6) Kebebasan, kreatifitas, dan
kepercayaan diri dalam belajar dapat ditingkatkan deangan evaluasi diri orang lain
tidak begitu penting.

G. Aplikasi Teori Belajar Humanistik

9
Aplikasi teori humanistic lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses
pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam
pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa sedangkan guru
memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa.
Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk
memperoleh tujuan pembelajaran. Siswa berperan sebagai pelaku utama (student
center) yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Dirahapkan siswa
memahami serta mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan
potensi diri yang bersifat negatif.

Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar.


Adapun proses yang umumnya dilalui adalah:

 Merumuskan tujuan belajar yang jelas.


 Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat
jelas, jujur dan positif.
 Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar
atas inisiatif sendiri.
 Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran
secara mandiri.
 Siswa di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya
sindiri, melakukan apa yang dinginkan dan menanggu resiko dari perilaku
yang ditunjukkan.
 Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa,
tidak menilai secara normative tetapi mendorong siswa untuk
bertanggungjawab atas segala resiko perbuatan atau proses belajarnya.
 Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya.
 Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa.
 Pembelajaran berdasarkan teori Humanistik ini cocok untuk diterapkan.
Keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif
dalam belajar dan terjadi perubahan pola piker, perilaku dan sikap atau
kemauan sendiri.
 Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh
pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab

10
tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin
atau etika yang berlaku.

H. Implikasi Teori Belajar Humanistik

Guru Sebagai Fasilitator

Psikologi humanistik memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator. Berikut


ini adalah berbagai cara untuk memberikan kemudahan belajar dan berbagai kualitas
fasilitator. Ini merupakan ikhtisar yang sangat singkat dari beberapa (pertunjuk):

a) Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana


awal, situasi kelompok, atu pengalaman kelas.
b) Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-
tujuan peorangan di dalam kelas juga tujuan-tuuan kelompok yang
bersifat umum.
c) Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk
melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bgi dirinya, sebagai
kekuatan pendorong, yang tersembunyi di dalam belajar yang
bermakna tadi.
d) Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar
yang paling luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu
mencapai tujuan mereka.
e) Dia menempatkan dirinya sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk
dapat dimanfaatkan oleh kelompok.
f) Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas,
dan menerima baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap
perasaan dan mencoba untuk menaggapi dengan cara yang sesuai, baik
bagi individual ataupun bagi kelompok.
g) Bilamana cuaca pemerimaan kelas telah mantap, fasilitator berangsur-
angsur data berperanan sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi

11
seorang anggota kelompok, dan turut menyatakan pandangannya
sebagai seorang individu, seperti siswa yang lain.
h) Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok,
perasaannya dan juga pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak
memaksakan, tetapi sebagai andil secara pribadi yang boleh saja
digunakan atau ditolah oleh siswa.
i) Dia harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang
menandakan adanya perasaan tyang dalam dan kuat selama belajar.
j) Di dalam berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus
mencoba untuk mengenali dan menerima keterbatasan-keterbatasannya
sendiri.

Ciri-ciri guru yang fasilitatif adalah:

 Merespon perasaan siswa.


 Menggunakan ide-ide siswa untuk melaksanakan interaksi yang sudah
dirancang.
 Berdialog dan berdiskusi dengan siswa
 Menghagai siswa
 Kesesuaian antara perilaku dan perbuatan
 Menyesuaikan isi kerangka berpikir siswa (penjelasan untuk
mementapkan kebutuhan segera dari siswa)
 Tersenyum pada siswa.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Teori Gestalt sangat menekankan insight. Yang dimaksud insight adalah (1)
rekonstruksi kognitif terhadap medan pengamatan, (2) pengenalan (secara psikologi)
lingkunagn belajar untuk mencapai tujuan. Dalam artian jika teori Gestalt ini
diaplikasikan dalam pelaksanaan mengajar, guru tidak akan memberikan potongan-
potongan atau bagian-bagian bahan ajar, tetapi selalu menjadi satu kesatuan. Guru
memberikan suatu kesatuan situasi atau bahan yang mengandung persoalan-persoalan,
dimana anak atau siswa berusaha menemukan hubungan antar bagian memperoleh
Insight agar ia dapat memahami keseluruhan situasi atau bahan tersebut. Dalam
metode ini selain terjadi pemahaman bagian dan hubungan antar bagian, terjadi pula
proses pengurangan (analisis) dan perpaduan (sintesis), di mana untuk mengerti isi
bacaan hendaknya dibaca dulu bahan-bahan tersebut secara keseluruhan. Adapun
penggunaan metode globa bukan saja digunakan dalam permulaan membaca tetapi
belajar di sekolah juga.

Adapun pada sumber lain menjelaskan aplikasi teori Gestalt pada proses pembelajaran
antara lain :

a) Pengalaman tilikan (insight), pengalaman ini sangat penting dalam perilaku


dimana dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki
kemampuan tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur
dalam suatu objek atau peristiwa.

13
b) Pembelajaran bermakna (meaningfull learning), kebermaknaan unsur-unsur
yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran.

c) Perilaku brtujuan (pusposive behaviour), bahwa perilaku terarah pada


tujuan. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah
aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya.

d) Prinsip ruang hidup (life space), bahwa perilaku individu memiliki


keterkaitan dengan lingkungan di mana ia berada.

e) Transfer dalam belajar, yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi


tertentu kesituasi lain. Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah
menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan
generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam
situasi lain. Oleh karena itu, guru hendaknya dapat membantu peserta didik
untuk menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi yang diajarkannya.

Sedangkan teori belajar Humanistik adalah suatu teori dalam pembelajaran


yang mengedepankan bagaimana memanusiakan manusia serta peserta didik mampu
mengembangkan potensi dirinya. Tokoh dalam teori ini adalah C. Roger dan Arthur
Comb. Aplikasi dalam teori ini, siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas,
berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara
bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan,
norma, disiplin, atau etika yang berlaku. serta guru hanya sebagai fasilitator.

Ciri-ciri guru yang fasilitatif:

 Merespon perasaan siswa.


 Mengguanakan ide-ide siswa untuk melaksanakan interaksi yang sudah
dirancang.
 Berdialog dan berdiskusi dengan siswa.
 Menghargai siswa.
 Kesuaian antara perilaku dan perbuatan.
 Menyesuaikan isi kerangka berpikir siswa (penjelasan untuk mementapkan
kebutuhan segera dari siswa).
 Tersenyum pada siswa.

14
B. Saran

Ditujukan kepada guru dan siswa agar bisa memahami dan mengerti ruang
lingkup tentang teori belajar Gestalt dan teori belajar Humanistik yang sudah
disajikan oleh penulis, sehingga bisa berguna bagi diri kita sendiri dan orang lain
sekarang dan yang akan datang.

Seharusnya kepala sekolah, guru (kepada semua pihak sekolah dan para
pendidik) harus bisa menerapkan proses belajar dan pembelajaran di sekolah dengan
teori Gestalt dan teori Humanistik agar para siswa mendapatkan pendidikan yang
sesuai dengan yang seharunya merekan dapatkan dalam peoses belajar dan
pembelajaran tersebut. Selain itu dengan menerapkan proses belajar dan pembelajaran
di sekolah dengan teori Gestalt dan teori Humanistik dapat menghidari serta
mencegah kasus-kasus penyimpangan dan pelanggaran-pelanggaran di sekolah yang
dapat menyebabkan kekerasan pada anak.

DAFTAR RUJUKAN
Budiningsih, Asri. 2012. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Mahmud, Dimyati. 1989. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan


Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.

Mustiningsih, Dra. 2001. Teori Belajar Mengajar. Malang: Universitas Negeri


Malang.

Rahyubi, Heri. 2012. Teori-teori Belajar Dan Aplikasi Pembelajaran Motorik.


Bandug: Nusa Media.

Slameto, Drs. 1995. Belajar Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta:


PT. Rineka Cipta.

Walgito, Bimo. 1980. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi.

15
LAMPIRAN-LAMPIRAN

 Lampiran 1: Bahan Presentasi (Power Point)

16
17
18
19
20
 Lampiran 2: Bahan Dari Mahasiswa
1. Nama: Theresia Edeltrudis Sato
Bahan: 1. Mustiningsih, Dra. 2001. Teori Belajar Mengajar. Malang:
Universitas Negeri Malang.
2. Slameto, Drs. 1995. Belajar Dan Faktor-faktor Yang
Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Membahas tentang: 1. Apa pengertian teori belajar Gestalt?
2. Apa saja prinsip-prinsip belajar dalam teori
Gestalt?

2. Nama: Candra Mukramin


Bahan: Rahyubi, Heri. 2012. Teori-teori Belajar Dan Aplikasi
Pembelajaran Motorik. Bandug: Nusa Media.
Membahas tentang: 1. Bagaimana hukum-hukum dalam teori belajar
Gestalt?
2. Bagaimana aplikasi teori belajar Gestalt dalam
proses belajar mengajar?

3. Nama: Titis Dwi Haryuni

Bahan: Budiningsih, Asri. 2012. Belajar Dan Pembelajaran.


Jakarta: Rineka Cipta.
Membahas tentang: 1. Apa pengertian teori belajar Humanistik?
2. Apa saja prinsip dalam teori belajar
Humanistik?

4. Nama: Husnul Khotimah


Bahan: 1. Mahmud, Dimyati. 1989. Psikologi Pendidikan. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat
Jendral Pendidikan Tinggi.
2. Walgito, Bimo. 1980. Pengantar Psikologi Umum.
Yogyakarta: Andi.
Membahas tentang: 1. Bagaimana aplikasi teori belajar
humanistik?

21
2. Apa implikasi teori Humanistik?

22

Anda mungkin juga menyukai