Anda di halaman 1dari 1

Paparan neurotoksin yang berlangsung terus menerus dapat menginduksi respon inflamasi

berkelanjutan yang akhirnya menimbulkan kerusakan pada epitel penghidu


Penelitian dari India menunjukan bahwa akumulasi debu tembakau dalam jangka waktu panjang
dapat menimbulkan efek genotoksisitas pada pekerja pabrik pengolahan tembakau
Pengaruh tersebut seperti dapat memberikan perubahan pada gambaran histopatologi

mukosa hidung berupa edema, subepitelial fibrosis, dan sebukan sel radang kronis. Perubahan

struktural ini akan mengakibatkan timbulnya perubahan kapasistas produksi sel sensori dan

menyebabkan turunnya sensibilitas terhadap suatu odoran.11,12 Hasil penelitian lain pada hewan

uji yang dipapar debu tembakau, terjadi proses apoptosis neuronal yang dimediasi oleh enzim

capase-3 yang menunjukkan peningkatan aktivitas pada epitel olfaktorius pada hewan uji.

Apoptosis pada sel neuron olfaktorius ini diyakini menjadi penyebab utama atas terjadinya

gangguan penghidu pada seseorang yang terpapar tembakau dalam jangka waktu lama.13

Dari 44 subjek terpilih, sebanyak 37 subjek (84,1%) mengalami gangguan penghidu.


Kelompok pereja yang mengalami risiko pajanan toluene yang tinggi meningkatkan risiko
terjadinya gangguan penghidu sebesar 12,5 kali secara bermakna dibandingkan kelompok
dengan risiko pajanan yang rendah (RO=12,5; 95% Interval
kepercayaan 1,35 – 115,79).

semakin lama seseorang terpapar zat toksin secara terus menerus, maka jumlah sel neuron
olfaktirus dalam epitel akan semakin berkurang akibat akumulasi proses degenerasi sel, sehingga
kemampuan sensibilitas pada reseptor penghidu akan mengalami penurunan

Penelitian oleh Watanabe dan Fukuchi yang meneliti gangguan penghidu pada pekerja yang terpapar zat neurotoksik
kromium selama 7 tahun, menunjukkan terdapat peningkatan signifikan ambang rekognisi penghidu terhadap
hubungannya dengan durasi paparan dibandingkan kelompok kontrol. Lebih dari setengah pekerja (51,4%)
menunjukkan peningkatan ambang penghidu dan dua diantaranya mengalami anosmia.

In contrast the mean respirable dust concentrations was 3.28 mgm-3 which is higher than Threshold Limit
Value (TLV).

Rerata konsentrasi debu tembakau yang dapat dihirup adalah 3,28

Anda mungkin juga menyukai