Anda di halaman 1dari 7

EVALUASI PRODUKSI CABAI MERAH PADA TAHAPAN PEMBERIAN

KONSENTRASI ZAT PENGATUR TUMBUH BONGGOL PISANG KEPOK


Oktavianus Lumban Tobing, dan Yanyan Mulyaningsih

RINGKASAN

Tujuan dari penelitian ini untuk mengevaluasi produksi tanaman cabai merah varietas gada
setelah pemberian ekstrak bonggol pisang kepok stadia pedang.
Tanaman cabai (Capsicum annuum L.) termasuk tanaman semusim dan digolongkan sebagai
sayuran buah. Cabai merupakan makanan penyedap rasa pedas dan banyak dipakai sebagai
makanan penambah lauk pauk. Mengandung zat nutrisi yang bermanfaat bagi kesehatan.
Tanaman cabai dibudidayakan di desa, perkotaan, baik didataran rendah sampai dataran tinggi.
Cabai sebagai bahan tambahan penyedap makanan banyak disukai masyarakat luas dalam
negeri maupun luar negeri. Faktor penghambat produksi antara lain cara budidaya yang kurang
benar, sehinggga perlu dicari alternatif budidayanya. Alternatif budidaya, antara lain melalui
penambahan zat pengatur tumbuh alami yang berasal dari ekstrak bonggol pisang kepok stadia
pedang.
Sepuluh propinsi di Indonesia yang merupakan sentra produksi cabai berdasarlan luas panen
tertinggi adalah Jawa Tengah, Jawa Barat, Sumatera Utara, Jawa Timur, dan Sumatera Barat,
Bengkulu, Sumatera Selatan, Jambi, Lampung, dan Aceh (1).
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi produksi tanaman cabai merah keriting varietas
gada F1 melalui tindakan perlakuan budidaya pemberian zat pengatur tumbuh alami berasal
dari ekstrak bonggol pisang kepok stadia pedang. Tahapan metode penelitian adalah menyusun
serangkaian rencana penelitian yang mencakup beberapa hal; persipan bahan dan peralatan
penelitian, menyusun metode Rancangan Penelitian lapangan yang paling sesuai, dan
pembuatan skema tata letak penelitian, persiapan dan penanaman benih cabai pada media
persemaian, pelaksanan pindah tanam, perancangan pembuatan dan prosedur proses
penggunaan ekstrak, pemberian ekstrak pada tanaman cabai dan pengumpulan data dokumen
produk tanaman serta kondisi iklim, analisis laboratorium bahan ekstrak bonggol pisang,
analisis laboratorium nutrisi tanah, evaluasi dokumen produk penelitian, inovasi dan
diseminasi produk.
Disamping percobaan dilapangan yang relevan, juga dilakukan uji zpt ekstrak pada benih
cabai, untuk melihat data kemampuan tumbuh benih dan beberapa data peubah pertumbuhan
stadium bibit. Pengamatan ini diakhiri sampai terbentuknya daun sempurna pada benih cabai
atau kurang lebih benih berumur 1 bulan.

Kata kunci: Hasil Capsicum annum L; total aplikasi kepekatan biang; hormon alami bonjol
raja punti
I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang permasalahan


Produksi tanaman cabai merah keriting varietas Gada antara lain ditentukan oleh zat
pengatur tumbuh ekstrak bonggol pisang stadia pedang. Jumlah pemberian konsentrasi induk
akan menstimulir pertumbuhan, dan produksi cabai. Faktor pendukung produksi lainnya adalah
ketersediaan unsur hara pada media tanam, dan keadaan cuaca. Unsur hara yang berasal dari
pupuk kotoran hewan (proses pengomposan) maupun pupuk sintetik berupa hara makro: TSP,
KCL dan Mg. Faktor utama penentu produksi juga ditentukan oleh kondisi cuaca tempat
budidaya cabai, antara lain: suhu udara, kelembaban udara, intensitas sinar matahari, dan ph
media tanam.
Definisi zat Pengatur Tumbuh Tanaman (ZPT) adalah senyawa organik bukan nutrisi
tanaman yang aktif dalam konsentrasi rendah (dapat < 1 mM) merangsang, menghambat atau
merubah pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan secara kuantitatif maupun kualitatif.
Dapat dihasilkan oleh tanaman (alami/endogen) maupun sintetik (eksogen) (2). Berbagai zat
pengatur tumbuh alami, terdiri dari ekstrak umbi bawang merah, ekstrak rebung bambu, ekstrak
bonggol pisang, air kelapa memberikan pengaruh berlainan pada daya kecambah, tinggi bibit,
jumlah daun. Daya kecambah bibit kemiri sunan asal biji terbaik diperoleh pada pemberian zat
pengatur tumbuh bonggol pisang dan air kelapa sebesar 97,78% juga terhadap tinggi bibit
tertinggi sebesar 13,57 cm, dan jumlah daun terbanyak sebanyak 1,45 helai daun (3). Zat
pengatur tumbuh GA3 konsentrasi 20 ppm yang diberi pada tanaman cabai merah keriting
dapat menurunkan gugur bunga sebesar 18,58% akibatnya terjadi peningkaan jumlah bunga
pertanaman sebesar 23,76%, dan jumlah buah pertanaman naik 36.64%, juga umur bunga dan
panen lebih singkat. Pengamatan pada peubah jumlah buah gugur, jumlah buah jadi, bobot
buah pertanaman, rendemen, gaya berkecambah, indeks vigor, serta indeks vigor hipotetik bibit
untuk pemberian konsentrasi 20, 40, dan 60 ppm tidak berbeda dengan konsentrasi 0 ppm,
sehingga GA3 dapat memperbaiki kuantitas dan kualitas benih cabai merah keriting (4).
Hasil analisis usaha produksi cabai merah per 1.200 m2 (selama masa tanam) di PTD
Perbibitan Tanaman Hortikultura Pakopen dengan menggunakan metode dasar paraktek
lapang, observasi, wawancara dan sumber data (data primer dan data sekunder, didapatkan
BEP Produksi 41,223 kg dan BEP Harga Rp 10.865,00 dan B/C ratio 0,56, B/C ratio lebih kecil
dari 1 artinya bisnis ini jangan diusahakan. Rendahnya nilai B/C disebabkan pemeliharaan
tanaman kurang maksimal juga pada saat penelitian dilaksanakan curah hujan tinggi, dapat
mengganggu proses pembentukan bunga, dan buah cabai (5).
Pengujian pupuk NPK dua dosis 50% dan 100% dengan 3 konsentrasi pupuk hayati
0%, 0,5, dan 1% memperlihatkan pertumbuhan dan hasil cabai keriting CK 5 terbaik pada dosis
NPK 100% dengan konsentrasi pupuk hayati 0,5%. Pengujian secara mandiri pupuk NPK dan
konsentrasi pupuk hayati berpengaruh pada jumlah, dan bobot buah (6).
Konsentrasi larutan 45% berasal dari MOL bonggol pisang memberikan pertambahan
pada peubah tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang produktif dan bobot buah per
tanaman dibanding dengan kontrol, tetapi tidak berpengaruh dengan konsentrasi 30%.
Selama penelitian berlangsung tidak ada tanda serangan cendawan Colletotrichum capsici
untuk semua tanaman percobaan. Faktor penyebab tidak timbulnya serangan patogen karena
pada saat penelitian dilakukan faktor lingkungan tidak menyokong terjadinya penyakit
antraknosa (1).
Beberapa faktor pembatas produksi tanaman cabai adalah sebagian dari petani cabai
masih menggunakan kebiasaan budidaya tanaman cabai secara turun temurun atau tradisi dari
leluhurnya, hal ini kemungkinan belum menyebarnya informasi tentang teknologi budidaya
menggunakan zat pengatur tumbuh alami selain penggunaan pupuk dasar berupa Urea, TSP,
KCl dan pupuk kandang hewan yang dapat menstimulir atau mempercepat pertumbuhan dan
produksi cabai sehingga masa panen dapat dipercepat yang berakibat waktu tanam dalam
setahun dapat lebih banyak sehingga produksi lebih lebih tinggi.
Urgensi penelitian ini adalah agar dapat mengetahui 1). evaluasi seberapa besar
pengaruh pemberian ekstrak zat pengatur tumbuh alami ekstrak bonggol pisang kepok stadia
pedang terhadap pertumbuhan dan produksi cabai merah pada lapangan yang relevan dan
terkendali; 2). Pedoman informasi bagi pengguna zat pengatur tumbuh alami yang berasal dari
ektrak bonggol pisang kepok stadia pedang untuk budidaya cabai merah; 3) dapat
menghasilkan dokumentasi tentang produk dan penerapannya pada budidaya dilaboratorium
maupun lapangan relevan.

B. Permasalahan
Penelitian tahun 2020 merupakan tahapan lanjutan dari penelitian tahun 2019 berlokasi
dilahan gapoktan Desa Sukamantri, Kecamatan Tamansari, Bogor. Beberapa permasalahan
yang akan diteliti:
1. Produksi cabai merah keriting konstan untuk beberapa lokasi sesuai dengan cara budidaya
yang diterapkan.
2. Teknologi merubah produksi cabai, antara lain pembemberian konsentrasi induk zat pengatur
tumbuh ekstrak bonggol pisang kepok stadia pedang. Sifat dasar tanaman terutama
menyangkut kuantitas dan kualitas diharapkan dapat berubah dengan pemberian ekstrak
tersebut. Tanaman cabai merah keriting umumnya tumbuh optimal pada dataran rendah,
diharapkan juga pada dataran sedang.
3. Aspek lain yang berpengaruh pada produksi cabai adalah keadaan cuaca lokasi tempat
penelitian.

C. Tujuan khusus, dan urgensi penelitian


Tujuan khusus dan urgensi penelitian adalah untuk memperoleh produksi lebih baik/tinggi
melalui penanaman spesifik lokasi, dan hasil penelitian dapat sebagai sumber informasi oleh
pengguna gapoktan, dan masyarakat setempat, serta petani maupun pengusaha yang
berkecimpung pada penanaman cabai baik skala lokal maupun skala nasional.

II. METODE PENELITIAN

Tahapan penelitian lanjutan tahun ke dua (tahun 2020) adalah penelitian lapangan, dan
laboratorium. Penelitian lapangan menggunakan metode Percobaan Rancangan Acak
Kelompok Faktorial dengan dua taraf yaitu jumlah pemberian konsentrasi induk zat pengatur
tumbuh ekstrak bonggol pisang kepok stadia pedang dengan umur setelah tanam cabai merah
keriting varietas gada F-1. Dari percobaan lapang ini diperoleh dokumen data pertumbuhan
dan produksi tanaman cabai yang merupakan bagian dari dokumen uji produk. Penelitian
laboratorium tahapannya membuat spesifikasi, rancangan, dan cara penggunaan dari ekstrak
bonggol pisang selanjutnya menganalisis senyawa yang terdapat pada zat pengatur tumbuh
ekstrak bonggol pisang dari sini diperoleh dokumen produk dan proses pembuatan. Data
laboratorium pendukung lainnya adalah analisis kandungan nutrisi tanah dan beberapa zat lain
yang terdapat pada bonggol pisang. Data penunjang lingkungan yang diperlukan adalah data
iklim mikro penelitian. Dokumen data penunjang lainnya mengambil data percobaan di rumah
tudung plastik ultra violet pada lokasi yang sama dan terkendali.
1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian berlokasi di lahan Gabungan Kelompok Tani Repeh Rapih, Desa Sukamantri,
Kecamatan Taman Sari Kabupaten Bogor, dan laboratorium di Bogor, sekitarnya, Jakarta atau
lokasi laboratorium lainnya. Jika memungkinkan/ada waktu tersisa melakukan demplot pada
lahan petani cabai. Waktu penelitian dilakukan selama enam bulan, mulai bulan Maret 2020
sampai dengan Agustus 2020.

2. Bahan, Alat dan Metode Penelitian


Bahan utama yang diperlukan adalah bonggol pisang kepok stadia pedang, cabai merah varietas
gada F1, polibeg penyemaian 10 cm x 12 cm , polibeg penanaman 45 cm x 45 cm, methanol
(C2H5OH) kadar 100%, H2O, pupuk dasar: Urea 300 kg/ha, SP36 450 kg/ha, KCl 300 kg/ha,
ZA 150 kg/ha, pupuk kompos kandang 20 ton/ha, fungisida, insektisida, sedangkan alat utama
yang diperlukan adalah alat ukur pertumbuhan dan produksi tanaman, alat analisis kandungan
zpt ekstrak bonggol pisang, alat analisis nutrisi tanah, alat pengukur data meteorologi, alat
pembuat ekstrak, dan lain-lain.
Penelitian menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok Faktorial dengan dua perlakuan,
yaitu pemberian konsentrasi larutan induk/utama dengan dua taraf 300 g tepung bonggol pisang
kepok stadia pedang per 1 liter methanol (C2H5OH) = K1 dari larutan induk dibuat konsentrasi
30%, dan 450 g tepung bonggol pisang kepok stadia pedang per 1 liter methanol (C2H5OH) =
K2 dari larutan induk ini dibuat konsentrasi 45%. Tahapan pemberian umur tanaman terdiri
dari 8 taraf, yaitu T0: tanpa pemberian/kontrol (umur saat bibit pindah tanam); T1: umur
1minggu setelah tanam (MST); T2: umur 1, dan 2 MST; T3: umur 1, 2, dan 3 MST; T4: umur
1, 2, 3, dan 4 MST; T5: umur 1, 2, 3, 4, dan 5 MST; T6: umur 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 MST; T7:
umur 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 MST; T8: umur 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8 MST.

Model Statistik RAK faktorial yang digunakan sebagai berikut:

Yijk : µ + Mi + Pj + (MP)ij + ρk + ℇijk


Yijk : Nilai pengamatan pada perlakuan konsentrasi ekstrak larutan induk bonggol pisang
taraf ke-i, tahapan pemberian umur tanaman taraf ke-j dan kelompok ke-k
µ : Nilai rataan umum
Mi : Pengaruh perlakuan konsentrasi ekstrak larutan induk taraf ke-i
Pj : Pengaruh tahapan pemberian umur tanaman taraf ke-j
(MP)ij : Pengaruh interaksi antara perlakuan konsentrasi ekstrak larutan induk taraf ke-i dan
tahapan pemberian umur tanaman taraf ke-j
ρk : Pengaruh kelompok ke-k
ℇijk : Pengaruh galat percobaan pada perlakuan konsentrasi ekstrak larutan induk bonggol
pisang taraf ke-i, tahapan pemberian umur taraf ke-j, dan kelompok ke-k

Data yang berbeda menurut analis ragam uji F, dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple
RangeTest.

3. Pembuatan dokumen produk


Tahapan pembuatan produk dimulai dari membuat spesifikasi produk melalui pengumpulan
semua data utama dan pendukung/penujang baik data uji coba dilapangan yang relevan maupun
data analisis laboratorium serta data kondisi iklim mikro saat dilaksanakan penelitian, dan
faktor pembatas lainnya. Data spesifikasi yang diperoleh berpedoman pada rancangan produk,
prosedur penggunaan produk dan deskripsi lainnya yang berkaitan dengan analisis kebutuhan
produk. Dokumen produk yang didapat didukung dengan dokumentasi foto (Video) baik
dilapangan maupun laboratorium.
4. Diagram alir penelitian

Gambar 1. Diagram alir penelitian

5. Pelaksanaan penelitian
5.1 Persiapan media tanam dan bibit cabai
Media penanaman cabai dibuat melalui dua cara yaitu media pembibitan/penyemaian
menggunakan polibeg berukuran 10 cm x 12 cm dengan menggunakan media campuran sekam
bakar, pupuk kandang, dan tanah dengan perbandingan 1 : 1 : 1 lalu ditambah furadan sesuai
dosis anjuran, selanjutnya media tanam dilapangan menggunakan polibeg berukuran 45 cm x
45 cm dengan menggunakan media tanah, dan pupuk kompos kandang sapi dengan
perbandingan 3 : 1 lalu ditambah furadan sesuai dosis anjuran. Ph media tanah 6,5 dan
ditambah pupuk dasar berupa Urea 300 kg/ha, SP36 450 kg/ha, KCl 300 kg/ha, ZA 150 kg/ha,
pupuk kompos kandang 20 ton/ha. Urea diberikan 8 tahapan pemberian dari dosis anjuran, SP-
36, KCL, ZA diberikan 2 tahapan pemberian dari dosis anjuran, pupuk kandang diberikan
sekali sebelum tanam cabai dimedia polibeg lapangan. Benih yang tumbuh di media
penyemaian setelah terbentuk 4 sampai 5 daun sempurna, lalu dipindahkan ke media tanam
polibeg ukuran 45 cm x 45 cm yang telah di disusun dilapangan.

5.2 Proses pembuatan larutan induk extrak bonggol pisang kepok


Bonggol pisang kepok stadia pedang dicuci dengan air bersih lalu dicacah berukuran kecil dan
dikering anginkan dibawah sinar matahari. Setelah kering angin diblender sampai bahan
berukuran lebih kecil, kemudian dibuat dua larutan iduk yaitu pertama dengan mengambil 300
g bahan dicampur dengan 1 liter methanol disimpan selama 48 jam sambil diaduk setiap 2-3
jam, lalu disaring dan dijadikan volume sampai 1 liter dengan penambahan methanol. Ke dua
dengan mengambil 450 g bahan dicampur dengan 1 liter methanol dibiarkan selama 48 jam
sambil diaduk setiap 2-3 jam, disaring dan dijadikan volume sampai 1 liter. Masing-masing
hasil ekstrak larutan induk diaduk dengan alat magnetic stirrer 2.266 rpm (kecepatan tertinggi
6800 rpm) selama 0,5 jam, kemudian dijadikan volumenya menjadi 150 ml dengan
menggunakan alat penghembus dan pengering.

5.3. Pemberian ekstrak pada tanaman


Pemberian ekstrak zat pengatur tumbuh bonggol pisang disesuaikan dengan metode penelitian
dan kebutuhan volume larutan sesuai fase pertumbuhan cabai (antara fase juvenil sampai fase
produksi).

5.4 Pemeliharaan
Pemeliharaan meliputi penyulaman, penyiraman, pembersihan gulma, pengendalian penyakit
menggunakan fungisida trichoderma SPP, M-45 80 WP Dithane.

5.5 Pengamatan data peubah


Pengamatan data peubah lapangan terdiri dari tinggi tanaman, lebar tajuk, diameter batang,
luas daun, jumlah cabang, diameter buah, jumlah buah, panjang buah, bobot basah dan kering
buah, bobot basah dan kering akar dan tajuk. Juga uji zpt ekstrak bonggol pada benih cabai
yang pengamatannya sampai fase juvenil (kurang lebih 1 bulan). Pegambilan data juga
dilaboratorium meliputi analisis kandungan zat pengatur tumbuh bonggol pisang, dan analisis
ketersediaan nutrisi tanah. Data penunjang lainnya mencakup data lingkungan yang relevan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Aziziy Hifniy., Oktavianus Lumban Tobing., dan Yanyan Mulyaningsih. 2020. Studi
serangan antraknosa pada pertumbuhan cabai merah (Capsicum annuum L.) setelah
aplikasi larutan daun mimba dan mol bonggol pisang. Jurnal: Agononida 6(1): 22-32.

2. Wiraatmaja Wayan., 2017. Bahan ajar zat pengatur tumbuh auksin dan cara
penggunaannya dalam bidang pertanian. Program studi agroekoteknologi Fakultas
Pertanian Universitas Udayana.

3. Kurniati Fitri., Tini Sudartini., dan Didik Hidayat. 2017. Aplikasi berbagai bahan zpt alami
untuk meningkatkan pertumbuhan bibit kemiri sunan (Reutealis triperma (Blanco)
Airy Shaw). Jurnal: Agro IV(1): 40-49.

4. Arifin Zainal., Prapto Yudono., Toekidjo. ?. Pengaruh Konsentrasi GA3 Terhadap


Pembungaan Dan Kualitas Benih Cabai Merah Keriting (Capsicum annuum L.) .
Jurnal: UGM : 1-13.

5. Wardana Moch Hafi. 2015. Budidaya tanaman cabai merah di UPTD pembibitan tanaman
hortikultura desa sumberejo kecamatan ambulu kabupaten Jember. Jurnal: Cabai
Merah : 1-13.
6. Waskito Heru., Anne Nuraini., dan Neni Rostini. 2018. Respon pertumbuhan dan hasil cabai
keriting (Capsicum annuum L.) CK5 akibat perlakuan pupuk npk dan pupuk hayati.
Jurnal: Kultivasi 17(2): 676-681.

Anda mungkin juga menyukai