FARMAKOTERAPI TERAPAN
Oleh :
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2019
HIPERTENSI
1. Definisi
Hipertensi merupakan suatu keadaan patologis dimana kondisi pembuluh darah
mengalami peningkatan secara terus menerus yang ditandai dengan tekanan darah
sistolik yang mencapai >140 mmHg dan tekanan darah diastolik >90 mmHg (WHO,
2013). Tekanan darah sistolik (TDS) yaitu nilai yang diperoleh selama jantung
berkontraksi, sedangkan tekanan darah diastolik (TDD) merupakan nilai yang diperoleh
ketika jantung berelaksasi diantara dua kontraksi.
2. Patofisiologi
Hipertensi dapat disebabkan oleh penyebab yang spesifik (hipertensi sekunder)
atau dari penyebab yang tidak diketahui (hipertensi primer atau esensial). Hipertensi
sekunder (<10% dari kasus) biasanya disebabkan oleh penyakit ginjal kronis (CKD)
atau penyakit renovaskular. Kondisi lain yang dapat menyebabkan terjadinya hipertensi
sekunder yaitu sindrom Cushing, koarktasi aorta, obstruktif apnea tidur,
hiperparatiroidisme, pheochromocytoma, aldosteronisme primer, dan hipertiroidisme.
Selain itu hipertensi sekunder juga dapat terjadi disebabkan oleh efek samping obat-
obat tertentu yang dapat meningkatkan tekanan darah seperti kortikosteroid, estrogen,
obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), amfetamin, sibutramine, siklospurin,
takrolimus, erithropoietin, dan venlafaxine (DiPiro et al, 2015).
Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap pengembangan hipertensi primer meliputi:
a. Kelainan humoral yang melibatkan sistem renin angiotensin aldosteron (RAAS),
hormon natriuretik, atau resistensi insulin dan hiperinsulinemia
b. Gangguan pada SSP, serabut saraf otonom, reseptor adrenergik, atau baroreseptor
c. Kelainan pada proses autoregulasi ginjal atau jaringan untuk ekskresi natrium
volume plasma, dan penyempitan arteriolar
d. Kekurangan sintesis zat vasodilatasi dalam endotelium vaskular (prostasiklin,
bradikinin, dan nitrat oksida) atau zat vasokonstrik berlebih (angiotensin II,
endothelin I)
e. Asupan natrium tinggi atau kekurangan kalsium dalam makanan.
3. Klasifikasi
Pengukuran tekanan darah merupakan satu hal yang sangat utama dalam
penegakan diagnosis hipertensi. Adanya klasifikasi ini akan membantu tenaga medis
dalam rencana terapi yang akan diberikan. Klasifikasi ini ditentukan berdasarkan
tekanan sistolik dan diastolik pasien. Berikut ini klasifikasi hipertensi menurut JNC 7
untuk pasien dewasa (usia > 18 tahun). Prehipertensi tidak dianggap sebagai kategori
penyakit, namun pasien dengan prehipertensi memiliki potensi untuk tekanan darahnya
meningkat menjadi hipertensi. Pada tingkatan prehipertensi ini pasien tidak
memerlukan terapi obat antihipertensi, namun cukup dengan terapi non farmakologis.
Sedangkan untuk hipertensi stage 1 dan stage 2 pasien harus diberi terapi menggunakan
obat antihipertensi.
Krisis hipertensi adalah situasi klinis dimana nilai tekanan darah sangat tinggi,
biasanya >180/120 mmHg. Kategori ini termasuk dalam hipertensi darurat atau
hipertensi urgensi dimana hipertensi urgensi adalah peningkatan tekanan darah secara
ekstrim dengan atau tanpa adanya cedera organ target (DiPiro et al, 2008).
4. Penatalaksanaan Hipertensi
DISLIPIDEMIA
1. Definisi
Dislipidemia merupakan keadaan kadar lipid yang abnormal pada plasma ditandai
dengan peningkatan kadar kolestrol total, LDL, trigliserida dan penurunan HDL.
Kelainan fraksi lipid yang paling utama adalah kenaikan kadar kolesterol total
(<200mg/dL), kolesterol LDL (<100mg/dL), kenaikan kadar trigliserida (<150 mg/dL)
serta penurunan kadar HDL (>40mg/dL). Dislipidemia terbagi atas dua, dislipidemia
primer dan dislipidemia sekunder (DiPiro et al., 2015)
2. Patofisiologi
Trigliserida, kolestrol, dan fosfolipid diangkut dalam darah sebagai kompleks lipid
dan lipoprotein. Lipid dalam darah diangkut dengan 2 cara yaitu melalui jalur eksogen
dan endogen. Jalur eksogen yaitu trigliserida dan kolesterol dalam usus halus akan
diserap ke dalam enterosit mukosa usus halus. Trigliserida akan diserap sebagai asam
lemak bebas, sedangkan kolesterol diserap sebagai kolestrol bebas. Dalam usus halus
kemudian asam lemak bebas diserap kembali menjadi trigliserida, sedangkan kolesterol
menjadi kolesterol ester kembali. Keduanya bersama dengan fosfolipid dan alipoprotein
akan membentuk kilomikron (Jim, 2013). Jalur endogen yaitu trigliserida dan kolesterol
yang di sintesis di dalam hati mengalami hidrolisis dalam sirkulasi oleh lipoprotein lipase
yang juga menghidrolisis kilomikron menjadi partikel lipoprotein yang lebih kecil (DiPiro
et al., 2009).
3. Klasifikasi
a. Primer
Dislipidemia yang disebabkan karena kelainan yang disebabkan karena kelainan
penyakit genetik dan bawaan yang dapat menyebabkan kelainan kadar lipid dalam
darah.
b. Sekunder
Dislipidemia yang disebabkan oleh suatu keadaan seperti hiperkolestrolemia yang
diakibatkan oleh hipotiroidisme, sindrom nefrotik, kehamilan, dan penyakit hati
obstruktif. Hipertrigliserida disebabkan oleh diabetes mellitus, konsumsi alkohol,
gagal ginjal kronik, infark miokard, dan kehamilan (Asuhan keperawatan
dislipidemia).
STUDI KASUS
Tn. YM usia 52 tahun masuk IGD rumah sakit X, dengan keluhan kepala pusing dan
penglihatan kabur (mata kanan-kiri) 2-3 hari ini, kencing berbusa sudah 1 minggu. Pasien
mual-muntah, sesak nafas dan nyeri dada pagi ini. Pasien mengaku tidak udema. Pasien
memiliki riwayat hipertensi tidak terkontrol karena masalah biaya dan hanya minum ramuan
herbal. Pasien menyangkal memiliki riwayat penyakit DM dan hiperlipidemia, tetapi pasien
mengaku pernah mengalami serangan jantung dan di rawat di puskesmas 3 tahun yang lalu.
Tanda-tanda vital pasien saat MRS : TD 210/150 mmHg, HR 105 x/menit, RR 18 x/menit,
SO2 92%.
Data laboratorium pasien saat MRS : Na 147 mEq/L, K 3,6 mEq/L, Cl 104 mEq/L, Ca
7,2 mEq/L, Glukosa acak 115 mg/dL, BUN 88 mg/dL, SCr 8,83 mg/dL, Hb 10,5 mg/dL,
HCT 30, WBC 11,14, PLT 186, CK 3,755 unit/L, Troponin-I 0,55 ng/mL, Kolesterol total
310 mg/dL, Trigliserida 257 mg/dL, LDL 100 mg/dL proteinuri (++), hematuria (+),
bakteriuri (-).
Diagnosis pasien: Krisis Hipertensi + GGA+ dislipidemia
Terapi Hipertensi saat MRS (ICU):
H 1 (14.00) : Labetalol 10 mg (iv) > 14.30 TD 190/145 mmHg > 14.50 TD 205/145 mmHg
H 1 (16.00) : Nitroprusid drip 0,25 mcg/kg/menit > 16.10 TD 202/150 mmHg
H 1 (16.30) : Nitroprusid drip 0,5 mcg/kg/menit > 16.45 TD 206/145 mmHg
H 1(16.50) : Nitroprusid drip 0,75 mcg/kg/menit > 17.10 TD 197/150 mmHg > 17.35 TD
200/149 mmHg > 17.57 TD 198/150 mmHg
H1 (18.00) : Nitroprusid drip 1,5 mcg/kg/menit > 18.15 TD 189/145 mmHg > 18.35 TD
185/142 mmHg
Terapi lain saat MRS :
Ranitidin (iv) 2x50 mg
Simvastatin (po) 1x10 mg
Furosemid (iv) 1x40 mg
Ceftriaxon (iv) 1x1 gram
Timolol tetes mata 0,5% 2x1 tetes mata kanan-kiri
Data Base Pasien (Subjective)
Usia 52 tahun
Keluhan 1. Kepala pusing dan penglihatan kabur (mata kanan-kiri) 2-3 hari
2. Kencing berbusa sudah 1 minggu
3. Mual, muntah, sesak nafas, dan nyeri dada
Riwayat penyakit Hipertensi dan serangan jantung
Riwayat obat Herbal
Catatan lain Hipertensi tidak terkontrol karena kendala biaya
Alergi obat -
Hasil Pengamatan pada Pasien (Objective)
Tanda vital saat MRS Data Pasien Rentang Normal
TD 210/150 mmHg <120/80 mmHg
HR 105 x/menit < 100x/menit (dipiro 2015)
RR 18 x/menit 14-20 x/menit
SO2 92% 95% atau lebih
Data Laboratorium Data Pasien Rentang Normal
saat MRS Na 147 meq/L 135-144 meq/L
K 3,6 meq/L 3,6-4,8 meq/L
Cl 104 meq/L 98-106 mmol/L
Ca 7,2 meq/L 8,8-10,4 mg/dL
Glukosa acak 115 mg/dL <140 mg/dL
BUN 88 mg/dL 8-20 mg/dL
SCr 8,83 mg/dL 0,7-1,3 mg/dL
Hb 10,5 mg/dL 14-17 g/dL
HCT 30 4-54%
WBC 11,14 4500-10000 sel/mm3
PLT 186 150.000-390.000 L/mm3
CK 3,755 unit/L 30-170 U/L
Troponin-I 0,55 ng/mL 0-0,5 ng/mL
Kolesterol total 310 mg/dL 150-199 mg/dL
Trigliserida 257 mg/dL <250 mg/dL
LDL 100 mg/d < 130 mg/dl
Proteinuri (++) (-)
Hematuria (+) (-)
Bakteriuri (-) (-)
Assessment
Problem
Subjective Objective Terapi obat Assessment (DRP) Plan Evaluasi
medic
Krisis Kepala TD 210/150 1. Labetalol 10 1. Furosemide dapat 1. Direkomendasikan untuk Monitoring :
hipertensi pusing, mmHg mg (i.v) menyebabkan hipokalemia menghentikan terapi furosemide tekanan darah,
penglihatan HR 105 kali 2. Nitroprusid sebesar 14-60% (Medscape, jika tekanan darah sudah dan fungsi ginjal
kabur, sesak permenit drip 0,25; 0,5; 2019) terkendali
nafas, dan 0,75; 1,5 2. Direkomendasikan pada dokter
nyeri dada mcg/kg/mnt untuk menggunakan obat
3. Furosemid golongan ACEi untuk terapi
1x40 mg rawat jalan
(i.v) 3. Terapi non-farmakologi diet
garam, mengkonsumsi makanan
4. Timolol yang mengandung kalium, dan
tetes mata memperbaiki gaya hidup
0,5% bdd
ods Tujuan terapi TD <130/80 mmHg
(JNC 7)
Daftar Pustaka
Chernecky CC & Berger BJ. 2008. Laboratory Tests and Diagnostic Procedures 5th edition.
Saunders : Elsevier
Chobanian, A.V., George, L.B., Henry, R.B., William, C.C., Lee, A.G., et al. 2004. Seventh
Report Of The Joint National Committee On Prevention, Detection, Evaluation, And
Treatment of High Blood Pressure. Journal Of The American Heart Association. 42:
1206-1252
Depkes RI. 2006. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Hipertensi. Jakarta: Depkes
DiPiro, J.T., Barbara, G.W., Robert, L.T., Gary, C.Y., Gary, R.M. dan Michael, L.P. 2008.
Pharmacotherapy A pathophysiologic Approach Seventh Edition. New York:
McGraw-Hill
DiPiro, C.V., Barbara, G.W., Terry, L.S., dan DiPiro, J.T. 2015. Pharmacotherapy Handbook
Ninth Edition. New York: McGraw-Hill
Jim, E.L. 2013. Metabolisme Lipoprotein. Jurnal Biomedik. Vol 3 no 3 hal 149-156
Prabu, O. dan Hamzah, S. 2015. Penggunaan ACE Inhibitor untuk Mengurangi Proteinuria
pada Sindrom Nefrotik. eJKI. Vol 3 no 2