Anda di halaman 1dari 40

HERNIA

DISUSUN OLEH:

IRAA
(01234)

Pembimbing :

dr., Sp.B

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN
MEDAN
2016
KATA PENGANTAR

Pertama-tama, marilah kita mengucapkan syukur kehadirat Tuhan


Yang Maha Esa, yang mana telah memberikan berkah dan kasih-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan tulisan ini.
Adapun pembuatan tulisan ini adalah untuk menambah wawasan
para pembaca pada umumnya, dan penyusun pada khususnya, mudah-
mudahan bermanfaat bagi kita semua.
Pada kesempatan ini, penyusun mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada dr., Sp.B atas bimbingannya, sehingga makalah
berjudul “HERNIA” ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Akhir kata saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
membantu dalam proses penyusunan paper ini. Penyusun sadar bahwa
dalam makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan,
untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun agar dalam masa berikutnya dapat lebih baik lagi.

Tarutung, November 2016


Penulis,

blabla

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i


DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
BAB II LANDASAN TEORI .............................................................................................. 2
I.Embriologi............................................................................................. 2
BAB III HERNIA............................................................................................. 11
Definisi Hernia ..................................................................................... 11
Epidemiologi hernia ............................................................................. 11
Klasifikasi Hernia ................................................................................ 12
BAB IV KESIMPULAN ................................................................................. 35
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 36

ii
BAB I
PENDAHULUAN

Hernia merupakan penonjolan isi rongga melalui defek atau bagian


lemah dari dinding rongga bersangkutan. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan
isi hernia. Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia bawaan atau
kongenital dan hernia dapatan atau akuisita. Berdasarkan letaknya, hernia diberi
nama sesuai dengan lokasi anatominya, seperti hernia diafragma, inguinal,
umbilikalis, femoralis, dll. Sekitar 75% hernia terjadi di sekitar lipat paha, berupa
hernia inguinal direk, indirek, serta hernia femoralis.1
Menurut sifatnya, hernia disebut hernia reponibel bila isi hernia dapat
keluar-masuk. Usus keluar saat berdiri atau mengedan, dan masuk lagi ketika
berbaring atau bila didorong masuk perut. Selama hernia masih reponibel, tidak
ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus. Bila isi kantong tidak dapat
direposisi kembali ke dalam rongga perut, hernia disebut hernia ireponibel.1
Hernia inguinalis dibagi menjadi hernia ingunalis lateralis dan hernia
ingunalis medialis dimana hernia ingunalis lateralis ditemukan lebih banyak dua
pertiga dari hernia ingunalis medialis. Sepertiga sisanya adalah hernia inguinalis
medialis. Hernia ingunalis lebih banyak ditemukan pada pria daripada wanita.
Perbandingan antara pria dan wanita untuk hernia ingunalis 7 : 1. 2
Hernia inguinalis indirek disebut juga hernia inguinalis lateralis karena
keluar dari rongga peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang teletak
lateral dari pembuluh epigastrika inferior. Hernia kemudian masuk ke dalam
kanalis inguinalis (kanalis inguinalis berisi funikulus spermatikus pada laki-laki
dan ligamentum rotundum pada perempuan) dan jika cukup panjang, menonjol
keluar dari anulus inguinalis eksternus. Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan akan
sampai ke skrotum sehingga disebut hernia skrotalis.
Hernia inguinalis direk, disebut juga hernia inguinalis medialis, menonjol
langsung ke depan melalui segitiga Hesselbach (Hesselbach, Franz K. 1788-
1856, ahli ilmu anatomi, Jerman). Hernia inguinalis medialis karena tidak keluar
keluar melalui kanalis inguinalis dan tidak ke skrotum, umumnya tidak disertai
strangulasi karena cincin hernia longgar.1

1
BAB II
LANDASAN TEORI

I. EMBRIOLOGI
Pada pria, ligamentum gubernaculum turun pada tiap sisi abdomen dari
pole inferior gonad ke permukaan interna skrotum. Gubernaculum akan melewati
dinding abdomen yang mana pada sisi bagian ini akan menjadi kanalis inguinalis.
Processus vaginalis adalah evaginasi diverticular peritoneumyang membentuk
bagian ventral gubernaculums bilateral. Testis awalnya retroperitoneal dan dengan
processus vaginalis testis akan turun melewati canalis inguinalis ke scrotum
dikarenakan kontraksi gubernaculum. Pada sisi sebelah kiri terjadi penurunan
terlebih dahulu sehingga ,yang tersering hernia inguinalis lateralis angka
kejadiannya lebih banyak pada laki-laki dan yang paling sering adalah yang
sebelah kanan.3
Testis turun melalui anulus inguinalis dan melintasi tepi atas os pubikum
ke dalam tonjolan skrotum pada saat lahir. Testis kemudian dibungkus oleh suatu
lipatan refleksi prosesus vaginalis. Lapisan peritoneum yang membungkus testis
dikenal sebagai tunika vaginalis testis lamina viseralis, bagian lain kantong
peritoneum membentuk tunika vaginalis testis lamina parietalis. Saluran sempit
yang menghubungkan lumen prosesus vaginalis dengan rongga peritoneum,
menutup pada saat lahir atauu segera sesudahnya. Disamping dibungkus oleh
lapisan-lapisan peritoneum yang berasal dari prosesus vaginalis, testis juga
terbungkus di dalam lapisan-lapisan yang berasal dari dinding abdomen anterior
yang dilewatinya.4
Lapisan prosesus vaginalis secara normal berfusi bersama dan
berobliterasi masuk kedalam saluran inguinal disekitar cincin interna. Kegagalan
obliterasi processus vaginalis oleh tunika vaginalis mengakibatkan berbagai
anomaly inguinal.5

2
Gambar 2.1 Proses Desensus testis
Pada wanita ovarium turun ke pelvis dan gubernaculum bagian inferior
menjadi ligamentum rotundum yang mana melewati cincin interna ke labia majus.
Processus vaginalis normalnya menutup, menghapuskan perluasan rongga
peritoneal yang melewati cincin interna.

II. ANATOMI
STRUKTUR DINDING ANTERIOR ABDOMEN
Lapisan-lapisan dinding abdomen terdiri dari (luar ke dalam):6
1. Kulit
2. Fascia superficialis, terdiri dari fascia camperi dan fascia scarpae
3. Otot dinding anterior abdomen, antara lain: muskulus obliquus
externus abdominis, muskulus obliquus internus abdominis, muskulus
transversus abdominis
4. Fascia transversalis
5. Lemak extraperitoneal
6. Peritoneum parietale
Seperti pada gambar dibawah ini

3
Gambar 2.2 Lapisan-lapisan dinding abdomen
Penjelasan:6
1. Kulit
Garis-garis lipatan kulit alami berjalan konstan dan hampir horizontal di
sekitar tubuh. Secara klinis hal ini penting karena insisi sepanjang garis lipatan
ini akan sembuh dengan sedikit jaringan parut sedangkan insisi yang
menyilang garis-garis ini akan sembuh dengan jaringan parut yang menonjol
2. Fascia superficialis:
a. Lapisan luar, Panniculus adiposus (fascia camperi): berhubungan dengan
lemak superficial yang meliputi bagian tubuh lain dan mungkin sangat
tebal (3 inci [8cm] atau lebih pada pasien obesitas)
b. Lapisan dalam, Stratum membranosum (fascia scarpae): stratum
membranosum tipis dan menghilang di sisi lateral dan atas. Di bagian
inferior, stratum membranosum berjalan di depan paha dan di sini bersatu
dengan fascia profunda pada satu jari di bawah ligamentum inguinale.
3. Otot dinding anterior abdomen:
a. Musculus obliquus externus abdominis
Merupakan lembaran otot yang lebar dan tipis, dibentuk oleh dua lapisan:
superfisial dan profunda menjadi aponeurosis obliquus externus. Bersama
dengan aponeurosis otot obliqus internus dan transversus abdominis,
mereka membentuk sarung rektus dan akhirnya linea alba. Aponeurosis
obliqus eksternus menjadi batas superfisial dari kanalis inguinalis.

4
Ligamentum inguinal terletak dari spina iliaca anterior superior ke
tuberculum pubicum. Ligamentum inguinale (Poupart) merupakan
penebalan bagian bawah aponeurosis muskulus obliqus eksternus. Terletak
mulai dari SIAS sampai ke ramus superior tulang pubis. Lakunare
(Gimbernati) merupakan paling bawah dari ligamentum inguinale dan
dibentuk dari serabut tendon obliqus eksternus yang berasal dari daerah
Sias.5
b. Muskulus obliquus internus abdominis
Merupakan lembaran otot yang lebar dan tipis yang terletak di profunda
muskulus obliquus externus abdominis. Serabut tendon yang terbawah
bergabung dengan serabut-serabut yang sama dari muskulus transversus
abdominis membentuk conjoined tendon.6
c. Muskulus transversus abdominis
Merupakan lembaran otot yang tipis dan terletak di profunda muskulus
obliquus internus abdominis dan serabut-serabutnya berjalan horizontal ke
depan. Serabut tendo yang terbawah bersatu dengan serabut tendo yang
sama dari muskulus obliquus internus abdominis membentuk conjoined
tendon.6
4. Fascia transversalis
Merupakan lapisan fascia tipis yang membatasi muskulus transversus
abdominis. Fascia transversalis digambarkan oleh Cooper memiliki 2
lapisan:Fascia transversalis dapat dibagi menjadi dua bagian, satu terletak
sedikit sebelum yang lainnya, bagian dalam lebih tipis dari bagian luar; ia
keluar dari tendon otot transversalis pada bagian dalam dari spermatic cord
dan berikatan ke linea semulunaris. Ligamentum Cooper terletak pada bagian
belakang ramus pubis dan dibentuk oleh ramus pubis dan fascia. Ligamentum
Cooper adalah titik fiksasi yang penting dalam metode perbaika laparoscopic
sebagaimana pada titik McVay.5
5. Lemak extraperitoneal
Merupakan selapis tipis jaringan ikat yang mengandung lemak dalam jumlah
yang bervariasi dan terletak diantara fascia transversalis dan peritoneum
parietale.6

5
6. Peritoneum parietale
Merupakan membrana serosa tipis (pelapis dinding abdomen) dan
melanjutkan diri ke bawah dengan peritoneum parietale yang melapisi rongga
pelvis.6
Saraf-saraf dinding anterior abdomen:6
 Rami anteriores enam nervi thoracici bagian bawah. Berjalan di dalam celah
antara muskulus obliquus internus abdominis dan muskulus transversus
abdominis. Saraf tersebut menyarafi kulit dinding anterior abdomen, otot-otot
(termasuk muskulus rectus abdominis dan muskulus pyramidalis), dan
peritoneum parietale. Saraf-saraf ini berakhir dengan menembus dinding
anterior vagina muskuli recti abdominis.
 Nervus lumbalis 1. Punya perjalanan yang sama namun tidak masuk ke vagina
muskuli recti abdominis. Saraf ini berbentuk sebagai nervus iliohypogastricus
yang menembus aponeurosis muskulus obliquus externus abdominis di atas
anulus inguinalis superficialis dan nervus ilioinguinalis yang keluar dari
anulus ini. Saraf-saraf ini berakhir dengan menyarafi kulit tepat di atas
ligamentum inguinale dan symphisis pubica
Arteriae dinding anterior abdomen:6
 Arteri epigastrika superior: merupakan salah satu cabang terminal arteri
thoracica interna. Mendarahi bagian tengah atas dinding anterior abdomen dan
beranastomosis dengan arteria epigastrika inferior
 Arteri epigastrika inferior: merupakan cabang arteria iliaca externa tepat diatas
ligamentum inguinale. Mendarahi bagian tengah bawah dinding abdomen
anterior dan beranastomosis dengan arteria epigastika superior.
 Arteri circumflexa profunda: merupakan cabang arteria iliaca externa tepat
diatas ligamentum inguinale. Mendarahi bagian lateral bawah dinding
abdomen.
 Dua arteri intercostales posterior bagian bawah merupakan cabang aorta
descendens dan empat arteri lumbales yang berasal dari aorta abdominalis.
Mendarahi bagian lateral dinding abdomen.
Vena dinding anterior abdomen:6
 Vena epigastrika superior

6
 Vena epigastrika inferior
 Vena circumflexa ilium profunda
 Vena intercostales posterior mengalirkan darah ke vena azygos
 Vena lumbales mengalirkan darah ke vena cava inferior

CANALIS INGUINALIS6
Canalis inguinalis merupakan saluran oblik yang mnembus bagian bawah
dinding anterior abdomen dan terdapat pada kedua jenis kelamin. Pada laki-laki,
saluran ini merupakan tempat lewatnya struktur-struktur yang berjalan dari testis
ke abdomen dan sebaliknya. Pada perempuan, saluran ini dilalui oleh ligamentum
teres uteri (rotundum) yang berjalan dari uterus ke labium majus pudendi. Selain
itu, saluran ini dilewati oleh nevus ilioinguinalis baik laki-laki maupun
perempuan.
Canalis inguinalis panjangnya sekitar 1.5 inci (4cm) pada orang dewasa
dan terbentang dari anulus inguinalis profundus (lubang berbentuk oval terletak
sekitar 1.3cm diatas ligamentum inguinale pada pertengahan antara sias dan
symphisis pubica) pada fascia transversalis, berjalan ke bawah dan medial sampai
anulus inguinalis superficialis (lubang berbentuk segitiga) pada aponeurosis
obliquus externus abdominis. Canalis inguinalis terletak sejajar dan tepat diatas
ligamentum inguinale.

Gambar 2.3 Canalis inguinalis

7
Dinding canalis inguinalis, terdapat dinding anterior, dinding posterior,
dinding inferior/dasar, dan dinding superior/atap. Dinding anterior canalis
inguinalis dibentuk oleh aponeurosis muskulus obliquus externus abdominis.
Dinding posterior canalis inguinalis dibentuk oleh fascia transversalis. Dinding
inferior canalis inguinalis dibentuk oleh lipatan pinggir bawah aponeurosis
muskulus obliquus externus abdominis yang disebut ligamentum inguinale dan
ujung medialnya disebut ligamentum lacunare. Dinding superior canalis inguinalis
dibentuk oleh serabut-serabut terbawah muskulus obliquus internus abdominis
dan muskulus transversus abdominis yang melengkung.
Fungsi canalis inguinalis, pada laki-laki, memungkinkan struktur-struktur
yang terdapat di dalam funiculus spermaticus berjalan dari atau ke testis menuju
abdomen dan sebaliknya. Pada perempuan, canalis inguinalis yang lebih kecil
memungkinkan ligamentum teres uteri berjalan dari uterus menuju ke labium
majus.
Adanya canalis inguinalis pada bagian bawah dinding anterior abdomen
pada laki-laki dan perempuan merupakan suatu tempat lemah. Tataletak canalis
inguinalis untuk mengatasi kelemahan ini:
1. Dinding anterior canalis inguinalis diperkuat oleh serabut-serabut muskulus
obliquus internus abdominis tepat di depan anulus inguinalis profundus
2. Dinding posterior canalis inguinalis diperkuat oleh conjoined tendon tepat di
belakang anulus inguinalis superficialis
3. Pada waktu batuk dan mengedan (miksi, defekasi, dan partus), serabut-serabut
paling bawah muskulus obliquus internus abdominis dan muskulus transversus
abdominis yang melengkung berkontraksi sehingga atap yang melengkung
menjadi datar dan turun mendekati lantai. Atap mungkin menekan isi canalis
inguinalis ke arah dasar sehingga sebenarnya canalis inguinalis menutup.
4. Bila diperlukan mengedan dengan kuat, seperti pada defekasi dan partus,
secara alamiah orang cenderung dalam posisi jongkok, articulatio coxae fleksi,
dan permukaan anterior tungkai atas mendekati permukaan anterior dinding
abdomen. Dengan cara ini, bagian bawah dinding anterior abdomen dilindungi
oleh tungkai atas.
FUNIKULUS SPERMATIKUS6

8
Funikulus spermatikus berawal pada anulus inguinalis profundus yang
terletak lateral terhadap arteria epigastrica inferior dan berakhir di testis. Struktur-
struktur pada funikulus spermatikus adalah sebagai berikut: 1. Vas deferens, 2.
Arteria testikularis, 3. Vena testikularis, 4. Pembuluh limfatik testis, 5. Saraf-saraf
otonom, 6. Prosessus vaginalis (sisa), 7. Arteria cremasterica, 8. Arteria ductus
deferentis, dan 9. Ramus genitalis nervus genitofemoralis yang menyarafi
muskulus cremaster.

Gambar 2.4 Funikulus spermatikus


TRIGONUM HESSELBACH
Trigonum Hesselbach merupakan daerah dengan batas:
·        Inferior:  Ligamentum Inguinale.
·        Lateral:  Vasa epigastrika inferior.
·        Medial:  Tepi m. rectus abdominis.
Dasarnya dibentuk oleh fascia transversalis yang diperkuat serat
aponeurosis  m.transversus abdominis. Hernia yang melewati trigonum

9
Hesselbach disebut sebagai hernia direk, sedangkan hernia yang muncul
lateral dari trigonum ini adalah hernia indirek.

Gambar 2.5 Trigonum hesselbach

10
BAB III

HERNIA
DEFINISI HERNIA
Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau bagian yang lemah dari dinding yang bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi
perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik
dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia.1,4,5

EPIDEMIOLOGI HERNIA
Sekitar 75% hernia terjadi di sekitar lipat paha, berupa hernia inguinal
direk, indirek, serta hernia femoralis; hernia insisional 10%, hernia ventralis 10%,
hernia umbilikalis 3%, dan hernia lainnya sekitar 3%.1
Sebagian besar hernia inguinalis terjadi pada pria (90%). Sementara
wanita memiliki resiko tiga kali lebih besar untuk mengalami hernia femoralis.
Hernia indirek lebih banyak muncul pada sisi kanan. Alasannya adalah karena
testis kiri lebih dulu turun dari retroperitonel ke skrotum dibanding testis kanan,
sehingga obliterasi kanalis inguinalis kanan terjadi lebih akhir. Pada kasus
terjadinya hernia indirek kiri, 50% kasus akan disertai dengan hernia indirek
kanan.4
Pada bayi dan anak-anak hernia lebih sering terjadi pada anak dengan
riwayat lahir prematur. Hernia inkarserata muncul pada 9%-20% kasus dan lebih
sering muncul pada bayi yang berumur kurang dari enam bulan, umumnya dapat
mengalami reduksi spontan dan harus segera dilakukan operasi repair elektif.
Penelitian menunjukkan bahwa operasi elektif memiliki komplikasi lebih minimal
dibandingkan dengan operasi emergensi, terutama pada bayi dengan berat lahir
rendah. Operasi elektif harus segera dilakukan untuk mencegah terjadinya re-
inkarserata.1,4
KLASIFIKASI HERNIA
Hernia terdiri dari beberapa bagian, yaitu:4
1. Kantong hernia

11
Pada hernia abdominalis berupa peritoneum parietalis. Tidak semua hernia
memiliki kantong, misalnya hernia insisional, hernia adipose, hernia
intertitialis.
2. Isi hernia
Berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong hernia, misalnya
usus,ovarium dan jaringan penyangga usus (omentum).
3. Pintu hernia
Merupakan bagian locus minoris resistance yang dilalui kantong hernia.
4. Leher hernia
Bagian tersempit kantong hernia yang sesuai dengan kantong hernia.
5. Locus minoris resistance (LMR).
Menurut sifatnya hernia dibagi menjadi 4, yaitu :
1. hernia reponibel
yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengedan
dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri atau
gejala obstruksi usus.
2. hernia irreponibel / hernia akreta
yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan kedalam rongga. Biasanya
disebabkan oleh perlengketan isi kantong pada peritoneum kantong hernia. Tidak
ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda sumbatan usus.
3. hernia inkarserata
yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia, berarti isi kantong terperangkap,
tidak dapat kembali ke dalam rongga perut disertai terjadinya gangguan pasase
usus. Hernia ini merupakan penyebab obstruksi nomor satu di Indonesia.
4. hernia strangulata
yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia, isi kantong terperangkap dan terjadi
gangguan pasase usus serta gangguan vaskularisasi sehingga dapat terjadi
nekrosis.
Jika yang mengalami strangulasi hanya sebagian dinding usus disebut hernia
Richter. Biasanya pasase usus masih ada, mungkin terganggu karena usus terlipat
sehingga disertai obstruksi usus.

12
Apabila sebagian dinding kantong hernia terbentuk dari organ yang merupakan isi
hernia seperti caecum, kolon sigmoid atau kandung kemih, disebut hernia geser.
Hernia geser dapat terjadi karena isis kantong berasal dari organ yang letaknya
retroperitoneal. Alat bersangkutan tidak masuk ke kantung hernia, melainkan
tergeser dari retroperitoneal.
Hernia diberi nama menurut letaknya :
1. Hernia Inguinalis, yaitu hernia isi perut yang tampak di daerah sela paha
(regio inguinalis).
2. Hernia femoralis, yaitu hernia isi perut yang tampak di daerah fosa femoralis.
3. Hernia umbilikalis, yaitu hernia isi perut yang tampak di daerah isi perut.
4. Hernia diafragmatik, yaitu hernia yang masuk melalui lubang diafragma ke
dalam rongga dada.
5. Hernia nucleus pulposus (HNP).

Gambar 3.1. Lokasi Terjadinya Hernia7


HERNIA INGUINALIS
Embriologi
Prosesus vaginalis adalah suatu struktur yang terbentuk pada bulan ketiga
kehamilan, berupa divertikulum peritoneal yang terdiri dari bagian transversal

13
fasia endoabdominal. Pembentukan gonad terjadi pada minggu kelima gestasi di
sebelah anteromedial nephrogenic ridges. Pada janin laki-laki, gonad dan skrotum
dihubungkan oleh gubernakulum, sementara pada janin perempuan, gonad dan
labia dihubungkan oleh ligamentum rotundum. Pada bulan ketiga kehamilan
mulai terjadi penurunan gonad. Pada bulan ketujuh gestasi, testis mencapai
annulus inguinalis eksterna. Penurunan testis pada janin dipengaruhi oleh
calcitonin gene- related peptide (CGRP) yang dihasilkan melalui androgen fetal
oleh saraf genitofemoral. CGRP juga mempengaruhi penutupan prosesus
vaginalis paten (PPV). Akan tetapi, proses penutupan ini belum dipahami
sepenuhnya. Pada bulan ketujuh kehamilan, testis mulai turun dari kanal dengan
dipandu oleh prosesus vaginalis.8

Gambar 3.2 Penutupan Prosesus Vaginalis8


Anatomi
Anatomi dari dinding abdomen dari luar ke dalam terdiri dari :3
1. Kutis
2. lemak subkutis
3. fasia skarpa
4. muskulus obligus eksterna
5. muskulus obligus abdominis interna
6. muskulus abdominis tranversal

14
7. fasia transversalis
8. lemak peritoneal
9. peritoneum.

Gambar 3.3. Anatomi Abdomen 3

Lapisan terluar dari daerah groin adalah kulit dan jaringan subkutan, Di
bawahnya terdapat arteri dan vena iliaka sirkumflexa superfisialis, epigastrika
superfisialis, dan pudenda eksterna. M. obliquus eksternus berada di bawah
lapisan subkutan. Otot ini mengarah ke inferior dan medial. Aponeurosis m.
obliquus eksternus terdiri dari lapisan superfisial dan lapisan dalam. Aponeurosis
m. obliquus eksternus, bersama dengan aponeurosis m. obliquus internus dan m.
transversus abdominis membentuk anterior rectus sheath dan linea alba.

15
Aponeurosis m. obliquus eksternus juga merupakan batas superfisial dari kanalis
inguinalis.7
Ligamentum inguinal (Poupart) merupakan bagian inferior dari
aponeurosis m. obliquus eksternus. Ligamen ini berjalan dari spina iliaka anterior
superior menuju tuberkulum pubikum. Ligamentum lakunar yang merupakan
batas sebelah medial dari femoral space terbentuk dari insersi ligamen inguinal ke
pubis. Annulus inguinalis eksterna, tempat keluarnya korda spermatikus dari
kanalis inguinalis, merupakan pembukaan dari aponeurosis m. obliquus eksternus
yang terletak superior dan sedikit lateral dari tuberkulum pubikum.7

Gambar 3.4. Regio Midinguinalis Dextra7

Gambar 3.5. Anatomi Struktur Preperitonial7

16
M. obliquus internus mengarah ke superior dan lateral pada abdomen
bagian atas dan mengarah transversal pada bagian inguinal. Otot ini merupakan
batas superior dari kanalis inguinalis. Aponeurosis m. obliquus internus sebelah
medial bergabung dengan aponeurosis m. transversus abdominis membentuk
conjoined tendon. M. transversus abdomis berjalan transversal pada hampir
seluruh bagiannya. Kekuaran dan keutuhan otot ini dan aponeurosisnya berperan
penting dalam terjadinya hernia inguinalis. Batas bawah m. transversus abdominis
bergabung dengan m. obliquus internus membentuk arkus aponeurosis transversus
abdominis. Fasia transversalis adalah suatu lapisan jaringan ikat yang melapisi
otot dinding abdomen dan merupakan komponen dari inguinal floor.7
Aponeurosis m. transversus abdominis dan fasia pada batas atas femoral
sheath berlanjut menjadi traktus iliopubik. Krus inferior annulus inguinalis interna
dibentuk oleh traktus ini, sementara krus superiornya dibentuk oleh arkus
aponeurosis m. transversus abdominis. Kanalis inguinalis bermula dari annulus
inguinalis interna dan berakhir pada annulus inguinalis eksterna. Struktur ini
berisi funikulus spermatikus pada laki-laki dan ligamentum rotundum pada
perempuan. Panjang kanalis inguinalis sekitar 4 cm dan terletak 2-4 cm kranial
dari ligamentum inguinale.7
Funikulus spermatikus terdiri dari otot kremaster, pembuluh darah
testikularis dan kremaster, cabang genital n. genitofemoral, vas deferens,
pembuluh limfe, dan prosesus vaginalis. Aponeurosis m. obliquus eksternus
melapisi kanalis inguinalis secara superfisial. Dinding kanalis inguinalis sebelah
kranial dibentuk oleh otot dan aponeurosis m. obliquus internus serta m.
transversus abdominis. Dinding inferior kanalis inguinalis dibentuk oleh
ligamentum inguinale dan ligamentum lakunare. Dinding posterior atau “lantai”
kanalis inguinalis terdiri atas fasia transversalis dan aponeurosis m. transversus
abdominis.7
Hernia direk terbentuk melalui segitiga Hesselbach, yaitu daerah yang
dibatasi oleh pembuluh darah epigastrika inferior di superolateral, rectus sheath di
sebelah medial, dan ligamentum inguinale di inferior. Hernia femoralis terjadi
melalui kanalis femoralis. Kanalis femoralis adalah daerah yang dibatasi oleh

17
traktus iliopubik di sebelah anterior, ligamentum Cooper di sebelah posterior, dan
vena femoralis di sebelah lateral.1,7

Klasifikasi
Hernia inguinalis terdiri dari:

Hernia Inguinalis Direk (Medialis)1
Hernia inguinalis direk adalah hernia yang kantongnya menonjol langsung
ke anterior melalui dinding posterior canalis inguinalis medial terhadap arteri vena
epigastrika inferior. Pada hernia ini mempunyai conjoint tendo yang kuat, hernia
ini tidak lebih hanya penonjolan umum dan tidak pernah sampai ke skrotum.
Hernia ini sering ditemukan pada laki-laki terutama laki-laki yang sudah lanjut
usia dan tidak pernah ditemukan pada wanita.
Hernia direk sangat jarang bahkan tidak pernah mengalami strangulasi
atau inkaserata. Faktor predisposisi yang dapat menyebabkan hernia inguinalis
direk adalah peninggian tekanan intraabdomen konik dan kelemahan otot dinding
di trigonom Hasselbach, batuk yang kronik, kerja berat dan pada umumnya sering
ditemukan pada perokok berat yang sudah mengalami kelemahan atau gangguan
jaringan-jaringan penyokong atau penyangga dan kerusakan dari saraf
ilioinguinalis biasanya pada pasien denga riwayat apendektomi. Gejala yang
sering dirasakan penderita hernia ini adalah nyeri tumpul yang biasanya menjalar
ke testis dan intensitas nyeri semakin meningkat apabila melakukan pekerjaan
yang sangat berat.

Hernia inguinalis indirek (lateral)1
Hernia inguinalis lateralis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis
internus yang terletak di sebelah lateral vasa epigastrika inferior, menyusuri
kanalis inguinalis dan keluar ke rongga perut melalui anulus inguinalis eksternus.
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8
kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penutunan testis tersebut
akan menarik peritonium ke daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan
peritoneum yang disebut prosesus vaginalis peritonei. Pada bayi yang sudah lahir,
umumnya prosesus ini sudah mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut tidak
dapat melalui kanalis tersebut. Namun dalam beberapa hal, sering kali kanalis ini
tidak menutup. Karena testis kiri turun lebih dahulu maka kanalis kanan lebih

18
sering terbuka. Dalam keadaan normal kanalis yang terbuka ini akan menutup
pada usia 2 bulan.
Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi), akan
timbul hernia inguinalis kongenital. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup
namun karena lokus minoris resistensie maka pada keadaan yang menyebabkan
peninggian tekanan intra abdominal meningkat, kanal tersebut dapat terbuka
kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis akuista.

Etiologi
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena
sebab yang didapat. Hernia dapat dijumpai pada setiap usia. Lebih banyak pada
lelaki ketimbang perempuan. Berbagai faktor penyebab berperan pada
pembentukan pintu masuk hernia pada anulus internus yang cukup lebar sehingga
dapat dilalui oleh kantong hernia dan isi hernia. Selain itu diperlukan pula faktor
yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar
itu.1,9
Pada orang yang sehat, ada tiga mekanisme yang dapat mencegah
terjadinya hernia inguinalis, yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya
struktur m.oblikus internus abdominis yang menutup anulus inguinalis internus
ketika berkontraksi dan adanya fasia transversa yang kuat yang menutupi
trigonum Hasselbach yang umumnya hampir tidak berotot. Gangguan pada
mekanisme ini dapat menyebabkan terjadinya hernia.1,5
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya hernia inguinalis
antara lain:1,2
1. Kelemahan aponeurosis dan fasia tranversalis,
2. Prosesus vaginalis yang terbuka, baik kongenital maupun didapat,
3. Tekanan intra abdomen yang meninggi secara kronik, hipertrofi prostat,
konstipasi, dan asites,
4. Kelemahan otot dinding perut karena usia,
5. Defisiensi otot,
6. Hancurnya jaringan penyambung oleh karena merokok, penuaan atau penyakit
sistemik.

19
Pada neonatus kurang lebih 90 % prosesus vaginalis tetap terbuka, sedangkan
pada bayi umur satu tahun sekitar 30 % prosesus vaginalis belum tertutup. Akan
tetapi, kejadian hernia pada umur ini hanya beberapa persen. tidak sampai 10 %
anak dengan prosesus vaginalis paten menderita hernia. Pada lebih dari separuh
populasi anak, dapat dijumpai prosesus vaginalis paten kontralateral, tetapi
insiden hernia tidak melebihi 20 %. Umumnya disimpulkan adanya prosesus
vaginalis yang paten bukan merupakan penyebab tunggal terjadinya hernia, tetapi
diperlukan faktor lain, seperti anulus inguinalis yang cukup besar.1,6
Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi anulus
internus turut kendur. Pada keadaan itu tekanan intraabdomen tidak tinggi dan
kanalis inguinalis berjalan lebih vertikal. Sebaliknya bila otot dinding perut
berkontraksi, kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan anulus inguinalis
tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis.
Kelemahan otot dinding perut antara lain terjadi akibat kerusakan n.ilioinguinalis
dan iliofemoralis setelah apendektomi. Jika kantong hernia inguinalis lateralis
mencapai skrotum, hernia disebut hernia skrotalis.6

Patofisiologi1
Hernia ada yang dapat kembali (reponibel) secara spontan maupun manual
juga ada yang tidak dapat kembali (ireponibel) secara spontan ataupun manual
akibat terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia
sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Keadaan ini akan
mengakibatkan kesulitan untuk berjalan atau berpindah sehingga aktivitas akan
terganggu. Jika terjadi penekanan terhadap cincin hernia maka isi hernia akan
mencekik sehingga terjadi hernia inkarserata yang akan menimbulkan gejala ileus
yaitu gejala obstruksi usus, kemudian menyebabkan peredaran darah terganggu
yang akan menyebabkan kurangnya suplai oksigen sehingga menyebabkan
Iskemik (hernia stragulata). Isi hernia ini akan menjadi nekrosis.
Bila kantong hernia terdiri atas usus maka dapat terjadi perforasi yang
akhirnya dapat menimbulkan abses lokal atau peritonitis jika terjadi hubungan
dengan rongga perut. Obstruksi usus juga menyebabkan penurunan peristaltik
usus yang bisa menyebabkan konstipasi.

20
Gambaran Klinis dan Diagnosis
Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia.
Pada hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di lipat paha
yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin, atau mengedan dan menghilang
setelah berbaring. Keluhan nyeri jarang dijumpai kalau ada biasanya dirasakan di
daerah epigastrium atau periumbilikal berupa nyeri visceral karena regangan pada
mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantong hernia.
Nyeri yang disertai mual muntah baru timbul kalau terjadi inkaserata karena ileus
atau strangulasi karena nekrosis atau gangren.1,10
Tanda klinis pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia. Pada saat
inspeksi saat pasien mengedan, dapat dilihat hernia inguinalis lateral muncul
sebagai penonjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral atas medial
bawah. Kantong hernia yang kosong dapat diraba pada funikulus spermatikus
sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang memberikan sensasi gesekan dua
permukaan sutera. Tanda ini disebut tanda sarung tangan sutera, tetapi pada
umumnya tanda ini susah ditentukan. Kalau kantong hernia berisi organ,
tergantung isinya, pada palpasi mungkin teraba usus, omentum maupun ovarium.
Pada pemeriksaan secara auskultasi, bila isi hernia berupa usus maka bising usus
dapat terdengar.10
Pemeriksaan fisik dengan menggunakan metode finger tip test (hanya
dapat dilakukan pada pria dan pada hernia reponibel) dengan jari telunjuk atau
dengan jari kelingking, pada anak dapat dicoba mendorong isi hernia dengan cara
mendorong isi hernia dengan menekan kulit skrotum melalui anulus eksternus
sehingga dapat ditentukan apakah hernia ini dapat direposisi atau tidak. Dalam hal
hernia dapat direposisi, pada waktu jari masuk berada dalam anulus eksternus,
pasien diminta mengedan. Kalau ujung jari menyentuh hernia berarti hernia
inguinalis lateralis, namun bila bagian sisi jari yang menyentuhnya adalah hernia
inguinalis medial.1,10
Diagnosis ditegakkan atas dasar benjolan yang dapat direposisi, atau jika
tidak dapat direposisi, atas dasar tidak adanya pembatasan jelas di sebelah kranial
dan ada nya hubungan ke kranial melalui anulus eksternus.1

21
Gambar 3.6. Finger Tip Test10
Tatalaksana
A. Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan
pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang
telah direposisi. Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulata,
kecuali pada pasien anak-anak, reposisi spontan lebih sering (karena cincin hernia
yang lebih elastis). Reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan kiri memegang
hernia membentuk corong sedangkan tangan kanan mendorongnya ke arah cincin
hernia dengan sedikit tekanan perlahan yang tetap sampai terjadi reposisi.1
Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang
telah direposisi dan tidak pernah menyembuhkan, sehingga harus dipakai seumur
hidup. Namun, cara yang sudah berumur lebih dari 4000 tahun ini masih saja
dipakai sampai sekarang. Sebaiknya cara seperti ini tidak dianjurkan karena
menimbulkan komplikasi, antara lain merusak kulit dan tonus otot dinding perut
di daerah yang tertekan, sedangkan strangulasi tetap mengancam.1
B. Operatif
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis
yang rasional. Indikasi operatif sudah ada begitu diagnosa ditegakkan. Prinsip
dasar operatif hernia adalah herniorafi, terdiri atas herniotomi dan hernioplastik.
Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya,

22
kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian
direposisi. Kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong.1
Pada hernioplastik dilakukan tindakan untuk memperkecil annulus
inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis iguinalis.
Hernioplastik lebih penting dalam mencegah terjadinya residif dibandingkan
dengan herniotomi. Hernia bilateral pada orang dewasa, dianjurkan melakukan
operasi dalam satu tahap kecuali jika ada kontra indikasi. Begitu juga pada anak-
anak dan bayi, operasi hernia bilateral dilakukan dalam satu tahap, terutama pada
hernia inguinalis sinistra.1

Gambar 3.7. Langkah-langkah Herniotomi pada hernia inguinalis


Ket: A,B: Insisi hernia dapat berupa transverse atau oblik. C: Buka aponeurosis
m. Obliquus abdominis externus. D: Identifikasi funikulus spermatikus. E,F:
Identifikasi dan bebaskan kantong hernia. G,H: Ligasi kantong hernia

23
Terdapat beberapa metode hernioplasti pada tatalaksana hernia inguinalis,
yaitu:

Pure Tissue Repair Metode Bassini
Tindakan herniorafi pertama kali dilakukan oleh seorang ahli bedah Italia
bernama Eduardo Bassini pada tahun 1884. Prinsip hernioplasti yang dilakukan
Bassini adalah penjahitan conjoint tendon dengan ligamentum inguinalis.
Kemudian metode Bassini tersebut dikembangkan dengan berbagai variasinya.
Shouldice pada tahun 1953 memperkenalkan multilayered repair dan metode ini
dianggap sebagai operasi pure tissue repair yang paling sukses dengan angka
rekurensi <1%.11-13

Gambar 8. Bassini hernioplasti11


Tindakan pure tissue repair pada metode Bassini menghasilkan
ketegangan jaringan sehingga cenderung terjadi kegagalan. Hal ini disebabkan
karena terjadinya nekrosis iskemik pada jaringan yang tegang, sehingga untuk
mengatasi masalah ini para ahli bedah mencari hernioplasti yang tidak tegang.
Hernioplasti berupa anyaman (darn) yang menghubungkan conjoint tendon
dengan ligamentum inguinalis pertama kali diperkenalkan oleh McArthur pada
tahun 1901.11-13

24
Gambar 3.9. Multilayered Repair Metode Shouldice11

Herniorafi Tension-Free dengan Nylon Darn Repair
Moloney memperkenalkan teknik nylon darn modern pertama kali pada tahun
1948. Moloney mengubah jahitan tipe Bassini dengan menggunakan benang
monofilament nilon kontinyu untuk membawa conjoint tendon pada ligamentum
inguinalis, tetapi tanpa usaha untuk mendekatkan dua struktur ini secara paksa
jika jahitan terlalu tegang. Jahitan ini kemudian diikuti oleh jahitan kontinyu
kedua yang berjalan dari tuberkulum pubikum antara jaringan yang cukup kuat
pada sarung rectus dan bagian tendon otot obliquus internus diatas ke ligamentum
inguinalis dibawah dan berakhir di balik cincin internus. Angka kesembuhan
nylon darn repair dilaporkan sebesar 0,8%, ekuivalen dengan penggunaan
mesh.11-14

Gambar 3.10. Langkah-langkah metode darn repair

25
Ket: A: Jahitan pertama dibuat dengan arah mendatar, kontinyu dari ligamentum
inguinalis ke conjoint tendon. B: Jahitan kedua, sama dengan jahitan pertama
tetapi dengan arah oblik ke medial. C: Jahitan ketiga, sama dengan jahitan kedua
tetapi dengan arah berlawanan. D: Hasil akhir darn repair.11
 Herniorafi Tension-Free dengan Pemasangan Mesh
Funikulus spermatikus dipisahkan dari dinding posterior kanalis inguinalis
dan kantong hernia telah diikat serta dipotong, kemudian lembaran polypropylene
mesh dengan ukuran lebih-kurang 8x6 cm dipasang dan dipaskan pada daerah
yang terbuka. Mesh dijahit dengan benang polypropylene monofilamen 3.0 secara
kontinyu. Sepanjang tepi medial dan inferior mesh dijahitkan pada ligamentum
inguinalis. Tepi superior dijahitkan ke conjoint tendon. Bagian lateral mesh
dibelah menjadi dua bagian sehingga mengelilingi funikulus spermatikus pada
cincin internus, dan kedua bagian mesh yang terbelah tadi disilangkan dan
difiksasi ke ligamentum inguinalis dengan jahitan. Kemudian dilakukan
penjahitan aponeurosis obliquus eksternus kembali.11,15

Gambar 3.11. Langkah-langkah herniorafi metode Lichstenstein

26
Ket: A: Lapangan operasi setelah dilakukan herniotomi. B: Jahitkan tepi bawah
mesh pada ligamentum inguinalis. C: Jahitkan tepi atas mesh pada conjoint tendon
(aponneurosis m. obliquus internus) dan tepi lateral mesh dibelah untuk tempat
lewatnya funikulus spermatikus. D: Tepi lateral mesh disilangkan mengelilingi
funikulus spermatikus dan dijahitkan pada ligamentum inguinalis. 15
Prostetik sintetik untuk perbaikan hernia adalah Marlex, Prolene, Surgipro,
Mersilene, dan Gore-Tex. Marlex dan Prolene terdiri dari serat monofilamen yang
dirajut dari polipropilen dan mirip satu sama lainnya. Keduanya berpori-pori dan
agak kaku, mengandung memori plastic, dan melengkung bila dibengkokkan
dalam dua arah pada saat yang sama. Prostesis surgipro terdiri dari rajutan
anyaman benang polipropilen. Mersilenen adalah prosthesis rajutan terbuka yang
terdiri dari anyaman serat polyester Dacron. Berpori-pori dan lebih lemas,
mempunyai tekstur berbutirbutir untuk mencegah penggelinciran, dan hanya
mempunyai kecenderungan minimal untuk melengkung jika dibengkokkan ke dua
arah sekaligus.4

Komplikasi
Komplikasi hernia dapat terjadi mulai dari inkarserata sampai Strangulata
dengan gambaran klinik dari kolik sampai ileus dan peritonitis. Komplikasi
operasi hernia dapat berupa cedera vena femoralis, nervus ilioinguinalis, nervus
iliofemoralis, duktus deferens, atau buli-buli. Nervus ilioinguinalis harus
dipertahankan sejak dipisahkan karena jika tidak maka dapat timbul nyeri pada
jaringan parut setelah jahitan dibuka.1,16
Nyeri pasca herniorhaphy juga disebut "inguinodynia" yang biasanya
disebabkan oleh kerusakan saraf, jepitan saraf oleh jaringan parut, mesh atau
jahitan, neuroma, jaringan parut, misplace mesh, mesh yang mengeras (meshoma),
infeksi, rekurensi hernia, penyempitan cincin inguinal di sekitar korda spermatika,
dan periostitis.4,16
Komplikasi dini pasca operasi dapat pula terjadi, seperti hematoma,
infeksi luka, bendungan vena, fistel urine atau feses, dan residif. Komplikasi
jangka panjang dapat berupa atrofi testis karena lesi arteri spermatika atau
bendungan pleksus pampiniformis dan residif.16

27
Prognosis
Prognosis hernia inguinalis lateralis pada bayi dan anak sangat baik.
Insiden terjadinya komplikasi pada anak hanya sekitar 2%. Insiden infeksi pascah
bedah mendekati 1%, dan recurent kurang dari 1%. Meningkatnya insiden
recurrent ditemukan bila ada riwayat inkarserata atau strangulasi.4
Insiden hernia yang residif bergantung pada usia pasien, letak hernia,
teknik hernioplasti yang dipilih dan cara melakukannya. Hernia inguinalis indirek
pada bayi sangat jarang residif. Angka residif hernia inguinalis indirek pada
segala usia lebih rendah bila dibandingkan dengan hernia inguinalis direk atau
hernia femoralis.1

HERNIA FEMORALIS
Hernia femoralis pada lipat paha merupakan penonjolan kantong di bawah
ligamentum inguinal di antara ligamentum lakunare di medial dan vena femoralis
di lateral. Hernia ini sering ditemukan pada wanita dibanding laki-laki dengan
perbandingan 2:1 dan pada umumnya mengenai remaja dan sangat jarang pada
anak- anak. Pintu masuk dari hernia femoralis adalah anulus femoralis,
selanjutnya isi hernia masuk kedalam kanalis femoralis yang berbentuk corong
sejajar dengan vena femoralis sepanjang kurang lebih 2 cm dan keluar dari fosa
ovalis di lipat paha.4,5
Hernia femoralis disebabkan oleh peninggian tekanan intraabdominal yang
kemudian akan mendorong lemak preperitonial ke dalam kanalis femoralis yang
akan menjadi pembuka jalan terjadinya hernia. Faktor penyebab lainnya adalah
kehamilan multipara, obesitas dan degenerasi jaringan ikat karena usia lanjut.
Penderita dengan hernia femoralis sering mengeluhkan nyeri tanpa pembengkakan
yang dapat di palpasi dalam lipat paha. Nyerinya bersifat nyeri tumpul dan jika
telah terjadi obstruksi dapat menimbulkan muntah dan gangguan konstipasi.
Hernia femoralis sering terjadi inkaserata dan biasanya terjadi dalam 3 bulan atau
lebih. Apabila sudah terjadi inkaserata maka penderita akan merasakan nyeri yang
begitu hebat dan dapat terjadi shok. Pembengkakan sering muncul di bawah
ligamentum inguinal.1,4,5
Hernia femoralis sekunder dapat terjadi sebagai komplikasi herniorafi
pada hernia inguinalis, terutama yang memakai Bassini atau Shouldice yang

28
menyebabkan fasia transversa dan ligamentum inguinale lebih tergeser ke
ventrokranial sehingga kanalis femoralis lebih luas.1

Gambar 3.12. Lokasi Hernia Femoralis

Diagnosis Banding
Diagnosis banding hernia femoralis antara lain limfadenitis yang sering di
sertai tanda radang lokal umum dengan sumber infeksi di tungkai bawah,
perineum, anus atau kulit tubuh kaudal dari umbilikus. Lipoma kadang tidak
jarang dapat dibedakan dari benjolan jaringan lemak preperitoneal pada hernia
femoralis. Diagnosis banding lain adalah variks tunggal di muara vena safena
magna dengan atau tanpa varises pada tungkai. Konsistensi variks tunggal di fosa
ovalis lunak. Ketika batuk atau mengedan benjolan variks membesar dengan
gelombang dan mudah dihilangkan dengan tekanan. Abses dingin yang berasal
dari spondilitis torakolumbalis dapat menonjol di fosa ovalis. Tidak jarang hernia
Richter dengan strangulasiyang telah mengalami gangguan vitalitas isi hernia,
memberikan gambaran nyata yang keluar adalah isi usus bukan nanah.1
Untuk membedakannya, perlunya diketahui bahwa munculnya hernia erat
hubungannya dengan aktivitas, seperti mengedan, batuk, dan gerak lain yang
disertai dengan peninggian tekanan intraabdominal. Sedangkan penyakit lain

29
seperti torsio testis atau limfadenitis femoralis, tidak berhubungan dengan
aktivitas demikian.1

Gambar 3.13. Diagnosis banding hernia femoralis

Tatalaksana
Terapi yang dilakukan pada penderita hernia femoralis adalah operasi.
Pada umumnya hernia femoralis cenderung untuk menjadi inkarserasi dan
strangulasi. Prinsip operasi hernia adalah sebagai berikut:
1. Herniotomi dengan eksisi komplit dari kantong hernia
2. Menggunakan benang yang tidak diserap
3. Hernioplasti dengan reparasi defek fasia tranversalis dengan ligamentum
Cooper atau mesh, dengan tujuan mempersempit annulus femoralis
Hernia femoralis didekati melalui krural, inguinal dan kombinasi. Pendekatan
krural sering dilakukan pada wanita tanpa membuka kanalis inguinalis. Teknik
pendekatan secara inguinali adalah dengan cara membuka kanalis inguinalis. Pada
hernia femoralis dengan inkaserata atau residif sering digunakan teknik
pendekatan kombinasi. Pada pendekatan krural, hernioplasti dapat dilakukan
dengan menjahitkan ligamentum inguinales ke ligamentum cooper, sedangkan
pada teknik Bassini melalui region inguinalism ligamentum inguinale dijahitkan
ke ligamentum lakunare Gimbernati.1
HERNIA UMBILIKALIS4,5

30
Umbilikus adalah tempat umum terjadinya herniasi. Hernia umblikalis
lebih sering terjadi pada wanita, kegemukan dengan kehamilan berulang-ulang
merupakan prekusor umum. Asites sering mengekserbasi masalah ini. Strangulasi
kolon dan omentum umum terjadi. Ruptura sering terjadi pada sirosis asitik
kronik, suatu kasus dimana diperlukan segera dekompresi portal atau pintas nevus
peritoneal secara darurat.
Hernia umbilikalis umum pada bayi dan menutup secara spontan tanpa
terapi khusus jika defek aponeurosis berukuran 1,5 cm atau kurang. Perbaikan
diindikasikan pada bayi dengan defek hernia yang diameternya lebih besar dari
2,0 cm dan dalam semua anak dengan hernia umbilikalis yang masih ada pada
usia 3-4 tahun.
Perbaikan klasik untuk hernia umbilikalis adalah hernioplasti Mayo.
Operasi terdiri dari imbrikasi vest-over-pants dari segmen aponeurosis superior
dan inferior. Hernia umbilikalis lebih besar, lebih suka ditangani dengan protesis.
HERNIA PARAUMBILIKALIS1
Hernia para umbilikalis merupakan hernia melalui suatu celah di garis
tengah di tepi kranial umblikus, jarang terjadi di tepi kaudalnya. Penutupan secara
spontan jarng terjadi sehingga dibutuhkan operasi koreksi.

HERNIA VENTRALIS1
Kebanyakan hernia ventralis disebabkan oleh insisi pada tubuh yang
sebelumnya tidak sembuh secara tepat atau terpisah karena tegangan abnormal.
Cacat ini memungkinkan penonjolan suatu hernia dan operasi umumnya
direkomendasikan. Jika cacat ini berukuran kecil atau sedang, maka tindakan ini
relatIf jelas dan memuaskan tetapi apabila hernia ventralsinya besar dan fasianya
jelek, merupakan prognosa yang jelek pada hernia ventralis. Pada umumnya
tindakan yang dilakukan adalah operasi dengan memobilisasi jaringan denga
cermat dan untuk mencapai penutupan langsung primer jika mungkin. Kadang-
kadang penggunaan kasa protesis seperti kasa marlex atau fasia lata diindikasikan.

HERNIA EPIGASTRIKA7

31
Hernia yang keluar melalui defek di linea alba di antara umbilikus dan
prosesus xiphoideus. Isi hernia berupa penonjolan jaringan lemak preperitoneal
dengan atau tanpa kantong peritoneum.

HERNIA LUMBALIS7
Di daerah lumbal antara iga XII dan krista iliaka, ada dua buah trigonum
masing-masing trigonum kostolumbal superiorn (Grinfelt) berbentuk segitiga
terbalik dan trigonum kostolumbalis inferior atau trigonum iliolumbalis (Petit)
berbentuk segitiga. Trigonum Grijfelt di batasi di kranial oleh iga XII, di anterior
oleh tepi bebas m. Obligus internus abdominis, sedangkan tutupnya m.
Latisimussdorsi. Trigonum petit dibatasi di kaudal oleh krista iliaka, di anterior
oleh tepi bebas m.obligus eksternus abdominis, dan posterior oleh tepi bebas m.
Latisimuss dorsi. Dasar segitiga ini adalah m. Oblikus internus abdominis dan
tutupnya adalah fasia superfisialis.
Hernia pada kedua trigonum ini jarang dijumpai. Pada pemeriksaan fisik
tampak dan teraba benjolan di pinggang di tepi bawah tulang rusuk XII atau di
tepi kranial panggul dorsal.
Diagnosis di tegakkan dengan memeriksa pintu hernia. Diagnosis banding
adalah hematoma, abses dingin atau tumor jaringan lunak. Pengelolaan terdiri dari
atas herniotomi dan hernioplasti. Pada hernioplasti dilakukan juga penutupan
defek.

HERNIA LITTRE1
Hernia yang sangat jarang dijumpai ini merupakan hernia yang mengandung
divertikulum meckel. Hernia Littre dianggap sebagai hernia sebagian dinding
usus.

HERNIA SPIEGHELI1
Hernia Spieghel adalah hernia interstial dengan atau tanpa isinya melalui
fasia

32
Spieghel. Hernia ini sangat jarang dijumpai. Biasanya dijumpai pada usia 40-70
tahun, tanpa ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Biasanya terjadi
dikanan dan jarang bilateral.
Diagnosis ditegakkan dengan ditemukan benjolan di sebelah Mc burney
bagian kanan maupun sebelah kiri pada tepi lateral m. Rektus Abdominis. Isi
hernia dapat terdiri dari usus, omentum atau ovarium.
Sebagai pemeriksaan penunjang dapat dilakukan ultrasonografi.
Pengelolaan terdiri atas herniotomi dan hernioplastik dengan menutup defek pada
m.tranversus abdominis dan m.abdominis internus. Hernia yang besar sangat
membutuhkan suatu protesis.

HERNIA OBTURATORIA1
Hernia obturatoria ialah hernia melalui foramen obturatoria. Dapat
berlangsung dalam empat tahap. Mula-mula tonjolan lemak retroperitoneum
masuk ke dalam kanalis obturatorius, disusul oleh tonjolan peritoneum parietal.
Kantong hernia ini mungkin diisi oleh lekuk usus yang dapat mengalami
inkaserasi parsial, sering secara Richter atau total.
Diagnosis dapat ditegakkan atas dasar adanya keluhan nyeri seperti
ditusuk- tusuk dan parestesia di daerah panggul, lutut, dan bagian medial paha
akibat penekanan pada n. Obturatorius (tanda howship Romberg) yang
patognomonik. Pada colok dubur atau pemeriksaan vaginal dapat ditemukan
tonjolan hernia yang nyeri yang merupakan tanda (Hoeship Romberg).
Pengelolaan bedah dengan pendekatan transperitoneal atau preperitoneal.

HERNIA PERINEALIS1
Hernia perineal merupakan penonjolan hernia pada perineum melalui
defek dasar panggul dapat terjadi secara primer pada perempuan multipara, atau
sekunder setelah operasi melalui perineum seperti prostaktomi atau reseksi rektum
secara abdominoperineal.
Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Tanpak
dan teraba benjolan diperieneum yang mudah keluar masuk dan jarang mengalami
inkaserasi. Pintu hernia dapat diraba secara bimanual dengan pemeriksaan

33
rektovaginal. Dalam keadaan ragu-ragu dapat dilakukan pemeriksaan
ultrasonografi. Biasanya pendekatan operatif dengan transperitoneal, perineal atau
kombinasi abdomino dan perineal.

HERNIA PANTALON1
Hernia pantalon merupakan kombinasi hernia inguinalis lateralis dengan
hernia inguinalis medial pada satu sisi. Kedua kantong hernia dipisahkan oleh
vasa epigastrika inferior sehingga berbentuk seperti celana. Keadaan ini
ditemukan kira – kira 15% dari hernia inguinalis. Diagnosis umum sukar
ditegakkan dengan pemeriksaan klinis dan biasanya sering ditemukan setelah
dilakukan operasi. Pengelolaan seperti biasanya pada hernia inginalis, herniotomi
dan hernioplasti.

34
BAB III
KESIMPULAN

 Hernia adalah penonjolan isi perut dari rongga yang normal melalui suatu
defek pada fasia dan muskuloaponeurotik dinding perut, baik secara
kongenital maupun didapat, yang memberi jalan keluar pada setiap alat tubuh
selain yang biasa melalui dinding tersebut.
 Hernia dapat terjadi secara kongenital karena lubang embrional (processus
vaginalis) gagal menutup/melebar dan dapat pula terjadi karena peningkatan
tekanan intra abdominal dalam jangka waktu yang lama.
 Hernia menurut letaknya dapat dibagi antara lain: hernia inguinalis medialis
dan lateralis, hernia skrotalis, hernia femoralis, dan sebagainya.
 Gejala hernia dapat berupa rasa tidak nyaman di perut, benjolan yang timbul
saat mengejan, kadang disertai nyeri
 Terapi hernia adalah dengan pembedahan, dapat berupa herniotomi atau
hernioraphy

35
DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidajat, de jong. Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2010. p.619 – 36.
2. Stead LG, et al. First aid for the surgery clerkship, International edition.
Singapore: The Mc Graw-Hill Companies, Inc; 2003. p.307 – 17.
3. Widjaja, H. Anatomi abdomen. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2007. p.21-5.
4. Schwartz. Hernia Dinding Abdomen. Dalam: Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu
Bedah, edisi VI. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2000. p.509 – 18.
5. Brunicardi FC, Andersen DK, Billiar TL, et al. Schwartz’s Principles of
Surgery, 9th edition. United States: The McGraw-Hill Companies, Inc; 2010.
p.2439 – 43, 2514 – 38.
6. Mann CV. The Hernias, Umbilicus, Abdominal wall, In : Mann Russel RCG,
Williams NS.Bailey & Love’s Short Practice Of Surgery, 22 nd Edition
London: ELBS With Chapmann & Hall; 1995. p.1277 – 90.
7. Malangoni MA, Rosen MJ. Hernias. Dalam: Townsend. Sabiston textbook of
surgery. 18th ed. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2007.
8. Snyder CL. Inguinal hernias and hydroceles. Dalam: Comb GW, Murphy JP.
Aschraft’s pediatric surgery. 5th ed. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2010.
p.669
9. Mansjoer A, Suprohaita, Ika wardhani W. Setiowulan W. Kapita Selekta Edisi
ke- 3, Jilid 3. Jakarta : Media Aesculapius FKUI; 2000. p.313-317
10. Doherty GM. Current Surgical Diagnosis and Treatment, 12th ed. McGraw-
Hill; 2006.
11. Abrahamson J. Hernias. Dalam: Zinner MJ, Seymour I, eds. Maingot’s
abdominal operation, 10th ed. London: Prentice Hall International; 1997.
p.479-525
12. Henry T, Maleachi A, Riwanto I. Perbedaan kejadian infeksi dan hitung
kuman antara mesh monofilament dan multifilament makropori serta pure
tissue repair studi eksperimental operasi bersih terkontaminasi in vivo pada
tikus wistar (tesis). Semarang: Universitas Diponegoro: Bagian Bedah; 2007.

36
13. Read RC. Inguinofemoral Herniation: Evolution of repair through the anterior
approach to the groin. Dalam: Zuidema GD, Yeo CJ, eds. Shackelford’s
surgery of alimentary tract, 5th ed. Philadelphia: WB Saunders; 2002. p.101-
14.
14. Kaynak B, Celik F, Guner A, et al. Moloney darn repair versus Lichtenstein
mesh hernioplasty for open inginal hernia repair. Surg Today 2007; 37:958-60
15. Amid PK. Lichstenstein tension-free hernioplasty for the repair of primary and
recurrent inguinal hernias. Dalam: Fitzdibbons RJ, Greenburg AG, eds. Nyhus
and Condon’s Hernia, 5th ed. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins;
2002. p.151-3.
16. Mcintosh A, Hutchinson A, Roberts A et al. Evidence-based management of
groin hernia in primary care. Oxf j Surg 2000; 17: 442-7.

37

Anda mungkin juga menyukai