Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KEMANUSIAAN DAN KEIMANAN

DISUSUN OLEH :

1. Muhammad fazri al-akbar


2. Muhammad wahyu tirta
3. Nola javiera sanama sukarno
4. Bobi zinaidin zidan
5. Anggi
6. Hasni
7. Eva sunarti
8. Sindy maulidia amelia antoni
9. Wulandari
10. Putri pratiwi aulia kiay

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR


TAHUN 2020
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN ................................................................................................
1.1  Latar Belakang......................................................................................................
1.2  Rumusan Masalah ..................................................................................................................
1.3  Tujuan Masalah ......................................................................................................................
1.4  Manfaat...................................................................................................................................

BAB II
PEMBAHASAN ..................................................................................................
1. Pengertian Iman................................................................................................
2. Wujud Iman ......................................................................................................................
3. Tanda-Tanda Orang Beriman ............................................................................................
4. Pengertian Takwa ..............................................................................................................
5. Koheresi Keimanan dan Ketakwaan...................................................................................

BAB III
PENUTUP............................................................................................................
KESIMPULAN
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmatNya
makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan. Dalam makalah ini kami
membahas “Keimanan dan Ketakwaan”.Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam
pemahaman mahasiswa mengenai keimanan dan ketakwaan serta mengimplementasikannya
dalam kehidupan sehari-hari.
            Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua kalangan khusus nya kepada para
maahasiswa di lingkungan STIE Kesatuan. Mohon maaf apabila ada kesalahan dalam
penyusunan makalah ini. Akhir kata, atas segala dkungan yang diberikan kami mengucapka
terima kasih kepada dosen pembimbing sehingga makalah ini disusun dengan baik
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia dalam menjalani kehidupan selalu berinteraksi dengan manusia lain atau dengan
kata lain melakukan interaksi sosial. Dalam melakukan interaksi sosial manusia harus
memiliki akhlak yang baik agar dalam proses interaksi tersebut tidak mengalami hambatan
atau masalah dengan manusia lain. Proses pembentuk akhlak sangat berperan dengan masalah
keimanan dan ketakwaan seseorang. Keimanan dan Ketakwaan seseorang berbanding lurus
dengan akhlak seseorang atau dengan kata lain semakin baik keimanan dan ketakwaan
seseorang maka semakin baik pula akhlak seseorang hal ini karena keimanan dan ketakwaan
adalah modal utama untuk membentuk pribadi seseorang. Keimanan dan ketakwaan
sebenarnya potensi yang ada pada manusia sejak ia lahir dan melekat pada dirinya hanya saja
sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan seseorang yang telah terjamah oleh
lingkungan sekitarnya maka potensi tersebut akan semakin muncul atau sebaliknya potensi
itu akan hilang secara perlahan.
Saat ini keimanan dan ketakwaan telah dianggap sebagai hal yang biasa, oleh masyarakat
umum, bahkan ada yang tidak mengetahui sama sekali arti yang sebenarnya dari keimanan
dan ketakwaan itu, hal ini dikarenakan manusia selalu menganggap remeh tentang hal itu dan
mengartikan keimanan itu hanya sebagai arti bahasa, tidak mencari makna yang
sebenarnya dari arti bahasa itu dan membiarkan hal tersebut berjalan begitu saja. Oleh karena
itu dari persoalan dan masalah-masalah yang terpapar diataslah yang melatar belakangi
kelompok kami untuk membahas dan mendiskusikan tentang keimanan dan ketakwaan yang
kami bukukan menjadi sebuah makalah kelompok.

1.2 Rumusan Masalah

1.    Apa pengertian iman?


2.    Bagaimana wujud iman?
3.    Bagaimana tanda-tanda orang yang beriman?
4.    Apa pengertian takwa?
5.    Bagaimana korelasi antara keimanan dan ketakwaan?
1.3 Tujuan Masalah

1.    Mendeskripsikan pengertian iman


2.    Memaparkan wujud iman
3.    Memaparkan tanda-tanda orang yang beriman
4.    Mendeskripsikan pengertian takwa
5.    Menjelaskan korelasi antara keimanan dan ketakwaan

1.4 Manfaat

1.    Bagi penulis         :  melatih potensi penulis dalam menyusun makalah


2. Bagi pembaca  : dapat menambah pengetahuan tentang keimanan dan ketawaan serta
mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari
BAB II
PEMBAHASAN

1.    Pengertian Iman
Iman menurut bahasa adalah yakin, keimanan berarti keyakinan. Dengan demikian, rukun
iman adalah dasar, inti, atau pokok – pokok kepercayaan yang harus diyakini oleh setiap
pemeluk agama Islam. Kata iman juga berasal dari kata kerja amina-yu’manu – amanan yang
berarti percaya. Oleh karena itu iman berarti percaya menunjuk sikap batin yang terletak
dalam hati. Dalam surah al-Baqarah ayat 165 :
‫اس َم ْن يَتَّ ِخ ُذ ِم ْن ُدو ِن‬ ِ َّ‫َو ِمنَ الن‬
‫اب‬َ ‫ ْال َع َذ‬ ‫ َي َر ْو َن‬ ‫إِ ْذ‬ ‫ َظ َلمُوا‬ ‫ِين‬
َ ‫الَّذ‬ ‫ َي َرى‬ ‫ َو َل ْو‬  ۗ ِ ‫هَّلِل‬ ‫ح ًًُّبا‬ ‫أَ َش ُّد‬ ‫آ َم ُنوا‬ ‫ِين‬
َ ‫ َوالَّذ‬  ۖ ِ ‫هَّللا‬  ِّ‫ َكحُب‬ ‫ ُي ِحبُّو َن ُه ْم‬ ‫أَ ْندَا ًدا‬ ِ ‫هَّللا‬
ِ ‫أَ َّن ْالقُ َّوةَ هَّلِل ِ َج ِميعًا َوأَ َّن هَّللا َ َش ِدي ُد ْال َع َذا‬
‫ب‬
Artinya :
“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain
Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang
yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang
berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa
kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya
mereka menyesal).”
Dalam hadits diriwayatkan Ibnu Majah Atthabrani, iman didefinisikan dengan
keyakinan dalam hati, diikrarkan dengan lisan, dan diwujudkan dengan amal perbuatan (Al-
Immaanu ‘aqdun bil qalbi waigraarun billisaani wa’amalun bil arkaan). Dengan demikian,
iman merupakan kesatuan atau keselarasan antara hati, ucapan, dan laku perbuatan, serta
dapat juga dikatakan sebagai pandangan dan sikap hidup atau gaya hidup.

Definisi Iman Secara Istilah Syar’iy


1)        Al-Imaam Ismaa’iil bin Muhammad At-Taimiy rahimahullah berkata :
‫اإليمان في الشرع عبارة عن جميع الطاعات الباطنة والظاهرة‬
“Iman dalam pengertian syar’iy adalah satu perkataan yang mencakup makna semua
ketaatan lahir dan batin” [Al-Hujjah fii Bayaanil-Mahajjah, 1/403].
An-Nawawiy menukil perkataannya :
‫اإليمان في لسان الشرع هو التصديق{ بالقلب والعمل باألركان‬
“Iman dalam istilah syar’iy adalah pembenaran dengan hati dan perbuatan dengan anggota
tubuh” [Syarh Shahih Muslim, 1/146].
2)        Imaam Ibnu ‘Abdil-Barr rahimahullah berkata :
‫ وال عمل إال بنية‬،‫أجمع أهل الفقه والحديث على أن اإليمان قول وعمل‬
“Para ahli fiqh dan hadits telah sepakat bahwasannya iman itu perkataan dan perbuatan.
Dan tidaklah ada perbuatan kecuali dengan niat” [At-Tamhiid, 9/238].
3)        Al-Imaam Ibnul-Qayyim rahimahullah berkata :
‫ وهو التكلّم‬،‫ وقول{ اللسان‬،‫ وهو االعتقاد‬،‫ قول القلب‬: ‫ والقول قسمان‬.‫حقيقة اإليمان مركبة من قول وعمل‬
‫ ف{{إذا زالت ه{{ذه‬.‫ وعم{{ل الج{{وارح‬،‫ وه{{و نيت{{ه وإخالص{{ه‬،‫ عم{{ل القلب‬: ‫ والعم{{ل قس{{مان‬.‫بكلم{{ة اإلس{{الم‬
‫ لم تنفع بقية األجزاء‬،‫ وإذا زال تصديق القلب‬،‫ زال اإليمان بكماله‬،‫األربعة‬
“Hakekat iman terdiri dari perkataan dan perbuatan. Perkataan ada dua : perkataan hati,
yaitu i’tiqaad; dan perkataan lisan, yaitu perkataan tentang kalimat Islam (mengikrarkan
syahadat – Abul-Jauzaa’). Perbuatan juga ada dua : perbuatan hati, yaitu niat dan
keikhlasannya; dan perbuatan anggota badan. Apabila hilang keempat hal tersebut, akan
hilang iman dengan kesempurnaannya. Dan apabila hilang pembenaran (tashdiiq) dalam
hati, tidak akan bermanfaat tiga hal yang lainnya” [Ash-Shalaah wa Hukmu Taarikihaa, hal.
35].
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengertian iman adalah pembenaran dengan segala keyakinan
tanpa keraguan sedikitpun mengenai yang datang dari Allah SWT dan rasulNya.

2.        Wujud Iman
Akidah Islam dalam al-Qur’an disebut iman. Iman bukan hanya berarti percaya,
melainkan keyakinan yang mendorong seorang muslim untuk berbuat. Oleh karena itu
lapangan iman sangat luas, bahkan mencakup segala sesuatu yang dilakukan seorang muslim
yang disebut amal saleh.
Seseorang dinyatakan iman bukan hanya percaya terhadap sesuatu, melainkan
kepercayaan itu mendorongnya untuk mengucapkan dan melakukan sesuatu sesuai dengan
keyakinan. Karena itu iman bukan hanya dipercayai atau diucapkan, melainkan menyatu
secara utuh dalam diri seseorang yang dibuktikan dalam perbuatannya.
Akidah Islam adalah bagian yang paling pokok dalam agama Islam. Ia merupakan
keyakinan yang menjadi dasar dari segala sesuatu tindakan atau amal. Seseorang dipandang
sebagai muslim atau bukan muslim tergantung pada akidahnya. Apabila ia berakidah Islam,
maka segala sesuatu yang dilakukannya akan bernilai sebagai amaliah seorang muslim atau
amal saleh. Apabila tidak beraqidah, maka segala amalnya tidak memiliki arti apa-apa,
kendatipun perbuatan yang dilakukan bernilai dalam pendengaran manusia.
Akidah Islam atau iman mengikat seorang muslim, sehingga ia terikat dengan segala
aturan hukum yang datang dari Islam. Oleh karena itu menjadi seorang muslim berarti
meyakini dan melaksanakan segala sesuatu yang diatur dalam ajaran Islam. Seluruh hidupnya
didasarkan pada ajaran Islam.
Wujud Iman menurut Hasan Al-Bana di antaranya:
1.    Ilahiyah           : Hubungan dengan Allah
2.    Nubuwwah     : Kaitan dengan Nabi, Rasul, kitab, dan mukjizat
3.    Ruhaniyah      : Kaitan dengan alam metafisik; Malaikat, Jin, Syetan, Ruh
4.    Sam’iyah         : Segala sesuatu yang bisa diketahui melalui sam’i

3.    Tanda – Tanda Orang beriman

Al-Qur’an menjelaskan tanda-tanda orang yang beriman sebagai berikut:


1.   Jika disebut nama Allah, maka hatinya bergetar dan berusaha agar ilmu Allah tidak lepas dari      
syaraf memorinya, serta jika dibacakan ayat al-Qur’an, maka bergejolak hatinya untuk segera
melaksanakannya (al-Anfal: 2).
 "Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah
gemetarlah hati mereka.  dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka
(karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.(yaitu) orang-orang yang
mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada
mereka
2.    Senantiasa tawakal, yaitu bekerja keras berdasarkan kerangka ilmu Allah, diiringi dengan
doa, yaitu harapan untuk tetap hidup dengan ajaran Allah menurut Sunnah Rasul (Ali Imran:
120

 al-Maidah: 12
[5:12] Dan sesungguhnya Allah telah mengambil perjanjian (dari) Bani Israil dan telah Kami angkat
diantara mereka 12 orang pemimpin dan Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku beserta kamu, sesungguhnya
jika kamu mendirikan shalat dan menunaikan zakat serta beriman kepada rasul-rasul-Ku dan kamu bantu
mereka dan kamu pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik {406} sesungguhnya Aku akan menutupi
dosa-dosamu. Dan sesungguhnya kamu akan Kumasukkan ke dalam surga yang mengalir air didalamnya
sungai-sungai. Maka barangsiapa yang kafir di antaramu sesudah itu, sesungguhnya ia telah tersesat dari
jalan yang lurus.

at-Taubah: 52
[9:52] Katakanlah: "tidak ada yang kamu tunggu-tunggu bagi kami, kecuali salah satu dari dua kebaikan
{646}. Dan Kami menunggu-nunggu bagi kamu bahwa Allah akan menimpakan kepadamu azab (yang
besar) dari sisi-Nya. Sebab itu tunggulah, sesungguhnya kami menunggu-nunggu bersamamu."

Ibrahim: 11
[14:11] Rasul-rasul mereka berkata kepada mereka: "Kami tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, akan
tetapi Allah memberi karunia kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya. Dan tidak
patut bagi kami mendatangkan suatu bukti kepada kamu melainkan dengan izin Allah. Dan hanya kepada
Allah sajalah hendaknya orang-orang mukmin bertawakkal.

Mujadalah: 10
[58:10] Sesungguhnya pembicaraan rahasia itu adalah dari syaitan, supaya orang-orang yang beriman itu
berduka cita, sedang pembicaraan itu tiadalah memberi mudharat sedikitpun kepada mereka, kecuali
dengan izin Allah dan kepada Allah-lah hendaknya orang-orang yang beriman bertawakkal.

3.      Tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu menjaga pelaksanaannya


al-Anfal: 3
Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya
 Bagaimanapun sibuknya, kalau sudah masuk waktu shalat, dia segera shalat untuk membina
kualitas imannya.
4. Menafkahkan rezki yang diterimanya (al-Anfal: 3 dan al-Mukminun:4). Hal ini dilakukan
sebagai suatu kesadaran bahwa harta yang dinafkahkan di jalan Allah merupakan upaya
pemerataan ekonomi, agar tidak terjadi ketimpangan antara yang kaya dengan yang miskin.
5. Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan (al-Mukminun:
3,5). Perkataan yang bermanfaat atau yang baik adalah yang berstandar ilmu Allah, yaitu al-
Qur’an menurut Sunnah Rasulullah.
6. Memelihara amanah dan menepati janji (al-Mukminun: 6). Seorang mu’min tidak akan
berkhianat dan dia akan selalu memegang amanah dan menepati janji.
7. Berjihad di jalan Allah dan suka menolong (al-Anfal:74). Berjihad di jalan Allah adalah
bersungguh-sungguh dalam menegakkan ajaran Allah, baik dengan harta benda yang dimiliki
maupun dengan nyawa.
8. Tidak meninggalkan pertemuan sebelum meminta izin (an-Nur: 62). Sikap seperti itu
merupakan salah satu sikap hidup seorang mukmin, orang yang berpandangan dengan ajaran
Allah menurut Sunnah Rasul.

4.    Pengertian Takwa
Suatu hari, seorang sahabat bertanya kepada Sayyidina Ali bin Abi Thalib k.w. tentang
apa itu taqwa. Beliau menjelaskan bahwa taqwa itu adalah :
1.    Takut (kepada Allah) yang diiringi rasa cinta, bukan takut karena adanya neraka.
2.     Beramal dengan Alquran yaitu bagaimana Alquran menjadi pedoman dalam kehidupan
sehari-hari seorang manusia.
3.    Redha dengan yang sedikit, ini berkaitan dengan rezeki. Bila mendapat rezeki yang banyak,
siapa pun akan redha tapi bagaimana bila sedikit? Yang perlu disedari adalah bahawa rezeki
tidak semata-mata yang berwujud uang atau materi.
4.    Orang yg menyiapkan diri untuk “perjalanan panjang”, maksudnya adalah hidup sesudah
mati.
Al- Hasan Al-Bashri menyatakan bahwa taqwa adalah takut dan menghindari apa yang
diharamkan Allah, dan menunaikan apa-apa yang diwajibkan oleh Allah. Taqwa juga bererti
kewaspadaan, menjaga benar-benar perintah dan menjauhi larangan.

5.    Koheresi Keimanan dan Ketakwaan

Keimanan pada keesaan Allah yang dikenal dengan istilah tauhid dibagi menjadi dua,
yaitu tauhid teoritis dan tauhid praktis. Tauhid teoritis adalah tauhid yang membahas tentang
keesaan Zat, keesaan Sifat, dan keesaaan Perbuatan Tuhan. Pembahasan keesaan Zat, Sifat,
dan Perbuatan Tuhan berkaitan dengan kepercayaan, pengetahuan, persepsi, dan pemikiran
atau konsep tentang Tuhan. Konsekuensi logis tauhid teoritis adalah pengakuan yang ikhlas
bahwa Allah adalah satu-satunya Wujud Mutlak, yang menjadi sumber semua wujud.
Adapun tauhid praktis yang disebut juga tauhid ibadah, berhubungan dengan amal
ibadah manusia. Tauhid praktis merupakan terapan dari tauhid teoritis. Kalimat Laa ilaaha
illallah (Tidak ada Tuhan selain Allah) lebih menekankan pengertian tauhid praktis (tauhid
ibadah). Tauhid ibadah adalah ketaatan hanya kepada Allah. Dengan kata lain, tidak ada yang
disembah selain Allah, atau yang berhak disembah hanyalah Allah semata dan menjadikan-
Nya tempat tumpuan hati dan tujuan segala gerak dan langkah.
Selama ini pemahaman tentang tauhid hanyalah dalam pengertian beriman kepada
Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Mempercayai saja keesaan Zat, Sifat, dan Perbuatan Tuhan,
tanpa mengucapkan dengan lisan serta tanpa mengamalkan dengan perbuatan, tidak dapat
dikatakan seorang yang sudah bertauhid secara sempurna. Dalam pandangan Islam, yang
dimaksud dengan tauhid yang sempurna adalah tauhid yang tercermin dalam ibadah dan
dalam perbuatan praktis kehidupan manusia sehari-hari. Dengan kata lain, harus ada kesatuan
dan keharmonisan tauhid teoritis dan tauhid praktis dalam diri dan dalam kehidupan sehari-
hari secara murni dan konsekuen.
Dalam menegakkan tauhid, seseorang harus menyatukan iman dan amal, konsep dan
pelaksanaan, fikiran dan perbuatan, serta teks dan konteks. Dengan demikian bertauhid
adalah mengesakan Tuhan dalam pengertian yakin dan percaya kepada Allah melalui pikiran,
membenarkan dalam hati, mengucapkan dengan lisan, dan mengamalkan dengan perbuatan.
Oleh karena itu seseorang baru dinyatakan beriman dan bertakwa, apabila sudah
mengucapkan kalimat tauhid dalam syahadat  asyhadu allaa ilaaha illa Alah, (Aku bersaksi
bahwa tidak ada Tuhan selain Allah), kemudian diikuti dengan mengamalkan semua perintah
Allah dan meninggalkan segala larangan-Nya.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Iman adalah adalah pembenaran dengan segala keyakinan tanpa keraguan sedikitpun
mengenai yang datang dari Allah SWT dan rasulNya.
Wujud Iman ada 4, yakni:
1)        Ilahiyah: Hubungan dengan Allah
2)        Nubuwwah: Kaitan dengan Nabi, Rasul, kitab, dan mukjizat
3)        Ruhaniyah: Kaitan dengan alam metafisik; Malaikat, Jin, Syetan, Ruh
4)         Sam’iyah: Segala sesuatu yang bisa diketahui melalui sam’i

Tanda-tanda orang yang beriman sebagai berikut:


1.        Jika disebut nama Allah, maka hatinya bergetar dan berusaha agar ilmu Allah tidak lepas dari
syaraf memorinya, serta jika dibacakan ayat al-Qur’an, maka bergejolak hatinya untuk segera
melaksanakannya.
2.        Senantiasa tawakal
3.        Tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu menjaga
4.        Menafkahkan rezki yang diterimanya
5.         Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan
6.        Memelihara amanah dan menepati janji
7.        Berjihad di jalan Allah dan suka menolong
8.         Tidak meninggalkan pertemuan sebelum meminta izin

Taqwa adalah takut dan menghindari apa yang diharamkan Allah, dan menunaikan apa-
apa yang diwajibkan oleh Allah. Taqwa juga bererti kewaspadaan, menjaga benar-benar
perintah dan menjauhi larangan.
Seseorang baru dinyatakan beriman dan bertakwa, apabila sudah mengucapkan kalimat
tauhid dalam syahadat asyhadu allaa ilaaha illa Alah, (Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan
selain Allah), kemudian diikuti dengan mengamalkan semua perintah Allah dan
meninggalkan segala larangan-Nya.

Anda mungkin juga menyukai