Anda di halaman 1dari 7

A.

Karakteristik dan jenis akad ijarah


Ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu aset dalam waktu tertentu
dengan pembayaran sewa (ujrah) tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan aset itu sendiri.
Objek ijarah adalah manfaat penggunaan aset berwujud atau tidak berwujud. Sewa
operasi adalah sewa yang tidak mengalihkan secara substansial seluruh risiko dan manfaat yang
terkait dengan kepemilikan aset

Karakteristik
Perpindahan kepemilikan suatu aset yang diijarahkan dari pemilik kepada penyewa,
dalam ijarah muntahiyah bittamlik, dilakukan jika akad ijarah telah berakhir atau diakhiri dan
aset ijarah telah diserahkan kepada penyewa dengan membuat akad terpisah secara:
a) Hibah
b) penjualan sebelum akhir masa akad
c) penjualan pada akhir masa akad
d) penjualan secara bertahap

Jenis Ijarah
Ijarah merupakan sewa menyewa objek ijarah tanpa perpindahan resiko dan manfaat
yang terkait kepemilikan aset terkait, dengan atau tanpa wa’ad untuk memindahkan kepemilikan
dari pemilik (mu’jir) kepada penyewa (musta’jir) pada waktu tertentu.
Ijarah Muttahiya Bin Tamlik (IMBT) adalah ijarah dengan wa’ad perpindahan
kepemilikan aset yang diijarahkan pada saat tertentu. Perpindahan kepemilikan suatu aset yang
disewakan dari pemilik kepada penyewa, dalam Ijarah Muttahiya Bin Tamlik dapat dilakukan
jika seluruh pembayaran sewa atas objek ijarah yang dialihkan telah diselesaikan dan objek
ijarah telah diserahkan kembali kepada pemberi sewa. Kemudian untuk peerpindahan
kepemilikan akan dibuat akad baru, terpisah dari akad ijarah sebelumnya.
Perpindahan kepemilikan dapat dilakukan melalui:
- hibah, penjualan dimana harga harus disepakati kedua pihak sebelum akad penjualan, namun
pelaksanaan penjualan dapat dilakukan sebelum atau sesudah akad berakhir.
- penjualan secara bertahap sesuai dengan waa’ad (janji) pemberi sewa.
*Wa’d adalah janji dari satu pihak kepada pihak lain untuk melaksanakan sesuatu

Sumber Hukum Ijarah


1. QS. Al – Baqarah : 233
2. QS. Al – Qasas : 26
3. QS. Az- Zukhruf : 32
4. As Sunnah. Rasulullah bersabda’ “berbekamlah kamu, kemudian berikanlah olehmu
upahnya kepada tukang bekam itu.” (HR Bukhari dan Muslim)

Rukun Ijarah
a) Pelaku (pemberi sewa dan penyewa)
b) Objek akad ijarah
c) Ijab Kabul/serah terima

Perbedaan Ijarah dan Sewa


No Keterangan Ijarah Sewa
1. Objek Manfaat barang dan jasa Manfaat barang saja
2. Metode Pembayaran Tergantung atau tidak pada Tidak tergantung
kondisi barang/jasa yang pada kondisi barang
disewa yang disewa
3. Perpindahan Kepemilikan Ijarah (tidak ada Sewa Guna Opsi
perpindahan kepemilikan) (tidak ada transfer
IMBT (janji untuk kepemilikan)
menjual/menghibahkan di Sewa Guna dengan
awal akad) Opsi (membeli atau
tidak di akhir masa
sewa)
4. Jenis Leasing lainnya Lease Purchase (tidak Lease Purchase
diperbolehkan karena (diperbolehkan)
akadnya gharar, yakni antara Sale and Lease Back
sewa dan beli) (diperbolehkan)
Sale and Lease Back
(diperbolehkan)

B. Pengakuan dan Pengukuran Akuntansi Milik dan Akuntansi Sewa

Pemilik (Mu’jir)
Objek ijarah  pada saat objek ijarah diperoleh sebesar biaya perolehan
Biaya perolehan objek ijarah yang berupa aset tetap mengacu ke PSAK 16 dan aset tidak
terwujud mengacu ke PSAK 19.
a) Objek ijarah disusutkan atau diamortisasi, jika berupa aset yang dapat disusutkan atau
diamortisasi, sesuai dengan kebijakan penyusutan atau amortisasi untuk aset sejenis selama
umur manfaatnya (umur ekonomis).
b) Kebijakan penyusutan atau amortisasi yang dipilih harus mencerminkan pola konsumsi yang
diharapkan dari manfaat ekonomi di masa depan dari objek ijarah. Umur ekonomis dapat
berbeda dengan umur teknis. Misalnya, mobil yang dapat dipakai selama 10 tahun di ijarah
kan dengan akad ijarah muntahiyah bittamlik selama 5 tahun. Dengan demikian, umur
ekonomisnya adalah 5 tahun.
c) Pengaturan penyusutan objek ijarah yang berupa aset tetap sesuai dengan PSAK 16: Aset
tetap dan amortisasi aset tidak berwujud sesuai dengan PSAK 19: aset tak berwujud.
d) Piutang pendapatan sewa diukur sebesar nilai yang dapat direalisasikan pada akhir
periode pelaporan
e) Pendapatan sewa selama masa akad diakui pada saat manfaat atas aset telah diserahkan
kepada penyewa.
f) Penjualan secara bertahap dalam ijarah muntahiyah bittamlik melalui , biaya perbaikan objek
ijarah yang dimaksud dalam paragraf diatas ditanggung pemilik maupun penyewa sebanding
dengan bagian kepemilikan masing-masing atas objek ijarah
g) Biaya perbaikan objek ijarah merupakan tanggungan pemilik. Perbaikan tersebut dapat
dilakukan oleh pemilik secara langsung atau dilakukan oleh penyewa atas persetujuan
pemilik.
h) Pengakuan biaya perbaikan objek ijarah adalah sebagai berikut:
1. biaya perbaikan tidak rutin objek ijarah pada saat terjadinya.
2. jika penyewa melakukan perbaikan rutin objek ijarah dengan persetujuan pemilik, maka
biaya tersebut dibebankan kepada pemlik dan diakui sebagai beban pada saat terjadinya

Penyewa (Musta’jir)
a) Beban sewa diakui selama masa akad pada saat manfaat atas aset telah diterima
b) Utang sewa diukur sebesar jumlah yang harus dibayar atas manfaat yang telah diterima
c) Biaya pemeliharaan objek ijarah yang disepakati dalam akad menjadi tanggungan penyewa
diakui sebagai beban pada saat terjadinya
d) Apabila terjadi kerusakan yang mengakibatkan penurunan nilai kegunaan dari aset yang
disewakan dan bukan disebabkan kelalaian penyewa, pemberi sewa berkewajiban
menanggung biaya pemeliharaannya selama periode akad atau menggantinya dengan aset
sejenis.
e) Pada hakikatnya pemberi sewa berkewajiban untuk menylapkan aset yang disewakan dalam
kondisi yang dapat diambil manfaat darinya.
f) Penyewa merupakan pihak yang menggunakan/mengambil manfaat atas aset sehingga
penyewa berkewajiban membayar sewa dan menggunakan aset sesuai dengan kesepakatan
(jika ada), tidak bertentangan dengan syariah dan merawat atau menjaga keutuhan aset
tersebut. Apabila kerusakan terjadi karena kelalaian penyewa maka ia berkewajiban
menggantinya atau memperbaikinya. perbaikan, masa sewa tidak bertambah.
g) Pemberi sewa dapat meminta penyewa untuk menyerahkan jaminan atas ijarah untuk
menghindari risiko kerugian (ED PSAK 107). Dalam kontrak, tidak boleh dipersyaratkan
biaya pemeliharaan akan ditanggung penyewa karena ini dapat menimbulkan ketidakpastian
(gharar). Hanya biaya pemeliharaan rutin dan tidak material yang dapat ditanggung
penyewa, seperti ganti busi pada mobil.
h) Pengalihan kontrak atau aset yang disewa kemadian disewakan kembali pada pihak lain
boleh lakukan baik dengan harga sama, lebih tinggi ataulebih rendahasalkan pemberi sewa
mengizinkannya.
i) Namun bila disewakan kembali pada pemberi sewa, maka syaratnya adalah kedua akad
(yaitu dari pemberi sewa ke penyewa pertama atau dari penyewa pertama ke penyewa
berikutnya yang tidak lain pemberi sewa sendiri) harus tunai.
j) Hal ini untuk menghindari transaksi sejenis yang dilarang secara syariah. Pembayaran sewa
dapat dibayar di muka, ditangguhkan atau pun diangsur sesuai kesepakatan antara pemberi
sewa dan penyewa.
k) Apabila yang disepakati adalah pembayaran tangguh dan terjadi penundaan pembayaran
akibat penyewa lalai (bukan karena tidak mampu secara finansial), maka dapat dikenakan
denda, yang akan digunakan sebagai dana kebajikan.
l) Apabila atas ijarah dibayarkan uang muka, dan penyewa membatalkan akad, maka uang
muka tersebut menjadi hak pemberi sewa.
m) Akad ijarah memiliki risiko berupa gagal bayar dari penyewa, aset ijarah rusak, atau
penyewa menghentikan akad sehingga pemberi sewa harus mencari penyewa baru.
n) Akad ijarah hendaknya memuat aturan tentang jangka waktu akad, besarnya sewa atau upah,
cara pembayaran sewa atau upah (di muka, angsuran atau di akhir), peruntukan aset yang
disewakan dan hal lainnya yang dianggap penting.
o) Begitu kontrak disetujui maka ia bersifat mengikat kedua belah pihak dan apabila ada
perubahan pada isi kontrak harus disepakati keduanya. Setelah akad ditandatangani, Pemberi
sewa tidak dapat menyewakan aset yang telah disewakannya pada pihak lain untuk periode
akad yang sama.
p) Perjanjian mulai berlaku efektif ketika penyewa dapat menggunakan aset yang disewanya
bukan saat penandatanganan kontrak, sebaliknya pada saat itu pemberi sewa berhak
menerima pembayaran sewa atau upah.

C. Jual dan Ijarah; Ijarah Lanjut


Jual dan Ijarah

 Transaksi jual dan ijarah harus merupakan transaksi yang terpisah dan tidak saling
bergantung (ta’alluq) sehingga harga jual harus dilakukan pada nilai wajar.
 Jika suatu entitas menjual obyek ijarah kepada entitas lain dan kemudian menyewanya, maka
entitas tersebut mengakui keuntungan atau kerugian pada periode terjadinya penjualan dalam
laporan laba rugi dan menerapkan perlakuan akuntansi penyewa.
 Keuntungan atau kerugian yang timbul dari transaksi jual dan ijarah tidak dapat diakui
sebagai pengurang atau penambah beban ijarah.

Ijarah-Lanjut
Jika suatu entitas menyewakan lebih lanjut kepada pihak lain atas aset yang sebelumnya
disewa dari pemilik, maka entitas tersebut menerapkan perlakuan akuntansi pemilik dan
akuntansi penyewa dalam PSAK ini.
Perlakuan akuntansi penyewa diterapkan untuk transaksi antara entitas (sebagai penyewa)
dengan pemilik, dan perlakuan akuntansi pemilik diterapkan untuk transaksi antara entitas
(sebagai pemilik) dengan pihak penyewa-lanjut.

D. Penyajian dan Pengungkapan Ijarah


Penyajian
Pendapatan ijarah disajikan secara neto setelah dikurangi beban-beban yang terkait,
misalnya beban penyusutan, beban pemeliharaan dan perbaikan, dan sebagainya.

Pengungkapan
Pemilik mengungkapkan dalam laporan keuangan terkait transaksi ijarah dan ijarah
muntahiyah bittamlik, tetapi tidak terbatas, pada:
a. penjelasan umum isi akad yang signifikan yang meliputi tetapi tidak terbatas pada:
(i) keberadaan wa’ad pengalihan kepemilikan dan mekanisme yang digunakan (jika ada wa’ad
pengalihan kepemilikan)
(ii) pembatasan-pembatasan, misalnya ijarah lanjut
(iii) agunan yang digunakan (jika ada)
b. nilai perolehan dan akumulasi penyusutan untuk setiap kelompok aset ijarah
c. keberadaan transaksi jual-dan-ijarah (jika ada).
Penyewa mengungkapkan dalam laporan keuangan terkait transaksi ijarah dan ijarah
muntahiyah bittamlik, tetapi tidak terbatas, pada:

a. penjelasan umum isi akad yang signifikan yang meliputi tetapi tidak terbatas pada:

(i) total pembayaran


(ii) keberadaan wa’ad pemilik untuk pengalihan kepemilikan dan mekanisme yang
digunakan (jika ada wa’ad pemilik untuk pengalihan kepemilikan)
(iii) pembatasan-pembatasan, misalnya ijarah lanjut
(iv) agunan yang digunakan (jika ada)

b. keberadaan transaksi jual-dan-ijarah dan keuntungan atau kerugian yang diakui (jika ada
transaksi jualdan-ijarah).

Anda mungkin juga menyukai