NAMA : IRWANDI
NIM : 19065009
b. Learning to Do
Sejak Allah menciptakan manusia, harus disadari bahwa manusia tidak dapat
hidup sendiri tetapi saling membutuhkan seorang dengan yang lainnya, harus ada
penolong. Karena itu manusia harus hidup bersama, saling membantu, saling
menguatkan, saling menasehati dan saling mengasihi, tentunya saling menghargai
dan saling menghormati satu dengan yang lain.
Learning to do (belajar untuk berbuat/melakukan), setelah kita memahami dan
mengerti dengan benar apa yang kita pelajari lalu kita melakukannya. Siswa
dilatih melakukan sesuatu dalam nyata yang menekankan pada penguasaan
keterampilan. Belajar untuk menerapkan. Sasaran dari pilar kedua ini adalah
kamampuan kerja generasi muda. Peserta didik diajarkan untuk melakukan
sesuatu dalam situasi yang konkrit yang tidak terbatas pada penguasaan
keterampilan yang mekanistis melainkan juga terampil dalam berkomusikasi,
bekerja sama, mengelola dan mengatasi suatu konflik. Melalui pilar kedua ini,
dimungkinkan mampu mencetak generasi muda yang intelligent dalam bekerja
dan mempunyai kemampuan untuk berinovasi.
Learnning to do mengandung makna bahwa belajar bukanlah sekedar
mendengar dan melihat untuk mengakumulasi pengetahuan, akan tetapi belajar
dengan dan untuk melakukan sesuatu aktivitas dengan tujuan akhir untuk
menguasai kompetensi yang diperlukan dalam menghadapi tantangan
kehidupan. Kompetensi akan dapat dimiliki oleh pesrta didik apabila diberikan
kesempatan untuk belajar dengan melakukan apa yang harus dipelajarinya secara
langsung.Dengan demikian learning to do juga berarti proses pembelajaran
berorientasi pada pengalaman langsung (learning by experience).
Learning to do, untuk memperoleh bukan hanya suatu keterampilan kerja
tetapi juga lebih luas sifatnya, kompetensi untuk berurusan dengan banyak situasi
dan bekerja dalam tim. Ini juga belajar berbuat dalam konteks pengalaman kaum
muda dalam berbagai kegiatan sosial dan pekerjaan yang mungkin bersifat
informal, sebagai akibat konteks lokal atau nasional, atau bersifat formal
melibatkan kursus-kursus, program bergantian antara belajar dan bekerja.
2) Implementasi Learning to Do
Sekolah sebagai wadah masyarakat belajar hendaknya memfasilitasi siswanya
untuk mengaktualisasikan ketrampilan yang dimiliki, serta bakat dan minatnya
agar “Learning to do” dapat terealisasi. Keterampilan merupakan sarana untuk
menopang kehidupan seseorang bahkan banyak orang meyakini bahwa memiliki
keterampilan jauh lebih penting daripada menguasai pengetahuan semata. Secara
umum, bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk
mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Sedangkan minat adalah
kecendrungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap
sesuatu.
Oleh sebab itu, siswa harus dilibatkan secara aktif dalam menyelesaikan tugas-
tugas mereka. Hal ini bertujuan untuk membuat siswa bertanggung jawab atas diri
dan pendidikannya sehingga mereka akan belajar untuk meningkatkan
kemampuan dalam memecahkan masalah.
3) Implementasi Learning to Be
Peran guru adalah sebagai kompas penunjuk arah sekaligus menjadi fasilitator
sangat dibuthkan unutk menumbuhkembangkan potensi siswa secara utuh dan
maksimal. Pendidik juga membimbing siswa belajar mengaktualisasikan diri
sebagai individu yang berkepribadian utuh dan bertanggung jawab sebagai
individu sekaligus sebagai anggota masyarakat.
Konsep learning to be perlu dihayati oleh praktisi pendidikan untuk melatih
siswa agar memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Kepercayaan merupakan modal
utama bagi siswa untuk hidup dalam masyarakat. Penguasaan pengetahuan dan
keterampilan merupakan bagian dari proses menjadi diri sendiri (learning to be)
(Atika, 2010). Menjadi diri sendiri diartikan sebagai proses pemahaman terhadap
kebutuhan dan jati diri. Belajar berperilaku sesuai dengan norma dan kaidah yang
berlaku di masyarakat, belajar menjadi orang yang berhasil, sesungguhnya
merupakan proses pencapain aktualisasi diri.